2014 & & 2014 II. CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB V RENCANA PROGRAM DAN PRIORITAS DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

P E N U T U P P E N U T U P

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

LOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam periode 2004 sampai dengan 2008.

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

RENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

Nomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur.

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

III. INDIKASI PEMANFAATAN ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI LIMA TAHUNAN

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

DAFTAR PERDA/PERKADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR YANG DIBATALKAN OLEH GUBERNUR JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2014)

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

MEWUJUDKAN BIROKRASI AKUNTABEL, EFEKTIF DAN EFISIEN

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR 2014

PROFIL PEMBANGUNAN JAWA TIMUR

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang

VISI KALTIM BANGKIT 2013

Pengembangan Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur berdasarkan Potensi Daerahnya

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

Tabel 2.25 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6)

BAB III METODE PENELITIAN

Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur

4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

TESIS ANALISIS LOCATION QUOTIENT DALAM PENENTUAN KOMODITAS IKAN UNGGULAN PERIKANAN BUDIDAYA DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

Data. dinamis TRIWULAN I BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017


RESUME PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 IHPS I TAHUN 2016

DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN II BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

BERITA RESMI STATISTIK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun Keterangan

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

Transkripsi:

1

OUT LINE I. PROLOG - Tahapan Penyusunan RKPD Provinsi Jawa Timur 2014 - Isu Strategis Global & Nasional - Isu Strategis Nasional & Jawa Timur Tahun 2014 II. CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA - Kinerja Ekonomi - Penurunan Kemiskinan - Penurunan TPT - Peningkatan IPM - Pengurangan Disparitas III. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Tahun 2014 IV. Analisa Kabupaten Banyuwangi 2

3

A. TAHAPAN PENYUSUNAN RKPD TAHUN 2014 Bottom-Up Forum SKPD Rakorbangpus Top-Down Kepakatan Bersama KUA DAN PPAS 2014 RAPBD 2014 Musrenbang Desa Musrenbang Kecamatan Musrenbang Kab/Kota Pra-Musrenbang Prov. Di Bakorwil Musrenbangnas Penetapan RKPD 2014 Januari Februari Maret April Mei Raker Gub dg SKPD Penyusunan Rancangan Awal RKPD oleh BAPPEDA Penyampaian Pokok Pikiran DPRD Konsultasi dengan DPRD FGD Musrenbang Provinsi Teknokratik Politik Partisipatif 4

Trend Pertumbuhan & Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Global (%) WEO-IMF 2009 2010 2011 2012 2013 Okt'12 Jan'13 Okt'11 Jan'12 Apr'12 Juli'12 Okt'12 Jan'13 Dunia -0,6 5,1 3,8 3,3 3,2 4,5 3,9 4,1 3,9 3,6 3,5 AS -3,1 2,4 1,8 2,2 2,3 2,5 2,2 2,4 2,3 2,1 2,0 Eropa -4,4 2,0 1,4-0,4-0,4 1,5 0,8 0,9 0,7 0,2-0,2 GDP Cina 9,2 10,5 9,2 7,8 7,8 9,5 8,8 8,8 8,5 8,2 8,2 India 5,9 10,1 6,8 4,9 4,5 8,1 7,3 7,3 6,5 6,0 5,9 ASEAN-5 1,7 7,0 4,5 5,4 5,7 5,8 5,6 6,2 6,1 5,8 5,5 Indonesia 4,6 6,2 6,5 6,0 n.a. 6,7 n.a. 6,1 6,6 6,3 n.a. Vol.Perdagangan Dunia -10,4 12,6 5,8 3,2 2,8 6,4 5,4 5,6 5,1 4,5 3,8 Perekonomian dunia yang belum sepenuhnya pulih sejak resesi global tahun 2009, saat ini dan dalam beberapa tahun ke depan masih diliputi oleh ketidakpastian. Di tengah ketidakpastian perkembangan ekonomi global itu, perekonomian Indonesia tetap tumbuh relatif tinggi, dengan stabilitas pertumbuhan ekonomi yang terbaik diantara negara-negara lain di dunia. The Center of Gravity, dimana Indonesia menjadi sentral pendulum pusaran arus barang & jasa Asia-Pacific Sangat strategis, butuh Regionalisasi untuk menangkap peluang ekonominya Regionalisasi Pasar Tunggal ASEAN 2015 (Masyarakat Ekonomi ASEAN/ASEAN Economic Community) sudah di depan Mata 5

