BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemitro (1990:2) dalam buku Perpajakan: Pendekatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB I PENDAHULUAN. pajak ini sangat berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembangunan negara (Soemitro dalam Handayani dan Supadmi, 2012). Salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. nasional berasal dari penerimaan pajak yang menyumbang sekitar 70% dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. Rutin dan Pengeluaran Pembangunan. Dalam Negeri dan Hibah. Penerimaan Dalam Negeri terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu instrument yang digunakan negara untuk menjalankan fungsinya

BAB 1 PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang besifat memaksa berdasarkan undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentunya berusaha untuk dapat meningkatkan dan meratakan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab dibidang perpajakan sebagai pencerminan kewajiban kenegaraan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang ditunjuk untuk mengelola pajak

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan ditentukan melakukan kewajiban perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sektor pajak merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara yang berasal dari iuran masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber utama penerimaan pemerintah di beberapa negara pada

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun persentase

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan agar negara tersebut dapat mandiri dalam membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran negara, pembangunan maupun untuk biaya rutin negara.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya. Perubahan sistem pemungutan pajak ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia maupun negara lainnya dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari pajak juga perlu ditingkatkan karena pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber pendapatan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber dana bagi pendapatan negara berasal dari pajak. Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan salah satu sektor penerimaan negara yang sangat utama. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kesenjangan antara sisi pengeluaran dan sisi penerimaan negara. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memiliki peranan yang sangat besar dalam pembagunan Negara,

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, dan penerimaan hibah. Penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tabel Penerimaan Dalam Negeri Tahun (dalam miliar rupiah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak bersifat dinamik, sifat ini dibuktikan dari pajak selalu mengikuti

BAB 1 PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur memerlukan dana yang besar.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dibayarkan memiliki fungsi tertentu yaitu fungsi Budgetair (sumber

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan dalam negeri yang sangat penting dalam menopang pembiayaan pembangunan. Besar kecilnya nilai pajak akan menentukan kapasitas anggaran dalam negeri baik dalam membiayai pengeluaran, pembangunan, maupun biaya rutin negara, oleh karena itu segala upaya ditingkatkan agar penerimaan negara dari sektor pajak dapat meningkat baik dari subjek ataupun pajak yang ada (Gunadi,2012). Menurut Soemitro (1990:2) dalam buku Perpajakan: Pendekatan Komprehensif pajak adalah iuran rakyat kepada negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa imbalan (tegen prestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Stelsel pajak merupakan tata cara atas pemungutan pajak. Sebagian besar pemungut pajak di Indonesia saat ini menggunakan self assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan yang Wajib Pajaknya boleh menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus disetorkan. Wajib Pajak dalam sistem ini bersifat aktif, sedangkan fiskus (pemerintah) hanya mengawasi, oleh karena itu Wajib Pajak harus mengetahui kapan mulainya suatu kewajiban pajak dan berakhirnya kewajiban-kewajiban yang menyertainya. Sistem pemungut pajak di Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan. Indonesia menggunakan 1

official assessment system sampai dengan tahun 1967, kemudian diganti dengan semi self assessment dan withholding system tahun 1968-1983. Atas dasar perubahan Undang-Undang pada tahun 1983, barulah pada tahun 1984sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan self assessment system (Suparmono, 2010:4). Firmanzah (2012) menyatakan bahwa penerimaan perpajakan berkontribusi rata-rata 70% terhadap total pendapatan negara dan hibah dalam kurun waktu 2006-2011. Komposisi penerimaan rata-rata khusus pajak dalam negeri periode 2006-2011terdiri dari: PPh 52% (dimana PPh non migas menguasai hingga 80%), PPn 34%, Cukai 9%, PBB 4%, sisanya BPHTB dan pajak lainnya. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor pajak. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak adalah dengan melakukan tax reform, yaitu dengan melakukan reformasi terhadap Peraturan Perundangundangan Perpajakan serta sistem administrasi perpajakan, agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi penerimaan pajak yang tersedia dapat dipungut secara optimal dengan menjunjung asas keadilan sosial dan memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak. Alex Radian (2008:15) dalam buku Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan berpendapat bahwa reformasi perpajakan pada dasarnya merupakan perbaikan (improvement) menuju keadaan perpajakan yang lebih baik. Reformasi menuntut perubahan menuju paradigma baru yang dianggap ideal 2

