BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu yang dapat menjadi acuan dalam mengukur keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

BAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS)

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

Chapter 2 Comparative Economic Development

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. Investasi menambah modal, teknologi yang dipergunakan menjadi. berkembang dan juga tenaga kerja akan bertambah sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. usaha memajukan pembangunan bangsa karena terkait dengan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakstabilan ekonomi yang juga akan berimbas pada ketidakstabilan dibidang

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

Tinjauan Perekonomian Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dari kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi wilayah atau regional merupakan salah satu bagian penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat, dilihat dari aspek ekonominya, dapat diukur dengan tingkat pendapatan nasional per kapita. Proses pembangunan ekonomi juga akan membawa dengan sendirinya suatu perubahan mendasar dalam struktur perekonomian yang disebut juga sebagai transformasi struktural. Transformasi struktural merupakan proses perubahan atau pergeseran struktur perekonomian dari dominan sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Pada umumnya transformasi yang terjadi di negara-negara sedang berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri. Nasoetion mengatakan bahwa transformasi struktural adalah gejala alamiah yang harus dialami oleh setiap perekonomian yang sedang tumbuh. Perekonomian yang sedang tumbuh ditandai dengan meningkatnya pendapatan per kapita. Dari sisi permintaan agregat (aggregate demand) dengan adanya kenaikan pendapatan masyarakat akan merubah pola konsumsi mereka. Perubahan ini disebabkan oleh perubahan selera mereka dari semula mengkonsumsi bahan pokok (primer) seperti makanan, ke konsumsi barang-barang non primer. Sedangkan dari sisi penawaran agregat (aggregate supply) faktor-faktor pendorong utama adalah perubahan teknologi (technology progress), peningkatan

sumber daya manusia (SDM), dan penemuan material-material baru untuk produksi (Hidayat dan Nazara, 2005, Tambunan, 2001). Penerapan otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, mendorong daerah untuk secara proaktif menyusun dan mengembangkan berbagai rencana dan kebijakan pembangunan daerahnya berdasarkan potensi wilayah yang dimilikinya. Dengan demikian daerah diberi kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sesuai aturan yang berlaku, sehingga masa depan daerah akan ditentukan oleh kemampuan manajemen pemerintah daerah yang bersangkutan, termasuk dalam pembangunan dan pengembangan wilayah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang telah memperlihatkan kemajuan pembangunan ekonomi yang cukup cepat. Pembangunan ekonomi di Deli Serdang disertai pula dengan adanya transformasi ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Pada tahun 2009 transformasi struktural ekonomi Deli Serdang di sektor industri lebih cepat bila dibandingkan dengan Sumatera Utara. Tetapi untuk sektor jasa Sumatera Utara secara keseluruhan lebih cepat dari Deli Serdang. Tabel 1.1 memperlihatkan perbandingan kontribusi sektor-sektor ekonomi Deli Serdang dan Sumatera Utara. Pada tahun 2009, sektor industri menyumbang 53,03 persen dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sementara Sumatera Utara sektor industrinya hanya menyumbang 31,95 persen dari total PDRB nya.

