ANALISIS KOREKSI FISKAL DALAM RANGKA PERHITUNGAN PPh BADAN PADA PT.ASURANSI BUMIPUTERA CABANG SEKIP PALEMBANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

Gracia Stephani Lauwrensius Siti Khairani, M. Ridhwan Jurusan Akuntansi STIE MDP

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

MANAJEMEN PERPAJAKAN

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi.

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

Pendahuluan. Definisi Pajak Kini dan Pajak Tangguhan

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RUGI LABA BIAYA FISKAL

LAMPIRAN - I. SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kebijakan akuntansi oleh manajer dan bagaimana manajer akan merespon

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan

PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN PADA PKP RI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB II LANDASAN TEORI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

BAB II LANDASAN TEORI

By Afifudin PSP FE Unisma 2

Analisis Koreksi Fiskal untuk Menentukan Besarnya Pajak Terutang pada PT Furaya Transport

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas

ABSTRAK. Kata Kunci: Koreksi Fiskal dan Penghasilan Kena Pajak. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

A. Pengertian Laporan Keuangan

APLIKASI UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 2000 DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN Oleh : Evi Ekawati. Abstrak

ANALISIS BOOK TAX DIFFERENCES PADA PT. WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI)

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU.

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari dalam negeri yaitu dari sektor pajak.

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

PAJAK PENGHASILAN UMUM. Amanita Novi Yushita, M.Si

BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WP DALAM NEGERI WP BUT PASAL 9

Analisis Penerapan Koreksi Fiskal PPh Badan Dalam Meminimalisir Pajak Terutang PT. Anugerah Mega Lestari

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

Makalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mardiasmo ( 2006 ) mendefinisikan, Pajak adalah iuran rakyat

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

Berdasarkan data penghasilan karyawan selama setahun pada tabel 4.1 dan tabel

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

Penghasilan dari usaha di luar profesi dokter *) Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional :

ANALISIS AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. KARYA NATAL

PAJAK PENGHASILAN. Pembagian Subjek Pajak. Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Luar Negeri SIAPA SUBJEK PAJAK?

Transkripsi:

ANALISIS KOREKSI FISKAL DALAM RANGKA PERHITUNGAN PPh BADAN PADA PT.ASURANSI BUMIPUTERA CABANG SEKIP PALEMBANG Elisa Delima Sari (Elcha.NizZ@yahoo.com) Rika Lidyah (rika_msi@yahoo.com) Jurusan Akuntansi S1 STIE MDP Abstrak : Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui besarnya jumlah koreksi fiskal positif dan negatif dari laporan keuangan perusahaan dan untuk mengetahui jumlah PPh Terutang PT.Asuransi Bumiputera Cabang Sekip Palembang. Koreksi positif akan menambah penghasilan kena pajak, sedangkan koreksi negatif akan mengurangi penghasilan kena pajak. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan antara laba akuntansi dengan laba untuk tujuan pajak. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu jumlah laba PT.Asuransi Bumiputera Cabang Sekip Palembang dalam laporan keuangan komersial berbeda dengan jumlah laba dalam laporan keuangan fiskal. Terdapat koreksi positif dan negatif karena perbedaan permanen di dalam laporan keuangan fiskal. Kata kunci: Koreksi Fiskal, Laporan Keuangan Komersial, Laporan Keuangan Fiskal, Pajak Terutang. Abstract : The purpose of this study is to determine the magnitude of the number of positive and negative fiscal correction of the financial statements of the company and to determine the amount of Tax Due PT.Asuransi Bumiputera Sekip Palembang Branch. Positive correction will increase taxable income, whereas a negative correction will reduce taxable income. The results of this study showed a difference between accounting profits with income for tax purposes. The conclusion of this study is the amount of profit PT.Asuransi Bumiputera Branch Sekip commercial Palembang in the financial statements differ from the amount of income in the financial statements of the fiscal. There are positive and negative correction due to permanent differences in the financial statements of fiscal Key words : Fiscal correction, Commercial Financial Statements, Financial Statement Fiscal, Tax Due. 1. PENDAHULUAN Dalam laporan keuangan komersial PT.Asuransi Bumiputera Cabang Sekip Palembang terdapat pos-pos rekening yang menurut akuntansi komersial perlu diakui sedangkan menurut fiskal tidak perlu diakui. Perbedaan pengakuan tersebut menimbulkan selisih penghasilan dalam perhitungan PPh terutangnya sehingga perlu dilakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan komersial untuk mengetahui besarnya penghasilan kena pajak sebagai dasar perhitungan PPh terutang. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan Hal - 1

