ANALISIS PERUBAHAN VARIASI HARIAN KOMPONEN H PADA SAAT TERJADI BADAI MAGNET

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN POLA HARI TENANG UNTUK MENDAPATKAN TINGKAT GANGGUAN GEOMAGNET DI TANGERANG

MODEL VARIASI HARIAN KOMPONEN H JANGKA PENDEK BERDASARKAN DAMPAK GANGGUAN REGULER

ANALISIS PERBANDINGAN DEVIASI ANTARA KOMPONEN H STASIUN BIAK SAAT BADAI GEOMAGNET

Model Empiris Variasi Harian Komponen H Pola Hari Tenang. Habirun. Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN Jl. Dr. Junjunan No.

KARAKTERISTIK VARIASI HARIAN KOMPONEN H GEOMAGNET REGIONAL INDONESIA

PENENTUAN MODEL POLA HARI TENANG STASIUN GEOMAGNET TANGERANG MENGGUNAKAN DERET FOURIER

DISTRIBUSI KARAKTERISTIK SUDDEN STORM COMMENCEMENT STASIUN BIAK BERKAITAN DENGAN BADAI GEOMAGNET ( )

PENENTUAN POLA HARI TENANG UNTUK MENDAPATKAN TINGKAT GANGGUAN GEOMAGNET DI BIAK

Analisis Variasi Komponen H Geomagnet Pada Saat Badai Magnet

GANGGUAN GEOMAGNET PADA FASE MINIMUM AKTIVITAS MATAHARI DAN MEDAN MAGNET ANTARPLANET YANG TERKAIT

STUDI KORELASI STATISTIK INDEKS K GEOMAGNET REGIONAL MENGGUNAKAN DISTRIBUSI GAUSS BERSYARAT

STUDI TENTANG BADAI MAGNET MENGGUNAKAN DATA MAGNETOMETER DI INDONESIA

ANALISIS MODEL VARIASI HARIAN KOMPONEN GEOMAGNET BERDASARKAN POSISI MATAHARI

BAB I PENDAHULUAN. Matahari adalah sebuah objek yang dinamik, banyak aktivitas yang terjadi

PERBANDINGAN PERHITUNGAN TINGKAT GANGGUAN GEOMAGNET DI SEKITAR STASIUN TANGERANG (175 4'BT; 17 6'LS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas Matahari merupakan faktor utama yang memicu perubahan cuaca

IDENTIFIKASI KONDISI ANGIN SURYA (SOLAR WIND) UNTUK PREDIKSI BADAI GEOMAGNET

Anwar Santoso, Mamat Ruhimat, Rasdewita Kesumaningrum, Siska Fillawati Pusat Sains Antariksa

Prosiding Seminar Nasional Sains Antariksa Homepage: http//

IDENTIFIKASI MODEL FLUKTUASI INDEKS K HARIAN MENGGUNAKAN MODEL ARIMA (2.0.1) Habirun Peneliti Pusat Pemanlaatan Sains Antariksa, LAPAN

KARAKTERISTIK SUDDEN COMMENCEMENT DAN SUDDEN IMPULSE DI SPD BIAK PERIODE

IDENTIFIKASI LUAS DAERAH AKTIF DI MATAHARI PENYEBAB KEJADIAN BADAI GEOMAGNET

DAMPAK AKTIVITAS MATAHARI TERHADAP CUACA ANTARIKSA

KETERKAITAN AKTIVITAS MATAHARI DENGAN AKTIVITAS GEOMAGNET DI BIAK TAHUN

Variasi Pola Komponen H Medan Geomagnet Stasiun Biak Saat Kejadian Solar Energetic Particle (SEP) Kuat Pada Siklus Matahari Ke-23

Prosiding Workshop Riset Medan Magnet Bumi dan Aplikasinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yoana Nurul Asri, 2013

PENGEMBANGAN SOFTWARE DETEKSI OTOMATIS SUDDEN COMMENCEMENT BADAI GEOMAGNET NEAR REAL TIME

BAB I PENDAHULUAN. Tidak hanya di Bumi, cuaca juga terjadi di Antariksa. Namun, cuaca di

