BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suwardjo dan Dariah (1995) mulsa adalah berbagai macam bahan seperti

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

Menurut Syariffauzi (2009), pengembangan perkebunan kelapa sawit membawa dampak positif dan negatif Dampak positif yang ditimbulkan antara lain

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

II. PEMBENTUKAN TANAH

PENGAMATAN MINIPIT DI LAPANG DAN KLASIFIKASI TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sirih Merah. (Duryatmo 2005). Oleh karena itu, menurut Candra (2010) dalam Sudewo (2005),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 02: MORFOLOGI TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Inceptisol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Vermikompos adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang

PENGANTAR ILMU PERTANIAN PERTEMUAN KE-8 SUMBERDAYA LAHAN

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TANAH. Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si.

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai fungsi penting dari ekosistem darat yang menggambarkan

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. ditanam pada lahan tersebut. Perlakuan pengolahan tanah diperlukan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA III DERAJAT KERUT TANAH

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

Klasifikasi Tanah USDA Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang. Bayu Prasetiyo B-01

GELISOLS. Pustaka Soil Survey Staff Soil Taxonomy, 2 nd edition. USDA, NRCS. Washington. 869 hal.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi:

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

BAB I PENDAHULUAN. Tanah terdiri atas bahan padat dan ruang pori di antara bahan padat,

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

TANAH. Tanah terdiri atas empat komponen : butir-butir mineral materi organik air udara

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hantaran Hidrolik

KUALITAS TANAH DAN KRITERIA UNTUK MENDUKUNG HIDUP DAN KEHIDUPAN KULTIVAN BUDIDAYA DAN MAKANANNYA

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada

TINJAUAN PUSTAKA. adalah brown-forest, gley-humik, dan gley-humik rendah (Manurung, 2013).

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. Berdasarkan warnanya, tingkat kesuburan tanah dapat diketahui ketika warnanya. a. lebih hitam b. lebih terang c. abu-abu d.

Lampiran I. Bagan Penelitian Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) Vol. Volll. Vol! Villi. V,ll. Villi. Vdll V.I. Keterangan : Vi V2V3V4V5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakter Sludge Limbah Organik Saus. Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan sistem biakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

e 0 Tidak Lekat (non sticky)

TINJAUAN PUSTAKA. Inceptisol merupakan tanah awal yang berada di wilayah humida yang

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. langsung kelapangan. Data yang diperoleh berupa data fisik, kimia, biologi,

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

I. PENDAHULUAN. Menurut Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2010), Ultisol merupakan tanah

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

Transkripsi:

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Jenis jenis cacing tanah Berdasarkan ekologinya, cacing di bagi menjadi 3 kelompok yaitu : 1. Kelompok Epigeik - Hidup dan makan bahan organik dilapisan organik (permukaan) - Bergerak secara horizontal - Tidak membentuk saluran(channel) - Tubuhnya berwarna gelap - Kelompok penghancur seresah 2. Kelompok Endogeik - Hidup dilapisan tanah bawah - Makan tanah mineral - Membuat lubang saluran dan tinggal menetap didalamnya - Cast/kotoran dibentuk di dalam saluran tersebut - Warna tubuh merah muda - Kelompok pencampur tanah dengan bahan organik dan memperbaiki struktur tanah sehingga disebut penggali tanah atau soil engeenering 3. Kelompok anesik - Hidup di dalam tanah - Makanannya diperoleh dari lapisan organik (atas) - Membuat lubang saluran dalam tanah dengan bagian ujung terbuka ke permukaan tanah - Meninggalkan cast pada permukaan tanah - Warna tubuhnya gelap di bagian atas (dorsal) dan terang dibagian bawahnya (ventral) - Kelompok pencampur tanah dengan bahan organik dan memperbaiki struktur tanah sehingga disebut penggali tanah atau soil engeenering (Tim dosen, 2010) 1.2 Gambar organ tubuh cacing tanah ( sebutkan + jelaskan fungsi) (AnonymousA, 2010)

