131 Perbaikan Profil Tegangan ada Feeder Haraan Baru Lima (H5) Area Samarinda untuk Pengurangan Susut Energi Muslimin, Hadi Suyono, dan Rini Nur Hasanah Abstrak Perbaikan rofil tegangan untuk engurangan susut energi (losses) ada suatu sistem tenaga listrik dimaksudkan untuk meningkatkan erformance dari sistem tersebut. Semakin baik rofil tegangan ada suatu sistem, maka susut energi (losses) yang terjadi ada sistem tersebut akan semakin kecil. Penelitian ini bertujuan untuk erbaikan rofil tegangan ada feeder H5 area Samarinda dalam uaya engurangan susut energi (losses). Perbaikan rofil tegangan ini menggunakan eralatan AVR, bank caacitor, dan SVC. Metode Newton-Rahson digunkan untuk analisis aliran daya dan metode Genetic Algorithm (GA) digunakan untuk menentukan lokasi emasangan dan kaasitas eralatan. Dari hasil analisis dieroleh bahwa dengan emasangan AVR, bank caacitor, dan SVC dro tegangan daat diberbaiki serta susut energi (losses) daat dikurangi. P Kata Kunci rofil teganga, susut energi, aliran daya. I. PENDAHULUAN ADA sistem tenaga listrik, sistem distribusi berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari sumber daya listrik besar (bulk ower source) samai ke beban atau konsumen. Sistem distribusi dibagi atas dua bagian yaitu sistem distribusi rimer dan sistem distribusi sekunder. Kedua sistem distribusi ini dibedakan atas tegangan kerjanya [1]. Sesuai dengan Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN), tegangan kerja untuk sistem distribusi rimer adalah 6 kv, 12 kv, dan 20 kv, sedangkan tegangan kerja untuk sistem distribusi sekunder adalah 220/380 Volt [2]. Meningkatnya usaha di bidang industri yang umumnya bersifat beban induktif, menyebabkan kebutuhan daya reaktif induktif meningkat. Meningkatnya daya reaktif induktif ada suatu sistem mengakibatkan terjadinya dro tegangan. Terjadinya dro tegangan ada enyaluran daya listrik akan berengaruh terhada besarnya susut energi (losses). Susut energi juga diengaruhi oleh besarnya imedansi Muslimin, mahasiswa Program Magister Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia dan dosen di Universitas Mulawarman Samarinda (e-mail: musculi@mail.com). Hadi Suyono, dosen Teknik Elektro, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia (Tel.0341-554166; e-mail: hadis@ub.ac.id). Rini Nur Hasanah, dosen Teknik Elektro, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia (Tel.0341-554166; rini.hasanah@ub.ac.id). ada eralatan enyaluran daya listrik baik ada sistem transmisi mauun ada sistem distribusi. Susut energi dalam sistem tenaga listrik tidak daat dihindari. Salah satu yang bisa dilakukan untuk mengurangi susut energi (losses) adalah melakukan erbaikan rofil tegangan [3]. Oleh karena itu tegangan ada sistem distribusi erlu dijaga sehingga teta ada batas-batas yang diizinkan 5% dari tegangan nominal sistem [4]. Salah satu feeder ada sistem kelistrikan samarinda yang mengalami dro tegangan di luar batas-batas yang diizinkan adalah feeder H5 yaitu sebesar 11%. Feeder H5 meruakan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) tie radial dengan anjang saluran 40 km. Feeder ini menyalurkan daya listrik di mulai dari GI Haraan Baru samai ke beban atau konsumen yang tersebar di area kota Samarinda, dengan jumlah gardu distribusi sebanyak 71. II. METODE PERBAIKAN PROFIL TEGANGAN DAN OPTIMASI PERALATAN Pada enelitian ini erbaikan dro tegangan feeder H5 dilakukan dengan emasangan eralatan engatur tegangan yaitu Automatic Voltage Regulator (AVR), bank caacitor, dan eralatan Flexible AC Transmission System (FACTS) yaitu Static VAR Comensator (SVC). Dengan emasangan eralatan