BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Piutang Piutang usaha (account receivable) timbul akibtat adanya penjualan secara kredit. Pada sebagian besar perusahaan penjualan dilakukan secara kredit dan penjualan dilakukan secara kredit akan menimbulkan peluang terjadinya piutang, piutang merupakan unsur yang penting dan harus dikendalikan dengan baik. Penjualan kredit akan dapat meningkatkan omset penjualan, akan tetapi memiliki resiko tertundanya penerimaan kas sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan kerugian karena menunggak atau bahkan tidak tertagih. Dalam akuntansi pengertian piutang biasa digunakan untuk menunjukkan klaim seseorang atau perusahaan uang akan dilunasi dengan uang. Ada beberapa definisi dari piutang, yaitu : Definisi piutang menurut Soemarso (2009 : 338) Piutang adalah piutang yang berasal dari penjualan barang atau jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan, perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain. Dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak siapa yang berutang.
Sebagaimana menurut Baridwan, Zaki (2007 : 124) Piutang adalah piutang yang berasal dari penjualan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan, dalam kegiatan perusahaan yang normal, biasanya akan dilunasi dlam jangka waktu kurang dari satu tahun, sehingga dikelompokkan ke dalam aktiva lancar Menurut Mulyadi (2002 : 87) piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang, atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, dan dalam satu siklus kegiatan perusahaan. Piutang umumnya disajikan di neraca dalam dua kelompok, piutang usaha dan piutang non usaha. Menurut Skousen (2004 : 479) secara umum, istilah piutang dapat diterapkan ke semua klaim atas uang, barang, dan jasa, akan tetapi untuk tujuan akuntansi istilah tersebut secara umum digunakan dalam lingkup yang lebih sempit untuk menggambarkan klaim yang diharapkan akan selesai dengan diterimanya uang (kas). Piutang usaha umumnya adalah kategori yang paling signifikan dari piutang, dan merupakan hasil dari aktivitas normal perusahaan atau entitas, yaitu penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelanggan. Piutang usaha dapat diperkuat dengan janji pembayaran tertulis secara formal dan diklasifikasikan sebagai wesel tagih (notes receivable).
Piutang dagang juga dikemukakan oleh Munawir (1995:15) yaitu tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur atau langganan) sebagai akibat adaya penjualan barang dagangan secara kredit. 2.1.2 Faktor faktor yang mempengaruhi piutang Piutang sebagai salah satu unsur aktiva lancar dalam neraca memiliki perputaran yang cepat dan kurang dari satu tahun. Oleh karena itu, banyak hal yang dapat memengaruhi besarnya piutang tersebut. Perputaran piutang (receivable turnover) dipengaruhi oleh syarat pembayaran dan kecenderungan debitur untuk menepati janji pembayarannya. Apabila rata-rata hari pengumpulan piutang lebih lama dari batas pembayaran, maka cara pengumpulan piutang kurang efektif. Menurut Bambang Riyanto (2001 : 85), faktor-faktor yang memengaruhi besar kecilnya dana yang diinvestasikan ke dalam piutang, sebagai berikut : 1. Tingkat Penjualan Kredit Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan, maka makin besar pula jumlah investasi dalam piutang. 2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat, berarti bahwa perusahaan tersebut lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas dan sebaliknya piutang yang lunak lebih mengutamakan profitabilitas. Syarat pembayaran yang
lebih ketat antar lain tampak dari batas waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga yang berat untuk pembayaran piutang yang terlambat. 3. Kebijakan pengumpulan piutang Pengumpulan piutang dapat bersifat aktif (menggunakan debt collector) pengumpulan piutang lebih tepat waktu tetapi perlu biaya tambahan pengumpulan piutang, atau pasif yaitu keyakinan bahwa debitur menepati janji, maka resiko tertunggaknya piutang lebih besar. 4. Tipe Pelanggan Penentuan tipe pelanggan merupakan variabel yang menentukan dalam melihat kualifikasi pelanggan dalam mendapatkan kredit. Ketika perusahaan menerima pelanggan yang kurang layak kredit akan mengakibatkan biaya gagal bayar. 5. Usaha Penagihan Kunci mempertahankan kontrol atas penagihan piutang adalah fakta bahwa probabilitas gagal bayar meningkat seiring dengan umur tagihan. Kontrol atas piutang terfokus pada kontrol dan eliminasi piutang yang sudah lewat jatuh tempo. Kekuatan dan ketepatan waktu penagihan akan mempengaruhi periode tagihan yang sudah jatuh tempo tetapi masih lalai membayar.
