Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) bagi Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Safitri Yosita Ratri Staf Pengajar D-II PGSD FIP UNY

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Inggris science technology society (STS), yaitu, suatu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) TEMATIK DAN EVALUASINYA DALAM KURIKULUM 2013 SISWA KELAS RENDAH

PENERAPAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM)

Inisiasi 2 PENDEKATAN KONSEP SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DALAM PEMBELAJARAN IPS

PENDAHULUAN. keahlian atau keterampilan di bidang tertentu. Menurut 21 st. Partnership Learning Framework (BSNP, 2013: 3-4), terdapat enam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) sebagai salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang harus dimiliki memasuki era informasi dan teknologi, IPA

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan alam maupun lingkungan sosial di masyarakat. berasal dari kata science yang berarti pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Berbasis Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Hasil Belajar Hasil Belajar IPS

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam abad ke 21 ini. Oleh karena itu, siswa perlu dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengajaran sejarah bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tri Suryani, 2013

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Oka Nazulah Saleh, 2013

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia mulai mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Terbukti

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Melalui pendidikan yang baik, manusia dapat membuka

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitarnya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan merupakan upaya dalam menghasilkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Juniarti Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. banyak dituntut untuk mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan salah satu komponen dalam dunia pendidikan yang. yang dilaksanakannya. Guru membangun pembelajaran untuk

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PENERAPAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT PADA MATA PELAJARAN KIMIA SMA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan prestasi manusia melalui pembelajaran disekolah. yang bermanfaat untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik.

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini karena mata pelajaran IPA khususnya, akan memiliki peranan

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada tingkat sekolah dasar adalah merupakan pondasi bagi

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Proses pembelajaran di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan proses kejiwaan yang menghubung-hubungkan atau

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa hilang selama kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) memasukkan keterampilan-keterampilan berpikir yang harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Yetty Wadissa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

S, 2014 KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) PADA SUB-KONSEP PENCEMARAN AIR

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Soedjadi (dalam FM Fransiska, 2008:1) mengatakan bahwa: untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nana Sutarna, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Nani rosdijati, dkk. Panduan PAKEM IPS SD,(Jakarta: Erlangga, 2010),58 2

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

Transkripsi:

Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) bagi Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Safitri Yosita Ratri Staf Pengajar D-II PGSD FIP UNY ABSTRAK Penggunaan pendekatan pembelajaran yang inovatif masih tetap berlangsung dan perlu dikembangkan pada Sekolah Dasar (SD). Salah satunya yang dilakukan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang sampai saat ini masih diasumsikan sebagai pelajaran yang membosankan dan menuntut hafalan, serta materi yang kurang sesuai dengan perkembangan masyarakat lagi. Adapun solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan mengembangkan Pendekatan Science-Technology-Society (STS) atau yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM). Pendekatan STM bagi pembelajaran IPS, yang hakekatnya mempelajari manusia dengan lingkungannya, pada SD akan memberikan makna bahwa IPS berkaitan dengan kehidupan seharihari peserta didik sebagai manusia. Melalui pembelajaran IPS ini, pendekatan STM di SD akan melatih peserta didik agar selalu peka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang sesuai dengan realita kehidupan mereka. Peserta didik perlu dilatih sedini mungkin sebagai persiapan di masa mendatang supaya mampu mengambil keputusan yang tepat dalam menghadapi masalah sosial tanpa yang dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kata kunci : Sains Teknologi Masyarakat, Ilmu Pengetahuan Sosial, Sekolah Dasar 1

Pendahuluan Reformasi di bidang pendidikan melalui pengembangan pendekatan atau metode pembelajaran akan sangat bermanfaat dalam kehidupan era global. Hal ini sangat penting terutama sejak diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi 2001 yang menghendaki potensi guru dan peserta didik agar dapat berkembang secara optimal. Lebih lanjut seperti yang tercantum dalam tujuan KBK, yaitu memandirikan atau memberdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik sesuai dengan kondisi lingkungan. Memandirikan atau memberdayakan sekolah berupa pengembangan potensi guru dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan sesuai kondisi lingkungan adalah pemanfaatan lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat sebagai sumber belajar. Namun pada kenyataannya masih ditemukan adanya penggunaan pendekatan yang konvensional pada kegiatan pembelajaran. Langkah yang perlu diambil oleh guru yaitu dengan melakukan pengembangan metode-metode pembelajaran yang mampu mengatasi kenyataan tersebut. Pendidikan IPS sebagai bagian dari pendidikan secara umum memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Secara khusus Pendidikan IPS turut serta berperan dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif, logis, dan berinisiatif dalam menanggapi gejala dan masalah sosial yang berkembang dalam masyarakat yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi di era global. Saat ini pembelajaran dengan menerapkan metode-metode yang inovatif mulai diterapkan di Sekolah Dasar. Salah satu penerapan yang perlu dilakukan adalah pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mengapa demikian? 2