Tabel 1. 1. Distribusi PDRB Kabupaten Deli Serdang dan Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha 2009 Lapangan Usaha Deli Serdang (%) Sumatera Utara (%) Pertanian Industri (Manufaktur) Jasa-jasa 10,60 53,03 (49,75) 36,37 23,04 31,95 (23,29) 45,01 Jumlah 100,00 100,00 Sumber: BPS Prov. Sumatera Utara, 2010, BPS dan Bappeda Deli Serdang 2010. Industri manufaktur Deli Serdang menyumbang 49,75 persen dari total PDRB nya, sementara industri manufaktur Sumatera Utara hanya menyumbang 23,29 persen dari total PDRB nya. Tetapi untuk sektor jasa transformasi strukturalnya lebih cepat dari Deli Serdang. Sektor jasa Sumatera Utara menyumbang 45,01 persen dari total PDRB, sementara sektor jasa Deli Serdang hanya menyumbang 36,37 persen dari PDRB total. Tabel 1. 2. Kontribusi PDRB Deli Serdang terhadap PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2004-2009. PDRB Deli Serdang PDRB Sumatera Konstribusi PDRB Deli Tahun (juta rupiah) Utara Serdang terhadap PDRB 2004 2005 2006 2007 2008 2009 15.861.076,58 19.136.227,10 21.459.069,56 26.041.787,53 30.116.831,18 34.172.480,34 (juta rupiah) 118.100.511,82 139.618.313,54 160.376.799,09 181.819.737,32 213.931.696,78 236.353.615,83 Sumatera Utara (%) 13,43 13,71 13,38 14,32 14,08 14,46 Sumber: BPS Sumatera Utara, Kondisi Kesejahteraan Rakyat dan Ekonomi 2005-2010. Kontribusi PDRB Deli Serdang terhadap total PDRB Sumatera Utara pada periode 2004-2009 menunjukkan angka yang berfluktuasi, namun persentasenya cenderung naik. Pada tahun 2004 kontribusi PDRB Deli Serdang terhadap PDRB Sumatera Utara besarnya 13,43 persen. Pada tahun 2009 angka ini naik menjadi

14,46 persen. Tabel 1.2 menunjukkan kontribusi PDRB Deli Serdang terhadap PDRB Sumatera Utara periode 2004-2009. Pertumbuhan PDRB Deli Serdang Periode 2004-2008 setiap tahun lebih rendah dari pertumbuhan PDRB Sumatera Utara pada periode yang sama. Pada periode 2004/2005 pertumbuhan ekonomi Deli Serdang sebesar 4,97 persen. Pada periode yang sama pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara besarnya 5,48 persen. Pada periode tahun 2007/2008 pertumbuhan ekonomi Deli Serdang sebesar 5,82 persen. Pada periode yang sama pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara besarnya 6,39 persen. Tetapi pada tahun 2009 pertumbuhan PDRB Deli Serdang telah lebih tinggi dibanding Sumatera Utara, di mana pertumbuhan Deli Serdang sebesar 5,55 persen dan Sumatera Utara 5,07 persen (tabel 1.3). Kondisi terakhir ini menunjukkan bahwa kinerja ekonomi Deli Serdang memiliki prospek yang cerah di masa depan. Tabel 1. 3. PDRB Deli Serdang dan Sumatera Utara Tahun 2004-2009 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah) Tahun PDRB Deli Serdang Pertumbuhan (%) PDRB Sumatera Utara Pertumbuhan (%) 2004 2005 2006 2007 2008 2009 10.478.375,19 10.999.416,23 11.598.334,85 12.264.029,20 12.977.936,98 13.698.060,00-4,97 5,45 5,74 5,82 5,55 83.328.948,58 87.897.791,21 93.347.404,39 99.792.273,27 106.172.360,10 111.559.224,82-5,48 6,20 6,90 6,39 5,07 Sumber: BPS Sumatera Utara, Kondisi Kesejahteraan Rakyat dan Ekonomi 2005-2010. Sumbangan sektor pertanian terhadap total PDRB Deli Serdang dari tahun ke tahun pada periode 2006-2009 menunjukkan tren yang menurun. Pada tahun 2006 sumbangan sektor pertanian terhadap total PDRB adalah sebesar 13,34%. Pada tahun 2009 sumbangan sektor pertanian terhadap total PDRB telah menurun

