PERTEMUAN 7 By Ely Suhayati SE MSi Ak PENGKREDITAN PPH PASAL 24 DAN ANGSURAN PPH PASAL 25

dokumen-dokumen yang mirip
PERPAJAKAN LANJUTAN. by Ely Suhayati SE MSi Ak

PERTEMUAN 12: PPh Pasal 24 (Umum /Perhitungan)

PPh Pasal 25. Rp Rp. Angsuran PPh pada tahun Berjalan

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 A. Pengertian PPh Pasal 25 dan Pajak Final B. Jenis Pajak Final C. Perhitungan Angsuran PPh 25 dan Pajak Final 1.

Modul ke: PERPAJAKAN I. PPh PASAL Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

Landasan Hukum: Pasal 24 UU PPh, KMK No. 164/ KMK.03/ 2002

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

Landasan Hukum: Pasal 25 UU PPh PMK No. 208/ PMK.03/ 2009 Keputusan Dirjen Pajak No. KEP.537/ PJ./ 2000

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Definisi. Ketentuan PPh Pasal 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

Selamat Datang dan Selamat Mengikuti Pelatihan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43733/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010

Pajak Penghasilan. Pasal 25

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keputusan Dirjen Pajak KEP-537/PJ./2000 tgl 29 Desember 2000

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

PAJAK PENGHASILAN PAJAK 25

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

Kredit Pajak Luar Negeri

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

Pajak Penghasilan. Pasal 24

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG

a. Rp ,00 d. Rp ,00 b. Rp ,00 e. Rp ,00.

Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Jumlah Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25. Peredaran Usaha (Perdagangan) Alamat

SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Surat Ketetapan Pajak. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

AKUNTANSI PERPAJAKAN KELOMPOK : IV APRIDA DEWI DEVI JUNIANTY ( ) TASLIM GOTAMI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN (PPh Pasal 25)

Bagi semua Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang memiliki Sertifikat Elektronik, perlu diperhatikan bahwa

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ.

Penghasilan dari usaha di luar profesi dokter *) Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

FAKTUR PAJAK. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

NPWP dan Pengukuhan PKP

PPh Pasal 24. Pengertian. Andi Wijayanto, S.Sos., M.Si

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

CONTOH PEMANFAATAN TAX TREATY

PENGHASILAN. Oleh Iwan Sidharta, MM.

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

LEMBAR ISIAN HASIL PEMERIKSAAN PROGRAM PENGKAJIAN PENGISIAN SPT WAJIB PAJAK BADAN. 6. Status Badan : (a) Pusat (b) Pusat (c) BUT

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26

Jumlah pajak yang harus diangsur tahun ini. PPh Pasal 25 = Jumlah pajak yang harus diangsur tahun ini dibagi dua belas.

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

BAB IV ANALISIS PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS KOMPENSASI OPSI SAHAM UNTUK KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN

Y. PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh WP ORANG PRIBADI FORMULIR TAHUN PAJAK

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 6

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

BAB 4 PEMBAHASAN. Bentuk usaha ini memiliki ciri dan karakter masing masing. Ada yang hanya bertujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

MINGGU KE LIMA PPH PASAL 23, 26, DAN 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

PERSANDINGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember Presiden Republik Indonesia,

CONTOH PENERAPAN DAN PENGHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN

3) Penundaan atau Perpanjangan Penyampaian SPT

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu:

PERATURAN MENTERI KEUANGAN tentang PEMBERIAN FASILITAS PERPAJAKAN DAN KEPABEANAN UNTUK KEGIATAN PEMANFAATAN SUMBER ENERGI TERBARUKAN

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0

Transkripsi:

PERTEMUAN 7 By Ely Suhayati SE MSi Ak PENGKREDITAN PPH PASAL 24 DAN ANGSURAN PPH PASAL 25 3.1 PPH PASAL 24 Dalam kondisi bisnis internasional semakin meningkat, WP Dalam Negeri dan WP BUT mungkin saja memperoleh penghasilan dari luar negeri, misalnya melalui kantor cabang di luar negeri melalui anak perusahaan di luar negeri, penggunaan modal di luar negeri, dan lain-lain. Penghasilan dari luar negeri itu tentu dikenai pajak di negeri asal dari penghasilan tersebut. Hal ini sudah pasti memberatkan WP Dalam Negeri dan WP BUT, karena di Indonesia penghasilan yang sama juga dikenai PPh dengan tarif pasal 17 (terjadinya pajak berganda internasional, internasional double taxation). Untuk mengurangi beban pajak berganda tersebut, UU PPh secara sepihak (unilateral) menentukan kredit pajak luar negeri di pasal 24. Dalam pasal 24 itu ditetapkan bahwa pajak sejenis dengan PPh yang dibayar/terutang di luar negeri bisa dikreditkan dengan PPh Tahunan Terutang di Indonesia (credit of tax against tax ordinary tax credit). Contoh: PT HUAZAN di Indonesia merupakan pemegang saham tunggal pada CARTOON Inc. di negara A. CARTOON Inc pada tahun 2009 memperoleh keuntungan sebesar US$ 200.000,00..Pajak penghasilan yang berlaku di negara A adalah 30%, dan Pajak Dividen adalah 15%. Penghitungan pajak atas dividen tersebut sebagai berikut: Keuntungan CARTOON Inc US$ 200.000,00 Pajak Penghasilan atas Z Inc (30%) US$ 60.000,00 (-) Income After Tax US$ 140.000,00 Pajak atas Dividen (15%) US$ 21.000,00 (-) Dividen yang dikirim ke Indonesia US$ 119.000,00 Pajak Penghasilan yang dapat dikreditkan terhadap seluruh Pajak Penghasilan yang terutang oleh PT HUAZAN adalah pajak yang langsung dikenai atas penghasilan yang diperoleh di luar negeri, dalam contoh di atas sebesar US$ 21.000,00. Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikredit penentuan negara sumber penghasilan adalah: 1. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat Badan yang menerbitkan saham atau sekuritas tersebut bertempat kedudukan; 2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta gerak adalah negara tempat pihak membayar atau dibebani bunga, royalti, atau sewa berada. 3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah negara tempat harta tersebut terletak 4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah negara tempat pihak yang mem atau dibebani imbalan tersebut berada; 5. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat Bentuk Usaha Tetap tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan. Kredit pajak LN maksimal sama dengan jumlah pajak yang dibayar di LN tapi tidak boleh lebih tinggi dari rumus : PN LN X Pajak terutang PKP Contoh Penghitungan Batas Besarnya Kredi Pajak Luar Negeri

1. PT ARVA perusahaan dalam negeri bergerak di bidang industri makanan kaleng, pada tahun 2009, memperoleh Penghasilan Netto Dalam Negeri sebesar Rp. 100.000.000,00. Selain itu perusahaan melakukan penyertaan saham pada MATHEW Ltd di Singapura, yang pada akhir tahun 2009 memperoleh penghasilan berupa deviden sebesar Rp. 40.000.000,00. Pajak atas perolehan deviden di Singapura adalah sebesar 25%. Total Penghasilan Kena Pajak : Penghasilan Netto Dalam Negeri Rp.100.000.000,00 Penghasilan Netto Luar Negeri Rp. 40.000.000,00 Rp.140.000.000,00 Pajak terutang : 28% X 140.000.000 = 39.200.000 Pajak atas deviden di Singapura sebesar 25% X Rp.40.000.000 = Rp.10.000.000,00 Kredit pajak atas penghasilan deviden dari Singapura maksimal sebesar Rp.10.000.000,00 tapi tidak boleh lebih tinggi dari Penghasilan Netto x Pajak terutang Penghasilan Kena Pajak 40jt x 24.500.000 = Rp. 7.000.000,00 140jt Maka Kredit pajak Luar Negeri yang diperbolehkan sebesar Rp. 7.000.000 2. PT. QQ memperoleh penghasilan di Tahun 2009 adalah sebagai berikut : Negara sumber Penghasilan Neto Pajak terutangl dibayar di LN Italia (Laba) Rp 200.000.000,00 Rp 65.000.000,00 Perancis (Laba) Rp 800.000.000,00 Rp 150.000.000,00 Indonesia (Laba) Rp 500.000.000,00 Perhitungan besarnya PPh dan batas maksimum kredit pajak: a) PPh Terutang atas penghasilan dari dalam negeri dan luar negeri menurut UU PPh: 5% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,- 15% x Rp. 200.000.000,- = Rp. 30.000.000,- 25% x Rp. 250.000.000,- = Rp. 62.500.000,- 30% x Rp. 1.000.000.000,-= Rp. 300.000.000,- Rp. 395.000.000,- b) Batas maksimum kredit pajak luar negeri Italia maksimal Rp.65.000.000,00 tapi tidak boleh lebih tinggi dari : Rp 200.000.000,00 ------------------------ x Rp 395.000.000,00 = Rp 52.666.600,00 Rp 1.500.000.000,00 Kredit pajak Luar negeri yang diperkenankan Rp.52.666.600,00 c) Batas maksimum kredit pajak luar negeri Perancis maksimal Rp. 150.000.000,00 tapi tidak boleh lebih tinggi dari : Rp 800.000.000,00 ------------------------ x Rp 395.000.000,00 = Rp 210.666.600,00 Rp 1.500.000.000,00 Kredit pajak Luar negeri yang diperkenankan Rp.150.000.000,00