tersebut diharakan rofil tegangan akan lebih baik dan susut energi (losses) daat berkurang [5]. Untuk mengotimalkan enematan dan kaasitas yang sesuai dengan sistem atau feeder H5, maka digunakan metode Genetic Algorithm (GA). Metode GA meruakan metode kecerdasan buatan yang mamu menyelesaian otimasi dengan ruang lingku yang besar dan komleks. Metode ini menirukan roses evolusi alam, sehingga cocok digunakan untuk menyelesaikan masalah otimasi yang didasari oleh seleksi alam seerti encarian lokasi, rute, dan jalur yang otimum [6]. Sebelum melakukan otimasi lokasi enematan dan kaasitas eralatan, terlebih dahulu dilakukan analisis aliran daya dengan menggunakan metode Newton-Rahson. Analisis aliran daya dilakukan untuk mengetahui besar tegangan, sudut fasa tegangan, daya aktif (P), daya reaktif (Q), rugi daya aktif (P loss ), dan rugi daya reaktif (Q loss ) ada masing-masing bus sebelum emasangan eralatan. Setelah semua nilai arameter diketahui, selanjutnya dilakukan otimasi
132 lokasi enematan dan kaasitas eralatan untuk mengetahui lokasi enematan yang otimal dan kaasitas yang sesuai dengan sistem atau feeder H5. Setelah diketahui lokasi enematan yang otimal dan kaasitas eralatan yang sesuai, selanjutnya dilakukan kembali analisis aliran daya untuk mengetahui besar tegangan, sudut fasa tegangan, daya aktif (P), daya reaktif (Q), rugi daya aktif (P loss ), dan rugi daya reaktif (Q loss ) ada masing-masing bus setelah emasangan eralatan. Diagram alir metodologi enelitian seerti ada Gambar 1. Mulai Menngumulkan data sistem Analisis Load Flow dengan Metode Newton-Rahson Otimasi Lokasi & Kaasitas AVR, Bank Caacitor, dan SVC dengan Metode GA Penematan AVR, Caasitor Bank, dan SVC Analisis Load Flow dengan Metode Newton-Rahson Setelah Pemasangan Peralatan Hasil Perbaikan Profil Tegangan dan Minimalisasi Losses A. Perbaikan Profil Tegangan Perbaikan rofil tegangan ada feeder H5 dalam uaya engurangan susut energi (losses), menggunakan AVR, bank caacitor, dan SVC. 1) Automatic Voltage Regulator (AVR) ya Selesai Tidak Gambar 1. Diagram alir metodologi enelitian Automatic Voltage Regulator (AVR) ada saluran distribusi meruakan autotransformer, dimana lilitan rimer dan sekunder dihubungkan menjadi satu. AVR dilengkai dengan eralatan engubah sadaan yang mengatur tegangan keluaran (ste voltage regulator), dan eralatan engatur saklar embalik (reversing switch) yang kerjanya diatur oleh sistem kontrol otomatis (automatic control switch). Dengan dilengkai eralatan-eralatan tersebut, tegangan keluaran daat diatur ada nilai yang teta sesuai dengan kemamuan sadaannya untuk nilai tegangan inut yang bervariasi, lebih tinggi atauun lebih rendah dari ada tegangan keluaran [7]. Pemasangan AVR ada saluran distribusi rimer berfungsi untuk memerbaiki tegangan yang bertitik angkal ada temat emasangan AVR samai erbaikan tegangan saluran kearah beban. Diagram fasor komensator dro tegangan ada saluran distribusi seerti ada Gambar 2 [8]. Pada Gambar 2, terlihat bahwa V VRR, V reg, dan V LDC = I L (R L cosθ+x L sinθ) meruakan rangkaian tertutu sehingga daat dinyatakan dengan ersamaan (1). V VRR V V (1) reg LDC Persamaan (1), daat dinyatakan bahwa besarnya V VRR tergantung ada besarnya nilai V reg dan V LDC. Besarnya nilai V reg diatur oleh transformator tegangan dan besarnya nilai V LDC diatur melalui engaturan besarnya resistansi dan reaktansi ada Line Dro Comensation (LDC), dengan menggunakan ersamaan (2) dan ersamaan (3). CT P R set R (2) eff PTN CT P Xset X (3) eff PTN R set = Setting regulator untuk komensasi resistif (V) X set = Setting regulator untuk komensasi reaktif (V) CT P = Nilai arus rimer trafo arus (A) PT N = Perbandingan otensial rimer dan sekunder trafo tegangan. R eff = Resistansi saluran dari regulator samai regulator oint () X eff = Reaktansi saluran dari regulator samai titik usat beban () 2) Bank Caacitor θ IL VVRR Gambar 2. Diagram fasor komensator dro tegangan Bank caacitor digunakan secara luas ada sistem tenaga listrik untuk erbaikan faktor daya dan engaturan rofil tegangan. Pada saluran distribusi, bank caacitor digunakan untuk mengkomensasi rugi-rugi I 2.X dan memastikan tegangan terjaga ada levelnya. Beban yang bersifat induktif akan menyera daya reaktif, yang mengakibatkan dro tegangan di sisi enerima. Dengan emasangan bank caacitor, beban akan mendaatkan sulai daya reaktif. Komensasi yang dilakukan oleh bank caacitor, daat mengurangi enyeraan daya reaktif sistem oleh beban. Dengan demikian jatuh tegangan yang terjadi ada sistem daat dikurangi. Diagram fasor emasangan bank caacitor ada saluran distribusi seerti ada Gambar 3 [8]. Gambar 3. Diagram fasor saluran distribusi setelah emasangan bank caacitor Pada Gambar 3 diketahui tegangan ada ujung enerima V r setelah emasangan bank caacitor seerti ada ersamaan (4). Vreg ILRL ILXL
133 P.X (Q Q ).X Vr Vs j c Vs Vs (4) P = Daya aktif (W) Q = Daya reaktif (VAR) Q C = Daya reaktif kaasitif (VAR) V S = Tegangan ada sisi engirim (V) V r = Tegangan ada sisi enerima (V) R = Resistansi saluran () X = Reaktansi saluran () Persamaan (4), terlihat bahwa dengan enambahan bank caacitor ke dalam sistem, maka daat mengurangi konsumsi daya reaktif oleh beban, yang ada akhirnya akan daat memerbaiki nilai tegangan di sisi enerima. 3) Static VAR Comensator (SVC) Static VAR Comensator (SVC) meruakan generator statis yang terhubung secara aralel dengan beban, dan memiliki outut bervariasi untuk mengontrol arameter-arameter sistem tenaga listrik. Istilah statis disini mengidentifikasikan bahwa SVC tidak seerti komensator singkron, dimana SVC tidak memiliki komonen bergerak atau berutar. SVC terdiri dari Thyristor Controller Reactor (TCR), Thyristor Switched Caacitor (TSC), dan filter harmonic. Filter harmonic berfungsi untuk mengatasi harmonisa yang dihasilkan oleh TCR [9]. Prinsi kerja dari static VAR Comensator (SVC) adalah dengan mengatur sudut enyalaan thyristor. Sudut enyalaan thyristor akan mengatur keluaran daya reaktif dari SVC. Nilai tegangan sistem meruakan inut bagi engendali yang kemudian akan mengatur sudut enyalaan thyristor. Dengan demikian SVC akan memberikan komensasi daya reaktif sesuai dengan kebutuhan sistem [10]. Static VAR Comensator (SVC) daat digunakan untuk memertahankan nilai tegangan ada suatu bus yang terhubung dengan SVC, dengan nilai yang dikehendaki selama variasi beban, dengan cara menyera dan menginjeksi daya reaktif melalui kontrol sudut enyalaan (firing angle) thyristor. Salah satu model SVC adalah model total suscetansi seerti ada gambar 4 [11]. Gambar 4. Model total suscetansi SVC Pada model total suscetansi ini, SVC dilihat sebagai sebuah reaktansi yang daat diatur melalui erubahan suscetansi. B svc melambangkan nilai total suscetansi dari SVC yang dierlukan untuk memertahankan besar tegangan ada bus dengan nilai tertentu. Dalam emodelan SVC sebagai variable VAR sources seerti ada Gambar 3, kita daat menetakan batas maksimum dan minimum keluaran daya reaktif dari SVC (Q svc ). Penetaan batas tersebut masing-masing sesuai dengan suscetansi induktif (B ind ) dan suscetansi kaasitif (B ca ) yang tersedia, serta sesuai dengan tegangan referensi (V ref ). Batasan maksimum dan minimum daat ditulis seerti ada ersamaan (5) dan ersamaan (6) [11]. Q (5) 2 max Bind.Vref 2 max Bca.Vref Q (6) dimana: 1 Bind (7) X L 1 Bca (8) XC X L = reaktansi induktif () X C = reaktansi kaasitif () Suscetansi (B SVC ) dinyatakan sebagai fungsi dari sudut enyalaan thyristor α, seerti ada ersamaan (9). B B B α (9) svc ca ind Daya reaktif yang dihasilkan oleh SVC daat dihitung dengan menggunakan ersamaan (10). Q V (10) 2 svc t.bsvc V t = Tegangan terminal (V) B. Aliran Daya (Load Flow) Analisis aliran daya (load flow) adalah suatu analisis yang dilakukan untuk menghitung tegangan, arus, daya aktif, daya reaktif, dan faktor daya yang terdaat ada berbagai titik dalam suatu saluran tenaga listrik ada keadaan oerasi normal. Hal yang daat dieroleh dari analisis aliran daya adalah besar dan sudut fasa tegangan setia bus, daya aktif dan daya reaktif yang mengalir dalam setia saluran. Selain itu, analisis aliran daya (load flow) sangat dibutuhkan untuk mengevaluasi unjuk kerja dari sistem tenaga listrik, mendaatkan informasi mengenai beban saluran distribusi, rugi-rugi saluran, dan menganalisis kondisi embangkitan dan embebanan. Oleh sebab itu studi aliran daya sangat dierlukan dalam erencanaan serta engembangan sistem di masa yang akan dating [12, 13]. Dengan menerakan hukum kirchoff antara simul dalam sistem, maka dieroleh ersamaan arus yang mengalir menuju suatu bus dalam satu saluran seerti ersamaan (11) [14]. I bus Ybus Vbus (11) atau: dimana: n I Y V (12) 1
134 = 1, 2, 3, 4,. n, meruakan nomor bus. Daya aktif dan daya reaktif ada bus dinyatakan seerti ersamaan (13). * P jq V I (13) I = Arus ada bus (V) V = Tegangan ada bus (V) P = Daya aktif ada bus (W) Q = Daya reaktif ada bus (VAR) Metode Newton-Rahson menggunakan sejumlah ersamaan nonlinier untuk menyatakan daya aktif dan daya reaktif sebagai fungsi dari besar dan sudut fasa tegangan. Daya aktif dan daya reaktif ada bus dinyatakan dengan ersamaan (14) dan Persamaan (15). P V Q V n 1 n 1 V V G G cosδ sin δ B B sin δ cosδ (14) (15) Daya yang mengalir dari bus ke bus dieroleh dengan menggunkan ersamaan (16), dan daya yang mengalir dari bus ke bus dieroleh dengan menggunakan ersamaan (17). * S P jq V (16) S.I * P jq V.I (17) P = Daya aktif ada saluran dari bus ke bus (W) Q = Daya reaktif ada saluran dari bus ke bus (VAR) P = Daya aktif ada saluran dari bus ke bus (W) Q = Daya reaktif ada saluran dari bus ke bus (VAR) S = Daya yang mengalir dari bus ke bus (VA) S = Daya yang mengalir dari bus ke bus (VA) Rugi-rugi daya ada saluran - meruakan jumlah aljabar dari ersamaan (16) dan ersamaan (17), sehingga ersamaan rugi-rugi daya ada saluran - seerti ersamaan (18). SL S S (18) C. Algoritma Genetik Proses dalam algoritma genetik secara bertaha dijelaskan sebagai berikut [6]: 1) Pengkodean Pengkodean meruakan langkah awal yang dilakukan dalam menggunakan otimasi Genetic Algorithm (GA), yaitu engkodean atau reresentasi ermasalahan yang akan diotimasi. Pengkodean yang lazim digunakan adalah kode bilangan biner, bilangan riel, dan huruf. Pengkodean tersebut diwujudkan dalam gen-gen yang membentuk kromosom. Setia elemen atau gen dalam kromosom meruakan variabel string. 2) Fungsi Fitness Fungsi objektif adalah sebuah ersamaam fungsi yang memiliki eran untuk menghitung nilai sebuah kromosom. Nilai fitness dari kromosomkromosom bermanfaat untuk roses selanjutnya, yaitu sebagai erbandingan besarnya masingmasing fungsi objektif ada setia kromosom. 3) Seleksi Proses seleksi adalah roses emilihan calon induk yang akan diroses ada roses berikutnya yaitu kawin silang dan mutasi. Proses emilihan ini didasarkan ada fungsi objektif tia kromosom yang diranking atau diurutkan berdasarkan besar nilainya, dan kemudian urutan tersebut menjadi indeks bagi kromosom yang bersangkutan. 