ANALISA KEJADIAN LUBANG KORONA (CORONAL HOLE) TERHADAP NILAI KOMPONEN MEDAN MAGNET DI STASIUN PENGAMATAN MEDAN MAGNET BUMI BAUMATA KUPANG

DISTRIBUSI POSISI FLARE YANG MENYEBABKAN BADAI GEOMAGNET SELAMA SIKLUS MATAHARI KE 22 DAN 23

Anwar Santoso Peneliti Bidang Geomagnet dan Magnet Antariksa Pusat Sains Antariksa, Lapan

COMPONENT VARIANTION PREDICTION)

PENENTUAN POSISI LUBANG KORONA PENYEBAB BADAI MAGNET KUAT

ANALISIS PENURUNAN INTENSITAS SINAR KOSMIK

SEMBURAN RADIO MATAHARI DAN KETERKAITANNYA DENGAN FLARE MATAHARI DAN AKTIVITAS GEOMAGNET

MODEL POLA HARI TENANG MEDAN GEOMAGNET DI SEKITAR STASIUN TANGERANG MENGGUNAKAN PERSAMAAN POLINOM ORDE-4

ANALI5IS BADAI MAGNET BUMI PERIODIK

PENENTUAN WAKTU ONSET SUDDEN COMMENCEMENT KOMPONEN H GEOMAGNET DI BIAK

IDENTIFIKASI MODEL INDEKS K GEOMAGNET BERDASARKAN SIFAT STOKASTIK

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi Matahari mengalami perubahan secara periodik dalam skala waktu

Prosiding Seminar Nasional Sains Antariksa Homepage:http//

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan indentifikasi terhadap lubang korona, angin

TELAAH INDEKS K GEOMAGNET DI BIAK DAN TANGERANG

ARUS CINCIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MEDAN GEOMAGNET DI WILAYAH INDONESIA (RING CURRENT AND IT'S EFFECT ON THE GEOMAGETIC FIELD IN INDONESIA REGION)

PREDIKSI TINGKAT GANGGUAN GEOMAGNET LOKAL D(T) MENGGUNAKAN PENDEKATAN STATISTIK

KARAKTERISTIK BADAI GEOMAGNET BESAR DALAM SIKLUS MATAHARI KE-22 DAN 23

KETERKAITAN DAERAH AKTIF DI MATAHARI DENGAN KEJADIAN BADAI GEOMAGNET KUAT

PENERAPAN METODE POLARISASI SINYAL ULF DALAM PEMISAHAN PENGARUH AKTIVITAS MATAHARI DARI ANOMALI GEOMAGNET TERKAIT GEMPA BUMI

BAB I PENDAHULUAN. Matahari merupakan sumber energi terbesar di Bumi. Tanpa Matahari

BADAI MATAHARI DAN PENGARUHNYA PADA IONOSFER DAN GEOMAGNET DI INDONESIA

KARAKTERISTIK VARIASI HARIAN KOMPONEN H GEOMAGNET STASIUN PENGAMAT GEOMAGNET BIAK

Pola Variasi Reguler Medan Magnet Bumi Di Tondano

Diterima 18 April 2016, Direvisi 23 Juni 2016, Disetujui 28 Juni 2016 ABSTRACT

AWAN MAGNET PADA FASE MINIMUM AKTIVITAS MATAHARI DAN KAITANNYA DENGAN GANGGUAN GEOMAGNET

BAB II LANDASAN TEORITIS

CUACA ANTARIKSA. Clara Y. Yatini Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN RINGKASAN

PENGARUH BADAI MATAHARI OKTOBER 2003 PADA IONOSFER DARI TEC GIM

KALIBRASI MAGNETOMETER TIPE 1540 MENGGUNAKAN KALIBRATOR MAGNETOMETER

Sri Suhartini *)1, Irvan Fajar Syidik *), Annis Mardiani **), Dadang Nurmali **) ABSTRACT

PENGUKURAN TEMPERATUR FLARE DI LAPISAN KROMOSFER BERDASARKAN INTENSITAS FLARE BERBASIS SOFTWARE IDL (INTERACTIVE DATA LANGUAGE) Abstrak

1.2 Tujuan Makalah Makalah ini dibuat untuk membantu para taruna-taruni dalam hal memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan medan magnet Bumi.

