Deformasi Gunung Guntur berdasarkan data GPS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 2 Agustus 2013: Cecep Sulaeman, Yunara Witarsa, Rahayu Robiana, dan Sumaryono

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

ERUPSI G. KARANGETANG 2007 DAN PERKIRAAN KEDALAMAN SUMBER TEKANAN BERDASARKAN DATA ELECTRONIC DISTANCE MEASUREMENT (EDM)

Gempa Bumi Bandung 22 Juli 2011

Besarnya pergeseran pada masing masing titik pengamatan setelah dikurangi vektor pergeseran titik BAKO dapat dilihat pada Tabel 4.

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

Reka Geomatika Jurusan Teknik Geodesi Itenas No. 2 Vol. 1 ISSN X Desember 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009

ANALISIS DEFORMASI GUNUNG API BATUR BERDASARKAN DATA PENGAMATAN GPS BERKALA TAHUN 2008, 2009, 2013, DAN 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Metode geofisika yang digunakan adalah metode seimik. Metode ini

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun

BAB III DEFORMASI BERDASARKAN MODEL DISLOKASI DAN VEKTOR PERGESERAN GPS

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

RINGKASAN EKSEKUTIF. Pembuatan Perangkat Lunak Untuk Memodelkan Deformasi Dasar Laut Akibat Sesar Dengan Slip Homogen Atau Bervariasi

BAB IV ANALISIS 4.1 Vektor Pergeseran Titik Pengamatan Gunungapi Papandayan

PENDAHULUAN TEGANGAN (STRESS) r (1)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK

Bab IV Kegempaan dan Cakupan Sinar Gelombang di Kompleks Gunung Guntur

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

Telepon: , , Faksimili: ,

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

Pengaruh Penambahan Jumlah Titik Ikat Terhadap Peningkatan Ketelitian Posisi Titik pada Survei GPS

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN

Gambar IV.6. Penafsiran penampang seismik komposit yang melintasi daerah penelitan pada arah utara-selatan dan barat-timur melalui Zona Sesar

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

PENDEKATAN MORFOLOGI SUNGAI UNTUK ANALISIS LUAPAN LAHAR AKIBAT ERUPSI MERAPI TAHUN 2010 DI SUNGAI PUTIH, KABUPATEN MAGELANG

BAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL. 3.1 Data yang Digunakan

ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH :

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

Analisa Pergeseran Titik Pengamatan GPS pada Gunung Merapi Periode Januari-Juli 2015

KEGEMPAAN DI INDONESIA PERIODE BULAN APRIL AGUSTUS 2008

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Pemodelan Perubahan Jaring Titik Kontrol Nasional Wilayah Provinsi Aceh Akibat Efek Coseismic Gempa Aceh Andaman 2004

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB IV ANALISIS. Lama Pengamatan GPS. Gambar 4.1 Perbandingan lama pengamatan GPS Pangandaran kala 1-2. Episodik 1 Episodik 2. Jam Pengamatan KRTW

Trench. Indo- Australia. 5 cm/thn. 2 cm/thn

J.G.S.M. Vol. 15 No. 2 Mei 2014 hal

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Gunungapi

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Analisis Mekanisme Gempabumi Sorong 25 September 2015 (WIT) (Preliminary Scientific Report)

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Penduduknya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

Membandingkan Hasil Pengukuran Beda Tinggi dari Hasil Survei GPS dan Sipat Datar

STUDI EVALUASI METODE PENGUKURAN STABILITAS CANDI BOROBUDUR DAN BUKIT

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

BAB IV ANALISIS Seismisitas sesar Cimandiri Ada beberapa definisi seismisitas, sebagai berikut :

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN PEMODELAN DEFORMASI CO-SEISMIC

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Determinasi sumber tekanan dan analisis regangan utama di Gunung Api Papandayan untuk mengetahui korelasi dengan kegempaan

DAFTAR ISI. BAB II GEOLOGI REGIONAL... 8 II.1. Fisiografi Regional... 8 II.2. Stratigrafi Regional II.3. Struktur Geologi Regional...

