PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK DAN SISTEM KOORDINASI

dokumen-dokumen yang mirip
LABOLATORIUM PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK DAN SISTEM KOORDINASI

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM SENAM KAKI DIABETIK. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik

Pemeriksaan Sistem Saraf Otonom dan Sistem Koordinasi. Oleh : Retno Tri Palupi Dokter Pembimbing Klinik : dr. Murgyanto Sp.S

BUKU PANDUAN PESERTA CSL 2 ANAMNESIS KARDIOVASKULAR

PENUNTUN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KLINIK SISTEM UROGENITAL

BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH DAN TEKANAN VENA JUGULAR

PENGUKURAN KUANTITAS NYERI DASAR TEORI

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS PENGISIAN REKAM MEDIS

SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA

PEMERIKSAAN SENSORIK, POSISI, KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI Evy Sulistyoningrum. pemeriksaan sensorik, posisi, keseimbangan dan koordinasi

1. PEMERIKSAAN VITAL SIGN

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI JANTUNG PARU

PENUNTUN PEMBELAJARAN ASPIRASI SUPRAPUBIK

Carpal tunnel syndrome

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN KLINIK III PENGATURAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS DAN OBESITAS

PENUNTUN CSL Keterampilan Interpretasi Foto Thorax

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI BANTUAN HIDUP DASAR

Rehabilitasi pada perdarahan otak

PEMERIKSAAN DERAJAT KESADARAN (GLASGOW COMA SCALE) DAN FUNGSI KORTIKAL LUHUR (MINI-MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE))

PENUNTUN PEMBELAJARAN

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN

PENUNTUN CSL Keterampilan Pengambilan Sampel Usap Tenggorok

TEKNIK PERAWATAN METODE KANGURU. Tim Penyusun

BUKU PANDUAN KERJA. Keterampilan Anamnesis & Pemeriksaan Pembesaran kelenjar tiroid Penilaian Kelenjar Tiroid - Hipertiroid dan hipotiroid

PENGUKURAN ANTROPOMETRI

TEKNIK PERAWATAN METODE KANGURU. Tim Penyusun

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS PERENCANAAN PROGRAM KESEHATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS PEMBUATAN FLIP CHART DAN CROSS BANNER

PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK DAN REFLEKS FISIOLOGIS, PATOLOGIS DAN PRIMITIF

SISTEM NEUROPSIKIATRI

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM)

DIKTAT PERKEMBANGAN MOTORIK

ROM (Range Of Motion)

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

PEMERIKSAAN FISIK SYARAF

Obat Untuk Diabetes Dengan Komplikasi Neuropati Perifer

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIDKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT STROKE DAN ROM (RANGE OF MOTION)

Revisi Jadwal Kuliah Blok/ Sistem Neuropsikiatri Kelas A Ruang Kuliah GC. 203 Semester Awal Tahun Ajaran 2017/2018

Revisi Jadwal Kuliah Blok/ Sistem Neuropsikiatri Kelas A Ruang Kuliah GC. 203 Semester Awal Tahun Ajaran 2017/2018

Revisi Jadwal Kuliah Blok/ Sistem Neuropsikiatri Kelas B Ruang Kuliah GA. 309 (Lantai 3) Semester Awal Tahun Ajaran 2017/2018

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI CAIRAN

Revisi Jadwal Kuliah Blok/ Sistem Neuropsikiatri Kelas C Ruang Kuliah GA. 300 (Lantai 3) Semester Awal Tahun Ajaran 2017/2018

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN KLINIK SISTEM UROGENITALIA

Keterampilan Klinis PEMERIKSAAN FISIS SISTIM RESPIRASI

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM INJEKSI INSULIN. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saya sedang melakukan

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS TEKNIK KOMUNIKASI : MENYAMPAIKAN KABAR BURUK DAN KONSELING KELUARGA

CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA LAKI-LAKI. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai :

CHECKLIST KELUHAN UROGENITAL. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai :

Standard Operating Procedure. TATA TERTIB PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI (Putaran Dalam)

Untuk mengurangi dan mencegah timbulnya gejala-gejala yang mengganggu selama kehamilan berlangsung, seperti : sakit pinggang, bengkak kaki dll

Tujuan Praktikum Menentukan ketajaman penglihatan dan bitnik buta, serta memeriksa buta warna

Tujuan Praktikum Mempelajari letak reseptor rasa panas, dingin, raba dan tekan di kulit serta memeriksa kemampuan pengenalan/diskriminasi benda.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN

JADWAL PEMBELAJARAN FK UNHAS SEMESTER AWAL TAHUN AJARAN 2016/2017 KELAS B RUANG KULIAH GA 306 Lt.3 SEMESTER AWAL TAHUN AJARAN 2016/2017

KETERAMPILAN PEMERIKSAAN OBSTETRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

BAHAN AJAR VERTIGO. Nama Mata Kuliah/Bobot SKS : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS

PANDUAN MAHASISWA CLINICAL SKILL LAB (CSL)

JADWAL PEMBELAJARAN FK UNHAS SEMESTER AWAL TAHUN AJARAN 2016/2017 KELAS A RUANG KULIAH GC 202 Lt.2 SEMESTER AWAL TAHUN AJARAN 2016/2017

INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk

LAPORAN TUTORIAL BLOK MUSKULOSKELETAL SKENARIO II MENGAPA LUTUT NENEK NYERI DAN BENGKAK?