Sebab kelemahan dan permasalahan yang sering terjadi dan dirasakan oleh guru yaitu bahwa IPS masih dianggap pelajaran yang monoton, membosankan, menuntut hafalan yang tidak sedikit. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran masih menggunakan metode ceramah yang lebih berpusat pada guru. Aktivitas peserta didik sebagian besar hanyalah mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Kelemahan lain adalah bahwa materi yang diajarkan sudah tidak up to date lagi atau tidak sesuai lagi dengan realita kehidupan masyarakat. Padahal pembelajaran IPS merupakan bidang studi yang diharapkan akan memberikan makna yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai manusia. Permasalahan pembelajaran tersebut akan berdampak pada kurangnya minat dan motivasi peserta didik untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi tidak bermakna. Dalam Djojo Suradisastra (1991) menyatakan bahwa IPS lahir dari keinginan para pakar pendidikan untuk membekali para siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang secara tidak terduga merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dan dunianya. Perkembangan seperti itu dapat membawa berbagai dampak yang luas. Karena luasnya akibat terhadap kehidupan maka lahir masalah yang seringkali disebut masalah sosial. Peserta didik perlu menyadari tantangan-tantangan menghadapi gejala-gejala yang seperti itu. Pada dasarnya, IPS merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya. Yang menjadi pokok kajian IPS ialah tentang hubungan antarmanusia, sedangkan latar telaahnya adalah kehidupan nyata manusia. Perlu disadari bahwa, sesuai dengan tingkat perkembangannya, siswa SD belum mampu memahami keluasan dan kedalaman 3

masalah-masalah sosial secara utuh. Akan tetapi mereka dapat diperkenalkan kepada masalah-masalah tersebut. Melalui pengajaran IPS mereka dapat memperoleh pangetahuan, keterampilan, sikap, dan kepakaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya. Selanjutnya mereka kelak diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Dari uraian diatas, secara umum pembelajaran IPS akan melibatkan peserta didik dengan lingkungan disekitarnya dengan menumbuhkembangkan kesadaran dan kepekaan tentang gejala dan masalah sosial. Kepekaan yang perlu ditingkatkan pada abad 21 ini antara lain penguasaan Ilmu pengetahuan (sains) dan kamajuan teknologi. Seperti yang diungkapkan oleh Prayekti (2001), penguasaan Iptek merupakan kunci dalam abac 21 ini. Oleh karena itu, peserta didik perlu dipersiapkan untuk mengenal, memahami, dan menguasai Iptek dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya. Upaya untuk mempersiapkan hal itu memang sudah dilakukan melalui pendidikan formal, sesuai dengan Undang-Undang N0. 2 Tahun 1989. Pengantar Sains dan Teknologi pun sudah diajarkan sejak pendidikan dasar. Salah satu cara sebagai langkah strategis yang perlu diambil oleh guru untuk dapat menciptakan sumber daya manusia berkualitas adalah dengan menggunakan beberapa metode dan pendekatan. Dalam hal ini pendekatan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM). Prayekti (2001) menyatakan bahwa pendekatan STM memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam pembelajaran dan dapat menampilkan peranan sains dan teknologi di dalam kehidupan masyarakat. Mengapa STM merupakan salah satu pendekatan yang perlu diangkat dalam pembelajaran IPS? Lebih jauh Nurdin (2005) menyatakan bahwa untuk dapat mengorganisasikan 4

