PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem bijih porfiri berasal dari fluida magmatik hidrotermal bertemperatur tinggi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau

penginderaan jauh remote sensing penginderaan jauh penginderaan jauh (passive remote sensing) (active remote sensing).

KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH. Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data

MENU STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI SOAL REFERENSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ISTILAH DI NEGARA LAIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 1

BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA

BAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Untuk mengetahui ketelitian dari hasil groundtruth dan diperoleh 83.67% maka klasifikasi dianggap benar. (Purwadhi, 2001) Pembahasan

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

BAB I PENDAHULUAN. pada radius 4 kilometer dari bibir kawah. (

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

Disusun Oleh: Alva. Kurniawann

ACARA I SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGINDERAAN JAUH D. SUGANDI NANIN T

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

Cara memperoleh Informasi Tidak kontak langsung dari jauh Alat pengindera atau sensor Data citra (image/imagery) a. Citra Foto Foto udara

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN

BAB I PENDAHULUAN. and R.W. Kiefer., 1979). Penggunaan penginderaan jauh dalam mendeteksi luas

BAB I PENDAHULUAN. bagian tepi lempeng Eurasia. Batas lempeng ini merupakan tempat bertemunya tiga

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

SISTEM PANASBUMI: KOMPONEN DAN KLASIFIKASINYA. [Bagian dari Proposal Pengajuan Tugas Akhir]

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

12/1/2009. Pengamatan dilakukan dengan kanal yang sempit Sensor dapat memiliki 200 kanal masing-

PENGGUNAAN HIGH TEMPORAL AND SPASIAL IMAGERY DALAM UPAYA PENCARIAN PESAWAT YANG HILANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

PENGINDERAAN JAUH. Beberapa satelit yang diluncurkan dari bumi oleh beberapa negara maju antara lain:

APLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK GEOTEKNIK. Oleh: Icksan Lingga Pradana Irfan Fernando Afdhal Joni Sulnardi

APA ITU FOTO UDARA? Felix Yanuar Endro Wicaksono

BAB I PENDAHULUAN. Zona Perbukitan Rembang merupakan daerah yang sudah dikenal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS MANDIRI MINGGU KETIGA SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Dalam pengembangannya, geodinamika dapat berguna untuk : a. Mengetahui model deformasi material geologi termasuk brittle atau ductile

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Geografi

LOGO PEMBAHASAN. 1. Pemetaan Geomorfologi, NDVI dan Temperatur Permukaan Tanah. 2. Proses Deliniasi Prospek Panas Bumi Tiris dan Sekitarnya

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold).

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

I. PENDAHULUAN. Gambar I.1 Lokasi daerah penelitian. Daerah Penelitian

Abstrak

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 2 A. PENGINDERAAN JAUH NONFOTOGRAFIK. a. Sistem Termal

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. geologi khususnya mempelajari tentang batuan sebagai objek utama, prosesproses

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bayat merupakan salah satu daerah yang menarik sebagai obyek penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SURVEI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF POTENTIAL UNTUK MENGETAHUI POTENSI PANAS BUMI (STUDI KASUS OBYEK WISATA GUCI, JAWA TENGAH)

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian. Data Kementerian ESDM (2014) menyatakan bahwa

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan dan Penggunaan Lahan 2.2 Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Potensi panas bumi di Indonesia merupakan yang terbesar di. Panas Bumi dan Teknologi BAB IV. Reservoir. 4.1 Reservoir Panas Bumi

Transkripsi:

PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI Penginderaan jauh atau disingkat inderaja, berasal dari bahasa Inggris yaitu remote sensing. Pada awal perkembangannya, inderaja hanya merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh data di permukaan bumi. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan iptek, ternyata inderaja seringkali berfungsi sebagai suatu ilmu. Everett dan Simonett mengemukakan bahwa hakikat penginderaan jauh sebagai suatu ilmu, karena terdapat suatu sistematika tertentu untuk dapat menganalisis informasi tentang permukaan bumi. Berikut adalah pengetian penginderaan jauh menurut para ahli: 1. Menurut Lillesand dan Kiefer (1979), Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji. 2. Menurut Colwell (1984) Penginderaaan Jauh yaitu suatu pengukuran atau perolehan data pada objek di permukaan bumi dari satelit atau instrumen lain di atas atau jauh dari objek yang diindera. 3. Menurut Curran, (1985) Penginderaan Jauh yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna. 4. Menurut Lindgren (1985) Penginderaan Jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Penginderaan jauh juga banyak jenisnya, salah satunya adalah foto udara. Foto udara merupakan salah satu jenis citra penginderaan jauh dengan wahana berupa pesawat terbang rendah sampai terbang tinggi dengan ketinggian terbang 1000 meter sampai 18.000 meter dari permukaan bumi. Sehingga data data yang terekam dalam citra foto udara memiliki tingkat keakuratan yang lebih tinggi daripada citra satelit tetapi dengan luas wilayah yang terekam jauh lebih kecil dari citra foto satelit. Foto udara memiliki skala yang jauh lebih besar dari citra satelit (spaceborne), sehingga jumlah informasi geometri maupun ketelitiannya juga jauh lebih tinggi. Citra satelit seperti Landsat atau SPOT lebih berguna untuk daerah yang sangat luas tapi tidak memerlukan informasi geometri yang rinci. Pengambilan foto udara sangat tergantung pada cuaca, dan hanya bisa beroperasi selama ada sinar matahari yang cukup. Namun secara umum tingkat akurasi geometri foto udara masih lebih tinggi, sehingga untuk peta berskala besar masih digunakan foto udara.