Indonesia memiliki potensi untuk memacu perekonomian lebih cepat lagi, bertransformasi menjadi negara maju Struktur demografi mengarah pada Bonus Demografi, yakni rasio ketergantungan yang rendah antara 2010-2020 Life-cycle hypothesis: besarnya porsi usia produktif berarti besarnya potensi saving, besar pula potensi investasi Progres/Capaian target Pembangunan Millenium (MDGs) 2015 Pengurangan Emisi Gas Buang 6

(1) Rencana Kenaikan Gas dan TDL memicu Inflasi (2) Pelayanan Dasar Kesehatan dan Pendidikan (3) Masalah Kemiskinan dan Pengangguran (4) Penciptaan Kelas Menengah Ekonomi Baru (5) Peningkatan Produktivitas sektor pertanian Ketahanan Pangan (6) Industrialisasi dan pengembangan lapangan pekerjaan berkualitas (7) Peningkatan investasi daerah (8) Percepatan dan Peningkatan kualitas infrastuktur jalan serta jaringan Listrik (9) Peningkatan kualitas SDM (10) Mobilisasi tabungan masyarakat dan fungsi intermediasi perbankan untuk mendorong akses permodalan usaha (11) Peningkatan kualitas belanja modal pemerintah daerah (12) Penyelenggaraan Pemilu & Pemilihan Kepala Daerah 7

II. CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA 8

Grafik Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur dan Nasional % C to C 8 7 6 5 4 3 2 1 0 7.22 7,27 6.68 5.01 6.1 6.5 6,23 4.55 Jawa Timur Nasional *) 2009 2010 2011 2012 *) Sumber : BPS Jatim, angka Sementara Feb 2013 Inflasi 2009 2010 2011 2012 % 3,62 6,96 4,09 4,50 Sumber : BPS Jatim, Januari 2013 9

No Provinsi Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2012 (%) Kontribusi Thd PDB 1. DKI Jakarta 6,53 16,40 2. Jawa Timur 7,27 14,88 3. Jawa Barat 6,21 14,07 4. Jawa Tengah 6,34 8,27 5. Banten 6,15 3,16 6. DI Y 5,32 0,85 Kontribusi PDRB Pulau Jawa Dalam Total PDB Nasional Tahun 2012 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 16,40 14,07 3,16 8,27 DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah 0,85 14,88 DI Jawa Timur Yogyakarta 23,77 % 9,30 % 4,74 % Sumber : BPS, Feb 2013 2,06 % 57,62 % 2,51% Dibandingkan dengan provinsi lain, pertumbuhan ekonomi Jatim yang tertinggi di Pulau Jawa dengan share terbesar ke-2 se Indonesia setelah DKI Jakarta. 10

Kab. Pacitan Kab. Ponorogo Kab. Trenggalek Kab. Tulungagung Kab. Blitar Kab. Kediri Kab. Malang Kab. Lumajang Kab. Jember Kab. Banyuwangi Kab. Bondowoso Kab. Situbondo Kab. Probolinggo Kab. Pasuruan Kab. Sidoarjo Kab. Mojokerto Kab. Jombang Kab. Nganjuk Kab. Madiun Kab. Magetan Kab. Ngawi Kab. Bojonegoro Kab. Tuban Kab. Lamongan Kab. Gresik Kab. Bangkalan Kab. Sampang Kab. Pamekasan Kab. Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Kota Batu Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2012 9.00 8.00 7.00 6.00 6.74 6.75 6.73 6.98 6.45 6.62 7.57 6.46 7.35 7.27 6.72 6.70 6.45 7.24 7.23 7.38 7.12 JAWA TIMUR : 7.27 6.58 6.76 6.42 6.50 5.89 6.01 Rp. 1.001.720.879,47 Jt 7.22 7.43 6.48 6.17 6.44 6.32 7.31 6.80 7.69 6.97 6.71 7.10 7.70 7.90 8.25 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 Sumber : BPS Jatim, Maret 2013; Angka Sangat Sementara 11

Capaian Target Penurunan 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 16.5 16.68 15.5 15.26 15 13.85 14.5 14.5 13.40 13.08 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00-2.00-0.18 0.24 1.15 1.10 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 (Per Maret) 1.42 Tahun 2012 (Per Sep) *) Sumber : BPS Jatim Sept 2012 12