pembelajaran yang lebih bermakna dan menyentuh realita kehidupan siswa, antara lain dengan mengembangkan pembelajaran STM. Hal itu akan memberikan makna bahwa pembelajaran IPS berkaitan dengan kehidupan siswa atau manusia sehari-hari sehingga perlu dikembangkan pembelajaran yang sesuai dengan realita kehidupan siswa. Pembelajaran bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, tetapi juga berkaitan dengan bagaimana siswa mampu memahami dampak dari pembelajaran atau hasil pembelajaran tersebut baik dampak positif maupun negatifnya. Hasil penelitian Harms dan Yager dalam Iskandar (1996) menunjukkan bahwa pembelajaran sains dengan pendekatan STM dapat memenuhi kebutuhan pribadi siswa, dapat dipakai untuk memecahkan masalah dalam masyarakat, dan dapat meningkatkan wawasan siswa tentang karir. Diharapkan dengan adanya penggunaan Pendekatan STM yang diimplementasikan pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, peserta didik akan memiliki persiapan sedini mungkin dalam menghadapi tantangan di masa depan yang secara kualitatif cenderung meningkat. Pengertian Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) Poedjiadi dalam Fajar (2004) mengemukakan, secara etimologi, kata teknologi berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu kata techne dan logos. Techne artinya seni (art) atau keterampilan, logos artinya kata-kata yang terorganisasi atau wacana ilmiah yang mempunyai makna. Menurut pernyataan Amien (1992 dalam Fajar 2004), tujuan pendidikan sains abad 21 antara lain; harus tanggap terhadap kondisi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa sekarang dan masa yang akan datang dan masalah-masalah sosial yang timbul dari isu-isu sosial. Sedangkan menurut Hidayat (1992 dalam Fajar 2004) untuk pendidikan sains 2000 5

hendaknya ditujukan pada pengembangan-pengembangan individu yang melek sains, mengerti bahwa sains-teknologi dan masyarakat saling mempengaruhi dan saling bergantung, mampu mempergunakan pengetahuannya dalam membuat keputusankeputusan yang tepat dalam kehidupan sehari-hari. Hidayat (1996 dalam Fajar 2004) menambahkan bahwa istilah STS untuk pertama kali diciptakan oleh John Ziman dalam bukunya Teaching and Learning About science and Society pada tahun 1980. Dalam bukunya tersebut, Ziman mencoba mengungkapkan bahwa konsep-konsep dan proses-proses sains seharusnya sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari. Menurut Yager (1996 dalam Fajar 2004), Program STS pada umumnya memiliki karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut : 1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak. 2. Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah. 3. Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. 4. Perpanjangan belajar di luar sekolah dan sekolah 5. Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa 6. Suatu pandangan bahwa isi dari pada sains bukan hanya konsepkonsep saja yang harus dikuasai siswa dalam tes 7. Penekanan pada keterampilan proses dimana siswa dapat menggunakan dalam memecahkan masalah 8. Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi 6

9. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia mencoba untuk memecahkan isu-isu yang telah diidentifikasi 10. Identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak di masa depan. 11. Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar Poedjiadi (1994 dalam Fajar 2004) menjelaskan tentang hasil penelitian National Science Taecher Association (NSTA) tahun 1985-1986 di Iowa Amerika terhadap pelaksanaan program-program STS ditemukan adanya perbedaan antara peserta didik yang mengikuti program STS dan yang tidak, antara lain di bawah ini : CARA BIASA Kaitan dan Aplikasi Bahan Pelajaran Peserta didik tidak melihat nilai dan/atau manfaat yang mereka pelajari. Peserta didik tidak dapat menghubungkan sains yang dipelajari dengan teknologi masa kini. Kreativitas Peserta didik kurang memiliki kemampuan bertanya. Peserta didik tidak efektif dalam mengidentifikasi sebab-akibat dari situasi tertentu. Sikap Peserta didik hanya memiliki sedikit ide-ide. Minat peserta didik terhadap sains menurun dengan menaiknya tingkat. Sains menurunkan rasa ingin tahu. Guru dianggap sebagai pemberi informasi. Peserta didik melihat sains untuk dipelajari. STS Peserta didik dapat menghubungkan yang mereka pelajari dengan kehidupan seharihari. Peserta didik memperhatikan perkembangan teknologi dan melalui fakta tersebut malihat manfaat dan relevansi konsep sains dengan teknologi. Peserta didik lebih banyak bertanya, dan seringkali memberikan pertanyaan yang di luar dugaan guru. Peserta didik terampil dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab dan efek hasil observasi dan kegiatan tertentu. Peserta didik terus menerus memiliki ideide. Minat peserta didik bertambah dari tingkat ke tingkat. Peserta didik ingin tahu tentang dunia fisik. Guru dianggap sebagai fasilitator. Peserta didik melihat sains sebagai alat untuk menyelesaikan masalah. 7