Besarnya pajak yang dibayar di Italia dan Perancis yang bisa dikreditkan dengan PPh Tahunan Terutang di Indonesia dan yang harus diisi kolom 7 SPT Tahunan PPh formulir 1771-III atau kolom 6 formulir 1770-II adalah maing-masing sebesar Rp 52.666.600,00 dan Rp.150.000.000,00. Sisa pajak terutang di Italia dan Perancis tidak bisa diminta restitusi atau kompensasi dengan PPh Terutang di tahun pajak berikutnya dan tidak bisa dicatat bagai kerugian atau pengurang penghasilan dalam menghitung PPh Tahunan Terutang. 3. Tn. Farrel Wijaya dengan status belum menikah, memperoleh Penghasilan Netto Dalam Negeri Rp.300.000.000 dan memperoleh penghasilan dari luar negeri sebesar Rp. 95.000.000,00 dengan tarif pajak 25% Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Netto Dalam Negeri + Penghasilan Netto Luar Negeri - PTKP (Rp.300.000.000 + Rp.95.000.000,00) Rp15.840.000 = Rp.379.160.000 Pajak terutang : 5% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,- 15% x Rp. 200.000.000,-= Rp. 30.000.000,- 25% x Rp. 129.160.000,- = Rp. 32.290.000,- Rp. 64.790.000,- Pajak atas Penghasilan Netto Luar Negeri 25% X Rp.95.000.000,00 = Rp. 23.750.000,00 Batas maksimum kredit tersebut tidak boleh lebih tinggi dari Rp. 95.000.000,00 X Rp. 64.790.000,00 = Rp. 16.233.300,00 Rp. 379.160.000,00 Maka PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan adalah Rp.16.233.300,00 4. PT ABIL pada tahun 2009 mengalami kerugian usaha dalam negerinya sebesar Rp.55.000.000, sedangkan penghasilan netto yang diperolehnya dari luar negeri sebesar Rp. 110.000.000 (tax 25%) Penghasilan Kena Pajak = Rp.110.000.000 Rp. 55.000.000 = Rp.55.000.000 Pajak terutang : 28% X 55.000.000 = 15.400.000 Batas maksimum Kredit Pajak Luar Negeri 25% x 110.000.000 = 27.500.000,- PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan yang diperkenankan = Rp. 15.400.000 Pajak yang harus dibayar = pajak terutang kredit pph ps 24 15.400.000-15.400.000 = 0 Latihan di Laboratorium Akuntansi 1. Tn QQ status kawin dan memiliki 1 anak yang masih balita, Tn QQ memiliki usaha di dalam negeri yang bergerak di bidang industri makanan kaleng, pada tahun 2009, memperoleh Penghasilan Netto Dalam Negeri sebesar Rp. 300.000.000,00. Selain itu perusahaan melakukan penyertaan saham pada MATHEW Ltd di Singapura, yang pada akhir tahun 2009 memperoleh penghasilan berupa deviden sebesar Rp. 50.000.000,00. Pajak atas perolehan deviden di Malaysia adalah sebesar 15%. Diminta : Berapa PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan 2. Tn. QQ memperoleh penghasilan di Tahun 2009 adalah sebagai berikut : Negara sumber Penghasilan Neto Pajak terutangl dibayar di LN