menjadi 10,60 persen. Sebaliknya sumbangan sektor industri termasuk di dalamnya industri manufaktur mengalami kenaikan yang cukup berarti. Pada tahun 2006 sumbangan sektor industri terhadap total PDRB adalah sebesar 49,74 persen. Pada tahun 2009 angka ini meningkat menjadi 53,03 persen. Demikian juga halnya dengan industri pengolahan (manufaktur). Pada tahun 2006 sumbangan sektor industri manufaktur terhadap total PDRB sebesar 46,22 persen. Pada tahun 2009 angka ini meningkat menjadi 49,75 persen. Sementara sektor jasa menunjukkan tren yang relatif stabil pada periode tahun 2006-2009. Perkembangan ini menunjukkan telah terjadi transformasi struktural di Kabupaten Deli Serdang pada periode tersebut (tabel 1.4). Tabel 1. 4. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Deli Serdang Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (jutaan rupiah) Tahun 2006 2009 Lapangan Usaha Tahun Pertanian Industri (Industri Manufaktur) Jasa-jasa 2006 (%) 2007 (%) 2008 (%) 2009 (%) 13,34 12,19 10,82 10,60 49,74 53,01 52,41 53,03 (46,22) (49,38) (49,15) (49,75) 36,92 34,80 36,77 36,37 Jumlah nominal 21.459.069,6 26.053.713,3 30.116.830,0 34.172.480,0 BPS Sumatera Utara, Kondisi Kesejahteraan Rakyat dan Ekonomi 2005-2010, BPS dan Bappeda Deli Serdang, Deli Serdang Dalam Angka, 2010. Dalam hal penyerapan tenaga kerja sektor pertanian menyerap jumlah tenaga kerja yang juga lebih rendah bila dibandingkan dengan sektor industri dan jasa, tetapi perbedaannya tidak sebesar share yang ada dalam PDRB. Bila pada tahun 2009 sumbangan sektor pertanian dalam PDRB hanya sebesar 10,06 persen, dalam hal tenaga kerja sektor pertanian menyumbang 24,00 persen dari total tenaga kerja pada tahun yang sama. Sebaliknya sektor industri menyumbang 53,03 persen dari total PDRB, dalam hal penyerapan tenaga kerja sektor ini hanya

menyumbang 31,00 persen dari total tenaga kerja. Demikian juga dengan sektor jasa, sektor ini menyumbang 36,37 persen dari total PDRB, dalam hal penyerapan tenaga kerja sektor ini menyumbang 45 persen dari total tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja di sektor pertanian produktivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan pekerja sektor industri dan jasa (tabel 1.5). Tabel 1. 5. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 Lapangan usaha Sumbangan Terhadap PDRB (%) Pertanian Industri (industri manufaktur) Jsasa-jasa Sumber: BPS dan Bappeda Kabupaten Deli Serdang, 2010. 24,00 31,00 (19,00) 45,00 Secara empiris korelasi antara pembangunan dan perubahan struktur ekonomi dapat dilihat dalam tabel 1.6. Tabel tersebut menunjukkan hubungan antara pembangunan ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh pendapatan per kapita atau Gross National Income (GNI per kapita) dengan struktur ekonomi secara data cross section; dimana semakin tinggi GNI per kapita makin kecil sumbangan sektor pertanian terhadap total Gross Domestic Product (GDP). Sebaliknya makin tinggi GNI per kapita, sumbangan sektor industri dan industri manufaktur serta sektor jasa semakin tinggi. Burundi misalnya, dengan pendapatan per kapita sebesar US$150, sektor pertaniannya menyumbang 35% dari total GDP. Sementara sektor industri dan industri manufakturnya hanya menyumbang masing-masing sebesar 20 dan 9 persen. Sama halnya dengan Afghanistan, dengan pendapatan per kapita US$310, sektor pertanian menyumbang 33 persen dari total pendapatan nasionalnya. Sektor industri dan