Jiyo Peneliti Fisika Magnetosferik dan Ionosferik, Pusat Sains Antariksa, Lapan ABSTRACT

KARAKTERISTIK LONTARAN MASSA KORONA (CME) YANG MENYEBABKAN BADAI GEOMAGNET

KAJIAN HASIL UJI PREDIKSI FREKUENSI HF PADA SIRKIT KOMUNIKASI RADIO DI LINGKUNGAN KOHANUDNAS

Diterima 11 Januari 2016, Direvisi 9 Juni 2016, Disetujui 24 Juni 2016 ABSTRACT

KETERKAITAN AKTIVITAS MATAHARI DENGAN VARIABILITAS IONOSFER DAN DAMPAKNYA PADA KOMUNIKASI RADIO DAN NAVIGASI BERBASIS SATELIT DI INDONESIA.

PERAN DIMENSI FRAKTAL DALAM RISET GEOMAGSA

BAB I PENDAHULUAN. yang landas bumi maupun ruang angkasa dan membahayakan kehidupan dan

STUDI PERBANDINGAN DISTRIBUSI INDEKS K GEOMAGNET ANTARA STASIUN BIAK DENGAN MAGNETOMETER DIGITAL DAN STASIUN TANGERANG DENGAN MAGNETOMETER ANALOG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENENTUAN INDEKS AKTIV1TAS MATAHARI EKSTRIM HARIAN

PENGEMBANGAN MODEL PREDIKSI INDEKS K GEOMAGNET

Prosiding Seminar Nasional Sains Antariksa Homepage: http//

KEMUNCULAN SINTILASI IONOSFER DI ATAS PONTIANAK TERKAIT FLARE SINAR-X MATAHARI DAN BADAI GEOMAGNET

METODE PENGUKURAN ARUS GIC PADA TRANSFORMATOR JARINGAN LISTRIK

DAMPAK PERUBAHAN INDEKS IONOSFER TERHADAP PERUBAHAN MAXIMUM USABLE FREQUENCY (IMPACT OF IONOSPHERIC INDEX CHANGES ON MAXIMUM USABLE FREQUENCY)

Prosiding Seminar Nasional Sains Antariksa Homepage: http//

LAPISAN E IONOSFER INDONESIA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPONS SINTILASI SINYAL GPS SAAT BADAI GEOMAGNET Dl LINTANG RENDAH

Buldan Muslim Peneliti Pusat Sains Antariksa, Lapan ABSTRACT

Pengolahan awal metode magnetik

PREDIKSI BINTIK MATAHARI UNTUK SIKLUS 24 SECARA NUMERIK

ANCAMAN BADAI MATAHARI

YANG TERKAIT DENGAN LUBANG KORONA TANGGAL 22 AGUSTUS 2010

MODEL EMPIRIS HARI TENANG VARIASI MEDAN GEOMAGNET DI STASIUN GEOMAGNET TONDANO MANADO

MATAHARI SEBAGAI SUMBER CUACA ANTARIKSA

IDENTIFIKASI PENGARUH AKTIVITAS MATAHARI PADA

Medan Magnet Benda Angkasa. Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

METODE PEMBACAAN DATA IONOSFER HASIL PENGAMATAN MENGGUNAKAN IONOSONDA FMCW

Diterima 11 Agustus 2017; Direvisi 10 Januari 2018; Disetujui 10 Januari 2018 ABSTRACT

STUD! PENGARUH SPREAD F TERHADAP GANGGUAN KOMUNIKASI RADIO

BAB IV ANALISIS KUAT MEDAN PADA PENERIMAAN RADIO AM

Prosiding Seminar Nasional Sains Antariksa Homepage: http//

MODEL SPEKTRUM ENERGI FLUENS PROTON PADA SIKLUS MATAHARI KE-23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari Fitriani, 2013

MODEL PARSIAL HARI TENANG VARIASI MEDAN GEOMAGNET SEBAGAI FUNGSI HARI DALAM SETAHUN, USIA BULAN DAN WAKTU LOKAL DI STASION GEOMAGNET TONDANO

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

PENENTUAN PREKURSOR GEMPA BUMI MENGGUNAKAN DATA GEOMAGNET NEAR REAL TIME DENGAN METODE PERBANDINGAN POLARISASI 2 STASIUN

Transkripsi:

ANALISIS PERUBAHAN VARIASI HARIAN KOMPONEN H PADA SAAT TERJADI BADAI MAGNET Habirun, Sity Rachyany Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN email: e_habirun@yahoo.com ABSTRACT Changes in the daily variation of H component due to magnetic storms with a duration of hours to days is the space weather information is very important for further decision making for the user. Activity disturbance caused wave/influx of energetic particles that arise through the solar wind, can solve the earth's magnetic field is strong at very short intervals. Changes in the daily variation H component is generally an increase or decrease up to hundreds of nano tesla from a stable condition. In the paper be discussion analysis of changes in the daily variation of H component magnet during magnetic storms using double Fourier series. In order to obtain information from changes daily variation of H component during magnetic storms through data from monitoring stations geomagnetic Biak and Tangerang. The results of analysis obtained 3 times a magnetic storm events occur fluctuation SSG to daily variations in H component in Tangerang April 21, in order 171nT,-and-125nT 221nT. Magnetic storm SSC 28 April 21 showed changes occur daily variation of H component in the station at Biak -467nT and 1124nT. Key words:variation of H component, Magnetic storms, Double Fourier ABSTRAK Perubahan variasi harian komponen H akibat badai magnet dengan durasi jam hingga hari merupakan informasi cuaca antariksa yang sangat penting untuk pengambilan keputusan lebih lanjut bagi pengguna. Aktivitas gangguan akibat gelombang arus partikel-partikel dari energetik yang timbul melalui solar wind, dapat memecahkan medan magnetik bumi secara kuat pada selang waktu sangat singkat. Perubahan variasi harian komponen H umumnya mengalami kenaikan atau penurunan hingga ratusan nano tesla dari kondisi stabil. Pada makalah ini dibahas analisis perubahan variasi harian komponen H geomagnet pada saat terjadi badai magnet menggunakan deret Fourier ganda. Diperoleh informasi perubahan variasi harian komponen H saat badai magnet melalui data dari stasiun pengamat geomagnet Biak dan Tangerang. Hasil analisis yang diperoleh 3 kali peristiwa badai magnet SSG hingga terjadi fluktuasi variasi harian komponen H di Tangerang pada bulan April 21, secara berurutan 171nT, -221nT dan -125nT. Badai magnet SSC 28 April 21, menunjukan perubahan variasi harian komponen H di stasiun Biak sebesar 1124nT dan -467nT. Kata kunci:variasi komponen H, Badai magnet, Fourier ganda 1 PENDAHULUAN Variasi harian komponen H geomagnet sangat kompleks dan berfluktuasi akibat pengaruh berbagai aktivitas gangguan yang sifatnya jangka pendek, terutama akibat dampak angin matahari (solar wind) yang ditimbulkan aktivitas flare dan CME (Coronal Mass Ejection). Pada saat terjadi flare di Matahari, arus partikel-partikel dari energetik yang timbul selama flare dan tiupan solar wind yang sangat kuat dapat memecahkan medan magnetik bumi pada waktu sangat singkat. Kejadian ini menimbulkan gangguan 27

Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 6 No. 1 Maret 211 : 27-33 akibat badai magnet (magnetic Storms) dan memicu terjadinya badai ionosfer (Ionospheric Storms) melalui sistem kopling magnetosfer-ionosfer-atmosfer (Tsurutami et al., 199). Gangguan tersebut terjadi karena adanya transfer energi dan momentum melalui mekanisme rekoneksi akibat solar wind terhadap magnetosfer semakin intens bersamaan dengan Bz medan magnet antarplanet arah selatan. Gangguan tersebut mengakibatkan kenaikan atau penurunan variasi harian komponen H hingga ratusan nanotesla dari kondisi normal. Pada saat terjadi rekoneksi, energi dan momentum ditransfer ke dalam magnetosfer Bumi sehingga mengakibatkan perubahan sistem arus. Perubahan sistem arus tersebut menimbulkan depresi pada variasi harian komponen H permukaan Bumi yang tegak lurus terhadap gangguan. Fenomena badai yang diungkapkan di atas merupakan badai magnet yang sifatnya temporal, tetapi selain badai tersebut masih ada pula badai yang bersifat periodik. Gangguan badai magnet yang sifatnya periodik, ditimbulkan oleh aktivitas CME mempengaruhi variasi harian komponen H menunjukan gangguan berulang (recurrent event). Peristiwa gangguan badai yang berperiodik tersebut umumnya terjadi pada fase siklus aktivitas Matahari menurun dan minimum (Zhou X.Y and F.S., 1998). Dalam makalah ini dibahas analisis perubahan variasi harian komponen H geomagnet pada saat terjadi badai magnet yang sifatnya temporal. Tingkat gangguan badai magnet mempengaruhi variasi harian komponen H diketahui secara langsung dan dapat pula dihitung menggunakan model pola hari tenang Sq, berdasarkan selisih antara data pengamatan variasi harian komponen dengan model Sq. Sedangkan model Sq yang digunakan dalam analisis 28 6 6 T, M CosmT CosnM m1 n1 m, n m Sq A data diambil dari model pola hari tenang pada bulan dan tahun sebelumnya, mengingat model Sq pada bulan atau tahun yang bersangkutan masih dalam proses pengamatan. Dengan hasil perhitungan ini diketahui perubahan variasi harian komponen H pada saat terjadi badai magnet. Data variasi harian komponen H geomagnet yang digunakan diperoleh dari stasiun pengamat geomagnet LAPAN Biak dan Tangerang pada saat terjadi badai, yang ditinjau dari aktivitas Matahari maksimum hingga aktivitas Matahari menurun (Ballatore P., 23) 2 METODE Sebelum dilakukan perhitungan tingkat gangguan terlebih dahulu dilakukan pemilihan data yang diambil lima hari tenang dalam satu bulan berdasarkan aturan Internasional. Setiap bulan kelima data hari tenang dilakukan perata-rataan pada jam yang sama sehingga diperoleh pola variasi hari tenang. Berdasarkan data variasi harian komponen H pola hari tenang rata-rata, kemudian ditentukan modelnya menggunakan deret Fourier ganda. 2.1 Model pola hari tenang Sq Berdasarkan data variasi harian komponen H geomagnet pola hari tenang rata-rata yang diperoleh dari pengamatan, ditentukan model pendekatan pola hari tenang rata-rata tiap bulan menggunakan data variasi harian komponen H dalam lima hari paling tenang internasional, pada bulan bersangkutan. Pola hari tenang merupakan gambaran dari variasi harian geomagnet yang tidak mengalami gangguan. Model pola hari tenang Sq dari data variasi harian dikembangkan menggunakan analisis statistik dan Sq melalui deret Fourier ganda dalam waktu dan bulan yang dijabarkan oleh McPherron (25) dengan persamaan (2-1). n (2-1)