Karakteristik Kemiskinan Menurut Kabupaten/ Kota Kabupaten/ Kota Sep Tahun 2011 Jumlah Penduduk Miskin p0 p1 p2 GK 3501 Pacitan 98.747 18,13 2,59 0,59 193.180 3502 Ponorogo 105.867 12,29 1,52 0,29 210.411 3503 Trenggalek 101.183 14,90 2,64 0,70 214.312 3504 Tulungagung 98.747 9,90 1,31 0,26 234.806 3505 Blitar 126.947 11,29 1,63 0,35 210.254 3506 Kediri 218.105 14,44 2,10 0,49 218.865 3507 Malang 287.434 11,67 1,66 0,35 215.605 3508 Lumajang 131.912 13,01 1,57 0,31 202.773 3509 Jember 292.119 12,44 1,72 0,38 226.546 3510 Banyuwangi 164.047 10,47 1,30 0,27 240.315 3511 Bondowoso 123.574 16,66 2,30 0,56 251.426 3512 Situbondo 98.560 15,11 2,17 0,49 211.262 3513 Probolinggo 259.234 23,48 4,00 0,98 280.101 3514 Pasuruan 186.720 12,26 1,82 0,42 238.640 3515 Sidoarjo 136.316 6,97 0,81 0,16 277.776 3516 Mojokerto 117.484 11,38 1,35 0,29 240.502 3517 Jombang 155.990 12,88 1,95 0,48 251.704 3518 Nganjuk 142.124 13,88 1,83 0,41 253.819 3519 Madiun 95.843 14,37 2,30 0,57 224.713 3520 Magetan 75.044 12,01 1,44 0,26 221.951 3521 Ngawi 137.838 16,74 2,34 0,52 208.220 3522 Bojonegoro 212.859 17,47 2,96 0,75 230.397 3523 Tuban 211.547 18,78 2,26 0,40 225.731 3524 Lamongan 206.675 17,41 2,07 0,45 242.441 3525 Gresik 181.661 15,33 2,65 0,61 285.519 3526 Bangkalan 239.466 26,22 4,00 0,94 251.599 3527 Sampang 267.479 30,21 5,24 1,37 229.414 3528 Pamekasan 167.889 20,94 3,77 0,99 225.878 3529 Sumenep 242.508 23,10 2,95 0,56 225.096 3571 Kota Kediri 23.328 8,63 1,57 0,45 288.876 3572 Kota Blitar 9.462 7,12 1,31 0,38 257.685 3573 Kota Malang 45.439 5,50 0,73 0,17 302.103 3574 Kota Probolinggo 38.787 17,74 3,64 1,07 425.583 3575 Kota Pasuruan 15.740 8,39 0,99 0,19 269.543 3576 Kota Mojokerto 8.338 6,89 1,12 0,30 266.978 3577 Kota Madiun 9.744 5,66 0,71 0,13 260.179 3578 Kota Surabaya 183.347 6,58 1,07 0,26 310.074 3579 Kota Batu 9.088 4,74 0,52 0,10 280.330 35 JAWA TIMUR 5.227.190 13,85 2,02 0,46 - Sumber : Susenas September 2011

7 6 5 4 3 2 1 6.2 1.12 5.08 Penurunan Capaian Target 6 5.8 5.6 5.6 1.75 1.64 1.46 1.48 4.25 4.16 4.14 4.12 0 Thn.2009 Thn.2010 Thn. 2011 Thn. 2012 (Per Feb) *) Sumber : BPS Jatim Agust 2012 Thn. 2012 (Per Agust) 14