industri manufaktur hanya menyumbang masing-masing 22 dan 13 persen dari total GDPnya. Tabel 1. 6. GNI Perkapita dan Struktur Ekonomi Negara Negara Terpilih di Dunia Tahun 2009 Gross Struktur Output No Negara National Pertanian Industri Manufaktur Jasa Income Per Kapita ($) %GDP %GDP (%GDP) %GDP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 16 17 18 19 20 Burundi Afghanistan Bangladesh Tajikistan Laos Vietnam Uzbekistan Mongolia Srilangka Indonesia Syria Georgia Turkmenistan 150 310 580 700 880 1.000 1.100 1.630 1.990 2.050 2.410 2.530 3.420 3.760 35 33 19 22 35 21 20 24 13 16 21 10 12 12 20 22 29 24 28 40 33 33 30 49 34 21 54 43 (9) (13) (18) (11) (9) (20) (13) (5) (18) (27) (13) (12) (47) (34) 45 45 53 54 37 39 47 44 58 35 45 69 34 45 Thailand Iran 4.530 10 40 (11) 45 Kazakhstan 6.920 7 40 (11) 53 Libanon 8.060 5 17 (9) 78 Saudi Arabia 17.210 3 51 (10) 46 Korea Selatan 19.830 3 37 (28) 61 Singapore 37.220 0 26 (19) 74 Jepang 38.080 1 28 (20) 71 Norway 84.640 1 40 (10) 59 World 8.732 3 27 (17) 70 Sumber: The World Bank, World Development Indicators 2011 Catatan: Negara berpendapatan rendah, adalah Negara berpendapatan per kapita US$ 995. Negara berpendapatan menengah rendah, adalah negara berpendapatan per kapita US $996-$3.945. Negara berpendapatan menengah atas, adalah negara berpendapatan perkapita US$3.946 US$12.195. Negara berpendapatan tinggi adalah negara berpendapatan per kapita US$12.196 atau lebih. Sebaliknya negara-negara maju seperti Jepang dan Norway sebagian besar pendapatan nasionalnya berasal dari sektor industri dan sektor jasa. Jepang, misalnya dengan pendapatan per kapita sebesar US$38.080, sektor pertanian

hanya menyumbang 1 persen dari total GDP nya, sebaliknya sektor industri menyumbang 28 persen, termasuk di dalamnya industri manufaktur yang menyumbang sebesar 20 persen dan sektor jasa 71 persen dari total GDP nya. Demikian juga dengan Norway, negara Skandinavia ini dengan pendapatan per kapita sebesar US$84.640, hanya mendapatkan 1 persen bagian pendapatan nasionalnya dari sektor pertanian. Sebagian besar total GDP negara ini berasal dari sektor industri yaitu sebesar 40 persen, industri manufaktur (bagian dari sektor industri) sebesar 10 persen dan sektor jasa 59 persen. Hubungan antara besarnya tingkat pendapatan dan tingkat urbanisasi dengan jumlah anak yang dimiliki oleh rata-rata seorang ibu dapat dilihat berdasarkan data empiris seperti pada tabel 1.7. Dengan mengambil contoh beberapa negara terpilih. Terlihat bahwa negara Burundi di Afrika dengan pendapatan per kapita sebesar US$150 per tahun, ibu-ibu di negara tersebut memiliki jumlah anak rata-rata 4,5 orang. Demikian juga halnya dengan Afghanistan di Asia, negara dengan pendapatan per kapita sebesar US$310 per tahun ini, ibu-ibu di negara tersebut memiliki jumlah anak rata-rata 6,5 orang. Sebaliknya negara-negara maju seperti Jepang dengan pendapatan per kapita sebesar US$38.080 per tahun, rata-rata seorang ibu di negara tersebut hanya memiliki jumlah anak 1,4 orang. Demikian juga halnya dengan Norway, negara dengan pendapatan per kapita sebesar US$84.640, rata-rata seorang ibu di negara tersebut hanya memiliki anak 2,0 orang. Dengan demikian nyatalah, bahwa makin baik tingkat pembangunan ekonomi di suatu negara yang diperlihatkan oleh tingginya pendapatan per kapita

