BAB III PEMBAHASAN. A. Penerapan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21. metode pembebanan PPh Pasal 21 pada perusahaan (net), metode pembebanan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS PENERAPAN METODE GROSS-UP DALAM. PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA KARYAWAN TETAP KANTOR PDAM KABUPATEN KEBUMEN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x. 1.1 Latar Belakang...1

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA PT BPR WS

BAB I PENDAHULUAN. secara keuangan. Sedangkan bagi Pemerintah, pajak merupakan pendapatan yang

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA FISKAL PERUSAHAAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Kata-kata kunci: PPh Pasal 21, gross up, PPh terutang. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. berusaha melakukan pembangunan disegala bidang dengan melibatkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang terdapat pada bab 4,

BAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. Kata kunci : Alternatif Kebijakan PPh Pasal 21, Pajak Penghasilan Terutang. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1999 Indonesia mulai menggalami krisis global disegala

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bagi rakyatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah

RSU Muhammadiyah Ponorogo LAPORAN LABA/(RUGI) KOMERSIAL. Per 31 Desember 2014

ABSTRAK. Kata Kunci: Perencanaan pajak. Universitas Kristen Maranatha

Nining Fitri Andayani

BAB 1 PENDAHULUAN. penerimaan negara yang terbesar dan paling dominan sampai saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan membangun negara untuk lebih berkembang dan maju, termasuk

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat terus menerus dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual (Waluyo, 2013:2). Dalam

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 EVALUASI PERHITUNGAN PPh PASAL 21 KARYAWAN. karyawannya dan PT. pelangi elasindo menanggung semua PPh Pasal 21 yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama perusahaan profit eriented adalah. meningkat untuk setiap periode, dimana hal ini dimaksudkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

Riyanto Utomo, Nur Rahmi Zuliyanti ABSTRAK

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Marantha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. bidang Jasa Manajemen untuk perusahaan minyak dan gas bumi, yang

ABSTRACT. Keywords: Income Tax article 21, Income Tax Payable, Take Home Pay, Gross Up. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dengan nama

Judul : Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Pegawai Tetap dengan Menerapkan Metode Gross-Up sebagai Upaya Perencanaan Pajak.

BAB I PENDAHULUAN. bersih/penghasilan sehingga perusahaan akan selalu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia

BAB IV EVALUASI ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN PADA PT ADIMITRA KARYA

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan tax planning PPh pasal 21 yang dilakukan oleh PT.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPh 21 SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT Z)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pajak memiliki peranan yang sangat penting. Pajak merupakan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar dibandingkan penerimaan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peraturan dan ketetapan, baik itu perubahan dari peraturan yang

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL

ANALISIS PERBANDINGAN TAKE HOME PAY KARYAWAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN TUNJANGAN PAJAK PADA CV IMAYA CONSULTING ENGINEERS

pajak. Data dari Departemen Keuangan Republik Indonesia juga menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. lain pajak merupakan biaya bagi perusahaan karena beban pajak akan

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih. Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

PENERAPAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pasal 21 Pada PT. XYZ. : Dedi Sudjana NPM : Dosen Pembimbing : Riyanti SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. penghasilannya. Pajak penghasilan akan selalu dikenakan terhadap orang atau

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI... iv. HALAMAN DECLARATION... v. KATA PENGANTAR...

BAB 1 PENDAHULUAN. materiil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 SEBAGAI UPAYA LEGAL UNTUK MENCAPAI EFISIENSI PAJAK PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada CV.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia berupaya untuk

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA KARYAWAN PRIMKOKAS (PRIMER KOPERASI KARYAWAN KRAKATAU STEEL) CILEGON

ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPh 21 SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT Z)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PENERAPAN METODE GROSS UP DALAM PENGHITUNGAN PPH PASAL 21 SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI PERENCANAAN PAJAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. sistem ini dikenal dengna nama Self Assessment. Melalui sistem tersebut,

PENERAPAN KEBIJAKAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK KARYAWAN DALAM MENUNJANG PENGHEMATAN PAJAK PENGHASILAN BADAN ( STUDI KASUS PADA PT.

