BAB III LANDASAN TEORI (3.1)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI. Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

PROPOSAL TUGAS AKHIR DAFTAR ISI

3.1 Tegangan pada penampang gelagar pelat 10

3.1. Kuda-kuda Rangka Batang 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekuatannya yang besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi kegagalan

KOLOM PENDEK KANAL C GANDA BERPENGISI BETON RINGAN DENGAN BEBAN EKSENTRIK

PERBANDINGAN KEKUATAN KOLOM PENDEK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN VARIASI UKURAN PROFIL BAJA SIKU YANG DIKENAI BEBAN KONSENTRIK

STUDI KUAT TEKAN KOLOM BAJA PROFIL C DENGAN PERKUATAN TULANGAN TRANSVERSAL DAN COVER PLATE

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Kolom. Pertemuan 14, 15

MODUL 4 STRUKTUR BAJA 1. S e s i 1 Batang Tekan (Compression Member) Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tekan Pertemuan - 4

Gambar 7.1. Stabilitas benda di atas berbagai permukaan


DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom]

KATA PENGANTAR. telah melimpahkan nikmat dan karunia-nya kepada penulis, karena dengan seizin-

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

KOLOM LANGSING KANAL C GANDA BERPENGISI BETON RINGAN DENGAN BEBAN EKSENTRIK

DAFfAR NOTASI. = Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi ( batang. = Luas dari tulangan geser dalam suatu jarak s. atau luas dari tulangan

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PERHITUNGAN BEBAN DAN TEGANGAN KRITIS PADA KOLOM KOMPOSIT BAJA - BETON

KOLOM PENDEK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN PROFIL BAJA SIKU DIKENAI BEBAN KONSENTRIK

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

= keliling dari pelat dan pondasi DAFTAR NOTASI. = tinggi balok tegangan beton persegi ekivalen. = luas penampang bruto dari beton

BAB I PENDAHULUAN. secara nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI Pendahuluan

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

STUDI KEKUATAN KOLOM BAJA PROFIL C GABUNGAN DENGAN PELAT PENGAKU TRANSVERSAL

MODUL STRUKTUR BAJA II 4 BATANG TEKAN METODE ASD

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

Pertemuan XIV IX. Kolom

PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB

dengan perantara titik-titik simpul yang berupa sendi tanpa gesekan dimana gayagaya

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

Struktur Baja 2. Kolom

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM

BAB II STUDI PUSTAKA

TUGAS MAHASISWA TENTANG

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

1.6 Tujuan Penulisan Tugas Akhir 4

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KUAT TEKAN KOLOM BAJA PROFIL C GANDA DENGAN PENGAKU PELAT ARAH LATERAL

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

FUNGSI PELAT KOPEL BAJA PADA BATANG TEKAN ALBOIN FERDINAND ARIADY TAMBUN

5- STRUKTUR LENTUR (BALOK)

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB II LANDASAN TEORI

1.2. Tujuan Penelitian 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN BERAT KUDA-KUDA (RANGKA) BAJA JENIS RANGKA HOWE DENGAN RANGKA PRATT

BAB III LANDASAN TEORI. ur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor N u harus memenuhi : N u. N n... (3-1)

PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bila pembebanan ditata sedemikian rupa hingga pengekangan (restraint) rotasi

PERHITUNGAN KOLOM DARI ELEMEN TERSUSUN PRISMATIS

STRUKTUR CANGKANG I. PENDAHULULUAN

BAB II STUDI PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH DIMENSI DAN JARAK PELAT KOPEL PADA KOLOM DENGAN PROFIL BAJA TERSUSUN

BAB 1 PENDAHULUAN...1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fondasi. Karena

ANALISA TEKUK KOLOM KONSTRUKSI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN PELAT KOPPEL TUGAS AKHIR

Perancangan Batang Desak Tampang Ganda Yang Ideal Pada Struktur Kayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tekan sebelum terjadi kegagalan (Bowles, 1985).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendahuluan Permasalahan Yang Akan Diteliti 7