penelitian yang berjudul Analisis Koreksi Fiskal dalam Rangka Perhitungan PPh Badan pada PT.Asuransi BumiPutera Cabang Sekip Palembang 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Koreksi Fiskal Rekonsilasi (koreksi) fiskal adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto/laba yang sesuai dengan ketentuan perpajakan. Dengan dilakukannya proses rekonsilasi fiskal ini, maka WP tidak perlu membuat pembukuan ganda,melainkan cukup membuat satu pembukuan yang didasari SAK. Rekonsilasi fiskal di buat untuk mendapatkan laba fiskal yang akan 1. Penghasilan yang telah dikenakan PPh bersifat final (pasal 4 ayat (2) UU PPh ) 2. Penghasilan yang bukan objek pajak (pasal 4 ayat (3) UU PPh): Pengeluaran yang tak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha,yaitu mendapatkan,menagih dan memelihara penghasilan serta pengeluaran yang sifatnya pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya melebihi kewajaran (pasal 9 ayat (1) UU PPh). 3 Biaya yang digunakan untuk mendapatkan penghasilan yang bukan objek pajak dan penghasilan yang telah dikenakan PPh bersifat final. 4 Penggantian sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura. digunakan sebagai dasar penghitungan 5 PPh. Sanksi Perpajakan. Koreksi fiskal dapat di bedakan antara beda tetap/permanen (permanent differences) dan beda waktu/sementara (timing differences). 2.2 Beda Tetap/Permanen (Permanent Differences) Beda tetap terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan beban menurut akuntansi dengan pajak,yaitu adanya penghasilan dan beban yang diakui menurut akuntansi komersial namun tidak diakui menurut akuntansi (pre tax income) berbeda secara tetap dengan laba kena pajak menurut fiskal (taxable income). Beda tetap biasanya timbul karena peraturan perpajakan mengharuskan hal-hal berikut dikeluarkan dari perhitungan penghasilan kena pajak. 2.4 Koreksi Positif dan Negatif dari Rekonsilasi Fiskal Rekonsilasi Fiskal dilakukan oleh wajib pajak (WP) yang pembukuannya menggunakan pendekatan akuntansi komersial yang bertujuan mempermudah mengisi surat pemberitahuan Tahun PPh,dan menyusun laporan keuangan fiskal yang harus dilampirkan pada saat menyampaikan SPT Tahunan PPh. 2.3 Beda Waktu/Sementara (Timing Differences) Sesuai namanya, beda waktu merupakan perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan yang sifatnya temporer artinya secara keseluruhan beban atau pendapatan akuntansi maupun perpajakan sebenarnya sama tetapi tetap berbeda alokasi setiap tahunnya. Beda waktu biasanya timbul karena perbedaan metode yang dipakai antara pajak dengan akuntansi dalam hal : 1. Akrual dan Realisasi 2. Penyusutan dan amortisasi 3. Penilaian persediaan 4. Kompensasi kerugian fiskal. Koreksi Fiskal dapat berupa koreksi positif dan koreksi negative. Koreksi positif terjadi apabila laba menurut fiskal bertambah. Koreksi positif biasanya dilakukan akibat adanya : 1. Beban yang tidak diakui oleh pajak ( non-deductible expense) 2. Penyusutan komersial lebih besar dari penyusutan fiskal 3. Amortisasi komersial lebih besr dari amortisasi fiskal. Hal - 2