2.1.3 Klasifikasi Piutang Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk memudahkan pencatatan transaksi yang mempengaruhinya. Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (Ikatan Akuntan Indonesia, 1999), piutang dalam arti sempit, yaitu hanya menunjukkan tagihan yang akan dilunasi dengan uang. Piutang-piutang tersebut dapat digolongkan atas : 1. Piutang dagang (Trade Receivable) Merupakan segala tagihan dari penjualan barang-barang atau jasa yang dilakukan secara kredit oleh perusahaan. Jika tagihan itu didukung dengan tagihan tertulis oleh debitur kepada peusahaan untuk membayar pada suatu tanggal tertentu, piutang tersebut adalah piutang wesel. 2. Piutang Nondagang (Non Trade Receivable) Merupakan tagihan yang tidak berasal dari penjualan barang maupun jasa dalam kegiatan normal perusahaan. Pendapat yang sama dengan pendapat di atas juga dikemukakan oleh Budi Raharjo (2002:105-106) yaitu : dalam mengklasifikasi piutang, perlu dibuat pebeda yang penting antara piutang dagang dan piutang non dagang (trade and non yrade receivable). Dalam mengklasifikasi piutang, perlu dibuat pembeda yang penting antara piutang dagang dan piutang non dagang (trade and non yrade receivable). Selain itu, piutang piutang juga dapat diklasifikasikan
menurut lamanya jatuh tempo di mana piutang itu akan menghasilkan piutang lancar/ piutang jangka pendek dengan piutang tidak lancar atau piutang jangka panjang. Untuk tujuan akuntansi, tagihan atau piutang tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan sesuai dengan jangka waktu yang diperlukan untuk merealisasikannya menjadi kas (jatuh tempo), yaitu : Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa piutang diklasifikasikan menjadi : 1. Menurut jangka waktu yang diperlukan untuk merealisasikan piutang menjadi kas (jatuh tempo) yaitu : a. Piutang lancar, yaitu tagihan yang diharapkan akan diterima pelunasanya dalam jangka waktu satu tahun dalam periode siklus kegiatan normal perusahaan. b. Piutang jangka panjang, yaitu tagijan yang waktu pelunasanya lebih dari satu tahun, didalam neraca piutang ini biasanya disajikan dalam akun investasi yang dicantumkan setelah aktifa lancar. 2. Menurut sumber atau terjadinya dibedakan menjadi : a. Piutang yang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit, biasanya disebut piutang dagang (trade receivable) piutang dagang ini dibedakan menjadi : 1) Piutang dagang yang tidak didukung dengan bukti formal berupa perjanjian tertulis yang disebut dengan piutang usaha (account receivable). Tetapi dalam prakteknya, istilah piutang
dagang sering digunakan untuk kelompok piutang dagang yang tidak didukung oleh bukti formal 2) Piutang dagang yang didukung dengan bukti formal berupa surat wesel atau promes yang disebut dengan piutang wesel atau wesel tagih (note receivable). Piutang wesel biasanya dipergunakan untuk periode kredit lebih dari enam puluh hari, seperti dalam penjalan peralatan denagn ansuran. b. Piutang yang terjadi bukan karena penjualan barang atau jasa secara kredit disebut pula piutang non dagang. piutang non dagang terjadi karena adanya berbagi tagihan yang muncul karena trasaksitransaksi yang secara tidak langsung berhubungan dengan penjualan atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Tagihan tersebut meliputi : 1) Uang muka kepada pemegang saham, para kreditur, pejabat, karyawan, dan perusahaan-perusaaan afiliasi. 2) Tuntutan atas kerugian atau kerusakan 3) Pembayaran pembelian dimuka 4) Penjualan surat berharga atau kepemilikan selain barang atau jasa 5) Piutang deviden dan bunga 6) Saham yang masih harus disektor 7) Tuntutan atas rabat dan retribusi pajak 8) Setoran-setoran untuk menjamin pelaksnaan konteak atau pembayaran biaya
9) Setoran-setoran kepada kreditur, perusahaan kebutuhan umum dan istitusi-institusi lain Bedasarkan pengklasifikasian dari piutang diatas, maka piutang yang akan ditelitu Dalam penyusunan skripsi ini adalah termasuk pada piutang usaha, yaitu piutang itu merupakan bagian yang timbul Karena adanya penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Dan merupakan piutang bruto kerena perusahaan yang penulis teliti tidak membuat cadangan kerugian piutang. Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa piutang dapat diartikan perusahaan memiliki hak penagihan terhadap pihak lain yang menjadi langganannya dan mengharapkan pembayaran dari mereka agar memenuhi kewajiban terhadap perusahaan. 2.1.4 Perputaran Piutang Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi dalam piutang dapat diketahui dari tingkat perputarannya. Perputaran piutang adalah masa-masa penerimaan piutang dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Piutang yang terdapat dalam perusahaan akan selalu dalam keadaan berputar. Perputaran piutang akan menunjukkan berapa kali piutang yang timbul sampai piutang tersebut dapat tertagih kembali ke dalam kas perusahaan. Definisi perputaran piutang dikemukakan oleh beberapa ahli berikut ini :
