BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN A.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus

I. PENDAHULUAN. dengan menyerap 42 persen angkatan kerja (BPS, 2011). Sektor pertanian

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STABILISASI HARGA PANGAN

Politik Pangan, Upaya Dalam Membentuk Sistem Ketahanan Pangan Nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI. Strategi Ketahanan Pangan Nasional

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

TANGGAPAN TERHADAP MATERI PRESENTASI PROF.DR. ACHMAD SURYANA BERJUDUL: 15 TAHUN DINAMIKA KETAHANAN PANGAN INDONESIA 1

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 s/d 2019

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN I. PENDAHULUAN

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

Pendahuluan. Rakornas Bidang Pangan Kadin 2008

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PROSPEK TANAMAN PANGAN

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. A. Kontribusi Pangan Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS

Perkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No UndangUndang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS

MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010

ARAHAN MENTERI PERTANIAN/ KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN PADA SIDANG REGIONAL DEWAN KETAHANAN PANGAN WILAYAH BARAT

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

INFLASI DAN KENAIKAN HARGA BERAS Selasa, 01 Pebruari 2011

I. LATAR BELAKANG POKOK BAHASAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL Posisi Pangan dalam Pembangunan Nasional

KEGIATAN ANALIS KETAHANAN PANGAN BIDANG CADANGAN PANGAN. Oleh: Dr. Ardi Jayawinata,MA.Sc Kepala Bidang Cadangan Pangan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUPOKSI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, BULOG tetap melakukan kegiatan menjaga Harga Dasar. Tugas pokok BULOG sesuai Keputusan Presiden (Keppres) No 50 tahun

1) Menjaga harga terendah, terutama di daerah-daerah produksi selama musim panen;

Pembangunan Ketahanan Pangan untuk Peningkatan Kedaulatan Pagan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang

I. PENDAHULUAN. komponen dasar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

SISTEM INFORMASI PASAR DAN MONITORING HARGA BERAS DI INDONESIA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Badan Urusan Logistik (BULOG) adalah satu-satunya Lembaga

I. PENDAHULUAN. umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OUTLOOK KOMODITAS PANGAN STRATEGIS TAHUN

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Rawas,

STABILISASI HARGA PANGAN POKOK DALAM RANGKA KEMANDIRIAN PANGAN NASIONAL. Hermanto

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masalah dalam mencukupi ketersediaan pangan adalah:

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA DISKUSI REGULER EVALUASI POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA. Yogyakarta, 6 Februari 2007

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah beras. Hal ini karena beras

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sebagaimana dalam pasal 27 Undang-undang Dasar Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya Undang-undang No.

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,

MANAJEMEN AGRIBISNIS (TANAMAN PANGAN & HORTIKULTURA) PEMBANGUNAN EKONOMI ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN INDUSTRIALISASI

ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN JANGKA PANJANG

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

Standar Pelayanan Minimal

1 Universitas Indonesia

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

Transkripsi:

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA 131

132

STABILISASI HARGA DAN PASOKAN PANGAN POKOK Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan telah mengamanatkan terwujudnya ketahanan pangan yang mandiri dan berdaulat. Dalam era globalisasi perdagangan, termasuk perdagangan pangan, setiap negara secara langsung ataupun tidak langsung akan saling tergantung dalam memenuhi kebutuhan pangan domestiknya. Oleh karena itu, stabilitas pasokan dan harga pangan di dalam negeri, secara langsung ataupun tidak langsung akan dipengaruhi oleh stabilitas pasokan dan harga pangan di pasar internasional. Dalam rangka mengurangi ketergantungannya pada impor pangan dari pasar internasional, maka Indonesia sebagai negara yang berdaulat, serta sebagai egara agraris dan maritim dengan jumlah penduduk yang besar, telah menetapkan kemandirian dan kedaulatan pangan nasional sebagai politik pangan nasional. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Indonesia telah memiliki dan menerapkan berbagai peraturan dan perundangan yang dapat dijadikan sebagai payung hukum dan pedoman dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga pangan pokok di era perdagangan bebas. Pemerintah telah mengimplementasikan berbagai instrumen untuk stabilisasi pasokan dan harga bahan pangan pokok. Pemerintah khususnya dalam rangka stabilisasi pasokan dan hargaharga gabah/beras dalam negeri telah mengimplementasikan berbagai instrument sebagai berikut: (1) Peningkatan produksi dalam negeri melalui penyediaan prasarana dan subsidi sarana produksi, penerapan teknologi maju, dan perluasan areal tanam, (2) Kebijakan HPP untuk menjaga harga gabah di tingkat petani, (3) Pengelolaan cadangan dan distribusi pangan untuk stabilisasi harga beras ditingkat konsumen, serta bantuan pangan untuk masyarakat miskin dan korban bencana, dan (4) Pengendalian impor beras. Kebijakan Pemerintah telah menegaskan bahwa kebutuhan pangan pokok dipenuhi sebanyak mungkin dari produksi dalam negeri, sehingga impor pangan pokok merupakan upaya terakhir manakala produksi dalam negeri tidak mencukupi. Dengan demikian, pengembangan cadangan pangan nasional merupakan instrumen strategis untuk menjaga stabilisasi pasokan dan harga pangan. Sehubungan dengan hal itu, Pemerintah perlu membangun sistem penyelenggaraan cadangan pangan (pengadaan, peyimpanan, distribusi, serta pengawasan dan monitoring) dan menyediakan prasarana yang memadai. Mengingat bahwa biaya untuk memelihara dan mengoperasikan cadangan pangan ini cukup tinggi, maka penyelenggaraan pangan harus dilaksanan dengan memperhatikan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (good governance). Ada emat cara yang umum dipakai untuk menentukan kebutuhan cadangan pangan, yaitu : (1) selisih antara pasokan pada musim panen raya dengan jumlah penggunaan dikurangi dengan selisih antara pasokan rata-rata dengan jumlah penggunaan, (2) selisih antara puncak volume impor dengan rata-rata volume impor, (3) perbandingan antara stok dengan 133

