BAB II LANDASAN TEORI. Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai

BAB II LANDASAN TEORI

MAKALAH HUKUM PERIKATAN

PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak)

AKUNTANSI UNTUK LEASING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat

BAB II LANDASAN TEORI

KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD


ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

BAB II LANDASAN TEORI. suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna

Tinjauan Perencanaan Pajak Sehubungan Pembelian Aktiva Tetap Berwujud Secara Tunai, Kredit dan Leasing

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI

SEWA GUNA USAHA. Statement of Financial Accounting Standards No. 13 mengelompokkan sewa guna usaha menjadi :

MAKALAH LEASING. Diajukan dan dipersentasikan. pada mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan. Di bawah bimbingan : Wahyu Indah Mursalini, SE, MM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, industri konstruksi merupakan industri yang paling diwarnai

BAB 1 AKUNTANSI untuk SEWA GUNA USAA (LEASING)

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II AKUNTANSI SEWA

Modul ke: Manajemen Perpajakan 06FEB. Samsuri, SH, MM. Fakultas. Program Studi Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB 1 PENDAHULUAN. pasca krisis tahun 1997, dengan kebijakan tersebut pemerintah berusaha

a. Mencapai volume penjualan tertentu. b. Mendapat laba tertentu. c. Menunjang pertumbuhan perusahaan.

MENTERI KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1169/KMK.01/1991 T E N T A N G KEGIATAN SEWA-GUNA-USAHA(LEASING)

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II JENIS-JENIS MODAL PERUSAHAAN

NAMA : SEPTIYANA NPM : JURUSAN : MANAJEMEN (KEUANGAN) PENGERTIAN LEASING

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 75

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

SESI 4 MODAL DAN JENIS MODAL

SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam rangka mempertahankan kelangsungan dan tujuan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata kunci : Leasing, kredit dari bank. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jumlah aset tetap yang cukup signifikan dalam laporan keuangannya, yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. asalnya pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu. (1) Akumulasi penyusutan (depresiasi) perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat. meminimalkan pengeluaran perusahaan dan dengan demikian keuntungan

PENGALOKASIAN DANA BANK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Gerson Philipi Rianto F

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara perolehan aktiva operasi adalah dengan Sewa Guna Usaha (SGU) atau

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara harus melakukan kegiatan pembangunan demi kemajuan

LEASING (SEWA-GUNA-USAHA) Pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pembelanjaan Jangka Panjang 1 BAB 14 PEMBELANJAAN JANGKA PANJANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II LANDASAN TEORI

Tabel 5.1. Daftar Jenis Kendaraan CV. METROPOLITAN HOME. Umur Manfaat. B. Perbandingan Perolehan Kendaraan melalui Pembelian Tunai, Kredit

Analisis Aktivitas Pendanaan

JENIS-JENIS MODAL DALAM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang bagi perusahaan. Mengingat bahwa tujuan dari pengadaan

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. pada khususnya, maka kebutuhan akan pendanaan menjadi hal yang utama bagi

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2001 : 209), sumber pembiayaan modal ditinjau dari. asalnya pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu.

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Leasing. Bahan Ajar : Manajemen Keuangan Bisnis II Digunakan untuk melengkapi buku wajib Disusun oleh: Nila Firdausi Nuzula

BAB I PENDAHULUAN. Sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang

Bab 10 PERUSAHAAN MODAL ASING (PMA) YANG MENGGUNAKAN BAHASA ASING DAN MATA UANG SELAIN RUPIAH

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan aktiva tetap seperti peralatan, mesin, tanah, gedung, kendaraan dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 8 JENIS JENIS MODAL

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah kredit berasal dari bahasa yunani (credere) yang berarti. disepakati yaitu dapat berupa barang, uang, atau jasa.

PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP ANTARA HUTANG DAN LEASING DENGAN ANALISA NPV DAN IRR

PINJAMAN BERJANGKA DAN SEWA GUNA USAHA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

Lembaga Keuangan: Leasing dan Factoring

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 1 BAB 5 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN MODAL KERJA

Transkripsi:

8 BAB II LANDASAN TEORI 1. Perencanaan Pajak Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak. Manajemen pajak sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak, dan dalam tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Menurut Zain (2008:43) secara garis besar perencanaan pajak (tax planning) adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau sekelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial. Terdapat beberapa ukuran yang biasanya digunakan dalam mengukur kepatuhan perpajakan wajib pajak, yakni: 1. Tax Saving adalah upaya wajib pajak mengelakkan utang pajaknya dengan jalan menahan diri untuk tidak membeli produk-produk yang ada pajak

9 pertambahan nilainya atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi kecil dan dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar. 2. Tax Avoidance adalah upaya wajib pajak untuk tidak melakukan perbuatan yang dikenakan pajak atau upaya manipulasi penghasilan wajib pajak secara legal yang masih sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang. 3. Tax Evasion adalah upaya wajib pajak dengan penghindaran pajak secara ilegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Menurut Suandy (2008:9) terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu perencanaan pajak (tax planning): 1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan. Bila suatu perencanaan pajak dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan, bagi wajib pajak merupaka resiko pajak (tax risk) yang sangat berbahaya dan menimbulkan ancaman keberhasilan perencanaan pajak tersebut. 2. Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek. 3. Bukti-bukti pendukung yang memadai, misalnya surat perjanjian, faktur dan juga perlakuan akuntansinya. Perencanaan pajak merupakan suatu bagian dari manajemen pajak suatu perusahaan, dan dalam melakukan manajemen pajak ada beberapa tahapantahapan yang penting yang harus diperhatikan. Berikut tahapan-tahapan

10 manajemen pajak dalam strategi dasar mengenai pengelolaan perpajakan menurut Wahyudi dalam Chrisdianto: 1. Menetapkan sasaran manajemen pajak, meliputi usaha mengefisienkan beban pajak dan tidak melanggar undang-undang perpajakan, mematuhi segala ketentuan administrasi sehingga terhindar dari segala sanksi pidana, dan melaksanakan secara efektif segala ketentuan perundang-undangan perpajakan yang terkait dengan masalah pemasaran, pembelian, dan fungsi keuangan. 2. Identifikasi pendukung dan penghambat sasaran, meliputi identifikasi faktor lingkungan perencanaan pajak jangka panjang, etika kebijakan perusahaan tentang manajemen perpajakan dan strategi perpajakan yang terintegrasi dengan perencanaan perusahaan. 3. Mengembangkan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai sasaran manajemen perpajakan, meliputi sistem informasi perpajakan dan mekanisme pengendalian. 2. Alternatif Pengadaan Barang Modal Melalui Kredit Bank Kredit berasal dari bahasa yunani credere yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin credo, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka berarti mereka memperoleh kepercayaan. Menurut Kasmir (2008) kredit adalah kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan,

11 sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya. Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 2.1. Unsur-Unsur Kredit Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit adalah sebagai berikut: a. Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberian kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan bank berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar di terima kembali dimasa tertentu dimasa datang. b. Kesepakatan Disamping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masingmasing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditangani oleh kedua belah pihak yaitu pihak bank dan nasabah.

12 c. Jangka waktu Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. d. Resiko Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan kerugian diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangka waktu suatu kredit maka semakin besar resikonya tidak tertagih, demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja maupun resiko yang tidak disengaja. e. Balas jasa Akibat dari pemberian fasilitas kredit bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank prinsip konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga biasa provisi dan komisi serta biaya administrasi kredit ini merupakan keutungan utama bank. Sedangkan bagi bank yang berprinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