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Untuk mengetahui klasifikasi sesar, maka kita harus mengenal unsur-unsur struktur (Gambar 2.1) sebagai berikut :

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Interpretasi Kualitatif Anomali Magnetik di Daerah Semburan Gas

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE

Session 2 tegangan & regangan pada beban aksial. Mekanika Teknik III

Analisis Deformasi Gunung Merapi Berdasarkan Data Pengamatan GPS Februari- Juli 2015

Deformasi Koseismik dan Pascaseismik Gempa Yogyakarta 2006 dari Hasil Survei GPS

BAB III GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur

Analisis Daerah Dugaan Seismic Gap di Sulawesi Utara dan sekitarnya

Pengaruh Koneksitas Jaring Terhadap Ketelitian Posisi Pada Survei GPS

Analisis Kejadian Rangkaian Gempa Bumi Morotai November 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GERAKAN TANAH DI CANTILLEVER DAN JALUR JALAN CADAS PANGERAN, SUMEDANG Sumaryono, Sri Hidayati, dan Cecep Sulaeman. Sari

Bab VI Interpretasi Tomogram Bawah Permukaan Kompleks Gunung Guntur

STRIKE-SLIP FAULTS. Pemodelan Moody dan Hill (1956)

BAB II Studi Potensi Gempa Bumi dengan GPS

ANALISIS KINEMATIK SESAR ANJAK (THRUST FAULT) DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EVOLUSI TEKTONIK ZONA KENDENG DAERAH NGRANCANG DAN SEKITARNYA

BAB III METODA PENELITIAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

Transkripsi:

Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 1 No. 1 April 2010: 27-34 Deformasi Gunung Guntur berdasarkan data GPS Cecep Sulaeman, Sri Hidayati, Agoes Loeqman Yasa Suparman, dan Devy K. Shahbana Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Jln. Diponegoro 57 Bandung 40122 SARI Penelitian dengan metoda Global Positioning System (GPS) di Gunung Guntur secara berkala telah dilakukan sejak tahun 1996. Berdasarkan hasil penelitian Juni 1997 sampai dengan Juni 2009, secara umum arah pergeseran horisontal titik ukur GPS ke baratlaut dengan besar pergeseran antara 0,7 cm sampai dengan 7,7 cm. Estimasi sumber deformasi menunjukkan bahwa penyebab terjadinya deformasi adalah sesar normal dan sesar oblique mengiri. Berdasarkan nilai dilatasi dan perubahan statik stres, Gunung Guntur merupakan daerah dengan nilai dilatasi negatif dan perubahan statik stres negatif. Kata kunci: Deformasi, sesar ABSTRACT GPS survey on Guntur volcano has been done since 1996 periodically. Based on position data in the period of June 1997 until June 2009, horizontal displacement generally to the northwest direction about 0.7 cm 7.7 cm. The result of deformation source estimation showed that the source of deformation are normal fault and sinistral oblique fault. Based on dilatation value and static stress changes, the Guntur volcano is a region with negative dilatation value and decreasing static stress change. Keyword: Deformation, fault PENDAHULUAN Latar Belakang Gunung Guntur terletak di Kabupaten Ga rut, Provinsi Jawa Barat pada posisi geo grafi 7 8'52,8" LS dan 107 50' 34,8" BT (Gambar 1). Sejak tahun 1600 gunung api aktif Tipe A ini tercatat sudah 22 kejadian erupsi dan telah mengakibatkan korban jiwa serta menghancurkan permukiman (Hendrasto, 2009). Erupsi terakhir tercatat pada tahun 1847, oleh karena itu sampai dengan tahun 2009, Gunung Guntur telah berada dalam fase istirahat (dormant) selama 162 tahun. Salah satu upaya mitigasi bencana erupsi Gunung Guntur yang dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi adalah melakukan pengamatan setiap hari dari Pos Pengamatan Gunung Api Guntur dengan metode visual dan seismik. Sedangkan penelitian dengan metode lainnya, diantaranya, geokimia dan deformasi dilakukan secara berkala. Penelitian deformasi mempergunakan beberapa metode antara lain; peng ukuran beda tinggi (leveling), tilt, Electronic Distance Measurement (EDM), dan Global Positioning System (GPS). Naskah diterima 2 Februari 2010, selesai direvisi 24 Maret 2010 Korespondensi, email: cecep@vsi.esdm.go.id 27