penggunaan, sekitar 3 sampai 4 persen dan (4) perkiraan volume bantuan pangan yang diperlukan apabila terjadi bencana skala luas. FAO menyarankan agar besarnya stock to use ratio (SUR) atau rasio stok terhadap penggunaan pangan dalam rangka menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan sebesar 18 persen. Mengingat perwujudan ketahanan pangan kewajiban bersama pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan frekuensi kejadian bencana alam yang bersifat lokal sebagai dampak perubahan iklim ekstrim di daerah semakin banyak dan semakin sering, maka pemerintah daerah perlu didorong unuk membangun cadangan pangan di masing-masing provinsi dan kabupaten/kota. Landasan hukum dan rincian pengaturan pembentukan cadangan pangan daerah sudah cukup kuat, karena telah dirumuskan dalam Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan yng ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 Tentang Ketahanan Pangan dan GIZI. Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan ketahanan pangan yang mandiri dan berdaulat, Pemerintah juga perlu untuk membangun dan merevitalisasi cadangan pangan masyarakat. Aspek yang perlu direvitalisasi, antara lain meliputi: landasan pengembangan harus memasukkan aspek kelayakan ekonomi dan manfaat sosial, penguatan kelembagaan dan kapasitas SDM pengelola, keberlanjutan, dan pengembangan usaha. Kebijakan harga merupakan salah satu intrumen untuk meredam fluktuasi harga yang tinggi. Oleh karenanya kebijakan harga pertanian di negara-negara berkembang menjadi penting dan dapat memiliki dampak yang luas. Penerapan kebijakan harga ini hendaknya memperhatikan rasio/nisbah terhadap harga pangan lainnya atau harga relatif, karena bahan pangan merupakan kebutuhan utama masyarakat luas. Dengan demikian, efektivitas kebijakan harga akan berpengaruh kepada pendapatan petani sebagai produsen, utamanya petani kecil, serta daya beli konsumen, utamanya yang berpendapatan rendah. Untuk komoditas pangan utama (beras), karena keterkaitan harga produksi pertanian di tingkat konsumen dan di tingkat produsen bersifat asimetri, maka dapat dikatakan bahwa kebijakan harga beras yang diterapkan berpotensi untuk bias kepada produsen, artinya kebijakan stabilisasi harga yang diterapkan lebih banyak difokuskan pada stabilitas harga konsumen, terutama kaitannya dengan inflasi. Dari sisi ketahanan pangan, kebijakan harga beras yang ditetapkan pemerintah memiliki manfaat yang cukup signifikan karena dapat menjamin stabilitas harga dan menjamin stok yang cukup bagi masyarakat luas. Pada komoditas jagung, karena elastisitas penawarannya cukup signifikan terhadap perubahan harga sendiri, maka kebijakan harga jagung akan memiliki dampak positif terhadap petani jagung dan dapat meningkatkan produksi jagung. Untuk komoditas kedelai kebijakan harga di dalam negeri akan dipengaruhi fluktuasi harga kedelai di pasar internasional. Karena fluktuasi harga daging sapi di tingkat konsumen sangat tinggi, maka diperlukan kebijakan harga daging sapi di tingkat hulu sampai ke hilir untuk mengendalikan harga daging sapi yang terus meningkat. Pemerintah sebagai penentu dan pengambil kebijakan harga seyogyanya memperhatikan kepentingan dan kebutuhan semua pihak yang terlibat dalam mata rantai komoditas pangan 134

utama, mulai dari hulu sampai ke hilir, dari produsen sampai kepada konsumen akhir. Karena kebijakan harga dapat menjadi instrumen yang efektif untuk mencapai tujuan ketahanan pangan bagi masyarakat, apabila diterapkan dengan cermat dan tepat. Mengingat bahwa pengendalian harga pangan pokok melibatkan banyak kementerian, lembaga dan instansi, baik di pusat maupun di daerah, serta memerlukan peran serta aktif dari pihak swasta dan BUMN, maka diperlukan koordinasi yang efektif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan di pusat dan di daerah. Oleh karena itu, sebagaimana yang diamanatkan dalam UU 18/2012, perlu dibentuk suatu lembaga Pemerintah yang menangani bidang pangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Agar efektif dalam menjalankan tugasnya dalam menjaga stabilitas ketersediaan dan harga pangan pokok, maka lembaga tersebut perlu didukung oleh sumber daya dan sumber dana yang memadai. 135