TPT Tahun 2009 TPT Tahun 2010 TPT Tahun 2011 TPT Tahun 2012 Tingkat Pengangguran Terbuka Kab/Kota di Jawa Timur Tahun 2009-2012 : Rendah ( TPT < 2,57 ) : Sedang ( 2,57 TPT 6,55 ) : Tinggi ( TPT > 6,55 ) Kabupaten/Kota Tahun 2009 2010 2011 2012 01. Pacitan 1,32 0,87 2,70 1,16 02. Ponorogo 3,45 3,83 4,37 3,26 03. Trenggalek 3,91 2,15 3,18 3,14 04. Tulungagung 4,54 3,50 3,58 3,18 05. Blitar 3,00 2,24 3,61 2,86 06. Kediri 5,10 3,75 4,54 4,16 07. Malang 6,35 4,49 4,63 3,79 08. Lumajang 2,24 3,17 2,70 4,70 09. Jember 4,42 2,71 3,95 3,91 10. Banyuwangi 4,05 3,92 3,71 3,40 11. Bondowoso 2,88 1,59 2,84 3,75 12. Situbondo 2,28 3,13 4,74 3,31 13. Probolinggo 2,60 2,02 3,20 1,98 14. Pasuruan 5,03 3,49 4,83 6,43 15. Sidoarjo 10,19 8,35 4,75 5,21 16. Mojokerto 5,54 4,84 4,31 3,42 17.Jombang 6,19 5,27 4,24 6,69 18. Nganjuk 3,98 3,64 4,73 4,22 19. Madiun 6,04 5,55 3,37 4,16 20. Magetan 3,82 2,41 3,16 3,86 21. Ngawi 4,49 4,80 4,06 3,05 22. Bojonegoro 4,52 3,29 4,18 3,51 23. Tuban 4,22 2,86 4,15 4,25 24. Lamongan 4,92 3,62 4,40 4,98 25. Gresik 7,01 7,70 4,36 6,72 26. Bangkalan 5,01 5,79 3,91 5,32 27. Sampang 1,70 1,77 3,91 1,78 28. Pamekasan 2,18 3,53 2,89 2,30 29. Sumenep 2,27 1,89 3,71 1,19 71. Kota Kediri 8,32 7,39 4,93 7,85 72. Kota Blitar 8,47 6,66 4,20 3,55 73. Kota Malang 10,44 8,68 5,19 7,68 74. Kota Probolinggo 8,53 6,85 4,66 5,12 75. Kota Pasuruan 7,57 7,23 4,92 4,34 76. Kota Mojokerto 9,30 7,52 5,86 7,32 77. Kota Madiun 11,27 9,52 5,15 6,71 78. Kota Surabaya 8,63 6,84 5,15 5,07 79. Kota Batu 6,88 5,55 4,57 3,41 35. Jawa Timur 5,08 4,25 4,16 4,12

76 Kenaikan Penurunan Capaian Target 75 74 73 72 71 70 69 68 67 2.12 2.06 71.62 71.06 69 69.5 2.44 2.08 72.54 72.18 70.1 70.1 66 Thn.2009 Thn.2010 Thn. 2011 Thn. 2012 *) Sumber : BPS Jatim, Angka Sementara, Feb 2013 16

IPM Tahun 2010 IPM Tahun 2011 IPM Tahun 2012 Penyebaran IPM Kab/Kota di Jawa Timur Tahun 2010-2012 : 66 Angka IPM 80 (Upper-Medium) : 50 Angka IPM 66 (Lower-Medium) Kabupaten/Kota Tahun 2010 2011 2012 01. Pacitan 72,07 72,48 72,77 02. Ponorogo 70,29 71,15 71,52 03. Trenggalek 73,24 73,66 74,08 04. Tulungagung 73,34 73,76 74,09 05. Blitar 73,67 74,06 74,44 06. Kediri 71,75 72,28 72,72 07. Malang 70,54 71,17 71,53 08. Lumajang 67,82 68,55 68,90 09. Jember 64,95 65,53 65,93 10. Banyuwangi 68,89 69,58 69,82 11. Bondowoso 62,94 63,81 64,08 12. Situbondo 64,26 64,67 65,13 13. Probolinggo 62,99 63,84 64,06 14. Pasuruan 67,61 68,24 68,54 15. Sidoarjo 76,35 76,90 77,16 16. Mojokerto 73,39 73,89 74,33 17.Jombang 72,70 73,14 73,52 18. Nganjuk 70,76 71,48 71,70 19. Madiun 70,18 70,50 70,63 20. Magetan 72,72 73,17 73,59 21. Ngawi 68,82 69,73 70,33 22. Bojonegoro 66,92 67,32 67,73 23. Tuban 68,31 68,71 69,23 24. Lamongan 69,63 70,52 70,76 25. Gresik 74,47 75,17 75,49 26. Bangkalan 64,51 65,01 65,39 27. Sampang 59,70 60,78 61,03 28. Pamekasan 64,60 65,48 65,72 29. Sumenep 65,60 66,01 66,59 71. Kota Kediri 76,28 76,79 77,08 72. Kota Blitar 77,42 77,89 78,14 73. Kota Malang 77,20 77,76 77,99 74. Kota Probolinggo 74,33 74,85 75,23 75. Kota Pasuruan 73,45 73,89 74,42 76. Kota Mojokerto 77,02 77,50 77,63 77. Kota Madiun 76,61 77,07 77,42 78. Kota Surabaya 77,28 77,85 78,08 79. Kota Batu 74,45 74,93 75,44 35. Jawa Timur 71,62 72,18 72,54