Keterangan : 1. Mulut/prostomium berfungsi untuk makan tanah dan bahan organik, menghancurkan seresah, tanah mineral, untuk memperoleh nutrisi. 2. Seta (bulu halus) Adalah bulu-bulu halus yang hampir tidak terlihat dan berfungsi untuk membantu cacing masuk ke dalam tanah 3. Peristomium Bagian dari ujung mulut sampai clitellium yang berfungsi untuk membuat lubang atau pori-pori untuk tempat tinggal cacing. 4. Clitellium Bagian dari kepala sampai lambung yang berwarna putih pucat dan mengalami penebalan. Berfungsi untuk produksi cocoon (yaitu telur cacing) 5. Cocoon Adalah telur cacing 6. Periproct Atau dapat disebut anus dari bagian lambung hingga tempat kloaka. Berfungsi untuk tempat pembuangan cast atau kotoran. Dan kotoran tersebutlah yang membuat tanah kita menjadi subur 7. Tempat kloaka Tempat pembuangan kotoran 8. Segmen Adalah bagian-bagian tubuh cacing karena cacing terdiri dari segmen-segmen (anonymousb,2010) 1.3 Syarat Hidup Optimum Cacing Tanah a. Suhu Suhu yang baik antara 15 o C-25 o C. Suhu yang lebih tinggi dari 25 o C masih baik asalkan ada naungan yang cukup dan kelembaban yang optimal. Suhu yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi akan mempengaruhi proses-proses fisiologis seperti pernafasan, pertumbuhan, perkembangbiakan dan metabolisme. Suhu rendah menyebabkan kokon sulit menetas. Suhu yang hangat (sedang) menyebabkan cepat menetas dan pertumbuhan cacing tanah serta perkembangbiakannya akan berjalan sempurna. b. Kelembapan Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15% sampai 30%. Dikarenakan sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing tanah berupa air, sehingga sangatlah penting untuk menjaga media pemeliharaan tetap lembab (kelembaban optimum berkisar antara 15-30 %). Tubuh cacing mempunyai mekanisme untuk menjaga keseimbangan air dengan mempertahankan kelembaban di permukan tubuh dan mencegah kehilangan air yang berlebihan. Cacing yang terdehidrasi akan kehilangan sebagian besar berat tubuhnya dan tetap hidup walaupun kehilangan 70-75 % kandungan air tubuh. Kekeringan yang berkepanjangan

memaksa cacing tanah untuk bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok.kelembaban sangat diperlukan untuk menjaga agar kulit cacing tanah berfungsi normal. Bila udara terlalu kering, akan merusak keadaan kulit. Untuk menghindarinya cacing tanah segera masuk kedalam lubang dalam tanah, berhenti mencari makan dan akhirnya akan mati. Bila kelembaban terlalu tinggi atau terlalu banyak air, cacing tanah segera lari untuk mencari tempat yang pertukaran udaranya (aerasinya) baik. Hal ini terjadi karena cacing tanah mengambil oksigen dari udara bebas untuk pernafasannya melalui kulit. c. PH Untuk pertumbuhan yang baik dan optimal diperlukan ph antara 6,0 sampai 7,2. Karena cacing tanah memiliki sistem pencernaan yang kurang sempurna, karena sedikitnya enzim pencernaan. Oleh karena itu cacing tanah memerlukan bantuan bakteri untuk merubah/memecahkan bahan makanan. Aktivitas bakteri yang kurang dalam makanannya menyebabkan cacing tanah kekurangan makanan dan akhirnya mati karena tidak ada yang membantu pencernaan senyawa karbohidrat dan protein. Namun bila makanan terlalu asam sehingga aktivitas bakteri berlebihan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pembengkakan tembolok cacing tanah dan berakhir dengan kematian pula. Keadaan makanan atau lingkungan yang terlalu basah, mengakibatkan cacing tanah kelihatan pucat dan kemudian mati. d. Habitat Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak terlalu dingin. Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau ph 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan kelembabancukup tinggi agar dapat berfungsi normal dan tidak rusakyaitu berkisar 15% - 30%. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan antara 15 o C-25 o C. e. Tekstur Tekstur tanah sangat mempengaruhi kehidupan cacing di dalam tanah. Bila tekstur tanah pasir maka tidak ada cacing tanah, karena kelembapan pada tanah pasir kurang f. Bahan organik Apabila bahan organik dalam tanah banyak maka kehidupan cacing akan optimum karena bahan organik merupakan makanan bagi para cacing g. Sinar matahari Apabila sinar matahari yang mengenai tanah terlalu banyak maka kehidupan cacing kurang optimum karena suhu tanah akan panas atau tinggi (Putra, 1999)

