BAB I PENDAHULUAN. pembagiaan dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia ini adalah suatu negara yang menganut daerah otonom.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

INUNG ISMI SETYOWATI B

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya. (Maryati, Ulfi dan Endrawati, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi yang mensyaratkan perlunya pemberian otonomi seluas-luasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan sekarang ini maka reformasi sektor publik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi

BAB I PENDAHULIAN. Dewasa ini, perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang. menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan daerah akhir

BAB 1 PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang dijadikan pedoman

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Menurut Governmental

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentang Otonomi Daerah, yang dimulai dilaksanakan secara efektif

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitan. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5 memberikan definisi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada berbagai aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat mengalami perubahan, dimana sebelum reformasi, sistem pemerintahan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

Regulasi Tahapan dalam Siklus Akuntansi. Contoh Hasil Regulasi Publik Sektor Publik. Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran dearah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi desentralisasi menandai proses demokratisasi di daerah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penerapan prinsip-prinsip good governance.dalam rangka pengaplikasian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebutanggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. bagi bangsa ini. Tuntutan demokratisasi yang diinginkan oleh bangsa ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. tidak meratanya pembangunan yang berjalan selama ini sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum bagi yang dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang

I. PENDAHULUAN. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis ekonomi di Indonesia memiliki pengaruh yang sangat besar

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi telah membuat beberapa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dan aspirasi masyarakat yang sejalan dengan semangat demokrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

PENDAHULUAN. yang sangat besar, terlebih lagi untuk memulihkan keadaan seperti semula. Sesuai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia telah bergulir selama lebih dari satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya desentralisasi fiskal. Penelitian Adi (2006) kebijakan terkait yang

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001

reformasi yang didasarkan pada Ketetapan MPR Nomor/XV/MPR/1998 berarti pada ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 menjadi dasar pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama pemerintahan orde baru sentralisasi kekuasaan sangat terasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat mendasar sejak diterapkannya otonomi daerah. dalam hal pengelolaan keuangan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2000 telah mengalami era baru,

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi tahun 1998 telah membuat perubahan politik dan administrasi, bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan baik berupa Undang-Undang (UU) maupun

BAB I PENDAHULUAN. No.12 Tahun Menurut Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal sekaligus kemauan politik untuk

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan keuangan negara yang di kelola oleh pemerintah daerah menganut sistem otonomi daerah yang telah di tetapkan oleh MPR NO XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah; pengaturan, pembagiaan dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan indonesia (Mardiasmo,2009). Pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik berdasarkan kebutuhan publik. Dengan adanya kebijakan otonomi daerah di NKRI ( Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang disahkan oleh undang undang yang diharapkan memberikan dampak kemandirian pemerintah daerah dalam mengelola keuangan negara yang telah di rancang melalui UU No 22 Tahun 1999 yang telah direvisi dengan UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan UU No 25 Tahun 1999 yang direvisi dengan UU No 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan daerah. Arti dari undang undang tersebut adalah desentralisasi yang mempunyai arti tidak hanya pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintahan daerah melainkan pelimpahan wewenang dari pemerintah kepihak swasta. (Mardiasmo, 2009)

Melalui kebijakan otonomi daerah pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam menggali pendapatan daerah dan mempunyai peran dalam mengalokasikan dana perimbangan yang bertujuan untuk pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh publik. Implikasi dengan adanya kebijakan otonomi daerah setiap pemerintah daerah dituntut memberikan informasi laporan keuangan secara transparan kepada publik atau pihak pihak yang menjadi stakeholder pemerintah daerah. Dalam penyusunan informasi laporan keuangan pemerintah perlu mempunyai sistem akuntansi dan standart akuntansi keuangan yang memadai serta perbaikan mekanisme audit terhadap instansi pemerintah daerah. Pengelolaan pertanggungjawaban dalam menyusun keuangan negara yang tercermin dalam APBN (Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara ) merupakan faktor utama untuk mengevaluasi kinerja instansi pemerintah dalam penyediaan sarana dan prasarana kebutuhan publik. Nordiawan (2006:12) menunjukkan bahwa APBN harus sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara. Maka, hal penting yang ditekankan dalam undang-undang ini penyususnan RAPBN harus berpedoman kepada rencana kerja pemerintah dalam rangkah mewujudkan tercapainya tujuan bernegara. Dana perimbangan keuangan negara yang di transfer oleh pemerintah pusat kepemerintahan daerah yang berfungsi untuk menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh publik bersumber dari pendapatan APBN yang di alokasikan kepada daerah dalam rangkah pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan yang

terdiri dari Dana Aolkasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil. Dana perimbangan tersebut diperoleh secara bersamaan dengan pendapatan asli daerah. Pendapatan Asli Daerah merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun yang bersangkutan sedangkan dana perimbangan selain di maksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai kewenangannya juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintah antara pusat dan daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintah darah. Dana perimbangan ini merupakan sistem transfer dana dari pemerintah serta merupakan satu kesatuan yang utuh (Nurlan, 2009) Fungsi dana perimbangan tersebut di serahkan kepada pemerintah daerah masing masing yang di harapkan penggunaan dana perimbangan tersebut bisa meningkatkan pelayanan publik yang disertai dengan pertanggung jawaban pemerintah daerah. Pelaksanaan desentralisasi peran transfer ke pemerintah daerah tidak dapat dihindarkan mengingat adanya otonomi daerah yang bertujuan untuk menyelesaikan berbagai masalah pemerintah yang menjadi salah satu wewenang pemerintah daerah hal tersebut dapat mengakibatkan pembengkakan biaya sebelum adanya kebijakan otonomi daerah. Namun transfer dana dari pemerintah pusat ke daerah untuk membiayaai pemerataan pembangunan sarana dan prasarana di suatu daerah di laporkan dalam perhitungan APBD.