28 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 1 No. 1 April 2010: 27-34 Gambar 1. Lokasi Gunung Guntur di Jawa Barat. Makalah ini membahas penelitian deformasi di Gunung Guntur dengan motode GPS dengan tujuan mengungkap penyebab deformasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan beberapa tahapan. Tahap pertama adalah menentukan vektor pergeseran sebagai bahan estimasi sumber deformasi. Setelah sumber deformasi diperoleh dilakukan tahap kedua dengan menghitung vektor pergeseran, dilatasi dan perubahan nilai stres. Motode Penelitian Penelitian deformasi dengan metode GPS telah diterapkan di Gunung Guntur sejak tahun 1996 dengan pengukuran secara berkala. Dalam Juni 2009 telah dilakukan pengukuran di 15 titik ukur menggunakan Receiver Leica System GX1220 tipe geodetic dua frekuensi. Lama pengamatan pada setiap titik ukur rata-rata 8 jam, dengan interval pengambilan data setiap 15 detik. Sistem yang digunakan adalah survei statik dengan titik referensi yang digunakan adalah titik ukur POS. Hasil pengukuran yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak Leica Geo Office (LGO) versi 2.0. Dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah data dari 7 titik ukur GPS yaitu PCK, LRG, PTR, CKT, LGP, LLS, dan DAN. Sedangkan titik ukur GPS lainnya merupakan titik ukur baru yang belum dapat dianalisis deformasinya. Sejak Juni 1997 sampai dengan Juni 2009 telah dilakukan 12 kali pengukuran GPS, masing-masing pada Juni 1997, Maret 1998, Oktober 1998, September 1999, Februari 2000, Agustus 2002, Januari 2003, April 2003, Juni 2003, awal Februari 2006, akhir Februari 2006, dan Juni 2009 (gambar 2). Kecuali penelitian GPS yang dilakukan kali ini, penelitian GPS sebelumnya dilakukan bersama dengan Tim Teknik Geodesi ITB.

1k 2k 3k Deformasi Gunung Guntur berdasarkan data GPS - C. Sulaeman drr. 29 G. Guntur + Km Gambar 2. Lokasi titik ukur GPS di Gunung Guntur dan sekitarnya. Komponen vektor pergeseran u, v, dan w di masing-masing titik ukur diperoleh secara grafis. Komponen posisi (easting, northing dan tinggi elipsoid) di setiap titik ukur diplot terhadap periode pengukuran mulai Juni 1997 sampai dengan Juni 2009, sehingga nilai u, v, dan w diperoleh dari kemiringan grafik tersebut. Komponen vektor pergeseran u, v, dan w masing-masing adalah nilai perubahan komponen posisi. Data vektor pergeseran horisontal selanjutnya dipakai untuk mengestimasi sumber deformasi. Model sumber deformasi yang dipakai adalah model segi empat (Okada, 1992). Model ini menerangkan hubungan antara pergeseran sistem sesar dengan pergeseran yang terjadi di permukaan dengan mengasumsikan kerak bumi isotropik dan elastik. Setelah diperoleh parameter sumber deformasi yang meliputi posisi, ukuran, arah, kemiringan dan slip vektor selanjutnya dihitung pergeseran di permukaan, dilatasi, dan perubahan stres Coulomb. Semua proses estimasi tersebut memanfaatkan software Coulomb 3.1 (Toda drr., 2008). Dalam estimasi ini parameter input yang dipakai adalah perbandingan Poison ν = 0,25, Modulus Young E = 800000 bar, koefisien friksi μ = 0,4. Dilatasi merupakan perubahan ukuran yang nilainya dihitung dari penjumlahan nilai komponen strain normal ε xx, ε yy, dan ε zz. Strain dapat didefinisikan sebagai gradien spasial dari vektor pergeseran. Untuk isotropik elastik padat, stres σ adalah fungsi linier dari strain ε, sesuai dengan hukum Hooke (Lisowski, dalam Dzurisin, 2007), yang dinyatakan deng an persamaan berikut: σ ij = λε αα δ ij + 2Gε ij (1) dimana ε αα = dilatasi, δ ij =1 untuk i = j atau nol bila tidak, dan σ yx = σ xy, σ zx = σ xz, σ zy = σ yz