117 116 115 114 113 112 111 110 115,85 Jawa Timur Sumber : BPS Prov. Jawa Timur *) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara 115,14 * 2009 2010 2011 112,53** Pemerataan Pendapatan versi Bank Dunia 2009 2010 2011 Perubahan 20 % atas 42,55 41,81 40,34-2.21 40 % menengah 37,59 38,46 38,57 + 0,98 40% bawah 19,86 19,73 21,09 + 1,23 Pertumbuhan Ekonomi Tinggi yang diiringi dengan Penurunan tajam indeks Wiliamson mengindikasikan Pertumbuhan Inklusif Penurunan Porsi pemanfaatan ekonomi pada 20 % kelas Atas memperjelas sasaran pemerataan perekonomian pada 80 % kelas menengah dan bawah 18 18

III. STRATEGI dan ARAH KEBIJAKAN Pembangunan Tahun 2014 19

1. STABILITAS DAERAH, terdiri atas unsur: a. Harmonisasi horizontal dan vertikal b. Keamanan, ketentraman dan ketertiban c. Dinamika politik yang kondusif d. Reformasi Birokrasi (Administasi ) yang efisien, efektif dan Pemberantasan Korupsi e. Pembangunan Sumberdaya Manusia 2. PEMANTAPAN EKONOMI DAERAH YANG BERDAYA SAING GLOBAL, terdiri atas unsur: a. Pertumbuhan ekonomi yang inklusif b. Peningkatan daya saing global daerah c. Perluasan jaringan internasional untuk Pariwisata, Perdagangan dan Investasi ( Tourism, Trade and Investment) d. Perkuatan Pasar domestik e. Percepatan Pembangunan Infrastruktur untuk investasi f. Fokus target group pada UMKM & Koperasi 3. PENINGKATAN KEMAKMURAN RAKYAT, terdiri dari unsur: a. Percepatan penurunan kemiskinan b. Percepatan penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka c. Percepatan peningkatan IPM d. Pengurangan Disparitas antar Wilayah dan Kelompok Pendapatan e. Percepatan Pembangunan Infrastruktur untuk pelayanan dasar f. Pelestarian lingkungan yang berkelanjutan REASONING SUBSTANSI : 2014 PESTA DEMOKRASI NASIONAL STABILITAS MENJADI SANGAT URGEN DAN BAGIAN DARI IKLIM KONDUSIF UNTUK MEMBANGUN EKONOMI 2014 PERSIAPAN TERAKHIR MENUJU PERSAINGAN GLOBAL 2015 (CAFTA) PILAR-PILAR MEMERLUKAN PEMANTAPAN (DAYA SAING, JARINGAN MARKET TTI GLOBAL &DOMESTIK, INFRASTRUKTUR/CONNECTIVITY) 20

IV. ANALISA KABUPATEN BANYUWANGI 24

8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 5.94 5.86 5.01 5.06 6.68 6.26 7.22 7.14 7.27 7.27 45.00 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00-40.14 14.34 25.12 7.59 7.15 2.24 31.78 27.85 7.62 3.27 1.34 3.88 0.45 0.94 8.79 5.506.77 5.24 3.00 2.00 1.00 0.00 2008 2009 2010 2011 2012 Jawa Timur Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur Kabupaten Banyuwangi Pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi dari tahun 2008 2012 sama dengan Provinsi Jawa Timur, mengalami perlambatan pada kurun waktu 2008-2009 dan mengalami percepatan pada tahun 2009 2012, bahkan pada tahun 2012 laju pertumbuhannya sama dengan Provinsi Jawa Timur. Sektor Pertanian dan Perdagangan Hotel Restoran mendominasi struktur ekonomi di Kabupaten Banyuwangi tahun 2011 dengan total kontribusi 67,99 %, sedangkan di Provinsi Jawa Timur didominasi oleh Sektor Perdagangan dan Industri Pengolahan. Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi ketiga terbesar dalam struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi. 25