UKDW BAB Latar Belakang

Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

ROM (Range Of Motion)

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat

PENGUKURAN FISIOLOGI. Mohamad Sugiarmin

(Pratiwi Nasution) ( )

Lampiran 1 Kuesioner kompetensi perkembangan anak usia tahun NO INDIKATOR KOGNITIF TES PERBUATAN PENILAIAN

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

Lampiran 1. PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juni 2017) Nama : Dita Erline Kurnia NIM :

1. TES BATAS ATAS BATAS BAWAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

RUPTUR TENDO ACHILLES

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

THT CHECKLIST PX.TELINGA

BUKU PANDUAN PESERTA CSL 2 SERI 2 KANULASI INTRAVENA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

Reseptor taktil terdapat di beberapa ujung saraf bebas yang dapat ditemukan di dalam kulit dan di dalam banyak jaringan lain serta dapat mendeteksi

KETERAMPILAN TEKNIK MENYUSUI

PEDOMAN PELAKSANAAN LABORATORIUM

PANDUAN MAHASISWA CLINICAL SKILL LAB (CSL) SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan : senam lantai : 2 x 2 x 40 Menit (dua kali pertemuan)

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi Keperawatan 1. Mengkaji kekuatan otot/kemampuan fungsional mobilitas sendi yaitu kekuatan otot 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perseptual motorik pada dasarnya merujuk pada aktivitas yang dilakukan. dengan maksud meningkatkan kognitif dan kemampuan akademik.

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

Transkripsi:

MANUAL CSL IV SISTEM NEUROPSIKIATRI PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK DAN SISTEM KOORDINASI PENYUSUN: Dr.dr. Susi Aulina, Sp.S(K) Dr. dr. A. Kurnia Bintang, sp.s(k), MARS dr. Ashari Bahar, M.Kes, Sp.S, FINS dr. Devi Wuysang, M.Si, Sp.S DEPARTEMEN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 0

PENDAHULUAN Keterampilan medik adalah keterampilan motorik yang harus dikuasai oleh seorang tenaga medik agar dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaikbaiknya. Melalui fasilitas berupa skill lab mahasiswa dapat berlatih keterampilan keterampilan medik yang mereka perlukan dalam situasi latihan di laboratorium, bukan dalam suasana kontak antara dokter-pasien di rumah sakit. Latihan keterampilan klinik ini mengajar mahasiswa agar dapat berlatih secara trial and error, dapat mengulang-ulang kegiatan atau tindakan yang sama (dengan kadang-kadang melakukan kekeliruan) sampai betul-betul terampil. Keadaan seperti ini hampir tidak mungkin dilakukan pada penderita yang sedang dirawat di rumah sakit. Apabila keterampilan motorik sudah dikuasai, dilanjutkan dengan latihan yang mengandung unsur emosi. Latihan ini diteruskan sampai menjadi suatu rangkaian keterampilan medik yang kompleks. Karena mahasiswa telah menguasai keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan, rasa percaya diri menjadi lebih besar, dan mahasiswa dapat bersikap lebih baik terhadap pasien, serta mengurangi kendala-kendala emosional antara mahasiswa dengan pasien pada waktu koass harus kontak dengan pasien. 1

TATA TERTIB KEGIATAN CSL (CLINICAL SKILL LABORATORY) SEBELUM PELATIHAN Membaca penuntun belajar (manual) keterampilan Klinik Sistem Neuropsikiatri dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan. SETELAH PELATIHAN 1. Datang 15 menit sebelum CSL dimulai 2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal rotasi yang telah ditentukan. 3. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapi pada setiap kegiatan CSL. 4. Memakai atribut / nama yang ditempelkan pada jas laboratorium 5. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan 6. Bagi kegiatan yang menggunakan model memperlakukan model tersebut seperti manusia atau bagian tubuh manusia. 7. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat / bahan yang ada pada ruang CSL. 8. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapikan kembali alat dan bahan yang telah digunakan. 9. Bagi mahasiswa yang kehadirannya kurang dari 100 % maka wajib hadir pada saat review CSL PADA SAAT UJIAN CSL 1. Ujian dapat diikuti apabila kehadiran pada kegiatan CSL minimal 100%. 2. Membawa kartu kontrol yang telah ditandatangani oleh koordinator instruktur CSL. 3. Bagi yang tidak ikut ujian karena sakit diwajibkan membawa keterangan bukti diagnosis dari dokter paling lambat 3 hari setelah tanggal sakit. SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB CSL 1. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan CSL tidak sesuai dengan jadwal rotasinya dianggap tidak hadir. 2. Bagi mahasiswa yang presentase kehadiran CSLnya <100% dari seluruh jumlah tatap muka CSL, maka mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian CSL. 2