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kasus : A. Pegawai Tetap

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia sedang giat-giatnya mencari sumber pemasukan baru

ABSTRAK PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK MEMINIMALKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN. ( Studi Kasus Pada PT X, Surabaya) Oleh :

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Pajak Ada beberapa pengertian atau definisi pajak yang dikemukakan

Setyo Pramono, Syafi i, Arief Rahman Prodi Akuntansi, Universitas Bhayangkara Surabaya

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dimana persaingan menjadi semakin ketat dan bersifat global,

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penghitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) pasal 21 PT. Lucky Indah

PENGHASILAN. Oleh Iwan Sidharta, MM.

BAB I PENDAHULUAN. pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. pembahasan mengenai perbandingan dan perhitungan PPh pasal 21 Metode

BAB IV PEMBAHASAN. melakukan perubahan-perubahan pada peraturan perpajakan di Indonesia. Perubahan

Penerapan Perencanaan Pajak (Tax Planning) atas Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap PT RSA dalam Meminimalkan Pajak Penghasilan Badan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( FKIP ) UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015

Perencanaan Pajak Atas PPh Pasal 21 Sebagai Upaya Penghematan Pajak Di PT. Santosa Ogrindo

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ABS INDUSTRI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi daya beli (purchasing power) atau kemampuan belanja

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

37 BAB III PEMBAHASAN A. Penerapan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Berikut ini akan disajikan perhitungan pajak penghasilan pasal 21 dengan metode pembebanan PPh Pasal 21 pada perusahaan (net), metode pembebanan PPh Pasal 21 pada karyawan (gross) dan metode pembebanan PPh Pasal 21 dengan tunjangan pajak (gross up) untuk mengetahui perbedaan yang mendasar dari tiga metode perhitungan tersebut. Data karyawan pertama : Nama Status Jabatan :Herman Kwandy :K/2 :Pimpinan Tabel 3,1 Perhitungan PPh Pasal 21 Dalam Setahun Net Gross Gross up Penghasilan 216,000,000 216,000,000 216,000,000 bruto Tunjangan PPh - - 26,411,764 Tunjangan - - - lainnya Bonus, THR 18,000,000 18,000,000 18,000,000 Jumlah 234,000,000 234,000,000 260,411,764 Penghasilan bruto Biaya jabatan 6,000,000 6,000,000 6,000,000 Jumlah 228,000,000 228,000,000 254,411,764 penghasilan neto PTKP (K/2) 45,000,000 45,000,000 45,000,000 PKP 183,000,000 183,000,000 209,411,764 PPh terutang 22,450,000 22,450,000 26,411,764

38 Perhitungan tunjangan pajaknya : Gaji setahun :Rp 216.000.000 Bonus :Rp 18.000.000 Jumlah penghasilan bruto :Rp 234.000.000 Pengurang: 1. Biaya jabatan :Rp 6.000.000 (5% x Rp 216.000.000) Penghasilan neto :Rp 228.000.000 PTKP :Rp 45.000.000 Penghasilan kena pajak :Rp 183.000.000 tunjangan pajaknya (lapisan 2) :1/0,85 ((PKP x 15%)- 5.000.000) :1/0,85 (Rp 22.450.000) :Rp 26.411.764 Data karyawan kedua : Nama Status Jabatan :Tjandra K :K/3 :Manager Tabel 3,2 Perhitungan PPh Pasal 21 Dalam Setahun Net Gross Gross up Penghasilan 85,344,000 85,344,000 85,344,000 bruto Tunjangan PPh - - 2,096,484 Tunjangan - - - lainnya Bonus, THR 7,112,000 7,112,000 7,112,000