50.00 Pertanian 45.00 40.00 43.04 42.52 42.55 41.56 40.14 Pertambangan dan Penggalian 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 24.64 25.06 25.24 26.49 27.85 Industri Pengolahan Perdagangan Hotel Restoran Pengangkutan dan Komunikasi 10.00 5.00-7.52 7.42 6.72 7.49 7.43 6.84 7.47 7.29 6.76 7.57 7.25 6.71 7.59 7.15 6.77 5.39 5.39 5.42 5.32 5.24 3.88 3.89 3.93 3.75 3.88 2007 2008 2009 2010 2011 Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Tidak terjadi pergeseran di dalam struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi, sektor pertanian dan perdagangan mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi. Sektor Pertanian (primer) kontribusinya dominan selama 2007-2011 meskipun jumlahnya menunjukkan tren penurunan. Sektor perdagangan (tersier) menunjukkan tren peningkatan. Sektor industri pengolahan kontribusinya relatif kecil dibandingkan sektor pertanian (primer) dan perdagangan (tersier). 26

C. Analisis LQ dan Shift Share Kabupaten Banyuwangi Sektor Nilai LQ Ket Dampak pertumbuhan ekonomi provinsi (Nij) Dampak bauran industri/sektor provinsi (Mij) 27 Differential Shift Spesialisasi Keunggulan kompetitif Total Peningkatan PDRB Pertanian 2,79 LQ > 1 1.103.043,36-711.147,45 2.457.871,70 0,083 725.826,34 4 Pertambangan dan penggalian 3,88 LQ > 1 190.204,06 62.730,67 496.417,31-0,072 203.475,86 1 Industri Pengolahan 0,21 LQ < 1 192.787,64-45.489,19-1.764.895,36-0,006 143.168,37 2 Listrik,Gas, dan Air bersih 0,18 LQ < 1 12.820,63-14.832,92-120.269,72 0,184 6.555,46 3 Bangunan 0,30 LQ < 1 22.981,98 3.118,68-212.339,72 0,009 26.851,31 3 Perdagangan, hotel dan restoran 0,92 LQ < 1 631.490,18 96.191,47-571.699,03 0,114 989.508,97 3 Pengangkutan dan Komunikasi 0,47 LQ < 1 99.363,76 143.527,08-179.755,56-0,405 96.480,23 2 Keuangan persewaaan dan Jasa perusahaan 1,00 LQ = 1 172.179,64 57.720,14 147.978,14-0,092 172.562,56 1 Jasa-jasa 0,68 LQ < 1 138.205,81 53.516,10-253.307,75-0,152 115.161,76 2 2.563.077,06-354.665,43 2.479.590,87 Sektor pertanian dan pertambangan terindikasi sebagai sektor basis/unggulan di Kabupaten Banyuwangi keunggulan komparatif Secara agregat terjadi peningkatan PDRB di Kabupaten Banyuwangi sebesar 2,48 Trilyun selama 2007-2011, Sektor Perdagangan menyumbang kontribusi terbesar yaitu 989,51 Milyar rupiah, disusul oleh sektor pertanian. Dampak pertumbuhan ekonomi Provinsi menguatkan output PDRB Kabupaten Banyuwangi dengan kontribusi sebesar 2,56 Trilyun, hal ini mengindikasikan bahwa program dan kebijakan di sektor tersebut baik oleh tingkat provinsi maupun pusat sangat membantu pengembangan sektor tersebut. Secara umum pertumbuhan ekonomi sektoral provinsi (bauran industri/sektor) berpengaruh negatif sehingga melemahkan output PDRB Kabupaten Banyuwangi sebesar -354,66 M. Secara total faktor spesialisasi dan daya saing berpengaruh positif sehingga menguatkan/menambah output PDRB Kabupaten Banyuwangi, Sektor Pertanian merupakan sektor spesialisasi (berperan lebih besar dibandingkan sektor yang sama di tingkat provinsi) dan daya saingnya tinggi (pertumbuhannya lebih cepat). TIPE