(GNI per kapita) makin banyak penduduk tinggal di daerah perkotaan, dan makin sedikit jumlah rata-rata anak yang dimiliki oleh seorang ibu (Total Fertility Rate/TFR) di negara tersebut. Sebaliknya, makin rendah tingkat pembangunan disuatu negara, makin sedikit jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan, dan semakin besar jumlah rata-rata anak-anak yang dimiliki oleh seorang ibu di negara tersebut. Tabel 1. 7. Pendapatan Per Kapita, Tingkat Urbanisasi dan TFR Beberapa Negara Terpilih di Dunia Tahun 2009. GNI per Kapita Urbanisasi Total Fertility No Negara ($) (2009) % 2009 Rate 2009 1 2 3 4 5 Burundi Afghanistan Bangladesh Tajikistan Laos 150 310 580 700 880 6 Vietnam 1.000 28 2,0 7 8 9 10 11 12 13 14 Uzbekistan Mongolia Sri Lanka Indonesia Syria Georgia Turkmenistan Thailand 1.100 1.630 1.990 2.050 2.210 2.530 3.420 3.760 37 57 15 53 55 53 49 34 2,7 2,0 2,3 2,1 3,1 1,6 2,4 1,8 15 Iran 4.530 69 1,8 16 17 Kazakhstan Libanon 6.920 8.060 58 87 2,6 1,8 18 Saudi Arabia 17.210 82 3,0 19 20 21 22 Korea Selatan Singapore Jepang Norway 19.830 37.220 38.080 84.640 82 100 67 78 1,3 1,2 1,4 2,0 Dunia 8.732 50 2,5 Sumber: The World Bank, World Development Indicators 2011 11 24 28 26 32 4,5 6,5 2,3 3,4 3,4

Berdasarkan uraian di atas, terlihat adanya alur seperti berikut; Pembangunan menyebabkan naiknya pendapatan. Naiknya pendapatan menyebabkan terjadinya transformasi struktural ekonomi, dari dominan sektor pertanian bergeser ke sektor industri dan jasa. Berkembangnya sektor industri dan jasa menyebabkan makin terbukanya lapangan pekerjaan di daerah perkotaan. Keadaan ini mendorong terjadinya migrasi desa-kota. Hal ini meningkatkan urbanisasi. Penduduk yang berasal dari daerah perdesaan menyesuaikan pola hidup mereka dengan pola hidup perkotaan. Tingkat partisipasi kerja perempuan meningkat, tingkat pendidikan mereka juga meningkat, umur kawin pertama lebih tinggi. Akibat semua ini jumlah kelahiran atau fertilitas cenderung menurun. Indonesia saat ini sedang mengalami transisi demografi yang cepat. Hal ini ditandai dengan adanya penurunan fertilitas dan mortalitas dari tingkat yang tinggi ke tingkat yang rendah. Namun demikian, kecepatan transisi ini tidak merata di berbagai daerah (provinsi). Beberapa provinsi telah memiliki TFR yang sangat rendah yaitu Jakarta 2,04, Bali 2,12 dan Yogyakarta 1,85 pada tahun 1997 (Muhidin, 2003). Daerah-daerah yang memiliki angka TFR tersebut merupakan daerah yang berada di pulau Jawa dan Bali yang dalam kebijakan kependudukan telah melakukan program keluarga berencana sejak tahun 1970. Sebaliknya Sumatera Utara yang dalam Kebijakan Keluarga Berencana Nasional termasuk daerah Luar Jawa-Bali I mulai melakukan program keluarga berencana pada tahun 1975, pada tahun 2006 masih memiliki angka TFR sebesar 2,58 (BPS, 2008). Pada tahun 1990 penduduk Indonesia berjumlah 178.631.196 jiwa, pada

tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia meningkat menjadi 203.493.706. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia telah meningkat menjadi 237.641.326. Bila dihitung pertumbuhan rata-rata pada dua periode tersebut, pertumbuhan pada periode 1990 2000 rata-rata 1,35 persen per tahun. Pada periode 2000 2010 pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 1,58 persen per tahun. Seperti halnya Indonesia, meningkatnya pertumbuhan penduduk terjadi juga di Sumatera Utara. Pada tahun 1990 jumlah penduduk Sumatera Utara berjumlah 10.256.027 jiwa. Pada tahun 2000 angka ini meningkat menjadi 11.513.973, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 12.982.204 jiwa. Bila dilihat rata-rata pertumbuhan per tahun pada periode 1990 2000 sebesar 1,20 persen. Pada periode tahun 2000 2010 tingkat pertumbuhan meningkat menjadi 1,22 persen. Terlihat di sini bahwa baik Indonesia secara agregat, maupun Provinsi Sumatera Utara pada periode 10 tahun terakhir tingkat pertumbuhan penduduknya sama-sama lebih tinggi bila dibandingkan dengan periode sepuluh tahun sebelumnya. Deli Serdang sebagai bagian dari Sumatera utara juga mengalami hal yang serupa. Angka TFR Deli Serdang pada tahun 2008 sebesar 2,42. Angka ini lebih rendah dari angka kelahiran total Sumatera Utara yang besarnya 2,49. Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup (Infant Mortality Rate/IMR) Deli Serdang pada tahun 2008 besarnya 20,4. Angka ini lebih rendah dari IMR Sumatera Utara yang besarnya 25,6. Umur harapan hidup penduduk Deli Serdang besarnya 69.8 tahun. Angka ini sedikit lebih tinggi dari angka Sumatera Utara yang besarnya 69,1 tahun. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Deli Serdang pada tahun 2008 besanya 74,36, lebih tinggi dari IPM Sumatera Utara yang besarnya 73,29.

