PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA SISWA SMP KRISTEN GERGAJI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Pengertian tersebut dapat diartikan

PENGARUH PENYULUHAN MENGENAI PREEKLAMPSIA TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PADA KADER POSYANDU DI KOTA SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SEKAA TERUNA TERUNI DI DESA BENGKALA TAHUN 2015 LUH ANIEK PRAWISANTI

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL SEBELUM DAN SETELAH PENYULUHAN MENGENAI INISIASI MENYUSU DINI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL SEBELUM DAN SETELAH PENYULUHAN MENGENAI INISIASI MENYUSU DINI

Keywords: Bandungan tourist area, elementary school, early adolescents, health education, knowledge level, reproductive health education.

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: NORDINA SARI J

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS II SMP DI PONDOK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SISWA SMA KANJENG SEPUH GRESIK

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA SISWA SMA/SEDERAJAT DI KECAMATAN BANDUNGAN

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI MELALUI METODE CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SISWA SMP NEGERI 9 SURAKARTA

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011

PENGARUH PAPARAN INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SISWA SMA DI KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA SMK TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMK MUHAMMADIYAH 3 GEMOLONG KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

Keywords: Level of knowledge, HIV-AIDS, Counseling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

Pengaruh Peer Group Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja

DETERMINAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KABUPATEN DEMAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Nurul Fatimah, Isy Royhanaty, Sawitry Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, STIKES Karya Husada Semarang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWI KELAS VIII DI SMP NEGERI 28 SEMARANG

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Asti Listyani PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA GURU DI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

EFEKTIVITAS PEMBERIAN BOOKLET TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENCEGAHAN HIV DAN AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII DI SMPN 1 CANGKRINGAN SLEMAN

PERBEDAAN EFEKTIVITAS METODE PEER EDUCATION DAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERSEPSI REMAJA MENGENAI SEKS PRANIKAH

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

Hardiningsih 1 ABSTRACT

PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PALSI SEREBRAL TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT UMUM LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: MUJIASIH

Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan. The Knowledge Acceptance Of Cervical Cancer Before And After Counseling

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL BERISIKO PADA REMAJA

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PENYAKIT EPILEPSI ANAK TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT UMUM LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

Disusun Oleh : Henni Nunung Vitasari

EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PUNCU TAHUN AJARAN 2016/2017

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKS PRANIKAH SISWA DI SMAN 1 SEMIN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA SISWA SMP KRISTEN GERGAJI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Vol. 1. No. 1 Januari 2015 ISSN

PENGARUH PENYULUHAN CUCI TANGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO TERHADAP KETERAMPILAN CUCI TANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA N 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International. berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan. masalah global. Menurut data WHO (World Health Organization) (2014),

PERBEDAAN RETENSI MEMORI PASCA PENYULUHAN KELUARGA BERENCANA DENGAN MEDIA CERAMAH DAN VIDEO PADA WANITA USIA SUBUR

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, perilaku, kesehatan seksual remaja, kesehatan reproduksi remaja.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KELAS X DI SMA N 1 GAMPING NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA MENGENAI MASTURBASI DI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: : Pipin Oktaviani NIM : J

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS X TENTANG KEHAMILAN DI LUAR NIKAH DI SMA NEGERI 1 LUMBUNG KABUPATEN CIAMIS

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI SMA NEGERI 1 MEDAN

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SMA NEGERI 5 MEDAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA RINI M. NASUTION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN SIKAP PERSONAL HYGIENE ORGAN REPRODUKSI REMAJA PUTRI JALANAN DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015 NI MADE SETIARI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP SIKAP TENTANG KEJADIAN MENARCHE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

Jurnal Mahasiswa Bimbingan Konseling. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, pp

SKRIPSI PENGARUH KAMPANYE AKU BANGGA AKU TAHU TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS DI SMA DHARMA PRAJA DENPASAR

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau remaja awal (Monks, 2006). Masa pra pubertas ini memiliki banyak potensi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA MUHAMMADIYAH 4 KARTASURA

PENGARUH PENGETAHUAN REMAJA TENTANG VULVA HYGIENE

SKRIPSI. Sripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAIPA TAHUN 2015

Transkripsi:

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA SISWA SMP KRISTEN GERGAJI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro NYDIA RENA BENITA G2A008137 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA SISWA SMP KRISTEN GERGAJI Disusun oleh: NYDIA RENA BENITA G2A008137 Telah disetujui: Semarang, Agustus 2012 Pembimbing 1 Pembimbing 2 dr. Julian Dewantiningrum, MSi.Med, Sp.OG dr. Nani Maharani, MSi.Med. 197907162008122002 198111122008122003 Ketua Penguji Penguji dr. M. Besari Adi Pramono, MSi.Med, Sp.OG(K) dr. Arufiadi Anityo Mochtar, Msi.Med, Sp.OG 196904152008121002 196901152008121001

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA SISWA SMP KRISTEN GERGAJI Nydia Rena Benita 1, Julian Dewantiningrum 2, Nani Maharani 3 ABSTRAK Latar belakang Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh remaja sejak memasuki masa pubertas. Akan tetapi, pendidikan kesehatan reproduksi di Indonesia masih jarang dilaksanakan. Perlu ada pendidikan untuk mencegah terjadinya masalah terkait kesehatan reproduksi, salah satunya melalui penyuluhan. Tujuan Mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja siswa SMP Kristen Gergaji. Metode Penelitian ini menggunakan rancangan quasi-experimental one group pretest-posttest design. Sebanyak 33 sampel diambil secara cluster sampling dari siswa kelas II. Subyek diberi kuesioner pretest dilanjutkan dengan penyuluhan, dan diberi kuesioner posttest satu minggu setelahnya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan paired t test dan alternatifnya yaitu uji Wilcoxon. Hasil Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan yang bermakna setelah dilakukan penyuluhan (p<0,01). Perbedaan tingkat pengetahuan yang bermakna ada pada topik anatomi dan fisiologi kesehatan reproduksi, cara memelihara kesehatan organ reproduksi, serta penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS dengan nilai p masing-masing 0,028; 0,022; dan 0,013 secara berurutan. Kesimpulan Penyuluhan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja siswa SMP Kristen Gergaji. Terdapat peningkatan pengetahuan pada topik anatomi dan fisiologi organ reproduksi, cara memelihara kesehatan reproduksi, serta penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS. Kata kunci penyuluhan, tingkat pengetahuan, kesehatan reproduksi, remaja 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2 Staf Pengajar Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 3 Staf Pengajar Bagian Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

ABSTRACT Background Knowledge on reproductive health is a high demand for adolescents since they start the puberty period. However, reproductive health education in Indonesia is not commonly implemented. Education is needed to prevent problems associated with reproductive health, and counseling is a particular means to educate. Aim To understand the effect of counseling to knowledge level of reproductive health on adolescent students of SMP Kristen Gergaji. Method This research was conducted using quasi-experimental one group pretest-posttest design. Thirty-three samples were taken by cluster sampling from second grade students. Pretest questionnaire was given to subjects followed by counseling, and posttest questionnaire was given one week after. Data were analyzed using paired t test and its alternative Wilcoxon test. Results There was significant difference on knowledge level before and after counseling (p<0.01). Significant differences were displayed on three topics: anatomy and physiology of reproductive organs, reproductive organs hygiene, and sexually transmitted diseases (STDs) and HIV/AIDS with (p) value of 0.028, 0.022, and 0.013 respectively. Conclusion Counseling is effective to increase knowledge level of reproductive health on adolescent students of SMP Kristen Gergaji, specifically on anatomy and physiology of reproductive organs, reproductive organs hygiene, and sexually transmitted diseases (STDs) and HIV/AIDS. Keywords counseling, knowledge level, reproductive health, adolescents