karena adanya perubahan kehidupan disegala bidang termasuk politik, ekonomi, teknologi, dan sosial. Direktorat Jendral Pajak melakukan reformasi perpajakan dengan menjalankan sistem modernisasi administrasi perpajakan. Modernisasi administrasi perpajakan adalah suatu proses reformasi pembaharuan dalam bidang administrasi perpajakan yang dilakukan warga komprehensif, meliputi aspek teknologi informasi, yaitu perangkat lunak, perangkat keras, dan sumber daya manusia (Wahyu Agung Priyadi, 2012). Tabel 1.1 APBN-P Dan Realisasi Penerimaan Perpajakan Tahun 2007-2011 (Miliaran Rupiah) Tahun APBN-P* Realisasi* % Terhadap APBN-P 2007 489.891,8 490.988 100,2 2008 609.227,4 658.700,8 108,1 2009 651.954,8 641.379,9 98,4 2010 743.325,9 723.309,7 97,3 2011 878.685,2 873.735 99,4 Sumber : Nota Keuangan dan RAPBN (...) (Data Diolah Kembali) Tabel 1.1 menunjukan APBN-P dan realisasi penerimaan perpajakan dari tahun 2007-2012. Pada tahun 2007 dan 2008, penerimaan pajak terealisasi dengan baik, namun pada tahun 2009, 2010, dan 2011 penerimaan pajak tidak terealisasikan dengan baik karena terjadinya penurunan. Hal ini menunjukan bahwa masih ada penerimaan pajak yang belum terealisasikan dengan baik. Upaya yang kini dilakukan Direktorat Jenderal Pajak dalam meningkatkan pelayanan perpajakan melalui suatu reformasi perpajakan dengan penerapan 3

teknologi informasi dalam pelayanan perpajakan dengan penerapan teknologi informasi dan pelayanan perpajakan. Salah satu bentuk usaha yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perpajakan guna meningkatkan pelayanan perpajakan dan bentuk reformasi perpajakan adalah dalam pelaporan SPT melalui media elektronik (e-spt) yang dikenal dengan sebutan e-filling. Administrasi modern dengan memanfaatkan teknologi informasi diperkenalkan sebagai jawaban atas keluhan terhadap administrasi perpajakan yang sering dianggap sebagai kelemahan dan penyimpangan dibidang pajak sepertie-registrasion, e-filling, e- Payment merupakan salah satu dari proses modernisasi administrasi perpajakan, dengan maksud agar Wajib Pajak memperoleh kemudahan dalam memenuhi kewajibannya, sehingga tujuan untuk menciptakan administrasi perpajakan yang lebih tertib dan transparan dapat tercapai (Priyo Budi Santoso, 2012). Direktorat Jenderal Pajak akan membenahi strategi penagihan pajak untuk menambah penerimaan pajak pemerintah yang pada tahun 2011 mengalami kebocoran sangat besar. Salah satu penyebabnya adalah tingkat kepatuhan Wajib Pajak semakin menurun. Hal ini disebabkan karena masih banyak Wajib Pajak yang menunggak dan kesadaran Wajib Pajak yang rendah (I Wayan Agus Purnomo, 2011). Pengertian kepatuhan Wajib Pajak adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua perpajakan dan melaksanakan kewajiban perpajakannya dan melaksanakan hak perpajakannya (Safri Nurmantu, 2005). 4

Tabel 1.2 Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT PPh Tahun 2007-2011 Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Wajib Pajak Terdaftar Wajib 4.231.117 6.341.828 9.996.620 14.101.933 17.694.317 SPT SPT Tahunan PPh 1.278.290 2.2097.849 5.413.114 8.202.309 9.332.626 Rasio Kepatuhan 30,21% 33,08% 54,15% 58,16% 52,74% Sumber : hasil data DJP 2011 Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa Penyampaian SPT PPh mengalami kenaikan setiap tahunnya dari 2007-2011,yaitu dalam hal Wajib Pajak Terdaftar Wajib SPT dan SPT Tahunan PPh, namun dalam Rasio Kepatuhan Wajib Pajak tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 5,41% jika dibandingkan dengan tahun 2010.Salah satu penyebab dari fenomena ini, yaitu kesadaran Wajib Pajak yang rendah dan kendala dalam pengoperasian aplikasi e-spt. Rizmy Otlani Novastria (2014) mengemukakan bahwa Wajib Pajak seringkali mengalami kendala, misalnya error dalam hal penginstallan serta impor file csv. Wajib Pajak seringkali tidak tahu dimana telah terjadi kesalahan karena tidak ada petunjuk penggunaan e-spt. Kesadaran Wajib Pajak yang rendah akan timbul jika Wajib Pajak dapat memahami pentingnya pajak bagi pembangunan negara. Upaya meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak, yaitu dengan cara memberikan sosialisasi menyangkut pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan, di antaranya kewajiban penyampaian SPT kepada WP/PKP terutama bagi WP/PKP baru, menerbitkan dan mengirimkan himbauan/teguran/surat Tagihan Pajak terhadap WP/PKP yang tidak menyampaikan SPT (Herry Susanto, 2012). 5

Direktorat Jendral pajak hingga tahun 2011 telah mampu menekan ketidak patuhan wajib pajak, dapat dilihat pada tabel di bawah ini jumlah wajib pajak yang terdaftar dan memiliki NPWP di Direktorat Jendral Pajak sebagai berikut: Tabel 1.3 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Tahun 2007-2011Di Dirtjen Pajak Indonesia Jenis Wajib 2007 2008 2009 2010 2011 Pajak Orang Pribadi 4.988.449 8.388.816 13.949.750 17.327.184 19.913.904 Bendahara 348.451 379.681 434.355 467.984 507.844 Badan 1.308.160 1.443.507 1.508.287 1.737.459 1.942.811 Jumlah 6.645.060 10.212.067 15.964.392 19.532.627 22.364.559 Sumber: Hasil data DJP 2011 Berdasarkan data pada tabel 1.3 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah Wajib Pajak badan terdaftar dan memiliki NPWP, namun meningkatnya jumlah wajib pajak terdaftar dan memiliki NPWP tidak menjamin wajib pajak tersebut patuh tanpa diikutsertakan dalam penyampaian dan pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak tersebut. Melaporkan SPT merupakan salah satu kewajiban para Wajib Pajak sebagaimana amanat Undang-undang Perpajakan Indonesia. Ikatan Akuntansi Indonesia (2013 : 8) dalam buku Susunan dalam Satu Naskah Undang- Undang Perpajakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Jo Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan (KUP) yang dimuat dalam pasal 3 ayat (1) menjelaskan bahwa: 6

Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. (2013:1) Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas Dirjen Pajak akan melakukan pendekatan teknologi untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, terutama untuk Wajib Pajak Badan, salah satunya adalah penerapan e-spt. Sistem elektronik penyerahan SPT akan memudahkan petugas pajak melakukan pengawasan. Wajib Pajak Badan tidak lagi direpotkan dengan pengisian SPT secara manual. Kebijakan tersebut akan benahi dan dikembangkan pada tahun 2012 (I Wayan Agus Purnomo, 2012). Sistem perpajakan yang saat ini sedang dikembangkan, yaitu sistem SPT menjadi e-spt. Direktorat Jenderal Pajak menyatakan bahwa Elektronik SPT atau e-spt adalah aplikasi (software) yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk digunakan Wajib Pajakagar dapat memudahkan dalam menyampaikan e-spt (Ghalih Huriarto, 2013). Berdasarkan uraian di atas, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perpajakan dengan judul: PENGARUH PENERAPAN ELEKTRONIK SURAT PEMBERITAHUAN (E-SPT) MASAPPh TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN PADA KPP PRATAMA CIREBON. 7

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka masalahmasalah dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan sistem elektronik surat pemberitahuan (e-spt) Masa PPh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Cirebon. 2. Bagaimana pengaruh penerapan sistem elektronik surat pemberitahuan (e-spt) Masa PPh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Cirebon. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud peneliti mengadakan penelitian ini, yaitu untuk memperoleh data dan informasi akurat mengenai penerimaan pajak setelah diterapkannya e-spt serta untuk menempuh ujian sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Jenjang Program Pendidikan Strata 1 Universitas Widyatama Bandung. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui penerapan sistem elektronik surat pemberitahuan (e-spt) Masa PPh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Cirebon. 2. Mengatahui pengaruh penerapan sistem elektronik surat pemberitahuan (e-spt) Masa PPh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Cirebon. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat berguna dan bermanfaat sebagai masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan,yakni antara lain: 1. Akademis 8

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan berupa bahan bagi penelitian lebih lanjut dan sumbangan bagi pengembangan ilmu Perpajakan terutama tentang Kualitas Pelayanan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak. 2. Peneliti Hasil penelitian ini sangat berguna untuk menambah wawasan mengenai kualitas pelayanan pajak dan kondisi kepatuhan Wajib Pajak. 3. KPP Pratama Cirebon KPP Pratama Cirebon akan memperoleh tambahan informasi dan masukan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dan menanggapi persepsi negative dari Wajib Pajak tentang penerimaan pajak, serta dapat memahami faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya. 4. Bagi Pembaca Hasil peneliatian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan dan menjadi masukan yang berguna bagi dunia pendidikan khususnya mengenai e- SPT dan kepatuhan Wajib Pajak. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian di KPP Pratama Cirebonuntuk memperoleh data dan menjawab masalah yang sedang diteliti. KPP Pratama Cirebonberlokasi di Jl. Evakuasi No.9 Cirebon.Penelitian dilakukan dari bulan Februari 2014 sampai dengan selesai. 9