D. Arahan Ekonomi Makro Kabupaten Banyuwangi Mengembangkan potensi ekonomi unggulan di Kabupaten Banyuwangi yang terindikasi pada sektor pertanian dan pertambangan. Produktivitas serta kualitas komoditas sektor pertanian harus terus ditingkatkan dengan menerapkan teknik budidaya yang benar serta mengoptimalkan keterkaitan antar sektor dalam kemasan program agropolitan. Akan lebih besar memberikan nilai tambah/nilai pengganda perekonomian daerah manakala potensi sektor pertanian juga diiringi upaya pengolahan terlebih dahulu (sebelum diperdagangkan), sehingga industrialisasi yang ada di Kabupaten Banyuwangi makin berkembang. Surplus dari sektor basis agar diarahkan untuk mendorong pertumbuhan sektor perdagangan dari input olahan agroindustri dan juga sektor jasa-jasa. Meningkatkan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang sudah memiliki daya saing dan kontribusi besar dalam perekonomian Kabupaten Banyuwangi. Rancang bangun pengembangan agroindustri perlu didesain sinergis dengan Program Provinsi dan Pusat yang diharapkan dapat memenuhi demand yang tinggi. 28

E. ARAHAN SPASIAL KABUPATEN BANYUWANGI 2 3 Fungsi Wilayah Pengembangan Banyuwangi adalah pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata Kabupaten Banyuwangi berperan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dalam Sistem Perkotaan di Wilayah Provinsi Jawa Timur Perkotaan Banyuwangi berperan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dalam Sistem Perkotaan di Wilayah Provinsi Jawa Timur

WP BANYUWANGI Kabupaten Banyuwangi 30 Rencana Struktur Kegiatan WP Banyuwangi Rencana Struktur Ruang Perkotaan Banyuwangi Pengembangan Perkotaan Banyuwangi lebih ditekankan/diprioritaskan pada kegiatan permukiman, perdagangan jasa, industri pengolahan, perdagangan serta pariwisata Kegiatan ekonomi yang dikembangkan di wilayah sekitar perkotaan banyuwangi adalah kegiatan pertanian, perkebunan, pergudangan industri, perikanan, serta pariwisata Struktur pusat permukiman perkotaan Banyuwangi terdiri dari 3 (tiga) sistem cluster yaitu cluster Banyuwangi, cluster Rogojampi dan Cluster Muncar : o Struktur pusat Perkotaan Banyuwangi diarahkan berpusat bagi kegiatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi o Cluster Rogojampi merupakan permukiman perkotaan yang berkembang karena posisi di jalur regional o Sedangkan permukiman perkotaan Muncar berkembang karena kegiatan perikanan di Banyuwangi o Pantai Bomo dikembangkan sebagai kawasan Industri Fisheries Town

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PRASARANA WILAYAH (1) Jaringan Jalan Nasional Bebas Hambatan : Probolinggo Banyuwangi Jaringan Jalan Nasional Arteri Primer Surabaya Sidoarjo Gempol Pasuruan Probolinggo Situbondo Banyuwangi Jaringan Jalan Nasional Kolektor Primer Glonggong Pacitan Panggul Durenan Tulungagung Blitar Kepanjen Turen Lumajang Wonorejo Jember Gentengkulon Jajag Benculuk Rogojampi Banyuwangi Jalan Strategis Nasional Rencana Paltuding Banyuwangi Jalan Provinsi Kolektor Primer Gentengkulon Wonorekso Rogojampi Balung Rambipuji Genteng Temuguruh Wonorekso Glagahagung Tegaldlimo Benculuk Grajagan Jajag Bangorejo Pasanggaran Terminal : Terminal Sri Tanjung sbg Terminal Tipe A Terminal Brawijaya dan Wiroguno sbg Terminal Tipe B Pengembangan Bandar Udara bandar udara pengumpan (spoke) : bandar udara Rogojampi/Blimbingsari Stasiun Kereta Api Stasiun Banyuwangi Baru Pengembangan Jalur Kereta Api Umum Jalur Timur : Surabaya (Semut) Surabaya (Gubeng) Surabaya (Wonokromo) Sidoarjo Bangil Pasuruan Probolinggo Jember Banyuwangi Konservasi Jalur Kereta Api Mati Rogojampi Benculuk Pengembangan Pelabuhan Pelabuhan Pengumpul menjadi Pelabuhan Utama - Pelabuhan Tanjung Wangi Pelabuhan Pengumpan Regional - Pelabuhan Boom Rencana Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Pelabuhan Penyeberangan dengan pelayanan antar provinsi - Pelabuhan Ketapang