Munawir (2004:75) memberikan keterangan bahwa posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut (turn over receivable), yaitu dengan membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:90) menyatakan bahwa tingkat perputaran piutang (receivable turn over) dapat diketahui dengan membagi jumlah penjualan kredit sales selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang (average receivable) pada periode tersebut. Pernyataan tersebut dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : Perputaran Piutang = Penjualan Bersih Rata-rata piutang Perputaran piutang (receivable turnover) dipengaruhi oleh syarat pembayaran dan kecenderungan debitur untuk menepati janji pembayarannya. Apabila rata-rata pengumpulan piutang lebih lama dari batas pembayaran, maka cara pengumpulan piutang kurang efesien. 2.1.5 Kebijakan Kredit Kebijakan kredit adalah suatu kebijakan yang perlu dipertimbangkan dalam memberi kredit kepada pelanggan. Kebijaksanaan kredit yang baik adalah membandingkan antara resiko dan profitabilitas. Apabila perusahaan menurunkan standar kreditnya, maka penjualan akan meningkat, yang berarti peningkatan piutang usaha dan akan menghasilkan keuntungan yang besar.
Menurut Adisaputra (2003 : 37) investasi pada piutang akan memberikan manfaat bagi perusahaan antara lain kenaikan omzet pemjualan, kenaikan laba bersih, dan bertambahnya market share yang mana memberikan dampak positif bagi persaingan bisnis. Adisaputra (2003 : 62) mengemukakan manfaat penjualan kredit antara lain : upaya untuk meningkatkan omzet penjualan, meningkatkan keuntungan, meningkatkan hubungan dagang antara perusahaan dengan pelanggannya, manfaat keuntungan berupa selisih bunga modal pinjaman yang harus dibayarkan kepada bank sebagai sumber dana pembelanjaan piutang. Ada beberapa unsur yang terkandung dalam penjualan kredit sebagaimana yang dijelaskan oleh Kasmir (2002:74), yaitu : 1. Kepercayaan Yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan benarbenar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. 2. Waktu Yaitu suatu masa yang akan memisahkan antar pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.
3. Tingkat Resiko (Degree of Risk) Yaitu tingkat resiko akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi pada masa yang akan datang. 4. Prestasi Yaitu objek kredit yang tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk barang dan jasa. 2.1.6 Jangka Waktu Pengumpulan Piutang Selain perputaran piutang yang digunakan sebagai indikator terhadap efisien atau tidaknya piutang, ada indikator lain yang cukup penting yaitu jika waktu rata-rata pengumpulan piutang (average collection periode). Jangka waktu pengumpulan piutang adalah angka yang menunjukkan waktu rata-rata yang diperlukan untuk menagih piutang. (Munawir 2004:76). Hal tersebut diformulasikan sebagai berikut : Rata-rata pengumpulan piutang = 360 hari Tingkat Perputaran Piutang Semakin lama jangka waktu piutang usaha, resiko tidak tertagihnya semakin besar. Walaupun demikian, jangka waktu piutang yang lebih lama dapat dibenarkan karena jangka waktu kredit dapat dilonggarkan, misalnya untuk pengenalan produk baru atau apabila tingkat penjualan yang direncanakan pada periode berjalan belum tercapai. Pengumpulan
piutang dikatakan efisien apabila rata-rata pengumpulan piutang lebih besar daripada waktu piutang yang telah ditetapkan. Didalam usaha pengumpulan piutang, perusahaan harus berhati-hati dalam usaha penagihan piutang. Sejumlah teknik penagihan piutang yang biasanya dilakukan oleh perusahaan bilamana langganan atau pembeli belum membayar sampai dengan waktu yang telah ditentukan adalah sebagai berikut: 1. Melalui surat Bilamana waktu pembayaran hutang dari langganan sudah lewat beberapa hari tetapi belum juga dilakukan pembayaran, maka perusahaan dapat mengirimkan surat dengan nada mengingatkan (menegur) langganan tersebut bahwa hutangnya sudah jatuh tempo. Apabila hutang tersebut belum juga dibayar setelah beberapa hari surat dikirimkan, maka dapat dikirimkan surat kedua yang nadanya lebih keras. 2. Melalui telepon Apabila setelah dikirimkan surat teguran ternyata hutang-hutang tersebut belum juga dibayar, maka bagian kredit dapat menelepon langganan dan secara pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran. Kalau dari hasil pembicaraan tersebut ternyata misalnya pelanggan mempunyai alasan yang dapat diterima maka mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan sampai suatu jangka waktu tertentu.