Interpretasi foto udara secara umum dapat digunakan sebagai bahan pembuat peta topografi serta pemetaan sumber daya alam baik hayati maupun non hayati. Pemanfaatan dan aplikasi foto udara dalam ruang lingkup geologi dapat diterangkan sebagai berikut : Eksplorasi Minyak Bumi Bumi memiliki permukaan dan variabel yang sangat kompleks. Relief topografi bumi dan komposisi materialnya menggambarkan bebatuan pada mantel bumi dan material lain pada permukaan dan juga menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan. Masingmasing tipe bebatuan, patahan di muka bumi atau pengaruh-pengaruh gerakan kerak bumi serta erosi dan pergeseran-pergeseran muka bumi menunjukkan perjalanan proses hingga membangun muka bumi seperti saat ini. Eksplorasi sumber minyak dimulai dengan pencarian karakteristik pada permukaan bumi yang menggambarkan lokasi deposit. Pemetaan kondisi permukaan bumi diawali dengan pemetaan umum (reconnaissance), dan apabila ada indikasi tersimpannya mineral, dimulailah pemetaan detil. Kedua pemetaan ini membutuhkan kerja validasi lapangan, akan tetapi kerja pemetaan ini sering lebih mudah jika dibantu foto udara atau citra satelit. Setelah proses pemetaan, kerja eksplorasi lebih intensif pada metode-metode geofisika, terutama seismik, yang dapat memetakan konstruksi bawah permukaan bumi secara tiga dimensi untuk menemukan lokasi deposit secara tepat. Kemudian dilakukan uji pengeboran. Pada saat pemetaan umum inilah citra foto udara hasil penginderaan jauh dapat dianalisis lebih lanjut agar dapat memperoleh interpretasi struktur geologi berupa lipatan atau patahan yang kemungkinan dapat menjadi jebakan minyak bumi pada daerah onshore.citra foto udara juga dapat dianalisis untuk mengidentifikasi setiap spektrum warna yang ditimbulkan dari alterasi mineralogi yang terjadi pada lapisan batuan di sekitar ladang minyak. Eksplorasi Mineral Metode penginderan jauh dengan foto udara terbukti sangat bermanfaat dalam membantu usaha eksplorasi mineral. Beberapa hal yang dapat diperoleh dari hasil interpretasi foto udara yang berhubungan dalam eksplorasi mineral antara lain: pemetaan pola kelurusan regional yang berhubungan dengan keberadaan lokasi-lokasi pertambangan, pemetaan pola rekahan lokal yang mungkin mengontrol keberadaan jebakan mineral, deteksi hidrotermal dari batuan teralterasi yang berasosiasi dengan jebakan mineral, serta basis data pemetaan geologi.