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PRASARANA WILAYAH (2) Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Meliputi: Energi Mikrohidro, Energi Angin, Energi Surya, Energi Panas Bumi (Belawan-Ijen), Energi Gelombang Laut, Energi Biogas, dan Energi Biomassa Jaringan Listrik: Pengembangan Jaringan Transmisi: sistem transmisi 150 kv Banyuwangi Gilimanuk, Banyuwangi-Ketapang, Ijen PLTP-Banyuwangi, New Banyuwangi- Genteng Pengembangan Gardu Induk : gardu induk 150/20 kv Sistem Jaringan Sumber Daya Air : pengembangan jaringan irigasi dalam rangka mendukung air baku pertanian (Wilayah Sungai Baru Bajulmati - Embung Sumber Mangaran)

RENCANA POLA RUANG Kawasan Hutan Produksi = 782.772 Ha (Kab. Banyuwangi = 56.890 Ha) Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan Peruntukan Industri Kawasan Pertambakan Kawasan Hutan Rakyat Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi Rawan Bencana Tanah Longsor Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Basah Lahan Kering Kawasan Pertanian Lahan Basah direncanakan sebesar 957.239 Ha dan kurang lebih 802,546.90 Ha (Kab. Banyuwangi = 61.376 Ha) ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kawasan pertanian Lahan Kering direncanakan sebesar 849.033 Ha dan kurang lebih 215,203.08 Ha (Kab. Banyuwangi = 465 Ha) ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kawasan Hutan Lindung = 344.742 Ha (Kab Banyuwangi = 57.079 Ha) Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya: lebih dari 233.828,50 Ha (Kab. Banyuwangi 63.115 Ha)

KAWASAN ANDALAN Kawasan Andalan Kawasan Banyuwangi dan sekitarnya dengan sektor unggulan: perikanan, pertanian, kehutanan, pariwisata, transportasi 34

KAWASAN STRATEGIS Kawasan Agropolitan Regional - Sistem Agropolitan Ijen Kawasan Pengembangan Potensial Panas Bumi - Belawan-Ijen

Tindak Lanjut Setelah ditetapkannya Perda RTRW Kab. Banyuwangi Rencana Detail Tata Ruang Berdasarkan Permen PU 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ Berdasarkan pasal 59 ayat 4 PP 15 Tahun 2010: Rencana Detail Tata Ruang harus sudah ditetapkan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak penetapan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota. RTRW Kabupaten Banyuwangi Telah Diperdakan Rencana Rinci Tata Ruang Rencana Kawasan Strategis RDTR dan PZ Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang harus disesuaikan dengan Peraturan Menteri PU No. 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kawasan Strategis RDTR Perkotaan (1:5000) 36

Tindak Lanjut Setelah ditetapkannya Perda RTRW Kab. Banyuwangi Pendetailan Lokasi LP2B Berdasarkan UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan LP2B Berdasarkan Pasal 20, UU 41 penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan merupakan bagian dari penetapan dalam bentuk Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuang peraturan perundang undangan serta menjadi dasar bagi penyusunan peraturan zonasi. Berdasarkan Ketentuan Peralihan yang tertuang dalam Pasal 75, UU 41 Tahun 2009 yang mengamanatkan bahwa : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang belum menetapkan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan disesuaikan paling lama dalam waktu 2 (dua) Tahun terhitung sejak Undang- Undang ini diundangkan. Pada saat Undang-Undang ini berlaku, sedangkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota sudah ditetapkan, penetapan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan oleh bupati/walikota sampai diadakan perubahan atas Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. Kabupaten Banyuwangi segera melaksanakan pendataan, pemetaan dan penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Luasan Total LP2B Provinsi Jawa Timur Sebesar 1.017.549,73 Ha dengan rincian LP2B Irigasi = 802.357,90 Ha LP2B Non Irigasi = 215.191,83 Ha Luasan Total LP2B Kabupaten Banyuwangi Sebesar 61.841 Ha dengan rincian: Sawah irigasi Eksisting= 65.527 Ha LP2B Irigasi = 61.376,00 Ha Sawah Non Irigasi = 465 Ha LP2B Non Irigasi = 465 Ha 37

Terima Kasih... 38