Keterangan: T = waktu dan M = bulan dengan sudut fasa dan kem dan n yang dikaitkan dengan periode harian berperiode 24 jam. 2.2 Perhitungan Tingkat Gangguan Geomagnet Beberapa studi telah mentetapkan bahwa aktivitas geomagnet mempunyai variabilitas musiman seperti halnya badai geomagnetik, salah satunya lebih intens dan banyak terjadi selama equinox dari pada selama solstices. Variasi hariannya dalam universal time termasuk dalam pola hari tenang, intensitas Dst lebih tinggi pada pagi hari dibandingkan malam hari paling rendah sekitar jam 12 UT. Secara tradisional variasi musiman menunjukkan tiga efek eksternal; i) perubahan lintang heliografik Bumi selama setahun; ii) variasi aliran angin surya searah dengan sumbu dipole magnet Bumi; dan iii) variasi sudut antara bidang ekuatorial magnetosferik geosentrik Matahari (GSM) dan bidang ekuatorial Matahari. Bumi mencapai lintang heliografik ekstrim dekat equinox yang meningkatkan aktivitas geomagnet selama periode bersangkutan. Sepertinya Bumi lebih baik dihubungkan dengan kecepatan aliran angin surya dari coronal hole lintang rendah dan sumbu dipole, selama solstic nampak menurun dalam aktivitas geomagnet. Efek ini dihubungkan dengan aktivitas geomagnet yang dimulai dengan onset ketidakstabilan Kelvin- Helmholtz di belahan magnetosfer siang, yang dapat muncul selama equinox jika sumbu dipole Bumi tegak lurus aliran angin Matahari. Rekoneksi di sub solar magnetopause dan sebagai konsekuensi aktivitas geomagnet meningkat jika medan magnetosferik di magnetopause yang kasar sepanjang sumbu Z GSM antiparalel dengan medan magnet interplanetary (IMF). Misalnya IMF sebagian besar di bidang ekuatorial matahari, keadaan seperti itu paling sering muncul dekat equinox, jika sumbu rotasi bumi arahnya tegak lurus garis bumi Matahari, dan sumbu GSM mempunyai sudut lebih kecil terhadap bidang ekuator Matahari. Selanjutnya, tingkat gangguan geomagnet dihitung melalui variasi harian komponen H horizontal yang dinyatakan dengan persamaan matematik sebagai berikut: D(T)=H(T)-H (T)-Sq(T,M) (2-2) Keterangan: H(T) = medan magnet komponen H horizontal, H (T) = base line komponen H horizontal dan Sq(T,M) = model variasi hari tenang. Persamaan (2-2) disederhanakan dengan menetapkan titik acuan yang diambil pada pukul waktu lokal sebagai titik nol. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh variasi sekular yang terkandung dalam H (T), sehingga persamaan (2-2) dinyatakan menjadi persamaan (2-3) adalah: D(T)={ H(T)-Sq(T,M)}/Cos(λ) (2-3) Keterangan: H(T) = variasi medan magnet komponen H horizontal, dan λ = lintang geomagnet masing-masing stasiun. Nilai perubahan variasi harian komponen H geomagnet pada saat badai magnet ditinjau terhadap pola hari tenang Sq secara statistik dinyatakan oleh Sudjana (1976) sebagai berikut. H(t)= Sq(t)z S galat (2-4) toleransi perubahan variasi komponen H geomagnet terhadap model Sq dan harga z, diperoleh dari kurva kemiringan distribusi Gauss pada tertentu serta S galat = galat model pada variasi komponen H saat badai magnet. Pada umumnya diambil 5 % sehingga diperoleh harga z = 1,96, sehingga persamaan (2-4) dinyatakan dengan persamaan 2-5. 29

Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 6 No. 1 Maret 211 : 27-33 H(t)= Sq(t)1,96 S galat (2-5) dengan kuantitas galat model dihitung sebagai berikut; S galat T t 1 ( H t Sq T t 2 ) 3 HASIL DAN PEMBAHASAN, t = 1, 2,..., T Analisis pola-pola perubahan variasi harian komponen H geomagnet pada saat badai magnet menggunakan data dari Stasiun Pengamat Geomagnet Biak dan Tangerang, dengan melihat kondisi perubahan variasi harian komponen H geomagnet pada saat sebelum dan sesudah terjadi badai magnet. Dampak peristiwa badai magnet pada medan magnet Bumi umumnya memberikan informasi lingkungan cuaca antariksa terdiri dari dua macam perilaku; Onset badai variasi harian komponen H mengalami kenaikan hingga puncak maksimum, setelah itu kemudian baru mengalami penurunan. Pola badai yang demikian disebut badai magnet SSC (storms suddent commencement) dan biasanya diakibatkan badai magnet kuat. Badai tersebut diakibatkan dampak aktivitas Flare dan CME matahari. Dampak badai magnet mulai onset badai variasi harian komponen H tidak mengalami kenaikan seperti pada poin satu di atas tetapi mulai onset badai dampak pada variasi harian komponen H langsung mengalami penurunan dan disebut badai SG (storms gradually). Badai ini diakibatkan oleh dampak aktivitas coronal hole. Melalui pola-pola variasi harian komponen H akibat dampak badai magnet di atas modelnya dikonstruksi dengan menggunakan model matematis yang sesuai. Karena pola variasinya mengikuti variasi diurnal berperiode reguler maka digunakan deret Fourier ganda. Untuk lebih jelasnya dampak variasi harian komponen H akibat kedua gangguan badai magnet tersebut dapat dilihat pada Gambar 3-1. Pola-pola variasi harian komponen H pada Gambar 3-1 modelnya dikonstruksi menggunakan deret Fourier ganda dengan memperhitungkan periode variasi harian berperiode 24 dan 12 jam. N a n o te s la Komponen H Biak 28-Apr-1 14 12 1 8 6 4 2-2 -4-6 5 1 15 2 Waktu (UT) Gambar 3-1: Perubahan variasi harian komponen H geomagnet pada saat badai magnet dari data Stasiun Pengamat Geomagnet Tangerang 18-8-23 kiri dan kanan stasiun Biak 28-4-21. Masing-masing secara berurutan menunjukkan pertiwa semburan awan magnet Matahari akibat coronal hole disebut badai SSG kiri dan akibat CME kanan yang disebut badai SSC H(nT) 1 5-5 -1-15 -2 Tangerang H - 18 Agustus 23 3 6 9 12 Universal Time 3