Italia (Rugi) Rp 500.000.000,00 Rp 50.000.000,00 Perancis (Laba) Rp 1.000.000.000,00 Rp 350.000.000,00 Indonesia (Laba) Rp 750.000.000,00 Rp. 275.000.000,00 Diminta : Berapa PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan 3. Tn. Farrel Wijaya dengan status duda beranak dua, memperoleh Penghasilan Netto Dalam Negeri Rp.500.000.000 dan memperoleh penghasilan dari luar negeri sebesar Rp. 155.000.000,00 dengan tarif pajak 15% Diminta : Berapa PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan 4. PT ABIL pada tahun 2009 mengalami kerugian usaha dalam negerinya sebesar Rp.155.000.000, sedangkan penghasilan netto yang diperolehnya dari luar negeri sebesar Rp. 210.000.000 (tax 20%) Diminta : Berapa PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan Persyaratan Administratif Pengkreditan Pajak Luar Negeri: 1. WP yang bersangk:utan menyampaikan permohonan ke Dirjen Pajak (Kepala KPP) pada saar pelaporan SPT Tahunan melalui SPTTahunan PPh (dalam formulir 1771-III atau formulir 177b-II SPT Tahunan PPh sudah tercantum permohonan I termaksud) dengan melampirkan: i) Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negen. ii) Fotokopi SPT (Tax Return) yang dilaporkan di luar negeri. iii) Dokumen pembayaran pajak di luar negeri. Lampiran bisa menyusul jika disetujui Dirjen Pajak atas permintaan Wajib Pajak. 2. Jika penghasilan luar negeri berubah, maka i) SPT Tahunan PPh WP Dalam Negeri/BUT dibetulkan, dilampiri dokumen terkait ii) Kekurangan bayar akibat pembetulan tersebut tidak dikenai sanksi bunga. iii) Kelebihan bayar akibat pembetulan tersebut bisa minta restitusi. Apabila Wajib Pajak Dalam Negeri Indonesia dikenai pajak yang sejenis dengan Pajak Penghasilan di negara mitra P3B yang tidak sesuai dengan isi Tax Treaty, maka pengajuan keberatannya yaitu mengajukan permohonan tertulis kepada Dirjen Pajak melalui KPP tempatnya terdaftar dengan tembusan kepada Kasubdit Perjanjian Kerjasama Perpajakan Internasional (PKPI) Ditjen Pajak untuk diadakan persetujuan bersama dengan mitra P3B. Permohonan diajukan dengan menggunakan formulir disertai penjelasan kasus dan dokumen pendukungnya, seperti loan agreement, Licencing agreement, bukti penyertaan, kontrak kerja, bukti potong, bukti pembayaran gaji, dan dokumen terkait lainnya. Hasil persetujuan bersama dengan pihak Competent Authority negara mitra P3B diteruskan kepada "Wajib Pajak Dalam Negeri Indonesia yang bersangkutan. Apabila Wajib Pajak Dalam Negeri Indonesia membutuhkan Surat Keterangan Domisili dari Dirjen Pajak bahwa yang bersangkutan adalah Wajib Pajak Dalam Negeri Indonesia, maka permohonan tersebut diajukan ke Kepala KPP tempatnya terdaftar, ( sertai bukti pendukungnya, seperti NPWP, SPT tahun terakhir Surat Pernyataan tentang tempat tinggal, kegiatan usahanya, draft anggota keluarga, alamat, dan fotokopi Kartu Keluarga yar dilegalisir. ]ika sudah memenuhi persyaratan sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri Indonesia, Kepala KPP menerbitkan Surat Keterangan Domisili tersebut.

PERTEMUAN 8 ANGSURAN PPH PASAL 25 DALAM TAHUN BERJALAN Sistem perpajakan kita menganut prinsip convenience to pay yang berarti bahwa wajib pajak diharapkan membayar pada saat yang paling menguntungkan dirinya. Salah satu contohnya adalah membayar angsuran pajak setiap bulan. Pajak Penghasilan Pasal 25, mengatur tentang penghitungan besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar oleh Wajib Pajak sendiri dalam tahun berjalan. Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan: a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud pasal 22 b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak. Contoh: Berdasarkan SPT Tahunan PPh, Penghasilan Kena Pajak pada tahun 2009 adalah Rp.450.000.000 Tarif pasal 17 PPh OP : 5% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,- 15% x Rp. 200.000.000,-= Rp. 30.000.000,- 25% x Rp. 200.000.000,-= Rp. 50.000.000, Rp. 82.500.000,- Pajak penghasilan yang terutang Rp. 82.500.000 Kredit pajak PPh psl 22 5.000.000 PPh psl 23 2.500.000 PPh psl 24 7.500.000 Rp. 15.000.000 Rp. 67.500.000 Besarnya angsuran PPh pasal 25 (pajak yang harus dibayar sendiri) setiap bulan untuk tahun 2009 adalah sebesar 67.500.000/12 = 5.625.000/bln Contoh : Berdasarkan SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2008 yang disampaikan pada bulan Maret 2009, perhitungan angsuran PPh yang harus dibayar adalah 1.250.000. Dalam bulan Juli 2009 Kantor Pajak menerbitkan SKP yang menghasilkan besaran angsuran PPh setiap bulan menjadi sebesar 2.000.000. Maka angsuran PPh mulai bulan Agustus 2009 = 2.000.000 Direktur Jendral Pajak berwenang untuk menetapkan penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan dalam hal-hal tertentu yaitu: 1. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian 2. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur 3. SPT Tahunan PPh tahun lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan 4. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh 5. Wajib Pajak membentulkan sendiri SPT Tahunan PPh yang mengakibatkan angsuran bualanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan 6. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak. 1. Dalam hal terdapat kompensasi kerugian Penghasilan PT XYZ tahun 2008 Rp.220.000.000,00