PENDAHULUAN Kesehatan reproduksi, sama halnya dengan kesehatan pada umumnya, adalah hak setiap manusia. 1 Untuk mampu mencapainya, diperlukan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang benar dan komprehensif. Pengetahuan tersebut didapatkan melalui berbagai sarana, salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan merupakan cara yang paling penting dan efektif untuk memperoleh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. 2 Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya penduduk remaja. Usia remaja merupakan usia yang paling rawan mengalami masalah kesehatan reproduksi seperti kehamilan usia dini, aborsi yang tidak aman, infeksi menular seksual (IMS) termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV), pelecehan seksual dan perkosaan. Dengan adanya pendidikan, diharapkan masalah-masalah tersebut dapat dicegah. 2 Di Indonesia, pendidikan kesehatan reproduksi belum banyak dilakukan. Di sisi lain, kasus-kasus yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi di Indonesia masih tinggi. Sebagai contoh, angka remaja wanita usia 15-19 tahun yang melahirkan pada tahun 2002-2007 mencapai 52 per 1000 orang. 3 Data dari Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa sejak April hingga Juni 2011, jumlah kasus Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) baru yang dilaporkan adalah 2.001 kasus dari 59 kabupaten/kota di 19 propinsi. 4 Kota Semarang sendiri menjadi kota dengan jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak di seluruh Jawa Tengah selama lima tahun terakhir. 5

Hal-hal tersebut di atas menunjukkan pentingnya pendidikan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan reproduksi. Ada pun pendidikan kesehatan reproduksi di Indonesia umumnya dilakukan dalam bentuk penyuluhan oleh lembaga-lembaga di luar sekolah, seperti BKKBN dan PKBI. Penyuluhan lebih banyak dilaksanakan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) daripada Sekolah Menengah Pertama (SMP), padahal angka partisipasi pelajar SMP di Indonesia lebih tinggi daripada angka partisipasi SMA. 6 Penelitian menunjukkan bahwa remaja di negara-negara berkembang sangat membutuhkan pendidikan kesehatan reproduksi. Remaja yang berada di tingkat awal sekolah menengah mempunyai resiko melakukan hubungan seksual di luar nikah baik disengaja maupun tidak. Oleh karena itu, masa yang paling tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi adalah pada tingkat akhir sekolah dasar. Hal ini juga akan menolong remaja yang tidak dapat melanjutkan studinya ke sekolah menengah. 7 Selain itu, WHO menekankan pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi kepada remaja muda (younger adolescents), yaitu kelompok usia 10 hingga 14 tahun. Usia ini merupakan masa emas untuk terbentuknya landasan yang kuat tentang kesehatan reproduksi, sehingga dapat mempersiapkan mereka untuk mengambil keputusan seksual yang lebih aman dan bijaksana dalam hidupnya. 1 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan quasi-experimental one group pretest-posttest design. Subyek penelitian berjumlah 40 orang siswa kelas II SMP

Kristen Gergaji. Variabel yang diteliti yaitu tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi secara keseluruhan dan tingkat pengetahuan pada setiap topik materi, lingkungan pergaulan atau kelompok sebaya, dan paparan informasi sebelumnya yang berasal dari media massa, konseling, serta internet. Tingkat pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner yang diberikan sesaat sebelum penyuluhan (pretest) dan satu minggu setelah penyuluhan (posttest). Data diuji menggunakan uji hipotesis paired t test dan uji Wilcoxon. HASIL Karakteristik subyek penelitian Dalam penelitian ini didapatkan 40 subyek dengan rincian 20 orang lakilaki dan 20 orang perempuan, serta diambil secara merata dari kelas IIA, IIB, dan IIC. Dari 40 subyek yang diambil, hanya 36 orang yang hadir pada pretest (18 laki-laki dan 18 perempuan). Terdapat 3 subyek yang drop out karena tidak hadir pada saat posttest, sehingga total subyek akhir adalah 33 orang. Hasil pendataan karakteristik responden ditampilkan pada tabel 1. Umur subyek terbanyak adalah 14 tahun (48,5%) dan peserta perempuan lebih banyak daripada laki-laki (18 orang, 54,5%). Seluruh responden penelitian belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi sebelumnya (100%), sehingga tidak ada yang masuk dalam kriteria eksklusi. Sebagian responden pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dari kelompok sebayanya, yaitu sebanyak 22 responden (66,7%). Paparan informasi