39 Dalam Setahun Net Gross Gross up Jumlah 92,456,000 92,456,000 94,552,484 Penghasilan bruto Biaya jabatan 4,622,800 4,622,800 4,622,800 Jumlah 87,833,200 87,833,200 89,929,684 penghasilan neto PTKP (K/3) 48,000,000 48,000,000 48,000,000 PKP 39,833,200 39,833,200 41,942,684 PPh terutang 1,991,660 1,991,660 2,096,484 Perhitungan tunjangan pajaknya : Gaji setahun :Rp 85.344.000 Bonus :Rp 7.112.000 Jumlah penghasilan bruto :Rp 92.456.000 Pengurang: 1. Biaya jabatan :Rp 4.622.800 (5% x Rp 85.344.000) Penghasilan neto :Rp 87.833.200 PTKP :Rp 48.000.000 Penghasilan kena pajak :Rp 39.833.200 tunjangan pajaknya (lapisan 1) :1/0,95 (PKP x 5%) Data karyawan ketiga : :1/0,95 (Rp 1.991.660) :Rp 2.096.484 Nama Status Jabatan :Kaswan :K/1 :Kepala Bagian

40 Tabel 3,3 Perhitungan PPh Pasal 21 Dalam Setahun Net Gross Gross up Penghasilan 64,608,000 64,608,000 64,608,000 bruto Tunjangan PPh - - 1,289,074 Tunjangan - - - lainnya Bonus, THR 5,384,000 5,384,000 5,384,000 Jumlah 69,992,000 69,992,000 71,281,074 Penghasilan bruto Biaya jabatan 3,499,600 3,499,600 3,499,600 Jumlah 66,492,400 66,492,400 67,781,474 penghasilan neto PTKP (K/1) 42,000,000 42,000,000 42,000,000 PKP 24,492,400 24,492,400 25,781,474 PPh terutang 1,224,620 1,224,620 1,289,074 Perhitungan tunjangan pajaknya : Gaji setahun :Rp 64.608.000 Bonus :Rp 5.384.000 Jumlah penghasilan bruto :Rp 69.992.000 Pengurang: 1. Biaya jabatan :Rp 3.499.600 (5% x Rp 64.608.000) Penghasilan neto :Rp 66.492.400 PTKP :Rp 42.000.000 Penghasilan kena pajak :Rp 24.492.400 tunjangan pajaknya (lapisan 1) :1/0,95 (PKP x 5%) :1/0,95 (Rp 1.224.620) :Rp 1.289.074

41 B. Perbandingan Metode Net, Gross dan Gross up pada perhitungan PPh Pasal 21 1. PPh Pasal 21 Ditanggung Perusahaan Metode net (ditanggung perusahaan) merupakan pembebanan PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh perusahaan atau pemberi kerja sehingga gaji yang diterima oleh karyawan tidak dipotong atas pajak penghasilan. Karena PPh Pasal 21 atas penghasilan karyawan tidak dimasukkan dalam SPT PPh Pasal 21 maka pembayaran PPh Pasal 21 tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karyawan sebagai biaya deductible dan perusahaan selaku pemotong atau pemungut pajak wajib membayar dan melaporkan ke kantor pajak (Pohan dalam Haryanto 2015). Metode perhitungan ini dapat dikatakan membebankan perusahaan karena besarnya PPh Pasal 21 sebesar Rp 25,666,280 (Rp 25,666,280 + Rp 1,991,660 + Rp 1,224,620) harus ditanggung oleh perusahaan. Namun tidak dapat dibebankan oleh perusahaan dalam perhitungan PPh Badan sehingga dapat dikatakan hal tersebut dapat membebankan perusahaan. Metode ini dapat di terapkan pada perusahaan ketika kondisi keuangan perusahaan sedang membaik karena jumlah beban yang dikeluarkan perusahaan untuk menanggung PPh Pasal 21 karyawan hanya diakui secara komersial. Secara fiskal tidak dapat menjadi pengurang pendapatan perusahaan atau bersifat non-deductable, artinya pada waktu perusahaan menghitung PPh Badan, beban ini tidak boleh dikurangkan dari pendapatan sehingga PPh Badan akan menjadi tinggi.