Indikator-indikator di atas menunjukkan bahwa tingkat kesehatan penduduk Deli Serdang lebih baik dibanding Sumatera Utara secara rata-rata. Selain pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan peningkatan pendapatan per kapita, maka indikator lain yang digunakan untuk melihat berhasilnya pembangunan ekonomi di suatu negara atau daerah adalah bagaimana keadaan tingkat pengangguran terbuka dan angka kemiskinan daerah tersebut. Tingkat pengangguran terbuka Deli Serdang pada tahun 2010 sebesar 9,02 persen. Angka ini lebih tinggi dari tingkat pengangguran Sumatera Utara yang besarnya 7,43 persen pada tahun yang sama. Namun angka pengangguran Deli Serdang tahun 2010 lebih rendah dari tahun 2004 yang tingginya mencapai 17,78 persen. Tingkat kemiskinan Deli Serdang pada tahun 2009 sebesar 5,17 persen, merupakan yang terendah dibanding dengan angka kemiskinan semua kabupaten di Sumatera Utara. Angka kemiskinan Deli Serdang jauh lebih rendah dibanding angka kemiskinan Sumatera Utara yang besarnya 11,51 persen pada tahun yang sama. Angka pengangguran yang masih relatif tinggi menunjukkan bahwa kinerja ekonomi Deli Serdang belum berada pada batas optimum; atau dapat dikatakan bahwa antara sumber daya yang tersedia dengan besarnya jumlah penduduk masih terjadi ketidakseimbangan. Untuk mencapai keseimbangan, ada dua hal yang dapat dilakukan, yaitu pembangunan ekonomi lebih cepat atau menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Dengan demikian tingkat pengangguran dan angka kemiskinan dapat dikurangi. Mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan investasi. Investasi akan banyak

ditanamkan investor di Deli Serdang apabila iklim investasi cukup kondusif. Selain mendorong investasi, hal yang penting lainnya adalah mengembangkan sektor industri dan jasa; karena sektor industri dan jasa merupakan sektor yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi bila dibandingkan dengan sektor pertanian. Namun demikian bukan berarti sektor pertanian ditinggalkan. Sektor industri dan pertanian harus sama-sama dimajukan. Untuk mendorong kemajuan sektor industri, harus tersedia sumber daya alam sebagai bahan baku dan sumber daya manusia yang cukup. Agar sumber daya manusia yang berkualitas cukup tersedia maka tingkat pendidikan penduduk harus senantiasa ditingkatkan, demikian juga dengan kesehatan mereka. Sumber daya manusia dengan kualitas yang baik serta tingkat kesehatan yang juga baik berkaitan dengan besarnya jumlah keluarga di masing-masing rumah tangga. Suatu rumah tangga dengan jumlah anak yang tidak terlalu besar akan lebih punya peluang memperoleh tingkat pendidikan dan pelayanan kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan keluarga yang memiliki jumlah anak yang lebih besar. Karena dengan jumlah pendapatan yang besarnya tertentu, anggota rumah tangga yang lebih kecil akan mendapatkan bagian yang lebih besar dibandingkan dengan keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang lebih besar; sehingga jumlah keluarga yang lebih kecil akan lebih mungkin dapat mengakses pendidikan dan kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan keluarga yang jumlahnya lebih besar. Dari uraian di atas, maka sangat menarik untuk diketahui bagaimana sebenarnya pembangunan ekonomi sosial yang telah dilakukan di Kabupaten Deli