Sisa Kerugian tahun sebelumnya yg dapat dikompensasikan Rp.250.000.000,00 Sisa kerugian yang belum dikompensasikan tahun 2008 Rp.130.000.000,00 Penghitungan PPh Pasal 25 tahun 2009 adalah : - Penghasilan yang dipakai dasar penghitungan angsuran PPh Pasal 25 : Rp.220.000.000,00 Rp. 130.000.000,00 = Rp. 90.000.000,00 PPh terutang : 28% x 90.000.000,- = 25 200.000,- Besarnya angsuran pajak bulanan PT XYZ tahun 2009 =1/12x Rp.25.200.000,00 = Rp. 2.100.100,- 2. Dalam hal terdapat penghasilan tidak teratur Penghasilan teratur adalah Penghasilan yang lazimnya diterima atau diperoleh secara berkala sekurang kurangnya sekali dalam setiap tahun pajak, yang bersumber dari kegiatan usaha, pekerjaan bebas, pekerjaan, harta, dan atau modal, kecuali penghasilan yang telah dikenakan PPh yang bersifat Final. Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan teratur adalah keuntungan selisih kurs dari utang / piutang dalam mata uang asing dan keuntungan dari pengalihan harta ( equal gain ) sepanjang bukan merupakan penghasilan dari kegiatan usaha pokok serta penghasilan lainnya yang bersifat insidentil ( Kep. Dirjen: KEP-537/PJ./2000 tgl 29 Desember 2000 ) Penghasilan neto yang dijadikan dasar penghitungan PPh Ps. 25 untuk tahun pajak berikutnya hanya berasal dari penghasilan teratur saja Penghasilan tidak teratur biasanya terdapat dalam penghasilan dari luar usaha Contoh : Menurut SPT PPh Tahun Pajak 2008 PT QQ : Penghasilan Neto seluruhnya (teratur dan tidak teratur) Rp.260.000.000. Jumlah PPh Pasal 22 dan 24 Rp.6.000.000. Jumlah PPh Pasal 23 ( atas kontrak 2 buah mobil sebesar Rp. 60.000.000 ) sebesar Rp.3.600.000 Penghit. Angsuran bulanan PPh Ps. 25 Tahun Pajak 2009 : Penghasilan Neto Seluruhnya = 260.000.000 Penghasilan Neto Tidak Teratur = 60.000.000 PKP = Penghasilan Netto teratur = 200.000.000 PPh Terutang 28% x 200.000.000 56.000.000 Jumlah PPh Ps. 22 dan 24 Tahun Pajak 2008= 6.000.000 PPh Yang Harus Dibayar Sendiri = 50.000.000 Angsuran bulanan PPh Pasal 25 Tahun Pajak 2009 = 50.000.000 : 12 bulan = 4.166.600 3. Perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak Perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak dapat terjadi karena penurunan atau peningkatan usaha. PT. SAYANG ANAK bergerak di bidang industri tekstil dalam tahun 2009 membayar angsuran bulanan sebesar Rp.56.000.000,00 Dalam bulan Agustus 2009 pabrik miliknya terbakar, oleh karena itu berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak mulai bulan September 2009 angsuran bulanan PT. SAYANG ANAK dapat disesuaikan menjadi lebih kecil dari Rp.56.000.000,00 Sebaliknya apabila PT. SAYANG ANAK mengalami peningkatan usaha, misalnya adanya peningkatan penjualan dan diperkirakan Penghasilan Kena Pajaknya akan lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka kewajiban angsuran bulanan PT. SAYANG ANAK dapat disesuaiakan oleh Direktur Jenderal Pajak. Penghitungan besarnya angsuran pajak bagi Wajib Pajak baru, bank, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Wajib Pajak tertentu lainnya, termasuk Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Pada prinsipnya penghitungan besarnya angsuran bulanan dalam tahun berjalan didasarkan