4) Kawin Silang Proses kawin silang adalah roses menyilangkan atau menukarkan gen dari dua kromosom induk hasil seleksi. Pada kawin silang tidak semua gen dari dua kromosom induk saling ditukarkan, melainkan dimulai dari gen yang terilih (nilainya telah ditentukan sebelumnya), sehingga akan terbentuk dua kromosom induk baru yang terilih untuk roses ada kawin silang. Fungsi kawin silang yaitu menghasilkan kromosom anak dari kombinasi gen dua kromosom induk. 5) Mutasi Proses mutasi tidak memandang kromosom, melainkan gen-gen dalam kromosom. Probabilitas mutasi akan menentukan gen-gen dari suatu oulasi yang akan mengalami roses mutasi. Mutasi adalah roses mengganti nilai gen sebelumnya dengan nilai baru yang ditentukan secara acak (random) dengan range yang ditentukan sebelumnya. 6) Reinsertion (Reins) Setelah mengalami roses mutasi, akan dieroleh beberaa kromosom yang mengalami erubanan nilai fitness-nya. Kromosom-kromosom tersebut akan digabung dengan kromosom-kromosom lama yang tidak mengalami kawin silang dan mutasi, maka digunakan roses yang dinamakan reinsertion atau reins. Pada roses reins, seluruh kromosom akan dihitung kembali nilai objektifnya dan kromosom yang telah menjadi induk baru disisikan lagi kedalam oulasi lama sehingga jumlah oulasinya teta. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam analisis aliran daya dan otimasi lokasi enematan dan kaasitas eralatan adalah data sistem existing feeder H5. 1) Hasil Otimasi Lokasi Penematan dan Kaasitas Peralatan Otimasi lokasi enematan dan kaasitas eralatan untuk erbaikan rofil tegangan ada feeder H5 menggunakan dua arameter yaitu lokasi dan kaasitas eralatan, sehingga gen dalam kromosom berisi dua
135 nilai. Nilai ertama meruakan variabel lokasi enematan eralatan, dikodekan dalam bentuk bilangan biner (0 dan 1). Nilai 0 mengidentifikasikan bus tidak diasang eralatan dan nilai 1 mengidentifikasikan bus lokasi emasangan eralatan. Nilai kedua meruakan variabel kaasitas eralatan, dikodekan dalam bentuk bilangan real (fload encoding) antara -1 samai 1. Nilai eralatan yang sebenarnya dieroleh setelah roses decoding. Kaasitas eralatan yang akan digunakan dalam otimasi ini bekerja dengan range nilai -100 MVAR samai 100 MVAR. Jumlah gen yang digunakan dalam tia kromosom adalah 74 sesuai dengan jumlah bus ada sistem. Nilai gen tersebut diuji keandalannya, aakah kromosom mamu memerbaiki rofil tegangan atau tidak. Pengujian nilai gen dalam kromosom dilakukan ada fungsi objektif. Fungsi objektif yang digunakan adalah rugi-rugi daya seerti ersamaan (19). n n Min F S V V Y θ δ δ (19) loss 1 1( ) Batas yang digunakan adalah batas toleransi tegangan, yaitu V min V max ; dimna: = 1,2,3, n meruakan nomor bus, V min = 0.95 dan V max = 1.05. Ukuran oulasi yang digunakan adalah 40, dengan robabilitas kawin adalah 0.90, robabilitas mutasi adalah 0.005, dan maksimum generasi adalah 100. Solusi otimasi dieroleh dari sejumlah solusi dengan cara roses random, melalui roses seleksi, kawin silang, dan mutasi. Berdasarkan arameter tersebut maka dieroleh hasil otimasi lokasi enematan dan kaasitas eralatan yaitu eralatan di tematkan ada bus 33 dengan kaasitas sebesar 1.6 MVA. 2) Perbandingan Tegangan Sebelum dan Setelah Pemasangan Peralatan Dari hasil analisis aliran daya sebelum dan setelah emasangan eralatan, maka dieroleh erbandingan tegangan ada masing-masing bus sebelum dan setelah emasangan eralatan, seerti ada Gambar 5 untuk beban maksimum, Gambar 6 untuk beban rata-rata, dan Gambar 7 untuk beban minimum. Gambar 5. Profil tegangan sebelum dan setelah emasangan eralatan ada beban maksimum Gambar 6. Profil tegangan sebelum dan setelah emasangan eralatan ada beban rata-rata Gambar 7. Profil tegangan sebelum dan setelah emasangan eralatan ada beban minimum Dari Gambar 5 erbandingan tegangan sebelum dan setelah emasangan eralatan ada beban maksimum, terlihat bahwa dengan emasangan AVR kenaikan tegangan bertitik angkal ada bus emasangan AVR samai erbaikan tegangan saluran kearah beban. Dengan engurangan dro tegangan ada ujung saluran bus 74 sebesar 5%. Dengan emasangan bank caacitor kenaikan tegangan terjadi ada keseluruhan bus dalam sistem kecuali bus 1. Dengan engurangan dro tegangan ada ujung saluran bus 74 sebesar 4%. Sedangkan dengan emasangan SVC kenaikan tegangan juga terjadi ada keseluruhan bus dalam sistem kecuali bus 1. Dengan engurangan dro tegangan ada ujung saluran bus 74 sebesar 6%. Dari Gambar 6 erbandingan tegangan sebelum dan setelah emasangan eralatan ada beban rata-rata, terlihat bahwa dengan emasangan AVR kenaikan tegangan bertitik angkal ada bus emasangan AVR samai erbaikan tegangan saluran kearah beban. Dengan engurangan dro tegangan ada ujung saluran bus 74 sebesar 4%. Dengan emasangan bank caacitor kenaikan tegangan terjadi ada keseluruhan bus kecuali bus 1. Dengan engurangan dro tegangan ada ujung saluran bus 74 sebesar 3%. Sedangkan dengan emasangan SVC juga terjadi erbaikan tegangan ada keseluruhan bus kecuali bus 1. Dengan engurangan dro tegangan ada ujung saluran bus 74 sebesar 3%. Dari Gambar 7 erbandingan tegangan sebelum dan setelah emasangan eralatan ada beban minimum, terlihat bahwa dengan emasangan AVR kenaikan tegangan bertitik angkal ada bus emasangan AVR samai erbaikan tegangan saluran kearah beban. Dengan engurangan dro tegangan ada ujung saluran bus 74 sebesar 5%. Dengan emasangan bank caacitor kenaikan tegangan terjadi ada keseluruhan bus kecuali bus 1. Dengan engurangan dro tegangan ada ujung saluran bus 74 sebesar 2%. Sedangkan dengan emasangan SVC tengan sama dengan sebelum emasangan eralatan. 3) Perbandingan Total Losses Sebelum dan Setelah Pemasangan Peralatan. Dari hasil analisis aliran daya sebelum dan setelah emasangan eralatan, maka dieroleh erbandingan total losses sebelum dan setelah emasangan eralatan, seerti ada Tabel 1 untuk beban maksimum, Tabel 2 untuk beban rata-rata, dan Tabel 3 untuk beban minimum.
136 TABEL I TOTAL LOSSES SEBELUM DAN SETELAH PEMASANGAN PERALATAN PADA BEBAN MAKSIMUM Total Losses Sebelum AVR Bank Caacitor SVC Daya Aktif 0.335931 0.333155 0.289220 0.291378 Daya Reaktif 0.730223 0.732598 0.619914 0.618649 Daya Aktif = MW, Daya Reaktif = MVAR TABEL II TOTAL LOSSES SEBELUM DAN SETELAH PEMASANGAN PERALATAN PADA BEBAN RATA-RATA Total Losses Sebelum AVR Bank Caacitor SVC Daya Aktif 0.191947 0.051809 0.167696 0.168528 Daya Reaktif 0.418039 0.419422 0.358572 0.359431 Daya Aktif = MW, Daya Reaktif = MVAR TABEL III TOTAL LOSSES SEBELUM DAN SETELAH PEMASANGAN PERALATAN PADA BEBAN MINIMUM Total Losses Sebelum AVR Bank Caacitor SVC Daya Aktif 0.052366 0.051809 0.053739 0.051646 Daya Reaktif 0.076252 0.076633 0.076340 0.075146 Daya Aktif = MW, Daya Reaktif = MVAR Dari Tabel 1, terlihat bahwa dengan emasangan AVR, bank caacitor dan SVC berkurang, sedangkan total losses daya reaktif, terlihat bahwa dengan emasangan AVR tidak berkurang, sedangkan dengan emasangan bank caacitor berkurang sebesar 2% dan dengan emasangan SVC berkurang sebesar 3%. Hal ini disebabkan karena AVR dalam mengkomensasi dro tegangan tidak menginjeksi daya reaktif. Dari Tabel 2, terlihat bahwa dengan emasangan AVR, bank caacitor, dan SVC total