Persamaan Tiga Momen

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

Daftar Tabel. Rasio tegangan lentur versus tegangan Leleh (F/F y ) profil-i Momen kritis Versus Momen Plastis Profil Castella Hasil

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

STUDI KEKUATAN KOLOM PROFIL C DENGAN COR BETON PENGISI DAN PERKUATAN TRANSVERSAL

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

TUGASAKHffi PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR Y.KP.P. DENGAN SISTEM PRACETAK. Luas bagian penampang antara muka serat lentur tarik dan titik berat

sipil. Kekuatan kayu sebagai bahan untuk struktur dipengaruhi oleh beberapa Kayu dapat menahan gaya tekan yang berbeda-beda sesuai dengan kelas

III. TEGANGAN DALAM BALOK

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian...2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. 3.1 Diagram Alir Perancangan Struktur Atas Bangunan. Skematik struktur

ANALISIS KAPASITAS TEKAN PROFIL-C BAJA CANAI DINGIN MENGGUNAKAN SNI 7971:2013 DAN AISI 2002

Soal 2. b) Beban hidup : beban merata, w L = 45 kn/m beban terpusat, P L3 = 135 kn P1 P2 P3. B C D 3,8 m 3,8 m 3,8 m 3,8 m

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

ELVANZARI HASDIANA HASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

tipis, kombinasi gaya tekan aksial dan momen lentur, tegangan kritis plat, hubungan

BAB III LANDASAN TEORI. silinde beton dapat digunakan rumus berikut: f c = (3.1)

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kelangsingan Kelangsingan suatu kolom dapat dinyatakan dalam suatu rasio yang disebut rasio kelangsingan. Rasio kelangsingan dapat ditulis sebagai berikut: (3.1) Keterangan: λ = rasio kelangsingan K = faktor panjang efektif komponen struktur tekan; L = panjang struktur tekan yang tidak ditopang; r = jari-jari putaran (radius of gyration) potongan lintang komponen struktur tekan = / ; I = momen inersia penampang struktur tekan; A = luas penampang struktur tekan. Harga KL/r dibatasi pada 200 untuk elemen struktur tekan. Harga KL/r yang memisahkan tekuk elastis (perilaku kolom panjang) dari tekuk inelastis (perilaku kolom pendek) ditentukan secara sembarang sebagai harga dimana tegangan tekuk Euler (fe) sama dengan Fy / 2. Harga KL/r ini disebut Cc dapat dilihat pada gambar 3.1. harganya ditentukan sebagai berikut: Keterangan: Cc = batas tekuk elastis; E = modulus elastisitas; Fy = tegangan leleh. C c = KL E r 2π2 (3.2) F y 12

13 Gambar 3.1 Kurva Tegangan Tekan Aksial dengan Nilai KL/r Daerah di sebelah kiri harga Cc adalah perilaku untuk kolom pendek, sedangkan disebelah kanan Cc adalah untuk perilaku kolom langsing. Semakin besar angka kelangsingan, semakin tinggi pengaruh eksentrisitas tak terduga, bengkokan awal dan panjang efektif (K). Faktor panjang efektif untuk kolom dapat dilihat pada gambar 3.2. Gambar 3.2 Faktor Efektif untuk Kolom yang Dibebani Secara Terpusat dengan Berbagai Kondisi yang Ideal