13 2.2. Syarat Kredit Sesuai dengan asal kata kredit yang berarti kepercayaan maka kredit dapat berlangsung bila ada kepercayaan terhadap penerimaan kredit. Kepercayaan tersebut banyak tergantung kepada kelayakan seseorang atau badan usaha. Kelayakan seseorang atau badan usaha penerima kredit dipengaruhi oleh 5C yaitu: a. Character atau tabiat serta kemampuan pemohon untuk memenuhi kewajiban perlu diteliti tentang kebiasaan kepribadian, cara hidup, serta keadaan keluarga secara moral. b. Capacity yaitu kemampuan, kepandaian, dan keterampilan menggunakan kredit yang diterima sehingga memperoleh kemajuan, keuntungan serta mampu melunasi kewajiban dan hutangnya. c. Capital yaitu modal seseorang atau badan usaha penerima kredit. Tidak semua modal bersumber dari kredit. d. collateral yaitu kepastian berupa jaminan yang dapat diberikan oleh penerima kredit. Anggunan atau jaminan sebagai alat pengaman sebagai ketidakpastian pada waktu yang akan datang pada saat kredit harus dilunasi. e. Condition of economies yaitu dalam rencana pelepasan kredit harus mampu melihat kedepan, yaitu bagaimana keadaan perekonomian masa yang akan datang.

14 2.3. Peranan Kredit Dalam Perekonomian Dalam kehidupan perekonomian, fungsi kredit makin lama makin memegang peranan yang sangat penting karena dengan adanya kredit dapat: a. Meningkatkan daya guna uang b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang c. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang d. Menjadi salah satu alat stabilitas ekonomi e. Meningkatkan kegairahan berusaha f. Meningkatkan pemerataan pendapatan g. Menjadi alat untuk meningkatkan hubungan internasional. 2.4. Kebaikan Dan Keburukan Kredit Kredit selain mempunyai peranan dalam kehidupan perekonomian tentunya dapat menimbulkan dampak yang bersifat positif dan negatif, hal ini tentunya wajar saja dalam kehidupan masyarakat. Memang mengenai baik buruknya kredit bagi semua orang menyebabkan kita harus berhati-hati baik memberi kredit maupun menerima kredit. Adapun kebaikan dan keburukan kredit akan kita jabarkan dibawah ini: a. Kebaikan kredit 1. Menambah produktifitas modal uang 2. Memajukan urusan tukar-menukar seperti wesel, promes, dan lain-lain 3. Mempercepat peredaran barang-barang 4. Dapat membuka usaha baru

15 b. Keburukan kredit 1. Memberikan kemungkinan untuk berspekulasi 2. Memberikan kesempatan para konsumen melebihi daya kemampuan (besar pasak daripada tiang) 3. Menyebabkan produksi yang sangat berlebihan 4. Perluasan kredit akan menimbulkan inflasi 5. Mendorong masyarakat mengarah kepada sifat konsumtif. 3. Alternatif Pengadaan Barang Modal Melalui Leasing Sejalan dengan berkembangnya perekonomian sumber pembiayaan tidak hanya berasal dari pinjaman kredit. Dengan lahirnya leasing di Indonesia pada tahun 1974 leasing telah menjadi salah satu sumber pendanaan yang sangat penting karena dengan adanya leasing suatu perusahaan dapat memperoleh dan menggunakan alat-alat produksi dan barang-barang modal tanpa harus membeli atau memilikinya. 3.1. Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing) Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991, sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun secara sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

16 Jenis sewa guna usaha yang diakui menurut perpajakan hanya ada dua, yaitu: 1. Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi (Finance Lease / Capital Lease) Financial Lease merupakan suatu bentuk sewa dimana kepemilikan barang tersebut berpindah dari pihak pemberi sewa kepada penyewa. Bila dalam masa akhir sewa pihak penyewa tidak dapat melunasi sewanya, barang tersebut tetap merupakan milik pemberi sewa (perusahaan leasing). Kegiatan sewa guna usaha digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi apabila memenuhi karakteristik sebagai berikut: a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor. b. Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk barang modal golongan I, 3 tahun untuk barang modal golongan II dan III, dan 7 tahun untuk golongan bangunan. c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee. 2. Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) Operating lease merupakan suatu proses menyewa suatu barang untuk mendapatkan hanya manfaat barang yang disewanya, sedangkan barangnya itu sendiri tetap merupakan milik bagi pihak pemberi sewa. Kegiatan sewa guna usaha digolongkan sebagai sewa