1.4 Peran cacing tanah bagi kesuburan tanah Cacing sangat penting pada tanah pertanian. Lahan pertanian yang mengandung banyak cacing tanah didalamnya pada umumnya akan lebih subur karena tanah tersebut yang bercampur dengan kotoran cacing tanah sudah siap untuk diserap oleh akar tanaman. Cacing tanah yang ada di dalam tanah akan mencampurkan bahan organik pasir ataupun bahan antara lapisan atas dan bawah. Aktivitas ini juga menyebabkan bahan organik akan tercampur lebih merata. Kotoran cacing tanah juga kaya akan unsur hara. Ahli-ahli pertanian di luar negeri dari tahun ke tahun tertarik oleh gerak-gerak cacing tanah. Mereka menyatakam bahwa kadar kimiawi kotoran cacing dan tanah aslinya banyak perbedaannya. Liang cacing tanah yang ditinggal dalam tanah berfungsi memperbaiki aerasi dan drainase. Keduanya sangat penting dalam pembentukan tanah. Cacing tanah juga membantu pengangkutan sejumlah lapisan tanah dari bahan organik. Lapisan bawah permukaan dan mencampurkan tanah dari bahan organik dengan bahan organik. Cacing tanah juga dapat memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah. Lubanglubang yang dibuat oleh cacing dan humus secara langsung menjadikan tanah menjadi gembur. (AnonymousC, 2010)

BAB 2 METODE PRAKTIKUM 2.1 Alat dan Bahan Alat 1. Pensil : untuk menggambar 2. Bulpen : untuk menulis 3. Kertas : sebagai media menulis 4. Spidol : untuk memberi tanda pergerakan cacing pada planar cage 5. Planimeter : untuk mengukur panjang lintasan cacing 6. Kamera : untuk mendokumentasikan praktikum 7. Planar cage : sebagai tempat dimana kita mengamati cacing Bahan 1. Cacing (epigeig, anesig ) : bahan pengamatan 2. Tanah (ultisol, inceptisols) : media pengamatan 3. Seresah : media pengamatan 2.2 Komposisi masing-masing planar cage Komposisi Planar Cage 1 1. Inceptisol 100 % 2. Seresah Komposisi Planar Cage 2 1. Ultisol 100 % 2. seresah Komposisi Planar Cage 3 1. Ultisol 50% 2. Inceptisol 50% 3. Seresah Komposisi Planar Cage 4 1. Ultisol 50% 2. Inceptisol 50% 3. Seresah Komposisi Planar Cage 5 1. Inceptisol 40% 2. Ultisol 60% 3. Seresah

Komposisi Planar Cage 6 1. Inceptisol 60% 2. Ultisol 40% 3. Seresah Keterangan : 1. Tanah Inceptisols Tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi, dan pelapukan yang ekstrem. Kurang lebih tanah yang ekuivalen adalah tanah brown forest, gleihumik, dan glei-humik rendah 2. Tanah Ultisol Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah(<35%) yang menurun sesuai dengan kedalaman tanah; tidak mempunyai lidah-lidah yang menembus horizon albik atau oksik. Tanah ini sudah berkembang lanjut dibentang lahan yang tua dan stabil atau bahan induk yang terlapuk lanjut. Tanah yang ekuivalen adalah lateritik coklat-kemerahan dan podsolik merahkuning 2.3 Metode pengamatan pergerakan cacing tanah Siapkan alat dan bahan yang di butuhkan Amati pergerakan cacing pada planar cage Apabila tidak terlihat dapat di lihat dengan bantuan senter (Sutanto,2005) Setelah mengetahui jalan cacing beri garis putus-putus sepanjang pergerakan cacing menggunakan spidol warna merah Ulangi perlakuan tersebut jika kita menemukan lintasan cacing pada planar cage Setelah serasa cukup, ukur semua panjang lintasan menggunakan planimeter Penggunaan planimeter tidak boleh terputus (data tidak falid) dan agak ditekan. Setelah diukur dengan planimeter, jumlahkan semua panjang lintasan cacing tersebut. Kemudian timbang berat cacing tersebut Lalu ukur panjang dan diameter cacing-cacing tersebut