sebelumnya tentang kesehatan reproduksi berasal dari media massa dan internet atau dari konseling dengan guru. Sejumlah 12 sampel berada dalam kategori kurang, atau tidak pernah mendapat informasi sebelumnya (36,4%), 14 sampel berada dalam kategori sedang yaitu pernah mendapat informasi dari media massa/internet saja atau dari konseling dengan guru saja (42,4%), dan 7 sampel pada kategori baik, yang pernah memperoleh informasi baik dari media massa, internet, maupun konseling dengan guru (21,2%). Tabel 1. Karakteristik sampel Karakteristik n (total=33) % Umur (tahun) 13 9 27,3 14 16 48,5 15 5 15,2 16 2 6,1 17 1 3,0 Jenis kelamin Laki-laki 15 45,5 Perempuan 18 54,5 Penyuluhan sebelumnya Pernah 0 0 Tidak pernah 33 100 Lingkungan pergaulan Pernah 22 66,7 Tidak pernah 11 33,3 Paparan informasi Kurang 12 36,4 Cukup 14 42,4 Baik 7 21,2

Tingkat penyuluhan sebelum dan sesudah penyuluhan Hasil uji paired t test pada nilai sebelum dan sesudah penyuluhan (pretest dan posttest) yang ditampilkan pada tabel 2 menunjukkan peningkatan pengetahuan yang bermakna (p<0.001). Tabel 2. Hasil analisis tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penelitian Nilai pretest (sebelum penyuluhan) n Rerata±s.b. Perbedaan Rerata±s.b. 33 17,6970 ± 3,67836 3,51515 ± 4,50084 IK95% p* 1,91922-5,11108 < 0,001 Nilai posttest 33 21,2121 ± 3,73963 (sesudah penyuluhan) *uji paired t test, p=0,000 Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan digambarkan dengan perubahan nilai pretest dan posttest seperti yang ditampilkan pada gambar 1. 30 25 Nilai 20 15 10 5 Nilai Pre Test Nilai Post Test 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 Gambar 1. Grafik perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (nilai pretest posttest)

Tingkat pengetahuan per topik Topik yang terdapat pada penelitian ini adalah anatomi dan fisiologi organ reproduksi, cara memelihara kesehatan organ reproduksi, pubertas, kehamilan dan aborsi, serta penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS. Hasil uji Wilcoxon pada setiap topik yang ditampilkan pada tabel 3 menunjukkan adanya peningkatan bermakna pada topik anatomi dan fisiologi organ reproduksi, cara memelihara kesehatan organ reproduksi, serta penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS. Tabel 3. Hasil analisis tingkat pengetahuan per topik No. Topik 1 Anatomi dan fisiologi organ reproduksi (n=29) 2 Cara memelihara kesehatan organ reproduksi (n=28) 3 Pubertas (n=29) 4 Kehamilan dan aborsi (n=29) 5 Penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS (n=24) *uji Wilcoxon Nilai pretest Nilai posttest p* 1 (0-4) 2 (1-4) 0,028 2 (1-3) 2 (1-3) 0,022 8 (4-9) 8 (5-10) 0,160 5 (3-7) 5 (2-7) 0,079 3 (2-4) 4 (1-6) 0,013 Variabel perancu Dalam penelitian ini terdapat dua variabel perancu, yaitu paparan informasi dan lingkungan pergaulan atau kelompok sebaya. Untuk mengukur variabel perancu, digunakan data selisih nilai yang dianggap bermakna, yaitu peningkatan skor pretest posttest sebesar minimal 10%. Pada tabel 4

ditampilkan bahwa hasil uji Kruskal-Wallis untuk paparan informasi adalah p>0.005 sehingga dapat dinyatakan bahwa paparan informasi sebelumnya tidak berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan. Tabel 4. Hasil analisis paparan informasi n Median Rerata±s.b. p* (minimummaksimum) Paparan informasi Kurang 12 2 (1-2) 1,58±0,515 0,751 Cukup 4 2 (1-2) 1,71±0,469 Baik 7 2 (1-2) 1,71±0,488 *uji Kruskal-Wallis Pada tabel 5 ditunjukkan uji Mann-Whitney untuk lingkungan pergaulan atau kelompok sebaya, dan hasilnya adalah p>0.005 sehingga dapat dinyatakan bahwa lingkungan pergaulan atau kelompok sebaya tidak berpengaruh terhadap peningkatan penyuluhan. Tabel 5. Hasil analisis lingkungan pergaulan / kelompok sebaya Tingkat pengetahuan tanpa informasi kelompok sebaya Tingkat pengetahuan dengan informasi kelompok sebaya *uji Mann-Whitney n Median (minimummaksimum) Rerata±s.b. p* 22 2 (1-2) 1,73±0,456 0,304 11 2 (1-2) 1,55±0,522

DISKUSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja, khususnya remaja siswa SMP Kristen Gergaji. Selain itu juga ingin diketahui informasi kesehatan reproduksi yang dibutuhkan oleh remaja siswa SMP Kristen Gergaji. Dalam penelitian ini, peserta seluruhnya berasal dari kelas II, sehingga diharapkan subyek yang ikut dalam penyuluhan ini berasal dari kisaran umur yang sama. Akan tetapi data menunjukkan bahwa beberapa peserta berusia lebih dari 14 tahun. Hal ini dikarenakan mereka mulai bersekolah di usia yang lebih tua dibandingkan teman-teman sekelasnya, ataupun sempat tinggal kelas di jenjang sebelumnya. Kondisi yang demikian dapat menimbulkan bias. Hasil analisis data tentang tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa subyek telah memiliki pengetahuan pada pretest. Kurang lebih 59% dari subyek memperoleh nilai lebih dari rata-rata. Pada posttest didapatkan kurang lebih 70% dari subyek memperoleh nilai lebih dari rata-rata. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa penyuluhan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja siswa SMP Kristen Gergaji dapat diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian yang sejenis di SMP Eka Sakti Semarang di mana terdapat peningkatan pengetahuan setelah diberikan penyuluhan tentang bahaya HIV dan AIDS 8 serta penelitian di Surakarta yang menyatakan terdapat pengaruh pemberian penyuluhan yang signifikan terhadap pengetahuan remaja perempuan SMP Muhammadiyah. 9

Pengetahuan yang didapatkan pada saat penyuluhan didasarkan pada lima topik, yaitu anatomi dan fisiologi organ reproduksi, cara memelihara kesehatan organ reproduksi, pubertas, kehamilan dan aborsi, serta penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS. Dalam penelitian ini diperoleh peningkatan pengetahuan yang signifikan pada topik anatomi dan fisiologi organ reproduksi, cara memelihara kesehatan organ reproduksi, serta penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan 10 dan penelitian dari BKKBN, 11 kelima topik tersebut adalah materi-materi utama terkait kesehatan reproduksi yang perlu disampaikan pada remaja. Tidak adanya peningkatan pengetahuan yang signifikan pada topik pubertas serta kehamilan dan aborsi kemungkinan dikarenakan peserta sudah pernah mendapatkan informasi sebelumnya. Apabila ditinjau dari kemaknaan peningkatan pengetahuan dalam penelitian ini, dapat dinyatakan bahwa materi pendidikan kesehatan reproduksi yang perlu ada meliputi anatomi dan fisiologi organ reproduksi, cara memelihara kesehatan organ reproduksi, serta penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS. Pada tinjauan pustaka disebutkan bahwa paparan informasi sebelumnya dan lingkungan pergaulan atau kelompok sebaya dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan subyek. Dalam penelitian ditemukan bahwa tidak ada pengaruh paparan informasi sebelumnya dan lingkungan pergaulan atau kelompok sebaya terhadap peningkatan pengetahuan. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan di Nigeria 12, di mana internet menjadi salah satu sumber informasi kesehatan reproduksi bagi remaja. Namun hasil ini sejalan dengan penelitian yang

dilaksanakan di Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa kelompok sebaya tidak berpengaruh terhadap pengetahuan maupun perilaku seksual remaja. 13 Perbedaan hasil tersebut kemungkinan karena peserta sebagian besar memang kurang atau hanya sedikit mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi sebelum dilakukannya penyuluhan. Dari pembahasan di atas, dapat dinyatakan bahwa penyuluhan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan remaja siswa SMP Kristen Gergaji. Dalam hal ini, penyuluhan yang dilakukan berupa ceramah dengan alat bantu audio visual serta pelaksanaan umpan balik atau feedback berupa permainan singkat. Dalam aplikasinya, kegiatan penyuluhan ini dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar di sekolah, dan bahkan dapat dikembangkan sehingga menjadi bagian dari kurikulum di sekolah menengah pertama. Hal ini dapat diwujudkan apabila ada kerja sama antara Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Kesehatan, serta pihak-pihak terkait lainnya. Penelitian ini memiliki kelebihan, yaitu jika ditinjau dari desainnya berupa quasi-experimental one group pretest-posttest design, dapat diketahui perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja siswa sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Selain itu pemilihan sampel yang berasal dari siswa kelas II sekolah menengah pertama diharapkan mampu memberikan gambaran karakteristik remaja, khususnya remaja awal (younger adolescents) di Indonesia.

Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak tercapainya jumlah sampel yang sesuai dengan penghitungan besar sampel meskipun jumlahnya masih lebih besar daripada jumlah sampel minimum untuk penelitian sejenis, di mana hasil penghitungan besar sampel adalah 40 orang sedangkan keseluruhan sampel yang diteliti sebanyak 33 orang. Selain itu penelitian ini juga tidak membandingkan tingkat pengetahuan dengan kelompok yang tidak diberi penyuluhan. Keterbatasan dari penelitian mengakibatkan variabel kondisi sosial dan ekonomi tidak diteliti. Hal ini dapat menimbulkan bias pada penelitian. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dengan jumlah sampel yang lebih banyak, atau dilakukan pada pusat penelitian yang lebih luas dengan metode yang berbeda seperti randomized controlled trial. Adapun hal yang dapat diteliti selain pengulangan dari penelitian ini adalah perilaku seksual dan pengambilan keputusan seksual. SIMPULAN Penyuluhan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja siswa SMP Kristen Gergaji. Terdapat peningkatan pengetahuan pada topik anatomi dan fisiologi organ reproduksi, cara memelihara kesehatan organ reproduksi, serta penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS. DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. The sexual and reproductive health of younger adolescents: research issues in developing countries: background paper for a consultation [homepage on the internet]. c2011. [cited 2011

Sept 15]. Available from: http://whqlibdoc.who.int/publications/2011/ 9789241501552_eng.pdf. 2. World Health Organization. Promoting adolescent sexual and reproductive health through schools in low income countries: an information brief [homepage on the internet]. c2009. [cited 2011 Sept 15]. Available from: http://whqlibdoc.who.int/hq/2009/who_fch_cah_adh_09.03_eng.pd f. 3. World Health Organization. 2011 Update for the MDG database: adolescent birth rate [homepage on the internet]. c2011. [cited 2011 Sept 15]. Available from: http://www.un.org/esa/population/. 4. Ditjen PP & PL Kementerian Kesehatan. Laporan perkembangan situasi HIV & AIDS di Indonesia: Triwulan 2 Tahun 2011. c2011. [cited 2011 Sept 15]. Available from: http://www.aidsindonesia.or.id/laporan-bulanjuni-2011.html 5. Kasus HIV/AIDS didominasi hubungan seksual. Available from: url: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/09/19/96792/kasu s-hivaids-didominasi-hubungan-seksual 6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta: Kementerian Kesehatan R.I.; 2010 7. World Health Organization. Adolescent pregnancy: issues in adolescent health and development [homepage on the internet]. c2004. [cited 2011 Sept 15]. Available from: http://www.who.int/child_adolescent_health /documents/9241593784/en/. 8. Tahiruddin. Hubungan pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya HIV/AIDS di SMP Eka Sakti Semarang [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2007. 9. Wardani R. Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja perempuan SMP Muhammadiyah 7 Surakarta [skripsi]. Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret; 2009.

10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Modul pelatihan bimbingan dan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja bagi petugas kesehatan: pegangan bagi pelatih. Jakarta: Depkes RI; 2000. 11. Hull TH, Hasmi E, Widyantoro N. Peer educator initiatives for adolescent reproductive health projects in Indonesia. Reprod Health Matters. 2004; 12(23):29-39. 12. Nwagwu WE. The internet as a source of reproductive health information among adolescent girls in an urban city in Nigeria. BMC Public Health. 2007; 7:354. 13. Kirby DB, Laris BA, Rolleri LA. Sex and HIV education programs: their impact on sexual behaviors of young people throughout the world. Journal of Adol Health. 2007; 40:206-217.