4. Penyesuaian fiskal positif lainnya. Koreksi negatif terjadi apabila laba menurut fiskal berkurang. Koreksi negatif biasanya dilakukan akibat adanya : 1. Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak 2. Penghasilan yang tidak dikenakan PPh bersifat final 3. Penyusutan komersial lebih kecil dari pada penyusutan fiskal. 4. Amortisasi komersial lebih kecil dari pada amortisasi fiskal 5. Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya. 6. Penyesuaian fiskal negatif lainnya. 2.5 Perhitungan Pajak Penghasilan PPh terutang dihitung dengan mengalikan tarif PPh 17 ayat (1b) terhadap penghasilan kena pajak. Sebelum dikalikan tarif PPh, penghasilan kena pajak terlebih dahulu di bulatkan kebawah dalam ribuan rupiah penuh. PPh Terutang = Penghasilan Kena Pajak x Tarif PPh 3. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini bersifat deskriptif yaitu mendeskripsikan tentang koreksi fiskal atas laporan keuangan komersial, serta mencari, mendapatkan dan mengumpulkan sejumlah data untuk mendapatkan gambaran fakta-fakta yang jelas tentang hal keadaan yang ada pada perusahaan. 3.2 Objek/Subjek Penelitian Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih maka objek penelitiannya difokuskan pada laporan keuangan tahun 2011, sedangkan subjek penelitian ini dilakukan di bidang akuntansi pada PT.ASURANSI BUMIPUTERA CABANG SEKIP PALEMBANG. 3.3 Pemilihan Informan Kunci Yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini yaitu kepala Bagian Keuangan serta staff keuangan pada PT.Asuransi Bumi Putera Palembang. 3.4 Jenis Data Data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa data Laporan keuangan perusahaan tahun 2011 yang diperoleh penulis dari dokumentasi perusahaan, koreksi fiskal dalam laporan keuangan dan data sekunder berupa Undang-Undang perpajakan dan buku-buku yang dijadikan sebagai referensi. 3.5 Teknik pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut : a. Dokumentasi Merupakan teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk mempelajari dokumen-dokumen yang ada dalam perusahaan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. b. Studi kepustakaan Yaitu pengumpulan data dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku referensi yang berkaitan dengan masalahmasalah yang akan diteliti oleh peneliti. 3.6 Teknik Analisis Data Dalam Penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis deskriptif Kualitatif terhadap koreksi fiskal pada laporan keuangan yang diatur menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 dengan melihat perbedaan antara laporan laba Rugi Hal - 3