Proses Peserta didik melihat proses sains sebagai keterampilan yang dimiliki ilmuwan. Peserta didik melihat proses sains sebagai sesuatu untuk dipraktekkan karena merupakan syarat. Pengetahuan/konsep Pengetahuan diperlukan untuk melaksanakan test. Pengetahuan hanya dipandang sebagai hasil belajar. Retensi berlangsung singkat. Peserta didik melihat proses sains sebagai ketrampilan yang dapat mereka gunakan. Peserta didik melihat proses sains sebagai keterampilan yang perlu dikembangkan untuk kebutuhan mereka sendiri. Peserta didik melihat pengetahuan sains sebagai sesuatu yang diperlukan. Pengetahuan dipandang sebagai bekal untuk menyelesaikan masalah. Peserta didik lebih lama melupakan informasi yang diperoleh, dan dapat melaksanakan trsansfer belajar dengan baik. Menurut NSTA Report (1991 dalam Rusmansyah 2001) Sains-Teknologi- Masyarakat merupakan terjemahan dari Sains-Technogy-Society (STS), yaitu suatu usaha untuk menyajikan Ilmu Pengetahuan Alam dengan mempergunakan masalahmasalah dari dunia nyata. STM adalah suatu pendekatan yang mencakup seluruh aspek pendidikan yaitu tujuan, topik/masalah yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi, dan persiapan/kinerja guru. Pendekatan ini melibatkan siswa dalam menentukan tujuan, prosedur pelaksanaan, pencarian informasi dan dalam evaluasi. Tujuan utama pendekatan STM ini adalah untuk menghasilkan lulusan yang cukup mempunyai bekal pengetahuan sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat sehingga dapat mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang diambilnya. Dalam kaitannya dengan bidang IPS, Aikenhead (1991 dalam Fajar 2004) memberikan batasan society is the social milieu. Society merupakan lingkungan pergaulan sosial serta kaidah-kaidah yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat. Ryan (1992 dalam Fajar 2004) menguraikan pengaruh sains dan teknologi terhadap 8

masyarakat (society), yaitu dalam tanggung jawab sosial, kontribusi terhadap keputusan sosial, membentuk masalah sosial, menyelesaikan maslah praktis dan sosial, serta kontribusi terhadap ekonomi, militer, dan berpikir sosial. Horton (1984) mendefinisikan masyarakat sebagai suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain. Sejarah Sains-Teknologi-Masyarakat Poedjiadi dalam Fajar (2004) menyatakan bahwa pada tahun 1985 telah diperkenalkan program STS di Amerika, di depan peserta rapat Senat IKIP Bandung. Dikemukakan bahwa di Amerika sejak tahun 1986 untuk mata pelajaran STS harus diberikan di SMU dengan bobot 2 sks, sedangkan program pendidikan guru yang telah dilaksanakan sebelumnya, STS dilaksanakan menggunakan topik-topik yang dibahas melalui berbagai disiplin ilmu; misalnya dampak kebakaran hutan bagi masyarakat, pangan dan kesehatan, transportasi, materi dan energi dalam kehidupan, dan lain-lainnnya. Di Indonesia pada tahun 1993 oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dibentuk Satuan Tugas untuk mengembangkan literasi sains dan teknologi masyarakat melalui pelaksanaan pendekatan STS dalam pendidikan. Mengingat tidak adanya dana, maka pendekatan STS kemudian dikembangkan melalui skripsi dan tesis di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Bahkan sejak tahun 2000 STS diberikan sebagai perkuliahan pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung program studi IPS dan sejak tahun 2001 diberikan pada program studi Pendidikan Umum di universitas yang sama sampai saat ini. Dari uraian di atas, Fajar (2004) mengasumsikan bahwa pada mulanya pendekatan STS diperuntukkan bagi mata pelajaran IPA, tetapi pada perkembangan 9