Catat semua hasil yang di dapat Buatlah laporan 2.4 Analisis perlakuan planar cage Bahan dan alat disiapkan semua agar kita mudah dalam mulai pengamatan. Amati pergerakan tanah terlebih dulu pada planar cage menggunakan alat bantuan senter apabila sulit untuk melihatnya. Setelah serasa ketemu lintasan cacingnya beri garis putus-putus lintasannya menggunakan spidol merah. Lakukan cara seperti itu pada semua lintasan cacing yang ada di planar cage. Setelah selesai, ukur panjang lintasan pergerakan menggunakan planimeter. Penggunaan planimeter pada planar cage harus sedikit di tekan agar roda pada planimeter dapat bergerak dan menunjukkan angka. Penarikan garis tidak boleh terputus karena jika terputus data yang dihasilkan tidak valid dan pada saat menggunakan planimeter planarcage tidak boleh ditidurkan karena dapat merusak agregat. Setelah semua panjang pergerakan cacing di hitung maka jumlahkan semuanya. Lalu catat hasil pengamatan. Dan itung berat cacing, panjang dan diameter cacingnya. Lalu buatlah laporan.

3.1 Tabel hasil pengamatan BAB 3 HASIL PENGAMATAN 3.2 Dokumentasi Hasil Planar Cage

BAB 4 PEMBAHASAN HASIL PRAKTIKUM 4.1 Analisa pergerakan cacing tanah pada masing-masing planar cage Inceptisol 100 % Selama pengamatan 4 hari pada antara A1 dan A2 berbeda hasilnya meskipun 1 plane cage. Itu bisa dikarenakan karena pergerakan cacingnya yang tidak menentu jadi di lihat dari A1 atau A2 beda hasilnya. Dan jumlah cacing bertambah banyak yaitu dari 5 menjadi 7 ekor. Panjang liang semakin lama seharusnya semakin panjang tetapi pada hasil pengamatan hasilnya berbeda pada hari ke 2 dan ke 4 mengalami penurunan dari 75(H3) menjadi 30(H4).. Itu dapat terjadi karena ada suatu kesalahn mungkin dari pengamatan yang kurang jeli atau faktor-faktor lain. Dan berat cacing awal lebih berat daripada cacing akhir dari 11,7 gr menjadi 9.05 gr. Terdapat 1 cocoon Ultisol 100 % Selama pengamatan 4 hari pada antara B1 dan B2 berbeda hasilnya meskipun 1 plane cage. Itu bisa dikarenakan karena pergerakan cacingnya yang tidak menentu jadi di lihat dari B1 atau B2 beda hasilnya. Dan jumlah cacing bertambah banyak yaitu dari 5 menjadi 13 ekor. Panjang liang semakin lama seharusnya semakin panjang tetapi pada hasil pengamatan hasilnya berbeda pada B1 H3 dan H4 mengalami penurunan dari 148 menjadi 98 dan pada B2 mengalami penurunan pada H3 dari 123 menjadi 72. Itu dapat terjadi karena ada suatu kesalahn mungkin dari pengamatan yang kurang jeli atau faktor-faktor lain.dan berat cacing awal lebih berat daripada cacing akhir dari 12,24 gr menjadi 8,54 gr. Terdapat 2 cocoon Inceptisol 50% dan Ultisol 50% Selama pengamatan 4 hari pada antara C1 dan C2 berbeda hasilnya meskipun 1 plane cage. Itu bisa dikarenakan karena pergerakan cacingnya yang tidak menentu jadi di lihat dari C1 atau C2 beda hasilnya. Dan jumlah cacing semakin bertambah sedikir yaitu dari 5 menjadi 4 ekor mungin itu dikarenakan ada yang mati. Panjang liang semakin lama seharusnya semakin panjang tetapi pada hasil pengamatan hasilnya berbeda pada C1 pada H2 sudah mengalami penurunan yaitu dari 89 menjadi 37 tetapi pada hari selanjutnya mengalami kenaikan dari 37 menjadi 40(H3) dan 48(H4) dan pada C2 selalu mengalami penurunan pada setiap harinya dri 70 menjadi 46 dan selalu turun mungkin itu di karenakan aktivitas cacing menurun.dan berat cacing awal lebih berat daripada cacing akhir dari 10,31 gr menjadi 7,28 gr. Terdapat 2 cocoon Inceptisol 50% dan Ultisol 50%