Tabel 3-1: AKURASI MODEL VARIASI HARIAN KOMPONEN H POLA HARI TENANG STASIUN PENGAMAT GEOMAGNET LAPAN BIAK DARI TAHUN 1996 DAN 1997 Bulan Tahun Jan. Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 1996 17.13 7.24 4.74 4.7 4.5 4.58 4.19 3.3 6.19 7.17 8.75 5.73 1997.69.44.64.69.41.62.31.76 1.8.86.72.3 7 Komponen H Desember 1996 1 Komponen H Desember 1997 H ( nt ) 6 5 4 3 Model Des.1996 H (n T ) 99 98 97 Model Des.1997 2 96 1 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 Waktu(UT) Gambar 3-2: Perubahan variasi harian komponen H geomagnet pola hari tenang antara data pengamatan Stasiun Pengamat Geomagnet Biak dibandingkan terhadap model pola hari tenang pada bulan Desember 1996 dan 1997 95 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 Waktu(UT) Gambar 3-1 menunjukkan perubahan variasi harian komponen H pada saat badai magnet sedang mengalami kenaikan sekitar 62 nt dan terjadi penurunan sekitar -178,5 nt yang diperoleh berdasarkan data stasiun pengamat geomagnet Tangerang 18 Agustus 23 saat aktivitas Matahari menurun. Berdasarkan data Stasiun Pengamat Geomagnet Biak 28 April 21, pada aktivitas Matahari sekitar maksimum, perubahan variasi harian komponen H pada saat badai magnet SSC kuat mengalami kenaikan 1124 nt, kemudian turun sekitar -467 nt. Peristiwa yang terjadi di atas masih banyak lagi bentuk-bentuk badai magnet yang lebih kuat dan tidak semuanya dibahas dalam makalah ini. Gambar 3-1 baru menguraikan perubahan variasi harian komponen H pada saat terjadi badai magnet, belum diuraikan variasi harian komponen H terhadap pola hari tenang Sq. Perubahan variasi harian komponen H pola hari tenang diuraikan berdasarkan perubahan data variasi harian komponen H pada aktivitas Matahari minimum. Jumlah bilangan sunspot sebagai indikator aktivitas Matahari lebih sedikit dibandingkan aktivitas Matahari maksimum. Dengan menggunakan data variasi harian komponen H pola hari tenang tahun 1996 dan 1997 dari Stasiun Pengamat Geomagnet Biak, dilakukan perhitungan menggunakan persamaan (2-1) sehingga diperoleh model pola hari tenang Sq dibandingkan terhadap data pengamatan variasi harian komponen H masingmasing bulan Desember 1996 dan 1997. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 3-2. Akurasi model pola hari tenang terhadap data pengamatan variasi harian komponen H masing-masing bulan dapat dilihat pada Tabel 3-1, dengan galat terkecil sebesar.3 nt bulan Desember 1997 kolom 13 dan terbesar 17.13 nt 31

Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 6 No. 1 Maret 211 : 27-33 bulan Januari 1996, kolom 2. Setelah itu, data variasi harian komponen H geomagnet dikurangi dengan model variasi harian komponen H pola hari tenang Sq dihitung menggunakan persamaan (2-2) sampai dengan persamaan (2-5), hasilnya ditunjukan pada Gambar 3-3. Gambar 3-3 terlihat perubahan variasi harian kompnen H pada saat badai magnet terhadap model perubahan variasi harian komponen H pola hari tenang dari masing-masing badai. Badai magnet pada bulan April 21 dinyatakan dengan data variasi harian komponen H aktivitas Matahari sekitar maksimum terjadi dari 3 kali peristiwa badai yang diperoleh dari Stasiun Pengamat Geomagnet Tangerang. Penurunan variasi harian komponen H secara berurutan masing-masing sebesar -171 nt, -221 nt dan -125 nt disebut badai SSG. Data Stasiun Pengamat Geomagnet Tangerang pada bulan Agustus 23 menunjukkan bahwa badai magnet SSC yang mempengaruhi variasi harian komponen H hanya dua kali peristiwa badai. Dampak badai SSC ini diawali dengan kenaikan terlebih dahulu kemudian terjadi penurunan. Badai pertama setelah onset badai variasi harian komponen H naik hingga 47 nt kemudian turun sekitar 76 nt. Demikian pula untuk badai kedua setelah onset badai mengalami kenaikan sebesar 5 nt kemudian turun sekitar - 181 nt. Melalui hasil-hasil analisis perubahan variasi harian komponen H gomagnet yang diuraikan sebelumnya, diketahui efek-efek perubahan variasi harian komponen H pada saat terjadi badai magnet. Dengan menggambarkan dua kondisi badai magnet yang mempengaruhi variasi harian komponen H geomagnet yakni badai magnet SSG, diketahui bahwa setelah terjadi badai variasi harian komponen H tidak mengalami kenaikan tetapi langsung mengalami penurunan. Sedangkan badai magnet SSC terjadi setelah badai magnet terlebih dahulu, variasi harian komponen H mengalami kenaikan kemudian terjadi penurunan. Hasil-hasil analisis menunjukan bahwa suatu informasi tingkat gangguan cuaca antariksa yang penting sangat diperlukan bagi kepen-tingan pengguna sebagai pertimbangan atau masukan dalam pengambilan keputusan lebih lanjut. 1 Tangerang April 21 1 Tangerang Ahustus 23 5 5 H (nt) -5-1 H (n T ) -5-1 -15-15 -2-2 -25 1 2 3 4 5 6 7 Waktu(jam) -25 1 2 3 4 5 6 7 Waktu(jam) Gambar 3-3: Perubahan data variasi harian komponen H geomagnet terhadap model variasi harian komponen H pola hari tenang pada bulan Desember 1996 dan 1997 dari Stasiun Pengamat Geomagnet Tangerang pada aktivitas Matahari sekitar maksimum dan menurun 32

4 KESIMPULAN Berkaitan hasil analisis perubahan variasi harian komponen H geomagnet pada saat terjadi badai magnet menunjukkan informasi cuaca antariksa yang terdiri dari dua efek peristiwa badai magnet yang berbeda. Pertama, peristiwa badai magnet SSG mempengaruhi variasi harian komponen H mengakibatkan efek penurunan hingga ratusan nanotesla. Dengan 3 kali peristiwa badai magnet hingga terjadi penurunan perubahan variasi harian komponen H yang dihasilkan Stasiun Pengamat Geomagnet Tangerang pada bulan April 21, secara berutan masing-masing sebesar -171 nt, -221 nt dan -125 nt disebut badai SSG. Kedua, peristiwa badai magnet SSC mempengaruhi variasi harian komponen H mengakibatkan efek kenaikan terlebih dahulu kemudian mengalami penurunan hingga ratusan nanotesla. Perubahan variasi harian komponen H dinyatakan data dari Stasiun Pengamat Geomagnet Biak, 28 April 21 mengalami kenaikan sebesar 1124 nt, kemudian turun sekitar -467 nt. DAFTAR RUJUKAN Ballatore P., and W.D., Gonzalez, 23. On the Estimate of Ring Current Injection and Decay, Earth Plants Space, 55. 427-435. R.L McPherron, 25. Calculation of the Dst index. Presentation at LWS CDAW Workshop Fairfax, Virginia Email: rmcpherron@igpp.ucla.edu. Sudjana, 1976. Metode Statistik, cetakan kedua Penerbit Transito Bandung. Tsurutami, B.T., B.E. Glodstein, et al., 199. The interplanetary and Solar Causes of Geomagnetic Activity, Planet. Space Sci. 38(1), 19 126. X.-Y. Zhou and F.-S. Wei, 1998. Prediction of Recurrent Geomagnetic Disturbance by Using Adaptive Filtering. Earth Planets Space, 5. 839 845. 33