Perpotongan rekahan-rekahan lokal Daerah dengan banyak rekahan yang saling berpotongan ternyata memiliki prospek eksplorasi mineral yang baik. Hal ini dikarenakan mineral - mineral yang terlarut akan terakumulasi pada rekahan tersebut. Rekahan lokal ini dapat dipetakan melalui pengamatan citra Landsat yang dipebesar, khususnya apabila citra diperoleh pada saat posisi matahari dekat dengan horizon (oblique photo) dan citra telah diproses dengan filter digital untuk mempertajam kenampakan rekahan. Interpretasi pola - pola kelurusan. Lokasi-lokasi pertambangan berdiri di atas suatu zona mineralisasi yang biasanya berpola linear. Pola-pola kelurusan ini memiliki kisaran panjang dari ratusan hingga ribuan kilometer, dan telah ditemukan banyak deposit mineral melalui eksplorasi yang dilakukan di sepanjang pola - pola kelurusan ini. Sehingga, terdapat kecenderungan bahwa lokasi-lokasi pertambangan tidak tersebar secara acak melainkan berdiri di atas zona yang berbentuk linear. Selanjutnya, dengan bantuan foto udara, geologist mampu memberikan evaluasi tentang hubungan antara jebakan mineral dengan pola-pola kelurusan. Pemetaan Hidrotermal Batuan Teralterasi Mineral-mineral biasanya akan terakumulasi pada tubuh batuan induk oleh media fluida bertemperatur tinggi yang disebut hydrothermal solutions. Fluida ini akan bereaksi kimiawi dengan batuan induk hingga membentuk batuan teralterasi dengan susunan kimia tambahan berupa mineral yang dibawa fluida tadi. Lokasi akumulasi mineral ini tidak tampak dari permukaan, melainkan melalui proses pengangkatan dan erosi yang terus-menerus membentuk suatu singkapan yang kemudian dapat diamati sebagai jebakan mineral. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua batuan teralterasi berasosiasi dengan jebakan mineral, begitu pula sebaliknya, tidak semua jebakan mineral ditandai dengan keberadaan batuan teralterasi. Namun, adanya zona alterasi terkadang dapat menjadi indikator kemungkinan keberadaan jebakan mineral. Pada suatu daerah dengan tubuh batuan yang tersingkap penginderan jauh multispektral sangat membantu dalam mengenali keberadaan batuan teralterasi, disebabkan oleh pantulan spektrum yang diterima memiliki perbedaan antara batuan yang tidak teralterasi dengan batuan yang mengalami alterasi. Sehingga akan tampak jelas perbedaan hasil pantulan spektrum tersebut ketika diubah dalam citra, khususnya apabila dapat diperjelas dengan penggunaan warna tambahan. Dalam kasus ini dapat

dicontohkan berupa perolehan mineral tembaga dari batuan beku porfiritik seperti granit porfiri. Pembentukan Granit porfir dapat menembus batuan induk yang lebih tua hingga kedalaman beberapa kilometer dari permukaan tanah. Granit porfiri dan tubuh batuan induk yang terpotong akan mengalami perekahan intensif selama pedinginan. Panas magma yang berada jauh di kedalaman menimbulkan arus konveksi hidrotermal yang dapat bergerak melalui celah-celah rekahan batuan dan menghasilkan alterasi mineral tembaga pada batuan porfiri dan batuan induk di sekitarnya. Pengaruh deformasi struktural, erosi, dan deposisi akan menyingkap granit porfir sebagai batuan hasil alterasi. Beberapa lokasi penambangan mineral tembaga dari batuan beku porfiritik yang telah dideteksi dengan penginderaan jauh (dengan Landsat TM dan Airborne TMS) yaitu penambangan Silver Bell, Helvetia, dan Safford yang berlokasi di selatan Arizona, Amerika Serikat. Basis Data Untuk Pemetaan Geologi Selain untuk mengetahui lokasi jebakan mineral melalui pengamatan kelurusan, rekahan, dan alterasi batuan, foto udara dapat memberikan data dalam pembuatan dan penyempurnaan peta geologi yang merupakan perangkat dasar dari eksplorasi geologi. Pada peta geologi dengan skala kecil tidak mampu memetakan detail suatu lokasi. Misalnya, diperkirakan dua pertiga wilayah selatan Afrika kekurangan peta geologi berskala 1 : 500.000 ataupun dengan skala yang lebih besar. Ketika citra Landsat pertama kali digunakan pada wilayah ini, ternyata ditemukan suatu patahan yang kemudian dinamakan Tantalite Valley fault zone. Patahan tampaknya berupa right-lateral strike-slip fault dan dipetakan sepanjang 450 Km. Dijumpai banyak intrusi batuan beku basa (mafic) yang tersingkap pada zona patahan dan singkapan ini dapat dikenali dengan mudah dengan citra Landsat. Pada lokasi lain di Nabesna, Alaska Tengah, dengan memanfaatkan kombinasi analisis lineament dan proses digital dari data Landsat MSS dalam evaluasi keberadaan potensi jebakan mineral, diindikasikan bahwa 56 persen jebakan mineral berada sepanjang 1,6 Km dari lineamen Landsat. Warna buatan yang dihasilkan menunjukkan sekitar 72 persen merupakan lokasi mineral dan sisanya merupakan area batuan alterasi dan area eksplorasi yang potensial.

TUGAS GEOLOGI EKSPLORASI Peran Remote Sensing Dalam Kegiatan Eksplorasi Geologi DISUSUN OLEH : NAMA : DEDI LUMBANTORUAN NPM : 270110100130 FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI UNIVERSIAS PADJADJARAN 2012/2013