komersial dengan laporan Laba Rugi perpajakan. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Koreksi Negatif atas Pendapatan Karena Perbedaan Permanen (Permanent Differences) 1. Pendapatan Bunga dan Jasa Giro Berdasarkan aturan perpajakan khususnya Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (2) huruf (a) menerangkan bahwa penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi 4.2 Koreksi Positif atas Biaya Karena Perbedaan Permanen (Permanent Differences) Perbedaan tetap atau permanen terjadi karena dalam pajak menghitung penghasilan dan biaya fiskal berbeda dengan penghasilan dan biaya pada pembukuan (standar akuntansi) yang disebabkan karena perbedaan dasar penyusunan laporan keuangan. Berikut penulis akan menganalisa koreksi fiskal yang telah dilakukan oleh Asuransi Bumiputera untuk tahun pajak 2011 sebagai berikut : 1. Klaim asuransi Klaim asuransi merupakan beban yang ditanggung Tabel 4.4 Biaya Pegawai yang Dikoreksi dikenakan pajak bersifat final, yang lebih jelas diatur dalam Peraturan Pemerintah No.131 Tahun 2000 mengenai pemotongan pajak yang bersifat final atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia. Pendapatan bunga yang diperoleh perusahaan terdiri dari bunga pinjaman polis sebesar Rp 113.253.455 Selain penghasilan bunga, perusahaan juga memperoleh penghasilan lainnya berupa jasa giro dengan nilai Rp 2.872.527. Oleh karena itu pendapatan yang diterima oleh Wajib Pajak berupa penghasilan bunga dan jasa giro harus dilakukan koreksi fiskal negatif karena tidak dapat dijadikan sebagai tambahan penghasilan dalam laporan keuangan fiskal sesuai dengan peraturan perpajakan. perusahaan asuransi yang berkaitan dengan kegiatan mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan sehingga pembayaran klaim asuransi sebesar Rp 12.423.464.260 diakui sebagai beban perusahaan menurut fiskal. Sedangkan bagi orang pribadi yang menerima pembayaran dari perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi beasiswa, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa dikecualikan dari objek pajak sesuai dengan Undang- Undang No.36 pasal 4 ayat 3 huruf e. 2. Biaya Pegawai Uang lembur Rp. 796.500 Rp. 796.500 Uang jalan agen Rp. 353.004.877 Rp.353.004.877 Biaya Komersial Koreksi Positif Fiskal Pindah pegawai Rp. 25.457.150 Rp.25.457.150 Rp. 0 Biaya Pegawai Gaji Rp 107.700.000 Rp 107.700.000 Jumlah Rp. 683.972.960 Rp. 25.457.150 Rp. 658.515.810 Tunjangan Rp.21.050.000 Rp. 21.050.000 Uang harian Rp. 860.000 Rp. 860.000 Bonus, insentif & Rp. 152.785.633 Rp.152.785.633 THR Honorarium Rp 21.000.000 Rp. 21.000.000 Pegawai Premi asuransi pegawai Rp. 1.318.800 Rp. 1.318.800 Biaya pegawai merupakan biaya yang dapat dijadikan pengurang penghasilan kena pajak. Akan tetapi, biaya pindah pegawai bukan merupakan pengurang penghasilan Hal - 4

kena pajak dikarenakan biaya tersebut dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pegawai. Ketentuan ini berdasarkan pasal 9 ayat 1 huruf i. 3. Biaya Provisi dan komisi Biaya provisi dan komisi dari perolehan premi bagi para agen dibebankan sebesar Rp1.270.082.983 dengan alokasi biaya provisi sebesar Rp 1.266.616.369 dan komisi sebesar Rp 3.466.614. 4. Biaya umum dan administrasi Berdasarkan tabel 4. 3 dapat dilihat biaya telepon, biaya listrik, biaya rapat, biaya pemeliharaan gedung, biaya keperluan kantor, biaya bank, biaya pengembangan uang pengawasan agen kantor, serta biaya administrasi lainnya merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Berdasarkan Undang-Undang No.36 tahun 2008 pasal 6 ayat 1, Tabel 4.5 Koreksi Positif Atas Biaya Umum dan Administrasi Biaya Komersial Koreksi Positif Fiskal biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk menentukan jumlah penghasilan kena pajak. Sedangkan biaya pengobatan dan biaya pemeriksaan calon anggota serta pajak penghasilan tidak dapat menjadi pengurang penghasilan kena pajak sebagaimana terdapat dalam pasal 9 ayat 1 huruf b dan huruf h untuk pajak penghasilan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2008 Pasal 9 Ayat 1 huruf g dijelaskan bahwa biaya sokongan dan iuran pengobatan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan kena pajak. Sehingga terdapat koreksi positif sebesar Rp 1.052.000 dengan alokasi iuran pengobatan sebesar Rp 977.000 dan biaya sokongan sebesar Rp 75.000. Setelah dilakukan koreksi positif, maka biaya umum dan administrasi menurut fiskal adalah sebagai berikut: Biaya pengembangan Rp 300.000 Rp 300.000 Biaya telepon Rp 18.547.038 Biaya Pengobatan Rp 31.387.400 Rp 31.387.400 0 Biaya listrik Rp 556.861 Rp 556.861 PPh Pengobatan Rp 4.800.564 Rp 4.800.564 0 Biaya rapat Rp 26.319.150 Rp 26.319.150 PPh Fasilitas Rp 968.658 Rp 968.658 0 Biaya gedung pemeliharaan Rp 1.800.000 Rp 1.800.000 Uang Pengawasan Agen kantor Rp 19.950.000 Rp 19.950.000 Biaya keperluan kantor Rp 52.956.375 Rp 52.956.375 Biaya Pemeriksaan cln Anggota Rp 150.000 Rp 150.000 0 Biaya Segel Polis Rp 74.785.000 Rp 74.785.000 Biaya materai Rp 74.785.000 Rp 74.785.000 Biaya Bank/transfer Rp 1.330.000 Rp 1.330.000 Biaya sokongan Rp 75.000 Rp 75.000 0 Iuran pengobatan Rp 977.000 Rp 977.000 0 Jumlah Rp 291.812.209 Rp 38.318.112 Rp 253.494.087 Biaya lainnya administrasi Rp 56.909.143 Rp 56.909.143 5. Sumbangan Sumbangan adalah pemberian berupa bantuan pada umumnya bersifat fisik berupa uang, baran dan lain-lain oleh perorangan, badan usaha atau badan hukum yang bersifat sukarela tanpa adanya imbalan. Sumbangan yang dikeluarkan oleh perusahaan berupa sumbangan additional sebesar Rp.80.949.200, sumbangan penggantian fasilitas sebesar Rp.30.650.000, serta sumbangan pengobatan keluarga sebesar Rp.8.398.500. Dari segi akuntansi akun ini dapat dijadikan sebagai biaya yang diperkenankan untuk dibebankan. Tetapi menurut ketentuan perpajakan hal tersebut berbeda, berdasarkan Undang - Hal - 5

Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1) huruf (g) yang menjelaskan bahwa sumbangan tidak dapat dijadikan biaya atau dikecualikan yang dijelaskan dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan yang terdapat dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah No.93 Tahun 2010, serta zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah yang ketentuannya diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah. Jenis sumbangan yang dikoreksi pada laporan keuangan PT.Asuransi Bumiputera cabang Sekip Palembang adalah sumbangan penggantian fasilitas sebesar Rp.30.650.000. Sumbangan penggantian fasilitas merupakan bantuan yang diberikan perusahaan untuk memfasilitasi karyawan perusahaan untuk kepentingan pribadi, sehingga harus dilakukan koreksi terhadap pos sumbangan penggantian fasilitas. 4.3 Perbedaan Pengakuan Pendapatan dan Beban pada Laporan Komersial dan laporan Fiskal serta Perhitungan PPh Terutang PT.Asuransi Bumiputera Cabang Sekip Palembang Dalam penysunan laporan keuangan sering terjadi perbedaan antara laporan komersial dan laporan menurut fiskal. Perbedaan dapat terjadi pada saat pengakuan biaya dan penghasilan yang berbeda atau perbedaan dalam menggunakan metode, sehingga menghasilkan biaya menurut fiskal lebih rendah dibandingkan dengan perhitungan biaya menurut metode akuntansi komerisal. Tabel 4.6 PT.Asuransi Bumiputera cabang Sekip Palembang Koreksi Fiskal Tahun 2011 Keterangan Komersial Koreksi positif Koreksi Menurut Fiskal Negatif Pendapatan Pendapatan Rp 19.548.125.330 Rp19.548.125.330 Premi Potongan (Rp 22. 541.808) (Rp 22541.808) premi Bunga Pin. Rp 113.253.455 Rp - Polis 113.253.455 JumlahPenda Rp 19.638.836.987 Rp patan 19.525.583.522 Beban Pembayaran Rp 12.423.464.260 Rp12.423.464.260 Klaim Biaya Pegawai: Biaya gaji Rp 107.700.000 Rp 107.700.000 Tunjangan Rp 21.050.000 Rp 21.050.000 pegawai Uang Rp 860.000 Rp 860.000 harian Bonus, Rp 152.785.633 Rp 152.785.633 insentif&t HR Honorariu Rp 21.000.000 Rp 21.000.000 m pegawai Premi Rp 1.318.800 Rp 1.318.800 As.Pegawa i Uang Rp 796.500 Rp 796.500 lembur Uang Jalan Rp 353.004.877 Rp 353.004.877 Agen By.Pindah Rp 25.457.150 Rp 25.457.150 - pegawai By.Provisi&Ko misi: By.Provisi Rp 1.266.616.369 Rp 1.266.616.369 By.Komisi Rp 3.466.614 Rp 3.466.614 By umum & Adm : Biaya Rp 18.547.038 Rp 18.547.038 telepon Biaya Rp 556.861 Rp 556.861 listrik Biaya Rp 26.319.150 Rp 26.319.150 rapat By. Rp 1.800.000 Rp 1.800.000 Pemelihara an By. Kantor Rp 52.956.375 Rp 52.956.375 By.segel Rp 74.785.000 Rp 74.785.000 polis By.materai Rp 74.785.000 Rp 74.785.000 By.bank/tr Rp 1.330.000 Rp 1.330.000 ansfer By.adm Rp 56.909.143 Rp 56.909.143 lain By.penge Rp 300.000 Rp 300.000 mbangan By.pengob Rp 31.387.400 - Rp 31.387.400 atan PPh Rp 4.800.564 Rp 4.800.564 - pengobata n PPh Rp 968.658 Rp 968.658 - fasilitas Uang Rp 19.950.000 Rp 19.950.000 Pengawasa n By.Pemeri Rp 150.000 Rp 150.000 - ksaan calon Anggota By.sokong Rp 75.000 Rp 75.000 - an Iuran Rp977.000 Rp 977.000 - Pengobata n Jml.By.Opera (Rp 14.054.332.419) (Rp13.990.516.64 sional 0) Laba (Rugi) Rp 5.584.504.570 Rp 5.535.066.880 Pendapatan Non Jasa Giro Rp 2.872.527 Rp 2.872.527 - Denda Rp 99.840.913 Rp 99.840.913 Tunggakan Beda Kurs Rp 5.127.300 Rp 5.127.300 pinjaman Polis Hasil lain-lain Rp 23.330.225 Rp 23.330.225 Jml.Pendapat Rp. 131.170.965 Rp. 128.298.438 an Non Beban Non Hal - 6