42 2. PPh Pasal 21 Ditanggung Karyawan Metode gross (ditanggung pegawai) merupakan kebijakan yang di terapkan pada PT XYZ atas pemotongon pajak penghasilan pasal 21 sebesar Rp 25,666,280 (Rp 22,450,280 + Rp 1,991,660 + Rp 1,224,620). Atas pemotongan tersebut yang seluruhnya dibebankan kepada karyawan mengakibatkan penerimaan gajinya tidak dapat diterima secara utuh karena PPh Pasal 21 yang ditanggung karyawan merupakan beban yang dapat mengurangi penghasilan bruto. Sedangkan bagi perusahaan bukan merupakan beban dan tidak berpengaruh pada laba rugi perusahaan. Kewajiban bagi perusahan hanya menyetor dan melaporkan PPh Pasal 21 atas penghasilan karyawan. Metode ini bagi karyawan dapat dikatakan memberatkan dan dianggap tidak adil karena karyawan telah bekerja secara maksimal untuk memajukan perusahaan namun hak yang seharusnya diperoleh karyawan atas pekerjaan yang telah dilakukan harus dipotong dengan PPh Pasal 21. 3. PPh Pasal 21 Ditunjang Perusahaan Metode gross up merupakan tunjangan pajak yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak PPh Pasal 21 yang akan dipotong dari karyawan. Penggunaan metode Gross up atas Pajak Penghasilan Pajak 21 yang ditanggung oleh pemberi penghasilan atau pemberi kerja didasarkan atas Pasal 4 huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 138 Tahun 2000.

43 Pajak Penghasilan, yang ditanggung oleh pemberi penghasilan, kecuali pajak atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan tetapi tidak termasuk dividen sepanjang Pajak Penghasilan tersebut ditambahkan dalam penghitungan dasar untuk pemotongan pajak Perhitungan dengan metode gross up menghasilkan tunjangan pajak yang diberikan perusahaan sebesar Rp 29,797,322 (Rp 26,411,764 + Rp 2,096,484 + Rp 1,289,074) yang seluruhnya ditunjang oleh perusahaan dan besarnya jumlah tersebut dapat dibiayakan (dedectible). Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dibayarkan perusahaan sama besar dengan tunjangan pajaknya. Tunjangan PPh Pasal 21 yang diterima karyawan tersebut tidak berpengaruh pada penghasilan karena menggunakan metode gross up tetapi perhitungan PPh Pasal 21 yang di gross up akan menghasilkan jumlah penghasilan karyawan lebih besar setara dengan PPh Pasal 21 yang diberikan (Pohan dalam Haryanto 2015). Dari segi komersial, kebijakan perusahaan untuk memilih metode gross up akan terlihat merugikan bagi perusahaan tersebut karena beban fiskal yang besar, tetapi semakin besar biaya fiskal makan akan berdampak pada laba sebelum pajak yang lebih kecil sehingga PPh Badan yang terutang akan menjadi lebih kecil juga (Pohan dalan Haryanto 2015). Kenaikan beban perusahaan dari tunjangan pajak PPh Pasal 21 yang diberikan perusahaan akan tetap aman karena beban tunjangan PPh Pasal 21 tersebut dapat dibiayakan. Strategi perpajakan ini akan memotivasi pegawai agar dapat meningkatkan produktifitasnya karena penghasilan yang akan diterima akan tetap sama dan kewajiban perpajakannya juga terselesaikan.