selanjutnya dikembangkan untuk mata pelajaran IPS. Pendekatan STS ini menurut Fajar justru lebih menarik dan bervariasi diterapkan dalam pendidikan IPS, karena banyaknya isu atau masalah di masyarakat yang sangat dekat dengan pendidikan IPS itu sendiri. Untuk mengatasi isu atau masalah yang timbul di masyarakat tersebut peserta didik dapat mengaplikasikan konsep dari pendidikan IPS yang telah dipelajarinya dan sangat dimungkinkan dalam prosesnya terdapat keterkaitan dengan aplikasi konsep dari pendidikan IPA. Sains-Teknologi-Masyarakat bagi Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu bidang studi yang dibangun dari integrasi beberapa ilmu sosial yaitu Ilmu Bumi atau Geografi, Ekonomi, Sejarah, Sosiologi, dan Antropologi. Integrasi ilmu-ilmu tersebut memiliki pertimbangan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik di SD akan menghadapi fenomena-fenomena sosial yang sangat kompleks. Menurut Mulyasa (2002), pengkajian akan fenomena sosial tidak dapat disikapi dari sudut pandang ilmu geografi atau sejarah saja tetapi diperlukan ilmu-ilmu sosial lain seperti Ekonomi, Antropologi, dan Sosiologi. Hal tersebut diperlukan karena dalam kenyataanya, kegiatan manusia akan berdampak pada manusia yang lain serta lingkungannya. Adanya saling ketergantungan satu dengan yang lain dan membutuhkan untuk mempertahankan eksistensi hidupnya akan tetap ada. Sesuai dengan fungsi dan tujuannya, Pengetahuan Sosial berfungsi mengembangkan pengetahuan nilai dan sikap, serta keterampilan sosial peserta didik untuk dapat menelaah masalah sosial yang dihadapi sehari-hari serta menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap perkembangan masyarakat Indonesia, sedangkan tujuannya agar 10

peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan, nilai, dan sikap serta keterampilan sosial yang berguna bagi dirinya, untuk mengembangkan pemahaman tentang pertumbuhan masyarakat Indonesia masa lampu hingga kini sehingga peserta didik bangga sebagai bangsa Indonesia. Berdasarkan hal-hal yang telah dikemaukakan di atas, Fajar (2004) menyatakan bahwa IPS dapat mengcounter berbagai permaslahan sosial yang ditimbulkan oleh perkembangan sains dan teknologi. Sains yang semula menakankan pembelajaran konsep dan proses dengan lebih berpusat pada perkembangan aspek kognitif memerlukan satu nilai aspek afektif berupa bentuk kepedulian terhadap orang lain, lingkungan, dan teknologi sehingga dapat memilih mana dampak yang positif dan dampak yang negatif. Sependapat dengan ilustrasi yang disampaikan Fajar (2004) mengenai Lingkungan Hidup, penulis mengilustrasikan untuk pembelajaran IPS di SD seperti dibawah ini : Materi : Lingkungan Hidup A. Sains Kajian yang dibahas : a. Pengertian lingkungan hidup b. Penyebab dan akibat dari adanya pencemaran lingkungan hidup. c. Bagaimana mengatasi dan mengantisipasi agar pencemaran lingkungan hidup dapat dikurangi B. Teknologi Kajian yang dibahas : a. Alat apa yang digunakan untuk meyeimbangkan sistem itu b. Bagaimana sifat alat tersebut c. Bagaimana cara kerja alat tersebut d. Bagaimana alat diproduksi dan dari mana bahan diperoleh e. Bagaimanakah kualitas barang yang sesuai dengan dana yang tersedia 11