Selama pengamatan 4 hari pada antara D1 dan D2 berbeda hasilnya meskipun 1 plane cage. Itu bisa dikarenakan karena pergerakan cacingnya yang tidak menentu jadi di lihat dari D1 atau D2 beda hasilnya. Dan jumlah cacing tetap yaitu berjumlah 5. Panjang liang semakin lama seharusnya semakin panjang tetapi pada hasil pengamatan hasilnya berbeda pada D1 H2 dan H4 mengalami penurunan dari 288(H3) menjadi 130(H4) dan pada D2 selalu mengalami kenaikan kecuali pada H4 turun dari H3 yaitu 198 menjadi 144.. Itu dapat terjadi karena ada suatu kesalahn mungkin dari pengamatan yang kurang jeli atau faktor-faktor lain.dan berat cacing awal lebih berat daripada cacing akhir dari 11,80 gr menjadi 10,35 gr. Tidak terdapat cocoon. Inceptisol 40% dan Ultisol 60% Selama pengamatan 4 hari pada antara E1 dan E2 berbeda hasilnya meskipun 1 plane cage. Itu bisa dikarenakan karena pergerakan cacingnya yang tidak menentu jadi di lihat dari E1 atau E2 beda hasilnya. Dan jumlah cacing bertambah banyak yaitu dari 5 menjadi 11 ekor. Panjang liang semakin lama seharusnya semakin panjang tetapi pada hasil pengamatan hasilnya berbeda pada E1 H1 dan H2 mengalami penurunan yang sangat drastis dari 325 menjadi 45 dan pada E2 mengalami penurunan pada H2 dari 340 menjadi 99.. Itu dapat terjadi karena ada suatu kesalahn mungkin dari pengamatan yang kurang jeli atau faktor-faktor lain.dan berat cacing awal lebih berat daripada cacing akhir dari 10,58 gr menjadi 8,56 gr. Terdapat 8 cocoon Inceptisol 60% dan Ultisol 40% Selama pengamatan 4 hari pada antara F1 dan F2 berbeda hasilnya meskipun 1 plane cage. Itu bisa dikarenakan karena pergerakan cacingnya yang tidak menentu jadi di lihat dari F1 atau F2 beda hasilnya. Dan jumlah cacing bertambah banyak yaitu dari 5 menjadi 9 ekor. Panjang liang semakin lama seharusnya semakin panjang tetapi pada hasil pengamatan hasilnya berbeda pada F1 H2 dan H4 mengalami penurunan dari 185(H1) menjadi 37(H2) dan pada F2 mengalami penurunan pada H2 dari H1 yaitu dari 260 menjadi 72. Itu dapat terjadi karena ada suatu kesalahn mungkin dari pengamatan yang kurang jeli atau faktor-faktor lain.dan berat cacing awal lebih berat daripada cacing akhir dari 11,53 gr menjadi 9,77 gr. Terdapat 4 cocoon 4.2 Keadaan populasi cacing tanah pada masing-masing planar cage Planar Cage 1 Pada planar cage yang terdiri dari seresah dan 100% tanah Inceptisol populasi cacing bertambah meskipun hanya sedikit yaitu dari 5 ekor menjadi 7 ekor. Sedangkan berat total cacing mengalami penurunan dari 11,7 gr menjadi 9.05 gr. itu dapat dikarenakan cacing kurang dapat beradaptasi Planar Cage 2