Menurut PP No 58 Tahun 2005, APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang di bahas dan di setujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan di tetapkan peraturan daerah. Menurut UU No 32 Tahun 2004 proses penyusunan anggaran melibatkan pihak eksekutif (pemerintah) dan pihak legislatif (DPRD) di mana eksekutif berperan sebagai pelaksanaan operasional daerah yang berkewajiban membuat rancangan APBD sedangkan legislatif berperan sebagai mengesahkan rancangan APBD dalam proses ratifikasi anggaran APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang di bahas. Pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD untuk presiden dan para kepala daerah mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan pertanggung jawaban pelaksanaan APBN/APBD kepada DPR/DPRD berupa:laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan (Nordiawan, 2006:14). Sejalan dengan perkembangan dengan pengelolaan keuangan negara dirasakan pula semakin pentingnya fungsi pemeriksaan pengelolaan tanggungjawab keuangan negara yang pada hakikatnya, negara adalah suatu lembaga politik yang kedudukannya negara tunduk pada tatanan hukum publik. Menurut UU No 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara menunjukkan bahwa pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Badan pemeriksaan keuangan (BPK) melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara. Pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara yang dilakukan oleh BPK meliputi seluruh unsur keuangan negara. Dalam merencanakan tugas pemeriksaan, BPK dapat mempertimbangkan informasi dari pemerintah, bank sentral, dan masyarakat dalam menyelenggarakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan internal pemerintah (Nordiawan, 2006). UU No 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara menyatakan bahwa pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan undangundang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan. Pemerintah selaku yang merumuskan palaksanaan kebijakan APBN diwajibkan untuk transparan dan bertanggungjawab atas hasil penggunaan dana APBN dan APBD yang berbentuk menyediakan informasi keuangan daerah. Dengan kemajuan teknologi informasi tersebut membuka peluang di berabgai pihak untuk mengakses, mengelola dan menggunakann informasi secara cepat dan akurat sehingga mendorong pemerintah yang bersih. Pemerintah pusat dan daerah wajib mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam mengelola keuangan daerah dan menyalurkan kepada publik tentang informasi keuangan daerah. PP No 56 Tahun 2005 tentang sistem informasi keuangan daerah menunjukkan bahwa informasi keuangan daerah adalah segala informasi yang

berkaitan dengan keuangan daerah yang diperlukan dalam rangkah penyelenggaraan sistem informasi keuangan daerah. Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja daerah (APBD) yang didasarkan pada pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh publik yang bertujuan untuk tercapainya pelaksanaan tugas pemerintah dalam memberikan kebutuhan fasilitas publik. Perubahan alokasi belanja terutama belanja langsung yang ditunjukkan untuk berbagai fasilitas publik terutama pembangunan dan pendidikan. Pemerintah perlu memfasilitasi berbagai aktivitas peningkatan perekonomian dan tingkat pendidikan. Salah satunya membuka kesempatan berinvestasi, sekolah gratis selama 12 tahun dan pembelian barang dan jasa. Pembangunan infrastruktur dengan berbagai fasilitas secara mudah akan memberikan peningkatan daya tarik investasi dalam menanamkan modalnya. Fasilitas Pendidikan gratis selama 12 tahun yang di berikan oleh pemerintah akan memberikan dampak pada generasi muda yang akan datang. Pembelian barang dan jasa yang membuat kenyamanan pemerintah dalam mengerjakan tugas tugasnya dengan efektif. Namun, akan memberikan dampak yang nyata terhadap pada pendapatan asli daerah (PAD). Dengan pencapaian tersebut, diharapkan tiap tiap pemerintah daerah dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal dengan menggunakan anggaran transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yakni dana perimbangan diantaranya DAU dan DAK bersamaan dengan PAD yang akan menjadi tolak ukur dalam pendanaan daerah dan menjadi motivasi dalam menggali potensi yang dimiliki untuk meningkatkan kemandirian dalam pendanaan daerah.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: apakah terdapat pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Langsung di pulau Madura? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini untuk memberikan bukti empiris pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Langsung dipulau Madura? 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan adalah: 1. Kontribusi Praktis a. Bagi peneliti, menambah ilmu pengetahuan mengenai pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap Belanja Langsung dilingkungan pemerintah pulau Madura. b. Bagi pihak lain, khususnya akademisi, sebagai bahan refrensi dan data tambahan bagi peneliti lainnya yang tertarik pada bidang kajian ini. 2. Kontribusi Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk memperluas pengetahuan tentang akuntansi sektor publik yakni dalam pengelolaan keuangan daerah

pada pemerintah pulau Madura mengenai pengaruh PAD,DAU dan DAK terhadap Belanja Langsung. 3. Kontribusi Kebijakan Bagi pemerintah provinsi pulau Madura, yang dijadikan sebagai objek penelitian, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menganalisis Belanja Langsung dengan mempertimbangkan PAD, DAU,dan DAK. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian merupakan pembatasan masalah atas suatu penelitian. Pembatasan masalah dilakukan agar permasalahan yang diteliti tidak mengalami penyimpangan. Ruang lingkup bahasan dalam Penelitian ini hanya dilakukan dipulau Madura yang meliputi Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang Dan Kabupaten Pamekasan.