losses daya aktif berkurang. Sedangkan total losses daya reaktif, terlihat bahwa dengan emasangan AVR tidak berkurang, dengan emasangan bank caacitor berkurang sebesar 2% dan dengan emasangan SVC berkurang sebesar 3%. Hal ini disebabkan karena AVR dalam mengkomensasi dro tegangan tidak menginjeksi daya reaktif. Dari Tabel 3, terlihat bahwa dengan emasangan AVR, bank caacitor, dan SVC total losses daya aktif dan reaktif tidak berkurang. Hal ini disebabkan karena ada beban minimum dro tegangan masih dalam batas-batas toleransi sehingga tidak berengaruh terhada emasangan eralatan. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan embahasan erbaikan rofil tegangan ada feeder H5 dengan menggunakan eralatan engatur tegangan AVR, bank caacitor, dan SVC untuk engurungan susut energi (losses), maka daat ditarik beberaa kesimulan sebagai berikut: 1. Dari hasil analisis aliran daya sebelum emasangan eralatan ada beban maksimum, bus yang mengalami dro tegangan diluar batas-batas yang diizinkan terjadi ada bus 32 samai bus 74, ada beban rata-rata terjadi ada bus 55 samai bus 74, sedangkan ada beban minimum keseluruhan bus tidak mengalami dro tegangan diluar batas-batas yang diizinkan. 2. Dari hasil otimasi lokasi enematan dan kaasitas eralatan yang sesuai dengan sistem atau feeder H5, dieroleh lokasi enematan eralatan ada bus 33 dengan kaasitas eralatan sebesar 1.6 MVAR. 3. Dari hasil analisis aliran daya setelah emasangan eralatan, baik ada beban maksimum, beban ratarata, mauun beban minimum, terlihat bahwa busbus yang mengalami dro tegangan diluar batasbatas yang diizinkan, daat dierbaiki dengan emasangan AVR, bank caacitor, dan SVC. 4. Dari hasil analisis aliran daya setelah emasangan eralatan, ada beban maksimum dan beban ratarata, terlihat bahwa total losses daya aktif daat dikurangi dengan emasangan, AVR, bank caacitor, dan SVC, sedangkan total losses daya reaktif daat dikurangi dengan emasangan bank caacitor dan SVC. 5. Dari hasil analisis enggunaan ketiga eralatan dalam erbaikan rofil tegangan untuk engurangan susut energi (losses) feeder H5, terlihat bahwa enggunaan bank caacitor dan SVC lebih baik dibandingkan dengan AVR. DAFTAR PUSTAKA [1] Pansini, A.J. 2007. Electrical Distribution Engineering, Third Edition, The Fairmont, Inc., Indian Trail. [2] SPLN 1. 1978. Tegangan-Tegangan Standar Perusahaan Umum Listrik Negara, PT. PLN (Persero), Jakarta. [3] Marsudi, D. 2006. Oerasi Sistem Tenaga Listrik, Edisi Kedua, Graha Ilmu, Yogyakarta. [4] SPLN 72. 1987. Sesifikasi Desain Untuk Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR), PT. PLN (Persero), Jakarta. [5] Gerbex, S.; R. Cherkaoui, and A.J. Germond. 2001. Otimal Location of Multi-Tye FACTS Devices in a Power System by Means of Genetic Algorithms, IEEE Transactions on Power Systems, Vol 16, No. 3. [6] Robandi, I. 2006. Desain Sistem Tenaga Modern, ANDI, Yogyakarta. [7] Short, T.A. 2004. Electric Power Distribution Handbook, CRC Press LLC, USA. [8] Gonen, T. 1986. Electric Power Distribution System Engineering, McGraw-Hill, Inc., USA. [9] Kundur, P. 1994. Power System Stability and Control, McGraw- Hill, Inc., USA. [10] Padiyar, K.R. 2007. FACTS Controllers in Power Transmission and Distribution, New Age International, Ltd., New Delhi. [11] Acha, E. 2002. Power Electronic Control in Electrical Systems, Newnes, London. [12] Arrillaga, J. and C.P. Arnol. 1990. Comuter Analysis of Power Systems, John Wiley & Sons, Ltd., Chichester. [13] Grainger, J.J. and W.D. Stevenson, Jr. 1994. Power System Analysis, McGraw-Hill, Inc., USA. [14] Saadat, H. 1999. Power System Analysis, McGraw-Hill, Inc., USA.