Sumbangan - SumbanganAd Rp. 80.949.200 Rp. 80.949.200 ditional Sumbangan Rp. 30.650.000 - Rp. 30.650.000 Penggantian fasilitas Sumbangan Rp. 8.398.500 Rp. 8.398.500 Pengobatan Keluarga Jumlah Beban Non Jml.Pendapat an (beban) Non Opr. Laba Bersih Sblm pajak (Rp.119.997.700) (Rp. 89.347.700) Rp. 11.173.265 Rp 38.950.738 Rp 94.465.772 Rp 116.125.982 Rp.5.595.677.835 Rp 5.574.017.618 Sumber: data diolah, 2012 PPh terutang dihitung dengan mengalikan tarif PPh 17 ayat (1b) terhadap penghasilan kena pajak. Sebelum dikalikan tarif PPh, Berdasarkan koreksi fiskal yang dilakukan diperoleh Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 5.574.017.618 yang dibulatkan menjadi Rp 5.574.017.000. tarif PPh pasal 17 untuk WP Badan dalam negeri dan BUT adalah sebesar 28% untuk tahun 2009 dan menjadi 25% yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. PPh terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan penghasilan kena pajak. Tarif PPh Pasal 31E untuk WP badan dengan peredaran bruto sampai dengan 50 miliar rupiah mendapatkan fasilitas pengurangan tarif 50% dari tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan 4,8 miliar rupiah. Perhitungan PPh terutang Asuransi Bumiputera cabang Sekip Palembang adalah sebagai berikut: PPh Terutang = 50% X 25% (Rp 5.574.017.000) = Rp 696.752.125 Berdasarkan perhitungan diatas, PPh terutang yang harus dibayar Asuransi Bumiputera cabang Sekip Palembang adalah sebesar Rp 696.752.125 sehingga diperoleh laba bersih setelah pajak tahun 2011 sebesar Rp 4.877.264.875 (Rp 5.574.017.635 - Rp 696.752.125) 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Koreksi Fiskal Positif dan Negatif PT.Asuransi Bumiputera Cabang sekip Palembang. a. Pendapatan Jumlah pendapatan PT.Asuransi Bumiputera Cabang Sekip Palembang dalam laporan komersial berbeda dengan jumlah pendapatan dalam laporan keuangan fiskal. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan permanen pada pos pendapatan bunga sebesar Rp.113.253.455 dan pos jasa giro sebesar Rp. 2.872.527 sehingga terdapat koreksi negatif karena beda tetap sebesar 116.125.982 dan tidak terdapat koreksi negatif atas pendapatan karena beda temporer sebab tidak ada pendapatan yang di tangguhkan. Di dalam laporan keuangan fiskal tidak terdapat koreksi positif terhadap jumlah pendapatan baik itu beda tetap atau beda sementara karena tidak ada pos-pos rekening yang berpengaruh di dalam laporan keuangan fiskal.. b. Biaya Jumlah biaya pada laporan komersial lebih besar dari pada jumlah biaya pada laporan fiskal karena adanya pengakuan biaya secara komersial namun tidak diakui secara fiskal. Yang menyebabkan adanya koreksi fiskal positif karena beda permanen, perbedaan ini terdapat pada pos pindah pegawai sebesar Rp. 25.457.150, biaya pengobatan sebesar Rp. 31.387.400, PPh pengobatan sebesar Rp. 4.800.564, PPh fasilitas sebesar Rp. 968.658, biaya sokongan sebesar Rp. 75.000, iuran pengobatan sebesar Rp. 977.000 dan sumbangan penggantian fasilitas sebesar Rp. 30.650.000 Sehingga jumlah koreksi Hal - 7