C. Masyarakat Kajian yang dibahas : a. Sesuai atau tidak dana yang dikeluarkan dengan kerugian apabila masalah tidak ditangani b. Bagaimana kondisi wilayah dan penataannya c. Bagaimana bentang lahannya (landscape) d. Bagaimana hubungan antara lingkungan dengan penyebaran aktifitas manusia e. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam melaksanakannya Dari ilustrasi di atas, selanjutnya dalam kegiatan pembelajaran IPS, guru mengajak siswa untuk mengamati kondisi kota yang tercemar tumpukan sampah dan melihat tayangan masyarakat sekitar tumpukan sampah yang terjangkit penyakit diare, disentri, dan kolera. Kemudian kegiatan di dalam sekolah seperti bagaimana cara membuat lingkungan sekolah bersih, misalnya dengan membuang sampah pada tempatnya. Kegiatan selanjutnya dilakukan kunjungan atau tayangan video pada pabrik pengolahan limbah sampah. Dengan demikian siswa SD akan melihat secara langsung teknologi bagaimana cara, alat, dan bahan apakah yang digunakan agar sampah tidak sampai menimbulkan pencemaran. Pembelajaran dengan pendekatan STM merupakan suatu bentuk pembelajaran yang tidak hanya menekankan konsep-konsep sains yang biasa digunakan dalam IPA. Walaupun sepintas terlihat bahwa sains dan teknologi lebih cenderung untuk pembelajaran IPA, akan tetapi kajian tersebut tidak dapat lepas dari peranan manusia. Peranan pendekatan STM dapat menjadi solusi dalam pembelajaran IPS. IPA dan IPS bukanlah dikotomi karena kedua bidang tersebut saling mendukung. Menurut Fajar (2004) pendekatan STM tidak perlu disusun dalam pokok bahasan baru melainkan dapat disisipkan pada pokok bahasan yang telah ada sehingga dapat memberikan gambaran yang utuh tentang berbagai aspek kehidupan manusia. 12

Pendekatan STM dapat diimplementasikan pada pembelajaran IPS dengan menekankan pada peran ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam berbagai kehidupan dan menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial terhadap dampak ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang di masyarakat. Berangkat dari isu-isu sosial yang berkembang pada masyarakat dan kehidupan sehari-hari itu, siswa Sekolah Dasar bersama dengan guru dapat selalu mengkaji fenomena sosial, merasakan dampak positif maupun negatif adanya teknologi, dan mengenal nilai yang dianut dalam masyarakat. Penutup Pendekatan STM bagi pembelajaran IPS di SD akan sangat bermanfaat bagi para guru dan peserta didik dalam menciptakan kondisi belajar yang lebih aktif dan variatif dengan mengembangkan rasa peduli terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan pendektan STM pula, peserta didik akan mampu mengambil keputusan yang tepat saat menghadapi masalah berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini karena hidup ini memang tidak dapat dipisahkan dengan teknologi, sedangkan teknologi merupakan hasil dari ilmu pengetahuan. Seperti yang diungkapkan oleh Fajar (2004), pendekatan STM ini sesuai dengan hakekat Kurikulum Berbasis Kompetensi 2001 yaitu merupakan upaya untuk menyiapkan peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial yang tinggi. Sebagai harapan, pendekatan STM bagi pembelajaran IPS di SD akan mampu melahirkan generasi bangsa yang tidak hanya peduli Iptek tetapi juga mampu mengembangkan kepekaan akan dampak Iptek pada masyarakat dimasa yang akan datang. Hal ini sesuai dengan visi mikro pendidikan 13

nasional yaitu terwujudnya individu manusia baru yang memiliki sikap dan wawasan keimanan dan akhlak yang tinggi, kemerdekaan dan demokrasi, toleransi dan menjunjung hak asasi manusia, saling pengertian dan berwawasan global. Daftar Pustaka Djojo Suradisastra. (1991). Pendidikan IPS III. Jakarta : Depdikbud. Fajar, Arnie. (2004). Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Rosda Karya. Bandung: Penerbit Rosda Karya. Horton, Paul B. (1984). Sociology. McGraw-Hill, Inc. Iskandar, L. (1996). Pelajaran Geografi 1 berdasarkan Kurikulum 1994 untuk Kelas 1 SMU, Bandung : Penerbit Pakar Raya. Mulyasa, E. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Penerbit Rosda Karya. Nurdin, S. (2005). Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS SD. Jurnal. http://ppsupi.org/abstrakips2005.html. Prayekti. (2001). Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat tentang Konsep Pesawat Sederhana dalam Pembelajaran IPA di Kelas 5 Sekolah Dasar. Jurnal. http://www.depdiknas.go.id/jurnal/29/editorial.htm - 35k - Rusmansyah, Irhasyuarna, Y. (2001). Implementasi Pendekatan Sains-Teknologi- Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran Kimia di SMU N Banjarmasin. Jurnal. http://www.depdiknas.go.id/jurnal/40/editorial40.htm - 34k - Somantri, M. Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS.Bandung : Penerbit Rosda Karya. 14