Serdang pada periode lima tahun terakhir ini. Studi ini lebih menarik bila pembangunan sosial ekonomi dikaitkan dengan perubahan demografi; karena berbagai studi menunjukkan bahwa ada keterkaitan dan saling mempengaruhi antara pembangunan sosial ekonomi dengan perubahan demografi. Oleh sebab itu peneliti ingin melakukan studi mengenai bagaimana perkembangan pembangunan sosial ekonomi di Kabupaten Deli Serdang, dan bagaimana kaitannya dengan perubahan demografi. Semua ini dituangkan dalam suatu penelitian dengan judul Analisis Perubahan Demografi dan Transformasi Struktural Ekonomi Wilayah Kabupaten Deli Serdang. 1.2. Rumusan Masalah Proses pembangunan ekonomi, akan membawa dengan sendirinya suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Artinya pembangunan ekonomi yang ditunjukkan oleh meningkatnya pendapatan per kapita, akan membawa dengan sendirinya suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Oleh sebab itu, bila kita ingin mengetahui apakah pembangunan ekonomi di Kabupaten Deli Serdang telah berjalan dengan baik, selain bisa dilihat dari meningkatnya pendapatan per kapita, juga harus dilihat apakah telah terjadi transformasi struktural ekonominya, di mana dominasi sektor pertanian telah diimbangi dengan kemajuan sektor industri, termasuk di dalamnya sektor industri manufaktur dan juga sektor jasa. Pada umumnya perkembangan ekonomi suatu negara akan selalu diikuti oleh terjadinya perubahan demografi, antara lain terjadinya penurunan angka

kelahiran (fertilitas). Hal ini disebabkan penduduk suatu negara/daerah yang berpendapatan tinggi lebih menyukai jumlah anak yang sedikit tetapi dengan kualitas hidup yang baik. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah selama periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 telah terjadi pembangunan ekonomi dan transformasi struktural ekonomi wilayah Deli Serdang? 2. Apakah naiknya pendapatan berkorelasi positif dengan konsumsi barang sekunder dan tertier? Sebaliknya berkorelasi negatif dengan konsumsi barang primer? 3. Apakah pendidikan, pegawai negeri sipil, migrasi, dan jumlah keluarga, berpengaruh terhadap pendapatan? 4. Apakah tingkat pendidikan, interaksi sosial, umur kawin pertama, pekerja migran, mengikuti program KB, tingkat pendapatan, pegawai negeri sipil, berpengaruh terhadap fertilitas di Kabupaten Deli Serdang? 5. Apakah industrialisasi (transformasi struktural) dan fertilitas berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah, untuk:

1. Menganalisis pembangunan ekonomi dan transformasi struktural ekonomi wilayah di Kabupaten Deli Serdang selama periode 2004-2009. 2. Menganalisis korelasi antara tingkat pendapatan dengan proporsi konsumsi barang primer, sekunder dan tertier. 3. Menganalisis pengaruh pendidikan, pegawai negeri sipil, migrasi, dan jumlah keluarga terhadap pendapatan. 4. Menganalisis pengaruh pendidikan, pegawai negeri sipil interaksi sosial, umur kawin pertama, migrasi, keluarga berencana, dan pendapatan terhadap fertilitas (perubahan demografi) 5. Menganalisis pengaruh industrialisasi (transformasi struktural) dan fertilitas terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah: 1. Lembaga pendidikan, dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan berkaitan dengan teori pembangunan ekonomi, transformasi struktural dan pengaruh pembangunan ekonomi terhadap perubahan demografi, serta faktorfaktor penentu turunnya fertilitas. 2. Pemerintah Daerah, penelitian ini dapat memberikan rekomendasi dalam hal pembuatan perencanaan yang berkaitan dengan pembangunan wilayah, sektorsektor ekonomi yang mana perlu didahulukan guna mempercepat laju pembangunan ekonomi. Selain itu terkait dengan kependudukan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi perencanaan kependudukan dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi.