Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama

dokumen-dokumen yang mirip
Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

Ciri Litologi

BAB IV STRUKTUR GEOLOGI

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TATANAN GEOLOGI

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

BAB V MINERALISASI Mineralisasi di daerah Sontang Tengah

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB IV STRUKTUR GEOLOGI

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

A. Perlapisan batupasir batulempung dengan ketebalan yang homogen B. Antara batupasir dan batu lempung memperlihatkan kontak tegas

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB II TATANAN GEOLOGI

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 Tatanan Geologi Daerah Penelitian

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR ACARA 1 : MENETUKAN KEDUDUKAN PERLAPISAN BATUAN DARI 2 DIP SEMU

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar Singkapan batulempung I (gambar kiri) dengan sisipan batupasir yang tersingkap pada dinding Sungai Cipaku (gambar kanan).

Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

Identifikasi Struktur. Arie Noor Rakhman, S.T., M.T.

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 4.10 Blok bagian kanan bergerak relatif ke kanan dari blok bagian kiri (lokasi pengamatan STG 10)

Foto IV-10 Gejala Sesar Anjak Cinambo 3 pada lokasi CS 40.

IV.2 Pola Kelurusan Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB V PENGOLAHAN DATA

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

// - Nikol X - Nikol 1mm

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 3.5 Klasifikasi Batugamping berdasarkan Dunham, 1964 ( Loucks et. Al, 2003)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Umur Satuan Batupasir-Batulempung berdasarkan hasil analisis foraminifera kecil yaitu N17-N20 atau Miosen

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III ALTERASI HIDROTHERMAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.12 Lokasi Singkapan batulempung B (DRM 3)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

REKAMAN DATA LAPANGAN

Bab III Geologi Daerah Penelitian

GEOLOGI DAERAH KLABANG

Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold).

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB II TATANAN GEOLOGI

Transkripsi:

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama berupa plagioklas, kuarsa (C6-C7) dan k-feldspar (D3-F3). Mineral sekunder hadir berupa serisit (G1-H1), kuarsa sekunder, epidot (I4-I5), mineral opak (C1), mineral lempung dan oksida besi. Batuan ini mengalami alterasi dengan intensitas kuat - sedang. Ditemukan urat yang terisi oleh epidot dan serisit ketebalan maksimal 0,02 0,1 mm (Lampiran A11). 57

3.2.6.3.Mekanisme Pembentukan dan Hubungan Stratigrafi Jika dilihat dari dimensi yang luas dan teksturnya, batuan ini termasuk ke dalam intrusi dalam dengan bentuk Stock. Pembentukan batuan beku di lingkungan dalam memungkinkan pembentukan mineral dengan waktu yang relatif lama untuk tumbuh dengan sempurna. Di lapangan, kontak antara satuan ini dengan satuan yang lain tidak pernah ditemukan. Namun, berdasarkan sifat pembentukkannya, batuan ini diperkirakan menerobos satuan yang lebih tua seperti Satuan Meta-Batupasir dan Satuan Meta- Batugamping. 3.2.6.4.Umur Umur satuan ini ditentukan berdasarkan penelitian sebelumnya. Satuan batuan ini dapat disetarakan dengan Intrusi Granitoid Ulal (Rock dkk., 1983 op. cit. Hidayat dkk., 2008) dengan umur Tersier Awal hingga Tersier Tengah. Menurut pengukuran Kanao dkk. (1971 op. cit. Barber dkk., 2005), granodiorit di daerah penelitian (Panti) memiliki umur Eosen Awal. 3.2.7. Satuan Intrusi Andesit Porfiritik 3.2.7.1. Penyebaran Batuan Pada daerah penelitian, dimensi satuan ini memiliki dimensi yang cukup kecil dengan bentuk memanjang dengan arah umum barat laut-tenggara, yang diinterpretasikan sebagai dike. Singkapan batuan ini ditemukan di beberapa tempat sebagai tubuh intrusi yang berbeda. Batuan seperti ini banyak ditemukan di dekat muara cabang kanan Sungai Asman, bagian hilir Sungai Nalim, hulu Sungai Sampinur dan Hulu Sungai Sontang (Lampiran D. Peta Geologi). 58

Foto 3.25 Singkapan batuan beku andesit porfiri. Singkapan ditemukan di kiri Sungai Parsantabian upstream. Singkapan ini terlihat masif. 3.2.7.2. Ciri Litologi Hampir semua singkapan batuan yang ditemukan di daerah penelitian mengalami alterasi. Berdasarkan kenampakan megaskopis (Foto 3.25), secara umum batuan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: warna hijau gelap dengan bintik-bintik hitam, kompak, porfiritik, ukuran mineral fenokris berkisar antara 0,03 1 mm dengan massa dasar yang halus, holokristalin, inekuigranular, fenokris euhedral-subhedral, komposisi mineral, fenokris: hornblende dan plagioklas; massa dasar: mineral mafik dan plagioklas. Warna hijau pada batuan dipengaruhi oleh kehadiran mineral alterasi klorit yang dominan. Mineral alterasi lain yang hadir adalah pirit. Pada beberapa tempat terdapat urat halus berwarna coklat yang diperkirakan mengandung mineral lempung. 59

Foto 3.26 Sampel batuan beku andesit porfiri. Batuan menampakkan warna hijau karena mengalami ubahan, ditandai dengan kehadiran mineral klorit. Titik-titik hitam merupakan fenokris mineral hornblenda. 60

Foto 3.27 Sayatan tipis andesit porfiri (HH_13), batuan ini mempunyai ciri-ciri: holokristalin, subhedral - anhedral, terdiri dari Fenokris (25%) berukuran 0,03 1 mm berupa hornblende (G5), piroksen (G7) dan plagioklas. Massa Dasar (50%) berupa plagioklas dan gelas. Hadir mineral sekunder (17%) terdiri dari klorit, epidot dan mineral opak (G7). Terdapat urat (8%) yang terisi oleh epidot dengan tebal 0.2 mm. 61

3.2.7.3. Mekanisme Pembentukan dan Hubungan Stratigrafi Satuan ini diinterpretasikan sebagai dyke. Berdasarkan sifat pembentukan dan beberapa penemuan di lapangan, batuan ini diperkirakan menerobos satuan seperti Satuan Meta-Batupasir, granodiorit dan Satuan Meta-Batugamping. 3.2.7.4. Umur Berdasarkan hubungan potong memotong yang ditemukan di lapangan, satuan ini memiliki umur lebih muda dari Satuan Granodiorit. 3.3. Tatanan Struktur Daerah Penelitian 3.3.1. Pola Struktur Daerah Penelitian Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari sesarsesar dan lipatan berarah relatif NW-SE dan NE-SW yang terdiri dari sesar-sesar mendatar, sesar naik, sesar anjak, serta lipatan antiklin dan sinlin dengan sumbu lipatan yang memiliki arah relatif NW-SE (lampiran D. Peta Geologi). Bukti-bukti yang diperoleh di lapangan yang menunjukkan adanya struktur-struktur tersebut, di antaranya berupa data kekar gerus (shear fracture), kekar tarik (gash fracture), gores-garis, breksiasi, microfold, gauge, dan kedudukan posisi stratigrafi. 3.3.1.1. Struktur Sesar Penamaan sesar pada daerah penelitian diklasifikasikan berdasarkan penamaan ganda oleh Rickard (1971, op. cit. Anonim, 2006). 3.3.1.1.1. Sesar Mendatar Sesar-sesar mendatar yang dijumpai di daerah penelitian meliputi Sesar Menganan Naik Ibin, Sesar Menganan Naik Surian, Sesar Menganan Normal Saribulan, Sesar Menganan Normal Sontang, Sesar Menganan Normal Tamrin, Sesar Mengiri Normal Baning, Mengiri Normal Sampinur dan Sesar Mengiri atau Sesar Sobekan Untung. 62

a. Sesar Menganan Naik Ibin Sesar Menganan Naik Ibin dapat diamati di lapangan berdasarkan kenampakan gejala-gejala struktur seperti bidang sesar, striasi, kekar tarik, zona hancuran, serta tekstur batuan yang telah mengalami silisifikasi (jasper). Buktibukti tersebut ditemukan pada singkapan batugamping di sisi kanan Sungai Ibin. Foto 3.29 Bukti strukur yang ditemukan di sekitar Sungai Ibin. (a) zona hancuran (b) kedudukan bidang sesar, (c) bidang sesar dan striasi. 63

Berdasarkan data struktur yang diperoleh di lapangan, didapatkan kedudukan sesar N330 o E/72 o dengan net-slip 31, N341 o E dan pitch sebesar 32 o. b. Sesar Menganan Naik Surian Sesar Menganan Naik Surian dapat diamati di lapangan berdasarkan kenampakan gelaja-gejala struktur seperti kekar gerus dan zona hancuran berupa microfold. Buktu-bukti sesar ditemukan pada singkapan perlapisan batupasir sangat halus di sepanjang Sungai Surian. Foto 3.30 Bukti strukur yang ditemukan di sekitar Sungai Surian. (a) bidang sesar (b) mineral lempung yang hadir di antara bidang sesar, (c) zona hancuran. Berdasarkan analisa kinematika dari data struktur yang diperoleh di lapangan, didapatkan kedudukan sesar N144 o E/66 o E dengan net-slip 17 o, N152 o E dan pitch sebesar 19 o (Lampiran B1). Analisis dinamik pada sesar ini dilakukan pada data pengukuran kekar gerus berpasangan. Hasil analisis dinamik ini menunjukkan bahwa sesar ini dikontrol oleh tegasan dengan arah σ 1 = 3 o, N182 o E, σ 2 = 60 o, N275 o E, σ 3 = 3 o, N86 o E (Lampiran B1). c. Sesar Menganan Normal Saribulan Sesar Menganan Normal Saribulan dapat diamati di lapangan berdasarkan kenampakan gejala-gejala struktur seperti kekar gerus dan jalur lempung (gauge) 64

berwarna biru yang diduga terbentuk karena pengaruh sesar. Buktu-bukti sesar ditemukan pada singkapan lava basalt yang ditemukan sepanjang Sungai Tamrin. Foto 3.31 Mineral lempung, membentuk zona dengan arah N305 o E Berdasarkan analisa kinematika dari data struktur yang diperoleh di lapangan, didapatkan kedudukan sesar N126 o E/78 o E dengan net-slip 31 o, N298 o E dan pitch sebesar 31 o (Lampiran B2). Analisis dinamik pada sesar ini dilakukan pada data pengukuran kekar gerus berpasangan. Hasil analisis dinamik ini menunjukkan bahwa sesar ini dikontrol oleh tegasan dengan arah σ 1 = 8 o, N41 o E, σ 2 = 57 o, N144 o E, σ 3 = 32 o, N285 o E (Lampiran B2). d. Sesar Mengiri Normal Baning Sesar Mengiri Normal Baning dapat diamati di lapangan berdasarkan kenampakan gejala struktur berupa kekar gerus, kelurusan gawir dan batuan tersilikakan sepanjang gawir. Bukti-bukti sesar ditemukan pada singkapan metabatupasir sangat halus dan batugamping di sepanjang hulu Sungai Baning. 65

Foto 3.32 Bodin sesar, ditemukan pada batugamping. Kedudukan bodin N313oE/72 dengan pergeseran relatif mengiri. Berdasarkan analisa kinematika dari data struktur yang diperoleh di lapangan, didapatkan kedudukan sesar N315 o E/65 o E dengan net-slip 33 o, N333 o E dan pitch sebesar 37 o (Lampiran B3). Analisis dinamik pada sesar ini dilakukan pada data pengukuran kekar gerus berpasangan. Hasil analisis dinamik ini menunjukkan bahwa sesar ini dikontrol oleh tegasan dengan arah σ 1 = 42 o, N274 o E, σ 2 = 47 o, N106 o E, σ 3 = 6 o, N10 o E (Lampiran B3). e. Sesar Mengiri Untung Sesar Mengiri/Sesar Sobekan Untung ditafsirkan dengan adanya pergeseran pola perlapisan yang terdapat pada singkapan di hulu Sungai Sampinur dengan singkapan di Sungai Untung (Lampiran D. Peta Geologi). 66

f. Sesar Nalim Sesar Nalim dapat diamati di lapangan berdasarkan kenampakan gejala struktur seperti zona hancuran berupa breksiasi, kekar gerus, dan microfold sepanjang zona hancuran. breksiasi dengan lebar mencapai 20 meter dan arah 295 o E ditemukan di sekitar Sungai Nalim dan menyempit menjadi 5 meter di sekitar Sungai Ibin. Ketebalan zona sesar yang seperti itu menjadikan Sesar Naik Mengiri Nalin menjadi sesar teramati yang paling besar yang ditemukan di daerah penelitian. Bukti-bukti sesar ditemukan pada singkapan meta-batupasir. Foto 3.33 Bukti strukur yang ditemukan di sekitar Sungai Nalim. (a) Zona sesar: breksiasi (b) breksiasi dengan jarak pengambilan lebih dekat. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa breksiasi ini memiliki tren N295 o E. 3.3.1.1.2. Sesar Naik Sesar Naik di daerah penelitian meliputi Sesar Naik Mengiri Nalim, Sesar Naik Kalidatar dan Sesar Naik Parsantabian. a. Sesar Naik Kalidatar Sesar Naik Kalidatar ditafsirkan berdasarkan rekonstruksi penampang terhadap pola perlapisan meta-batupasir sangat halus di sekitar hulu Sungai Sampinur hingga Kalidatar (Lampiran D. Peta Geologi). Tanda-tanda yang menguatkan penafsiran adalah perlapisan yang kacau pada meta-batupasir sangat 67

halus dengan kemiringan yang tegak (hampir vertikal). Berdasarkan rekonstruksi penampang, Sesar Naik Kalidatar diinterpretasikan sebagai sesar anjakan. 3.3.1.2. Struktur Perlipatan Struktur perlipatan yang terdapat di daerah penelitian merupakan hasil dari rekonstruksi penampang. Perlipatan yang terdapat di daerah penelitian memiliki arah bidang perlipatan relatif NW-SE. Perlipatan yang ditemukan di daerah penelitian meliputi Antiklin Kalidatar, Antiklin Sampinur. a. Antiklin Kalidatar Antiklin Kalidatar ditafsirkan terletak di Sepanjang Sungai Kalidatar hingga Sungai Sampinur, dibatasi oleh Sesar Menganan Naik Surian di sebelah timur. Berdasarkan data perlapisan yang ditemukan di lapangan, lipatan ini mempunyai sayap lipatan umum N100 o E/69 o dan N275 o E/65 o. Sedangkan bidang perlapisannya memanjang dengan arah N278 o E/87 o dengan sumbu lipatan 6 o, N278 o E. Berdasarkan klasifikasi Rickard (1971, op. cit. Anonim, 2006), maka lipatan ini tergolong ke dalam upright horizontal fold (lampiran B4). b. Antiklin Sampinur Antiklin Sampinur ditafsirkan terletak di memotong hulu Sungai sampinur. Berdasarkan data perlapisan yang ditemukan di lapangan, lipatan ini mempunyai sayap lipatan umum N97 o E/41 o dan N289 o E/53 o. Sedangkan bidang perlapisannya memanjang dengan arah N105 o E/83 o dengan sumbu lipatan 7 o, N106 o E. Berdasarkan klasifikasi Rickard (1971, op. cit. Anonim, 2006), maka lipatan ini tergolong ke dalam upright horizontal fold (lampiran B5). 68

3.3.2. Mekanisme Pembentukan Struktur daerah penelitian terbagi menjadi 4 tahap deformasi (Rock dkk., 1983 op. cit. Hidayat dkk., 2008), yaitu 1). Deformasi pada Karbon Trias yang menyebabkan perlipatan pada Satuan Meta-batupasir-batusabak dan Satuan Metabatupasir. Hal ini ditunjukkan dengan adanya dua buah antiklin dengan kemiringan yang curam, yaitu Antiklin Kalidatar dan Antiklin Sampinur, serta kehadiran Sesar Naik Kalidatar dan Sesar Normal Untung; 2). Metamorfisme regional pada Mesozoik Akhir. Hal ini dapat dilihat dari kondisi batuan pada Satuan Meta-batupasir-Batusabak dan Satuan Meta-batupasir; 3). Deformasi pada Kapur Akhir yang menyebabkan terbentuknya sesar mengiri dengan arah NW-SE. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya Sesar Mengiri Baning dan Sesar Nalim; 4). Oligosen yang menyebabkan terbentuknya Sesar Utama Sumatera, serta munculnya pull apart bassin di sekitar daerah penelitian. Kondisi ini dapat dilihat secara regional dengan adanya dua sesar utama: Sesar Pungkut-Barilas dan Sesar Lubuksikaping yang mempengaruhi terbentuknya sesar-sesar di daerah penelitian meliputi Sesar Naik Sontang, Sesar Mengiri Parsantabian, Sesar Mengiri Kering, Sesar Menganan Normal Ibin dan Sesar Menganan Naik Surian. 69