30 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 1 No. 1 April 2010: 27-34 Model stres coulomb menjelaskan hubungan antara kondisi batuan yang akan mengalami failure dengan besarnya stres normal dan stres geser. Dalam studi ini dihitung perubahan statik stres coulomb di atas sesar dengan persamaan berikut (King drr., 1994): dengan adalah perubahan stres geser, σ 33 adalah perubahan stres normal, dan adalah koefisien efektif friksi. DEFORMASI GUNUNG GUNTUR Secara umum arah pergeseran horisontal titik ukur GPS di Gunung Guntur ke baratlaut kecuali titik ukur LLS, arahnya ke timurlaut (Gambar 3). Nilai pergeseran terkecil di LLS sebesar 0,7 cm dan terbesar di DAN sebesar 7,7 cm. Secara vertikal titik ukur GPS umumnya naik, nilai terkecil tercatat di PCK sebesar 0,6 cm dan terbesar di LLS sebesar 6,0 cm. Sedangkan titik ukur yang turun terjadi di DAN dan LRG masing-masing 13,0 cm dan 2,7 cm. Hasil estimasi sumber deformasi menunjukkan, terdapat dua sumber yang mengakibatkan pergeseran di permukaan yang mirip dengan data yang berlokasi di Gunung Guntur dan di baratlaut puncak (Gambar 4). Parameter sumber deformasi diperlihatkan pada Tabel 1. Sumber 1 yang berlokasi di Gunung Guntur merupakan sesar normal dan Sumber 2 yang berlokasi di baratlaut Gunung Guntur merupakan sesar oblique mengiri. Hasil perhitungan vektor pergeseran horisontal dan vertikal yang diakibatkan oleh dua sumber tersebut pada tiap titik grid dengan jarak 500 m diperlihatkan pada Gambar 5. Arah pergeseran horisontal ke baratlaut kemudian belok ke timurlaut mengikuti arah Sumber 2. Di baratlaut, arah pergeseran menuju Sumber 2 kemudian berbelok ke arah baratdaya. Berdasarkan model ini, besar vektor perge- (a) x10 6 Vektor Pergeseran Horisontal (b) 9.214 9.212 DAN LLS Selatan - Utara (UTM) 9.21 9.208 9.206 9.204 Skala 6 cm LGP Guntur PCK PTR LRG CKT 8.08 8.1 8.12 8.14 8.16 8.18 8.2 Barat - Timur (UTM) x10 5 Gambar 3. (a) Vektor Pergeseran horisontal, dan (b) pergeseran vertikal di Gunung Guntur Periode Juni 1997 Juni 2009.

Deformasi Gunung Guntur berdasarkan data GPS - C. Sulaeman drr. 31 Tabel 1. Parameter Sumber Deformasi Parameter Posisi Kedalaman Panjang Lebar Jurus Kemiringan Slip normal Slip naik Slip geser kiri Sumber 1 (Gunung Guntur) 107.86 0 107.83 0 BT dan 7.16 0 7.15 0 LS 0,85 4,59 km 3,85 km 4,28 301 0 61 0 0,09 m - - Sumber 2 (Baratlaut Gunung Guntur) 107.79 0 107.83 0 BT dan 7.12 0 7.06 0 LS 0,40 1,14 km 7,45 km 1,15 km 31 0 40 0-1,10 m 1,00 m Lintang Selatan (derajat) Bujur Timur (derajat) Gambar 4. Sumber deformasi dan pergeseran horisontal yang ditimbulkannya. Garis warna hijau adalah proyeksi posisi sumber di permukaan. seran horisontal di Gunung Guntur tercatat 7 cm lebih kecil dibanding dengan di baratlaut yang mencapai 9 cm. Secara vertikal, puncak Gunung Guntur dan sebelah timurlaut dari puncak merupakan daerah turun sedangkan di baratdaya dan selatan puncak merupakan daerah naik. Lokasi Sumber 2 merupakan daerah naik yang dikelilingi dengan daerah turun. Secara horisontal, Puncak Guntur merupakan daerah dengan nilai dilatasi negatif (kompresi), sedangkan di sebelah barat puncak, sepanjang Sumber 2, dan di baratlaut merupakan daerah dengan nilai dilatasi positif maksimum (ekstensi), seperti diperlihatkan pada Gambar 6a. Secara vertikal, di bagian bawah Puncak Guntur terdapat nilai dilatasi positif maksimum, yaitu pada kedalaman 1 km dan 5 km (Gambar 6b).

32 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 1 No. 1 April 2010: 27-34 Lintang Selatan (derajat) -7.06-7.08-7.10-7.12-7.14-7.16-7.18 (a) 7 cm -7.2 107.78 LGP PTR DAN PCK GUNTUR 107.8 107.82 107.84 107.86 107.88 107.9 Bujur Timur (derajat) LRG CKT LLS Lintang Selatan (derajat) -7.06-7.08-7.1-7.12-7.14-7.16-7.18 (b) -7.2 107.78 LGP Vertikal (m) DAN GUNTUR PCK LRG PTR CKT LLS 107.8 107.82 107.84 107.86 107.88 107.9 Bujur Timur (derajat) 0.02 0.015 0.01 0.005 0-0.005-0.01-0.015-0.02 M e t e r Gambar 5. (a) Vektor pergeseran horisontal, dan (b) Vektor pergeseran vertikal. (a) 0 (b) Guntur x 10-5 1-1 0.8-2 0.6-3 0.4 Kedalaman (Km) -4-5 -6-7 0.2 0-0.2-0.4-8 -0.6-9 -0.8-10 0 2 4 6 8 10 12 Barat - Timur (Km) -1 Gambar 6. (a) Dilatasi secara horisontal, dan (b) Penampang dilatasi.