44 Pada tabel di bawah ini akan disajikan perbandingan dan pengaruh perhitungan pada gaji karyawan Tabel 3,4 Take home pay Uraian Net Gross Gross up Gaji pokok 365,952,000 365,952,000 365,952,000 Tunjangan pajak - - 29,797,322 Bonus / THR 30,496,000 30,496,000 30,496,000 Jumlah 396,448,000 396,448,000 426,245,322 penghasilan bruto PPh Pasal 21 25,666,280 25,666,280 29,797,322 Take home pay 396,448,000 370,781,720 396,448,000 Dari tabel 3.4 Berdasarkan hasil perhitungan, dengan menggunakan net method dan gross method jumlah PPhPasal 21 atas karyawan tidak berbeda yaitu Rp 25,666,280 (Rp 22,450,280 + Rp 1,991,660 + Rp 1,224,620). Namun, karyawan akan menerima take home pay lebih besar jika menerapkan net method (PPh Pasal 21 ditanggung oleh pemberi kerja) Rp 396,448,000 dibanding gross method (PPh Pasal 21 ditanggung oleh karyawan, pemberi kerja hanya sebagai pemotong dan penyetor) Rp 370,781,720. Jumlah PPh Pasal 21 atas karyawan berbeda jika menggunakan gross-up method menjadi Rp 29,797,322, selisih Rp 4,131,042 lebih tinggi dibanding kedua metode sebelumnya. Dari sudut pandang karyawan, metode gross-up menjadikan besarnya penghasilan bruto bertambah atas tunjangan pajak (bersifat taxable) yang diperhitungkaan dengan rumus gross-up sedangkan take home pay sama dengan metode net Rp 396,448,000 karena kewajiban PPh Pasal 21 karyawan yang dipotong sama besar dengan tunjangan pajak yang diterima.

45 Bagi pihak perusahaan, apabila menerapkan net method menjadikan jumlah yang dikeluarkan perusahaan terdiri dari biaya gaji dan biaya PPh Pasal 21 atas karyawan. Namun besarnya biaya PPh Pasal 21 atas karyawan yang ditanggung akan dikoreksi secara fiskal positif sebesar Rp 25,666,280 mengakibatkan tambahan pajak perusahaan. Apabila menggunakan metode Gross tidak ada pengaruh yang terjadi pada perusahaan karena perusahaan hanya memotong, memungut, melapor dan kemudian menyetorkan kepada negara, jumlah yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar total biaya gaji untuk karyawan. Berbeda apabila menerapkan metode gross-up, jumlah yang dikeluarkan perusahaan memang terbesar diantara ketiga metode, namun tunjangan pajak yang dikeluarkan perusahaan merupakan deductable expenses sehingga tidak akan dikoreksi secara fiskal positif. Hal tersebut menyebabkan laba sebelum pajak perusahaan lebih kecil, selanjutnya terjadi penghematan pajak perusahaan. Perbandingan take home pay ketiga metode yang digunakan dan terlihat adanya perbedaan yang cukup signifikan antara metode net dan gross dengan metode gross up. Sedangkan pada tabel selanjutnya ini akan menjelaskan ikhtisar take home pay, biaya fiskal, biaya komersial dan selisihnya sebagai faktor-faktor penentu pengambilan alternatif.