17 guna usaha tanpa hak opsi apabila memenuhi karakteristik sebagai berikut: a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang disewagunausahakan ditambah keuntungan lessee. b. Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee. 3. Perbedaan Finance Lease dan Operating Lease a. Finance Lease a) Perjanjian tidak dapat dibatalkan b) Masa sewa selama umur ekonomis c) Ada hak opsi d) Transaksi keuangan e) Tidak dikenakan PPn f) Bersifat full pay out g) Lessor tidak dapat menyusutkan barang b. Operating Lease a) Perjanjian dapat dibatalkan b) Masa sewa relatif singkat c) Tidak ada hak opsi d) Transaksi sewa menyewa e) Dikenakan PPn f) Tidak bersifat full pay out g) Lessor dapat menyusutkan barang modal.

18 3.2 Transaksi-transaksi Sewa Guna Usaha (Leasing) Transaksi-transaksi yang ada dalam leasing tentu mengandung perkiraanperkiraan baik perkiraan yang merupakan tambahan dari perkiraan yang sudah ada sebelumya maupun perkiraan yang timbul pada saat trransaksi leasing. Perkiraan-perkiraan yang timbul apabila terjadi transaksi leasing adalah : 1. Aktiva Aktiva secara umum dapat merupakan sesuatu yang mempunyai bentuk fisik atau dapat merupakan sesuatu hak menurut hukum, kedua-duanya mempunyai nilai uang. Aktiva mempunyai 3 sifat dasar yaitu : a) Kemungkinan sifat ekonomis masa depan b) Dikendalikan oleh perusahaan c) Sebagai akibat transaksi peristiwa-peristiwa masa lalu. Jenis aktiva yang timbul pada saat terjadinya transaksi leasing adalah aktiva tetap dan aktiva lancar. Aktiva tetap disini adalah barang atau peralatan yang di leasing oleh penyewa guna usaha, sedangkan aktiva lancar adalah berupa antara lain : biaya yang dibayar dimuka, yaitu untuk asuransi dibayar dimuka. 2. Kewajiban Kewajiban adalah hutang perusahaan yang harus dipenuhi kepada kreditur. Penyelesaian kewajiban dilakukan dimasa yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa. Kewajiban timbul dari transaksi atau peristiwa masa lalu. Kewajiban

19 yang timbul akibat transaksi leasing antara lain hutang lease bagi lessee. 3. Pendapatan Didalam transaksi leasing pendapatan dari transaksi tersebut diperoleh perusahaan sewa guna usaha (lessor) berupa pendapatan bunga lease. 4. Beban Beban adalah biaya yang secara langsung atau tidak lansung telah dimanfaatkan dalam usaha menghasilkan pendapatan dalam suatu periode atau yang sudah tidak memberikan manfaat ekonomis untuk kegiatan masa berikutnya. Dalam transaksi leasing beban yang timbul antara lain beban pelaksana lease dan beban asuransi yang ditanggung oleh penyewa guna usaha (lessee). 3.4 Perlakuan Sewa Guna Usaha Dalam Laporan Keuangan Lessee Secara akuntansi dalam Capital Lesse, Lessee harus mencatat barang modal sewa guna usaha sebagai aktiva, dan kewajiban pada suatu jumlah yang sama dengan nilai tunai pembayaran sewa guna usaha minimum selama masa sewa guna usaha pada saat permulaan sewa guna usaha. Dalam hal jumlah yang ditentukan terhadap aktiva yang disewagunausahakan melebihi nilai pasar yang wajar pada saat permulaan sewa guna usaha, jumlah yang dicatat sebagai aktiva dan kewajiban harus tetap bedasarkan jumlah nilai pasar yang wajar. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa

20 guna usaha akan dialokasikan sebagai pengurangan kewajiban serta biaya bunga. Aktiva yang disewagunausahakan berdasarkan capital Lease serta akumulasi penyusutannya harus disajikan dalam neraca lessee secara terpisah ataupun diungkapkan secara wajar dalam catatan atas laporan keuangan. Demikian pula dengan kewajiban karena suatu sewa guna usaha, harus dinyatakan dan dikelompokkan sebagai kewajiban lancar atau kewajiban jangka panjang dalam neraca sesuai dengan ketentuan yang lazim dilakukan. Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan yang dibebankan terhadap pendapatan harus pula diungkapkan. Tetapi dalam perpajakan perlakuan untuk sewa guna usaha dengan hak opsi bagi lessee adalah sebagai berikut: 1. Selama masa sewa guna usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewagunausahakan sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang tersebut. 2. Setelah menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa barang modal yang bersangkutan. 3. Pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali pembebanan atas tanah merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewa guna usaha tersebut memenuhi ketentuan capital lease.

21 4. Dalam hal masa sewa guna usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan, maka Dirjen Pajak melakukan koreksi atas pembebanan biaya sewa guna usaha. 5. Lessee tidak memotong PPh 23 atas pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa usaha dengan hak opsi. 3.4 Keuntungan dan Kerugian Sewa Guna Usaha (Leasing) Situasi dari masing-masing perusahaan yang berbeda-beda menyebabkan faktor yang menunjang pada suatu kasus tidaklah dapat diterapkan pada kasus lain. Salah satu keuntungan berikut ini mungkin akan menjelaskan lebih lanjut sehingga menyebabkan kontrak lease akan menjadi alternatif yang menarik untuk penyediaan barang modal/biaya (financing) pada situasi tertentu. Diantara keuntungan tersebut adalah : 1. Penghematan modal, yaitu tidak perlu menyediakan dana yang besar, maksimum hanya untuk down payment yang jumlahnya biasanya tidak besar. Hal ini merupakan penghematan modal bagi lessee, sehingga lessee dapat menggunakan modal yang tersedia untuk keperluan lainnya, karena leasing umumnya membiayai 100% barang modal yang dibutuhkan. 2. Sangat fleksibel, yaitu bersifat sangat luas yang merupakan ciri utama bagi kelebihan leasing dibanding kredit dari bank. Fleksibilitas meliputi struktur kontraknya, besarnya pembayaran rental, jangka waktu pembayaran serta nilai sisanya.

22 3. Sebagai sumber dana, leasing merupakan salah satu sumber dana bagi perusahaan-perusahaan industri maupun perusahaan komersil lainnya. Mekanisme untuk memperoleh dana yaitu dengan melalui sale and leaseback atas aset yang sudah dimiliki oleh lessee. Sementara itu credit line atau fasilitas kredit yang sudah ada dari bank masih tetap tidak terganggu dan siap digunakan setiap saat. 4. On atau off balance sheet yaitu, leasing sesuai dengan kebutuhannya bisa dibukukan dalam neraca. 5. Menguntungkan cash flow, fleksibilitas dari penentuan besarnya rental sangat menguntungkan cash flow. Untuk suatu investasi dimana pendapatan penjualan diperoleh secara musiman atau juga dimana keuntungan baru bisa diperoleh pada masa-masa akhir investasi maka besarnya rental juga bisa disesuaikan dengan kemapuan cash flow yang ada. Pengaturan seperti ini bisa mencegah timbulnya gejolak-gejolak kekosongan dana di dalam kas perusahaan. Dilain pihak jika keadaan keuangan cukup longgar maka besarnya rental dapat diperbesar untuk mempercepat amortisasi prinsipalnya. Ini semua bisa diatur dengan menyusun struktur rental yang baik disesuaikan dengan proyeksi cash flow-nya. 6. Menahan pengaruh inflasi, dalam keadaan inflasi lessee mengeluarkan biaya rental yang sama. Dengan demikian, nilai rill dari rental tersebut telah berkurang. Atau bisa dikatakan bahwa lessee membayar hari ini dengan perhitungan nilai mata uang kemarin.