14 3.2 Teori Euler Teori tekuk kolom pertama dikemukakan oleh Leonhard Euler, seorang sarjana matematika Swiss pada tahun 1759. Euler menurunkan salah satu rumus kolom yang populer. Batang dengan beban konsentris yang semula lurus dan semua seratnya tetap elastis hingga tekuk terjadi akan mengalami lengkung yang kecil seperti pada gambar 3.3 (Salmon, 1986). Gambar 3.3 Kolom Euler Beban kritis Euler untuk kolom yang bersendi di kedua ujungnya (K = 1) dapat dinyatakan sebagai berikut: P cr = π2 EI (KL ) 2 (3.3) Atau bila dinyatakan dalam tegangan rata-rata dan I = Ag r 2 F cr = P cr A g = π 2 E (3.4) KL r 2 Untuk kolom dengan harga KL/r lebih kecil daripada Cc (kolom pendek) harga Fa (tegangan tekan aksial ijin) ditentukan dari: F a = 2 KL r 2Cc 2 F y FS (3.5)

15 Sedangkan rumus FS adalah: FS= 5 3 + 3 KL r 8C c KL r 3 3 (3.6) 8C c Untuk harga KL/r lebih besar dari Cc (kolom langsing) harga Fa (tegangan tekan aksial ijin) adalah sebagai berikut: F a = 12π2 E (3.7) 23 KL r 2 Sehingga beban teoritis baik untuk kolom pendek maupun kolom langsing adalah. (3.8) 3.3 Stabilitas Pelat Semua penampang kolom, baik tampang profil giling ataupun penampang tersusun terdiri dari elemen-elemen pelat. Tekuk setempat (local buckling) dapat terjadi lebih dahulu pada salah satu elemen pelat pembentuk penampang. Tekuk setempat menyebabkan elemen yang tertekuk tidak dapat memikul lagi beban yang harus diterimanya jika kolom harus menerima suatu beban tambahan (Salmon, 1986). Tegangan tekuk elastis teoritis untuk pelat dapat dituliskan sebagai: F cr =k π 2 E 12 1-μ 2 b/t (3.9) 2 Koefisien tekuk k merupakan fungsi dari jenis tegangan (dalam hal ini tekanan merata pada dua tepi yang berseberangan) dan kondisi tumpuan tepi (dalam hal ini keempat tepi merupakan tumpuan sederhana), dan juga rasio a/b (Salmon dan Johnson, 1986). Gambar 3.4 memperlihatkan variasi k terhadap rasio

16 a/b untuk kondisi ideal yang umum, ialah tumpuan jepit, tumpuan sederhana, dan tumpuan bebas. Gambar 3.4 Koefisien k untuk Tekanan pada Pelat Segi Empat Persamaan untuk tekuk pelat pada persamaan 3.14 bersifat umum dalam suku k. Harga m menunjukkan jumlah setengah gelombang yang terjadi dalam arah x pada pelat tertekuk (Salmon dan Johnson, 1986). Gambar 3.5 menunjukkan bahwa sembarang jumlah setengah gelombang memiliki harga k minimum, yaitu kondisi terlemah. Keadaan terlemah ini terjadi bila panjang pelat merupakan kelipatan bulat (tanpa pecahan) dari lebarnya dan kelipatan ini sama dengan jumlah setengah gelombang. Rumus dari harga k adalah sebagai berikut: a k = 1 +m b m b a 2 (3.10)

17 Gambar 3.5 Koefisien Tekuk untuk Pelat yang Ditekan Secara Merata-Tepi Longitudinal Bertumpuan Sederhana (Salmon dan Johnson,1986) Secara umum, lendutan tekuk pelat yang ditekan secara merata dapat dibedakan atas dua kategori: (1) elemen yang tidak diperkuat, yaitu elemen yang bertumpu pada satu tepi dan bebas di tepi lain yang sejajar arah tegangan tekan. Keadaan ini dapat dilihat pada gambar 3.6 dan (2) elemen yang diperkuat, yaitu elemen yang bertumpu pada dua tepi yang sejajar arah tegangan tekan. Keadaan ini dapat dilihat pada gambar 3.7. Gambar 3.6 Elemen yang Tidak Diperkuat (Pelat dengan Satu Tepi Bebas)

Gambar 3.7 Elemen yang Diperkuat (Pelat yang Bertumpu pada Keempat Tepinya) 18