positif atas biaya adalah sebesar Rp. 94.465.772 dan tidak ada koreksi positif maupun negatif atas biaya karena beda temporer dikarenakan PT.Asuransi Bumiputra Cabang Sekip Palembang tidak mengalokasikan biaya penyusutan maupun amortisasi. 2. Jumlah laba PT. Asuransi Bumiputera cabang Sekip Palembang dalam Laporan Keuangan Komersial berbeda dengan jumlah laba dalam Laporan Keuangan Fiskal. Perbedaan tersebut menyebabkan jumlah laba menurut perhitungan komersial sebesar Rp 5.595.677.835 sedangkan laba menurut perhitungan fiskal sebesar Rp 5.574.017.618(dibulatkan menjadi Rp 5.574.017 000 untuk tujuan penghitungan Pajak Penghasilan), yang berarti terdapat selisih sebesar Rp 21.660.217. Perbedaan ini berasal dari koreksi positif sebesar Rp.94.465.772 dan koreksi negatif sebesar Rp.116.125.982. Dengan koreksi fiskal ini, dapat diketahui bahwa nilai pajak penghasilan yang harus dibayar PT. Asuransi Bumiputera Cabang Sekip Palembang tahun 2011 sebesar Rp 696.752.125. [2] Waluyo 2011, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta. [ [3] Rochmat Soemitro 2000, Dasar-Dasar Perpajakan dan Pajak Pendapatan, PT.Gramedia Pustaka, Jakarta 5.2 SARAN 1. Perusahaan tidak perlu membuat pembukuan ganda, perusahaan hanya perlu membedakan pos-pos rekening atau biaya-biaya yang menurut akuntansi komersial perlu diakui sedangkan akuntansi perpajakan tidak perlu diakui dalam menyusun laporan keuangannya. 2.Untuk tujuan perhitungan penghasilan kena pajak, laporan keuangan komersial perusahaan perlu melakukan penyesuaian dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. DAFTAR PUSTAKA [1] Resmi Siti 2009, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta Hal - 8