3. Kunjungan Personal Teknik penagihan piutang dengan jalan melakukan kunjungan personal atau pribadi ke tempat langganan sering kali digunakan karena dirasakan sangat efektif dalam usaha penagihan piutang. 4. Tindakan Yuridis Bilamana ternyata langganan tidak mau membayar hutanghutangnya makan perusahaan dapat menggunakan tindakantindakan hukum dengan mengajikan gugatan perdata melalui pengadilan 2.1.7 Penelitian Terdahulu Sebagai acuan dari penelitian ini dikemukakan hasil-hasil penelitan yan dilaksanakan sebelumnya yaitu : Yuska Dewi (2006) Pengendalian Intern Piutang Perusahaan Dagang pada PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (PERSERO) Cabang Medan, dia menyimpulkan bahwa prosedur penjualan kredit pada perusahaan, dimana otorisasi kredit diberikan oleh Bagian Penjualan (sales). Perusahaan tidak mempunyai bagian kredit tersendiri secara khusus yang benar-benar meneliti status pelanggan yang akan diberikan kredit. Bagian penjualan (sales) hanya memberikan kredit berdasarkan kepercayaan saja tanpa agunan. Martinus Damanik (2006) melakukan penelitian tentang analisis efektivitas pengelolaan kredit dan pengaruhnya terhadap profitabilitas pada perusahaan PT. Akari Indonesia Cabang Medan. Lewat
perhitungan tingkat perputaran piutang dagang dan hari rata-rata pengumpulan piutang. Dalam penelitiannya, menggunakan analisis regresi sederhana yang hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat perputaran piutang dengan profitabilitas perusahaan tersebut. Elmita Tarigan (2010) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh kebijakan piutang usaha terhadap tingkat likuiditas pada PT Inalum Kuala Tanjung. Lewat perhitungan perputaran piutang usaha dan rasio likuiditas. Dalam penelitiannya, menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan menunjukkan bahwa kebijakan piutang dapat mempengaruhi tingkat likuiditas. Debora Siahaan (2010) melakukan penelitian tentang analisis penerapan kebijakan piutang serta pengaruhnya terhadap cash ratio, net profit margin, dan earning power pada perusahaan PT. Wijaya Indonesia Makmur Bicycle Industry Cabang Setia Budi Medan. Lewat perhitungannya perputaran piutang usaha, rasio kas, net profit margin, dan earning power. Dalam penelitiannya, menggunakan metode analisis regresi linier sederhana dan menunjukkan bahwa receivable turnover tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap cash ratio. Sebaliknya, receivable turnover mempunyai pengaruh signifikan terhadap net profit margin dan earning power.
2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengevaluasi sistem pengendalian piutang usaha PT. Hervitama Indonesia. Langkah yang dilakukan diawali dengan menganalisa penerapan kebijakan kredit perusahaan kepada pelanggan dan menganalisa pengendalian piutang usaha. Kerangka Konseptual KEBIJAKAN KREDIT PENJUALAN KREDIT PIUTANG USAHA PENGENDALIAN PIUTANG USAHA ANALISA KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN PIUTANG HASIL PENELITIAN 2.3 Proposisi Penelitian Pengendalian piutang di PT. Hervitama Indonesia sangat lambat dikarenakan terlalu lunaknya pemberian kredit pada pelanggan sehingga perputaran piutang terganggu.