46 Tabel 3.5 Perbandingan Take Home Pay, Biaya Fiskal, Biaya Komersial dan Selisih Antara Keduanya (Karyawan Pertama) Uraian Ditanggung Pegawai (Rp) PPh Pasal 21 Ditanggung Pemberi Kerja (Rp) Gross up (Rp) Take home pay Gaji 216,000,000 216,000,000 216,000,000 Tunjangan PPh - - 26,411,764 Pasal 21 Bonus / THR 18,000,000 18,000,000 18,000,000 Dikurangi : PPh Pasal 21 (22,450,000) 234,000,000 (26,411,764) Jumlah 211,550,000 234,000,000 260,411,764 Biaya Fiskal Penghasilan Bruto 228,000,000 234,000,000 254,411,764 Jumlah 228,000,000 234,000,000 254,411,764 Biaya Komersial Biaya Fiskal 228,000,000 234,000,000 254,411,764 Ditambah : PPh Pasal 21-22,450,000 - Jumlah 228,000,000 256,450,000 254,411,764 Selisih Biaya Fiskal & Biaya Komersial - 22,450,000 - Tabel 3.6 Perbandingan Take Home Pay, Biaya Fiskal, Biaya Komersial dan Selisih Antara Keduanya (Karyawan Kedua) Uraian Ditanggung Pegawai (Rp) PPh Pasal 21 Ditanggung Pemberi Kerja (Rp) Gross up (Rp) Take home pay Gaji 85,344,000 85,344,000 85,344,000 Tunjangan PPh - - 2,096,484 Pasal 21 Bonus / THR 7,112,000 7,112,000 7,112,000 Dikurangi : PPh Pasal 21 (1,991,660) - (2,096,484) Jumlah 90,464,340 92,456,000 92,456,000 Biaya Fiskal Penghasilan Bruto 87,833,200 87,833,200 89,929,684 Jumlah 87,833,200 87,833,200 89,929,684 Biaya Komersial

47 Biaya Fiskal 87,833,200 87,833,200 89,929,684 Ditambah : PPh Pasal 21-1,991,660 - Jumlah 87,833,200 89,824,860 89,929,684 Selisih Biaya Fiskal & Biaya Komersial - 1,991,660 - Tabel 3.7 Perbandingan Take Home Pay, Biaya Fiskal, Biaya Komersial dan Selisih Antara Keduanya (Karyawan Ketiga) Uraian Ditanggung Pegawai (Rp) PPh Pasal 21 Ditanggung Pemberi Kerja (Rp) Gross up (Rp) Take home pay Gaji 64,608,000 64,608,000 64,608,000 Tunjangan PPh - - 1,289,074 Pasal 21 Bonus / THR 5,384,000 5,384,000 5,384,000 Dikurangi : PPh Pasal 21 (1,224,620) - (1,289,074) Jumlah 68,767,380 69,992,000 69,992,000 Biaya Fiskal Penghasilan Bruto 66,492,400 66,492,400 67,781,474 Jumlah 66,492,400 66,492,400 67,781,474 Biaya Komersial Biaya Fiskal 66,492,400 66,492,400 67,781,474 Ditambah : PPh Pasal 21-1,224,620 - Jumlah 66,492,400 67,717,020 67,781,474 Selisih Biaya Fiskal & Biaya Komersial - 1,224,620 -

48 Tabel 3.8 Perbandingan Take Home Pay, Biaya Fiskal, Biaya Komersial dan Selisih Antara Keduanya Uraian Ditanggung Pegawai (Rp) PPh Pasal 21 Ditanggung Pemberi Kerja (Rp) Gross up (Rp) Take home pay Gaji 365,952,000 365,952,000 365,952,000 Tunjangan PPh - - 29,797,322 Pasal 21 Bonus / THR 30,496,000 30,496,000 30,496,000 Dikurangi : PPh Pasal 21 (25,666,280) - (29,797,322) Jumlah 370,781,720 396,448,000 396,448,000 Biaya Fiskal Penghasilan Bruto 382,325,600 382,325,600 412,122,922 Jumlah 382,325,600 382,325,600 412,122,922 Biaya Komersial Biaya Fiskal 382,325,600 382,3,25,600 412,122,922 Ditambah : PPh Pasal 21-25,666,280 Jumlah 382,325,600 382,325,600 414,703,805 Selisih Biaya Fiskal & Biaya Komersial - 25,666,280 - Dari tabel 3.5 menunjukkan bahwa PPh Pasal 21 ditanggung pemberi kerja dan PPh Pasal 21 gross up memiliki jumlah take home pay yang sama yaitu sebesar Rp 396,448,000 sedangkan untuk PPh Pasal 21 ditanggung karyawan sebesar Rp 370,781,720. Dengan demikian maka PPh 21 gross up merupakan alternatif yang seharusnya digunakan oleh perusahaan karena jika dilihat dari sudut pandang karyawan, gaji yang diterima jumlahnya sama besar dengan PPh Pasal 21 ditanggung pemberi kerja dan pihak perusahaan tidak menanggung selisih antara biaya fiskal dan biaya komersial yang dapat memperbesar jumlah PPh Badan. Pemilihan metode gross up dapat menghemat PPh Pasal 21 karyawan sebesar Rp 29,797,322.

49 Penghematan tersebut bukan berarti tidak ada pembayaran PPh Pasal 21 karyawan, tetapi dengan melakukan penghematan maka tidak ada lagi pajak yang dipotong dari penghasilan pokok karyawan. Dari segi komersial, biaya fiskal yang besar akan terlihat sebagai pemborosan, namun apabila semakin tinggi biaya fiskalnya akan berdampak pada laba sebelum pajaknya akan turun dan selanjutnya PPh Badan pun akan turun. C. Dampak Penerapan Metode Net, Gross dan Gross up terhadap PPh Badan Tabel 3.9 Dampak Metode net dan gross No Nama Penghasilan Bruto Dampak gaji terhadap PPh Badan 1 Herman Kwandy 234,000,000 58,500,000 2 Tjandra K 92,465,000 23,116,250 3 Kaswan 69,992,000 17,498,000 Jumlah 396,457,000 99,114,250 Tabel 3.10 Dampak metode gross up No Nama Penghasilan Bruto Dampak gaji terhadap PPh Badan 1 Herman Kwandy 260,411,764 65,102,941 2 Tjandra K 94,552,000 23,638,000 3 Kaswan 71,281,000 17,820,000 Jumlah 428,826,000 106,560,941 Metode net adalah metode yang menitik beratkan pada pembayaran yang ditanggung oleh perusahaan sedangkan metode gross pada pembayaran ditanggung oleh karyawan. Pada tabel 3.6 menunjukkan adanya penambahan penghasilan bruto sebesar Rp 396,457,000 dan kolom dampak gaji terhadap PPh Badan pada tabel 3.6 merupakan hasil dari penghasilan bruto pegawa yang dikalikan dengan tariff PPh Badan sehingga menghasilkan penambahan PPh Badan sebesar Rp 99,114,250. Penerapan

50 metode net akan menambah beban pajak perusahaan yang disebabkan perusahaan harus menanggung PPh Pasal 21 karyawan sebesar Rp 25,666,280 sehingga perusahaan harus menanggung total pajak yang dikelurkan sebesar Rp 124,780,530. Penerapan metode gross hampir sama dengan perhitungan metode net yaitu penambahan jumlah PPh Badan sebesar Rp 99,114,250. Namun perusahaan tidak perlu menambah pengeluaran untuk PPh Pasal 21 yang terutang sebesar Rp 25,666,280 karena biaya tersebut akan ditanggung oleh karyawan sendiri dengan mengurangkan penghasilan bruto dan PPh Pasal 21 yaitu Rp 396,457,000 Rp 25,666,280 = Rp 370,790,720. Sedangkan untuk penerapan pada metode gross up merupakan perpaduan antara net method dan gross method karena pada metode ini terdapat penambahan tunjangan pajak sebesar Rp 29,797,322yang mengakibatkan penghasilan bruto pegawai bertambah. Tunjangan pajak tersebut akan dijumlah dengan penghasilan bruto pegawai yang menghasilkan Rp 396,457,000 + Rp 29,797,322= Rp 426,254,322. Tunjangan tersebut akan menambah beban perusahaan dan akan mengurangi laba perusahaan. Laba yang berkurang akan lebih besar jika dibanding dengan net method ataupun gross method sehingga akan membuat PPh Badan berkurang lebih besar dibanding dengan metode net dan gross.

51 Tabel 3.11 Kas yang Dikeluarkan Perusahaan Keterangan Net Gross Gross up Gaji Bruto 396,457,000 396,457,000 428,826,000 Pegawai PPh Pasal 21 25,666,280 Tunjangan PPh 29,797,322 Pasal 21 Total 422,123,280 396,457,000 458,623,322 Tabel 3.12 Simulasi Perbandingan PPh Badan Metode Net, Gross, dan Gross Up Keterangan Net Gross Gross Up Penghasilan 115,502,608,064 115,502,608,064 115,502,608,064 Biaya 4,569,122,971 4,543,456,691 4,605,623,013 Laba Sebelum 110,933,485,093 110,959,151,373 110,896,985,051 Pajak PPh Badan 27,733,371,273 27,739,787,843 27,724,246,262 Laba Sebelum Pajak 83,200,113,820 83,219,363,530 83,172,738,789 Gross up method berdampak besar pada pengeluaran kas perusahaan dibanding dengan metode net dan gross karena pada metode gross up biaya yang dikeluarkan perusahaan paling besar diantara metode yang lain yaitu sebesar Rp 4,605,623,013 dengan tunjangan pajak sebesar Rp 29,797,322 yang merupakan deductible expenses sehingga tidak akan dikoreksi secara fiskal positif. Metode ini dapat dikatakan menjadi titik tengah bagi perusahaan maupun karyawan karena perusahaan akan menanggung tunjangan pajak sebesar Rp 29,797,322 yang dapat dibiayakan sedangkang gaji karyawan akan tetap utuh karena PPh Pasal 21 yang dipotong dari gaji karyawan akan sama besarnya dengan tunjangan pajak yang diberikan oleh perusahaan.

52 Pada tabel 3.12 simulasi perhitungan PPh Badan terlihat jelas bahwa jumlah PPh Badan terkecil yaitu dengan menggunakan metode gross up sebesar Rp 27,724,246,262 PPh Badan pada metode gross up memiliki jumlah paling kecil, namun metode ini tidak dapat diterapkan pada PT. XYZ untuk tahun 2015 dikarenakan perusahaan tersebut sedang mengalami kerugian sehingga penerapan metode net, gross dan gross up tidak memiliki dampak apapun terhadap perusahaan tersebut dikarenakan perusahaan sedang rugi. Jadi penerapan setiap metode tergantung pada kondisi keuangan suatu perusahaan dikarenakan setiap metode belum tentu baik untuk diterapkan pada semua perusahaan. D. Temuan Berdasarkan penelitian dan pembahasan masalah yang dilakukan terhadap perencanaan pajak PT. XYZ, penulis menemukan kelebihan dan kelemahan. 1. Kelebihan a. Perhitungan PPh Pasal 21 yang telah penulis sampaikan dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam membuat perhitungan PPh Pasal 21. b. Metode yang telah disampaikan penulis dapat diterapkan dengan menyesuaikan kondisi perusahaan yang bersangkutan. c. Pemilihan metode perhitungan yang tepat dapat memotivasi karyawan untuk dapat meningkatkan kinerjanya tanpa harus takut akan pemotongan gaji yang digunakan untuk pembayarn PPh Pasal 21.

53 2. Kekurangan a. Perusahaan belum dapat memaksimalkan upaya untuk meningkatkan laba perusahaan dengan menerapkan metode perhitungan PPh Pasal 21 lainnya dengan strategi yang masih diperbolehkan dalam peraturan perpajakan di Indonesia. b. Keterbatasan data yang diperoleh penulis sehingga mempengaruhi perhitungan tax planning PPh Pasal 21 pada perusahaan. c. Keterbatasan informasi yang dapat dipublikasikan membuat peulis tidak dapat menjelaskan secara detail latar belakang perusahaan.