Pada planar cage yang terdiri dari seresah dan 100% tanah Ultisol populasi cacing bertambah banyak yaitu dari 5 ekor menjadi 13 ekor. Pertambahan cacing lebih banyak daripada Planar Cage 1. Sedangkan berat total cacing mengalami penurunan dari 12,24 gr menjadi 8,54 gr. itu dapat dikarenakan cacing kurang dapat beradaptasi Planar Cage 3 Pada planar cage yang terdiri dari seresah, 50 % tanah Inceptisol dan 50% tanah Ultisol populasi cacing semakin sedikit yaitu dari 5 ekor menjadi 4 ekor. Sedangkan berat total cacing mengalami penurunan dari 10,31 gr menjadi 7,28 gr.itu dapat dikarenakan cacing kurang dapat beradaptasi Planar Cage 4 Pada planar cage yang terdiri dari seresah, 50 % tanah Inceptisol dan 50% tanah Ultisol populasi cacing tetap yaitu 5 ekor. Sedangkan berat total cacing mengalami penurunan dari 11,80 gr menjadi 10,35 gr. itu dapat dikarenakan cacing kurang dapat beradaptasi Planar Cage 5 Pada planar cage yang terdiri dari seresah, 40 % tanah Inceptisol dan 60% tanah Ultisol populasi cacing bertambah banyak yaitu dari 5 ekor menjadi 11 ekor. Sedangkan berat total cacing mengalami penurunan dari 10,58 gr menjadi 8,56 gr. Itu dapat dikarenakan cacing kurang dapat beradaptasi Planar Cage 6 Pada planar cage yang terdiri dari seresah, 60 % tanah Inceptisol dan 40% tanah Ultisol populasi cacing semakin bertambah banyak yaitu dari 5 ekor menjadi 9 ekor. Pertambahannya tidak sebanyak pada planar cage 5. Sedangkan berat total cacing mengalami penurunan dari 11,53 gr menjadi 9,77 gr. Itu dapat dikarenakan cacing kurang dapat beradaptasi 4.3 Peran cacing tanah yang dapat diamati pada planar cage Pada planar cage cacing tanah melakukan peranan. Antara lain 1. Memperbaiki tatanan sirkulasi udara dalam tanah 2. Meningkatkan infiltrasi 3. Membentuk pori-pori tanah 4. Sebagai pengurai 5. Agen bioturbasi

6. Memperbaiki struktur tanah Dengan adanya cacing tanah maka struktur tanah yang rusak dapat diperbaiki lagi 7. Mengangkut bahan organik ke bagian tanah yang lebih dalam 8. Membentuk agregat tanah Dengan bantuan cast cacing dapat membentu agregat tanah 9. Mencampur butiran-butiran tanah bu (Soepardi,1983)

BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Kritik dan Saran 1.Pemakin lama penjelasan semakin jelas 2.Pertahankan cara penjelasannya agar para praktikan mengerti DAFTAR PUSTAKA AnonymousC.2010.http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=Manfaat+Cacing+ Tanah&dn=20090221160704.diakses tanggal 27 November 2010 Putra.F.A.1999.Ny Kartini Hidup Bersama Cacing.Kompas.Jakarta Tim dosen.2010.panduan Praktikum Dasar Ilmu Tanah.Fakultas Pertanian Press.Malang AnonimousA.2010. bagian-bagian cacing.http://suharjawanasuria.tripod.com.diakses tanggal 27 November 2010

AnonymousB.2010.http://www.litbang.deptan.go.id.diakses tanggal 27 November 2010 Sutanto,Rachman..2005.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Kanisius.Yogyakarta Soepardi,Goerwono.1983.Sifat dan Ciri Tanah.Akademika pressindo.jakarta