pada Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun sebelumnya. Namun berdasarkan ketentuan ini Menteri Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan dasar penghitungan besarnya angsuran bulanan selain berdasarkan prinsip tersebut dengan tujuan agar lebih mendekati kewajaran berdasarkan data yang dapat dipakai untuk menentukan besarnya pajak yang akan terutang pada akhir tahun serta sebagai dasar penghitungan jumlah (besarnya) angsuran pajak dalam tahun berjalan. Contoh : 1. Bank ANAKU SAYANG dalam Laporam Keuangan Triwulan Terakhir 2009 menunjukkan Penghasilan netto Okt. s.d Desember 2009 = 75.000.000 Ph. neto triwulan disetahunkan ( x 4 ) = 300.000.000 PKP = 300.000.000 PPh Terutang 28% x 300.000.000 84.000.000 Pajak yang dipotong / dipungut pihak lain : PPh Pasal 24 35.000.000 PPh Yang Harus Dibayar Sendiri 49.000.000 Besarnya angsuran PPh Ps. 25 tahun 2009 : 49.000.000 / 12 bln = Rp. 4.083.300 2. Wajib Pajak Baru Wajib Pajak baru adalah Wajib Pajak Badan yang baru pertama kali memperoleh penghasilan dari usaha dalam tahun berjalan. Untuk WP Baru secara otomatis belum mempunyai SPT Tahunan sehingga penghitungan PPh Pasal 25 ditentukan tersendiri yaitu : PPh Pasal 25 dihitung dengan menerapkan tarif umum Pasal 17 terhadap Penghasilan Kena Pajak sebulan yang disetahunkan dibagi 12 bulan Contoh : PT A berdiri dan mulai melakukan usaha sejak Bulan Juni 2009 : Ph. neto bulan Juni 2009 = 22.500.000 Ph. neto bulan Juli disetahunkan ( x 12 bln ) = 270.000.000 PKP = 270.000.000 PPh Terutang 28% x 270.000.000 75.600.000 Pajak yang dipotong / dipungut pihak lain : PPh Pasal 22 15.000.000 PPh Pasal 23 25.000.000 35.000.000 PPh Yang Harus Dibayar Sendiri 40.600.000 Besarnya angsuran PPh Ps. 25 untuk bulan Juli 2001 : 40.600.000 / 12 bln.= Rp.3.383.300 3. BUMN / BUMD ( KMK.522/KMK.04/2000 ) PPh Ps. 25 = Rencana Kerja Anggaran Pendapatan ( RKAP ), tetapi perlu dibedakan apakah RKAP tersebut telah atau belum disahkan RKAP telah disahkan : PPh Ps. 25 sebesar PPh Terutang Berdasarkan L / R fiskal menurut RKAP tahun pajak ybs. Yang telah disahkan yang telah disahkan RUPS dikurangi PPh Ps. 22, 23, 24 Tahun Pajak yang lalu, dibagi 12 bulan. Dalam hal terdapat kompensasi kerugian yang masih dapat dikompensasi maka kompensasi tersebut diperhitungkan dalam penghitungan PPh Terutang berdasarkan RKAP RKAP belum disahkan :

1.PPh Pasal 25 sebelum RKAP disahkan sama dengan PPh Pasal 25 bulan terakhir tahun pajak sebelumnya 2.Apabila RKAP telah disahkan PPh Pasal 25 harus dihitung kembali berdasarkan RKAP tersebut 3.Dalam hal terdapat kompensasi kerugian yang masih dapat dikompensasi, kompensasi kerugian tersebut diperhitungkan dalam penghitungan PPh terutang berdasarkan RKAP 4.Khusus wajib pajak BUMN / BUMD baru, penghitungan PPh Pasal 25 harus berdasarkan RKAP yang telah disahkan Menurut SPT PPh Tahun Pajak 2009 Penghasilan Neto = 200.000.000 PKP = 200.000.000 Jumlah PPh Ps. 22, 23, 24 Tahun Pajak 2009 = 6.000.000 Penghitungan PPh Ps. 25 untuk Tahun Pajak 2009 Penghasilan Neto Tahun Pajak 2008 = 200.000.000 PKP = 200.000.000 Pajak Terutang 28% x 200.000.000 56.000.000 Jumlah PPh Ps. 22, 23, 24 Tahun Pajak 2009 6.000.000 PPh Yang Harus Dibayar Sendiri 50.000.000

53