Deformasi Gunung Guntur berdasarkan data GPS - C. Sulaeman drr. 33 Perubahan statik stres Coulomb terlihat turun dengan nilai 0 1 bar diperoleh di Gunung Guntur, sedangkan daerah dengan nilai perubahan statik stres coulomb naik terlihat di pinggir sepanjang Sumber 2 (sesar oblique) dengan nilai mencapai 4 bar (gambar 7). Km 15 10 5 0 u -5-10 -15-20 -16-12 -8-4 0 4 8 Km Gambar 8. Struktur sesar di Gunung Guntur dan sekitarnya (Alzwar drr., 1992). Begitu pula bila dibandingkan dengan data seismik, mekanisme fokus gempa volcanotectonic pada kedalaman kurang dari 3 km di bawah Gunung Guntur dominan sesar normal (Sadikin drr., 2007), seperti diperlihatkan pada Gambar 9. Gambar 7. Perubahan statik stres coulomb. -7.10 d<3 Km PEMBAHASAN Berdasarkan pola pergeseran dan hasil estimasi sumber deformasi segi empat (Okada, 1992), deformasi yang terjadi di Gunung Guntur dan sekitarnya diduga disebabkan oleh aktifitas sesar. Pola pergeseran tidak memperlihatkan indikasi yang disebabkan oleh desakan magma seperti inflasi atau deflasi. Jenis dan arah sesar hasil estimasi tersebut sesuai dengan data geologi, yaitu sesar normal yang melintasi Gunung Guntur dan sesar geser di sebelah barat Gunung Guntur yang memanjang dari Kamojang sampai Gunung Malang, seperti diperlihatkan pada Gambar 8. -7.12-7.14-7.16-7.18-7.20 107.76 107.78 107.80 107.82 107.84 107.86 107.88 Gambar 9. Mekanisme fokus Gempa volcano - tektonic (Sadikin drr., 2007).

34 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 1 No. 1 April 2010: 27-34 Berdasarkan keberadaan sesar tersebut, maka area sebelah baratlaut Gunung Guntur, yaitu sepanjang sesar geser yang berarah baratdaya-timurlaut merupakan daerah yang lebih berbahaya dibanding dengan area melintasi puncak Gunung Guntur, karena area tersebut mengalami ekstensi dan perubahan tekanan yang tinggi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil survei GPS sejak Juni 1997 sampai dengan Juni 2009 diperoleh besar deformasi di Gunung Guntur berkisar antara 0,7 7,7 cm arah horisontal, sedangkan arah vertikal sebesar 0,6 13,0 cm dengan pola arah vektor pergeseran horisontal ke baratlaut. Hasil estimasi dengan menggunakan model sumber deformasi segi empat (Okada, 1992), diperoleh kesimpulan bahwa penyebab deformasi adalah sesar normal di Gunung Guntur dan sesar oblique mengiri di sebelah baratlaut Gunung Guntur. Berdasarkan nilai dilatasi, Gunung Gu ntur merupakan daerah dengan nilai dilatasi negatif. Begitu juga perubahan statik stres coulomb di Gunung Guntur adalah turu n (negatif). Perubahan statik stres yang naik terjadi di baratlaut Gunung Guntur, yaitu di pinggir sepanjang sesar oblique mengiri. Ucapan terima kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi yang telah membiayai penelitian ini dan mengizinkan kami mempergunakan data dari penelitian sebelumnya yang dilaksanakan atas kerjasama antara Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dan Kelompok Keilmuan Geodesi ITB. Pelaksanaan penelitian ini dibantu oleh Pengamat Gunung Api, Gunung Guntur. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih. ACUAN Alzwar M., Akbar, N., dan Bachri, S., 1992, Peta Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk, Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Hendrasto, M., 2009, Guntur, Jawa Barat. Http://portal.vsi.esdm.go.id/joomla/index.php. Lisowski, M., 2007, Analytical Volcano Deformation Source Models. Di dalam: Dzurisin D., Volcano Deformation. Springer-Verlag, Berlin, p. 279-304. Okada, Y.,1992, Internal Deformation Due to Shear and tensile Fault in a Halp-Space, Bulletin of The Seismological Society of America, No.82, p. 1018-1040. Sadikin N.drr, 2007, Indonesian Jurnal of Physics, Vol. 18, No.1. Toda, S., Stein, R., dan Lin,J., 2008, Coulomb 3.1. Http://quake.wr.usgs.gov/research/deformation/ modeling/coulomb.