23 7. Sarana kredit jangka menengah dan jangka panjang. Terutama sekali di Indonesia, saat ini dirasakan sangat sulit sekali untuk mendapat dana pinjaman rupiah untuk jangka menengah dan jangka panjang. Untuk mengatasi hal tersebut, leasing merupakan salah satu alternatif yang bisa memenuhi kebutuhan ini. Melalui sale and leaseback maka lessee akan bisa mendapatkan dana yang diperlukan dengan masa pengembalian jangka menengah atau jangka panjang. Bahkan lessee juga bisa melakukan bullet repayment seperti pada long term bank loan dimana rental yang dilakukan tiap bulan hanyalah merupakan pembayaran interest saja. 8. Dokumentasinya sangat sederhana, biasanya sudah standar sehingga lebih simpel bagi lessee untuk memperpanjang transaksi leasing daripada merundingkan perjanjian baru dengan pihak bank. Selanjutnya pengelompokkan berbagai biaya dalam satu paket kemudian bisa digabungkan menjadi satu dengan harga barang untuk kemudian diamortisasikan sepanjang masa leasing. Tentunya disamping keuntungan-keuntungan tersebut diatas, leasing juga mempunyai kerugian atau kelemahan antara lain sebagai berikut : 1. Pembiayaan secara leasing merupakan sumber pembiayaan yang relatif mahal bila dibandingkan dengan kredit investasi dari bank. Hal ini terjadi karena sumber dana lessor pada umumnya dari bank atau lembaga keuangan bukan bank. 2. Barang modal yang di lease tidak dapat dicantumkan sebagai unsur aktiva lease untuk tujuan collateral credit dari bank, yaitu trade

24 creditor mungkin akan menilai perusahaan tersebut memiliki posisi keuangan yang lemah. 3. Bagi para perusahaan tertentu kadang-kadang timbul masalah prestise antara memiliki barang modal sendiri atau lease. 4. Resiko yang lebih besar pada lessor, artinya adanya tanggung jawab yang menuntuk pihak ketiga jika terjadi kecelakaan atau kerusakan atas barang orang lain yang disebabkan oleh lease property tersebut, dan juga lessor belum tentu yakin bahwa barang lease tersebut bebas dari berbagai ikatan seperti liens (gadai) preference, priorities, charge atau kepentingan-kepentingan lainnya. 4. Perbandingan Sewa Guna Usaha (Leasing) dan Kredit Bank Jika dibandingkan dengan kredit perbankan, pembiayaan leasing mempunyai beberapa keunggulan secara ekonomi diantaranya : 1. Pembiayaan penuh 100% tanpa uang muka 2. Persyaratan relatif tidak ketat 3. Pembayaran angsuran relatif fleksibel 4. Tidak harus dicantumkan dalam neraca (off balance sheet) 5. Terlindung dari resiko keuangan 6. Tingkat keamanan pembiayaan terjamin 7. Tidak perlu menyediakan jaminan (collateral) 8. Aset yang diperoleh melalui leasing merupakan jaminan bagi lessor mengingat status kepemilikan barang modal objek leasing berada pada lessor.

25 5. Penyusutan Dalam Perpajakan Dalam UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 9 Ayat (2) menyatakan bahwa pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi. Metode penyusutan yang boleh digunakan menurut undang-undang perpajakan adalam metode garis lurus dan metode saldo menurun. Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud ditetapkan sebagai berikut: Tabel 1. Metode dan Tarif Penyusutan Menurut Undang-Undang Pajak Kelompok Harta Berwujud I. BukanBangunan Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 II. Bangunan Permanen Tidak Permanen Masa Manfaat 4 Tahun 8 Tahun 16 Tahun 20 Tahun 20 Tahun 10 Tahun Tarif Penyusutan Sebagaimana Dimaksud Dalam Ayat (1) Ayat (2) 25% 12,5% 6,25% 5% 5% 10% 50% 25% 12,5% 10%