DAFTAR ISI NEUROLOGI CSL NO. KETERAMPILAN TINGKAT PEMERIKSAAN FISIK KETERAMPILAN V. PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK DAN KOORDINASI SISTEM SENSORIK Penilaian sensasi nyeri Penilaian sensasi suhu Penilaian sensasi raba halus Penilaian rasa posisi (proprioseptif) Penilaian sensasi diskriminatif (misal streognosis) TES KOORDINASI Inspeksi cara berjalan (gait) Shallow knee bend Tes Romberg Tes Romberg dipertajam Tes telunjuk hidung Tes tumit lutut Tes untuk disdiadokinesis 3

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pengantar 5 menit Pengantar 2. Bermain Peran 20 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa Tanya & Jawab menit 2. Dua orang dosen memberikan contoh bagaimana cara melakukan pemeriksaan neurologis. Mahasiswa mengamati peragaan dengan menggunakan Penuntun Belajar. 3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya dan dosen memberikan penjelasan tentang aspekaspek yang penting 3. Praktek bermain peran dengan Umpan Balik 4. Curah Pendapat/ Diskusi 70 menit 10 menit Total waktu 105 menit 1. Mahasiswa dibagi menjadi pasangan-pasangan. Diperlukan minimal seorang Instruktur untuk mengamati setiap langkah yang dilakukan oleh paling banyak 4 pasangan. 2. Setiap pasangan berpraktek melakukan langkah-langkah pemeriksaan neurologis secara serentak 3. Instruktur berkeliling diantara ma-hasiswa dan melakukan supervisi menggunakan check list. 4. Instruktur memberikan pertanyaan dan umpan balik kepada setiap pasangan 1. Curah Pendapat/Diskusi : Apa yang dirasakan mudah? Apa yang sulit? Menanyakan bagaimana perasaan mahasiswa yang pada saat melakukan pemeriksaan Apa yang dapat dilakukan oleh dokter agar klien merasa lebih nyaman? 2. Instruktur membuat kesimpulan dengan menjawab pertanyaan terakhir dan memperjelas hal-hal yang masih belum dimengerti 4

SISTEM SENSORIK PENGERTIAN Sistem sensorik adalah sistem yang mengubungan manusia dengan dunia luar. Informasi yang diterima oleh reseptor menjadi petanda bagi tubuh untuk memberikan respon. Sistem sensorik dibagi menjadi 2 yaitu exteroceptif dan proprioceptif. Gejala sensorik dapat diklasifikasikan dalam 5 golongan yaitu : 1. Hilang perasaan kalau dirangsang (anestesia) 2. Perasaan terasa berelebihan kalau dirangsang (hipersetesia) 3. Perasaan yang timbul secara spontan, tanpa adanya perangsangan (parestesia) 4. Nyeri SASARAN BELAJAR Setelah mengikuti proses belajar ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan patomekanisme keluhan sensorik, penyakit-penyakit yang terkait, dan mampu untuk melakukan pemeriksaan klinis yang berhubungan dengan sistem sensorik. MEDIA DAN ALAT BANTU Penuntun Belajar. STRATEGI DAN CARA PELATIHAN Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar. 5

PENUNTUN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK DAN SISTEM KOORDINASI NO LANGKAH/KEGIATAN KASUS I. PEMERIKSAAN SENSASI TAKTIL/RABA HALUS 1 2 3 1 Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan 2 Memilih dengan benar alat yang akan digunakan 3 Memberikan rangsangan secara ringan tanpa memberi tekanan jaringan subkutan 4 Meminta penderita untuk menyatakan YA atau TIDAK pada setiap perangsangan 5 Meminta penderita untuk menyebutkan daerah yang dirangsang 6 Meminta penderita untuk membedakan dua titik yang dirangsang II. PEMERIKSAAN SENSASI NYERI SUPERFISIAL 1 2 3 1 Menerangkan tujuan pemeriksaan pada klien. 2 Mata klien tertutup. 3 Pemeriksa terlebih dahulu mencoba jarum tadi terhadap dirinya sendiri. 4 Tekanan terhadap kulit klien seminimal mungkin, jangan sampai menimbulkan perlukaan. 5 Klien jangan ditanya: apakah Anda merasakan ini atau apakah ini runcing? 6 Rangsangan terhadap kulit dikerjakan dengan ujung jarum dan kepala jarum secara bergantian, sementara itu penderita diminta untuk menyatakan sensasinya sesuai dengan pendapatnya. 7 Klien juga diminta untuk menyatakan apakah terdapat perbedaan intensitas ketajaman rangsangan di daerah yang berlainan. 8 Apabila dicurigai ada daerah yang sensasinya menurun maka rangsangan dimulai dari daerah tadi menuju ke arah yang normal. 1 2 3 III. PEMERIKSAAN SENSASI NYERI DALAM ATAU NYERI TEKAN 1 Massa otot, tendo atau saraf yang dekat permukaan ditekan dengan ujung jari atau dengan (menekan di antara jari telunjuk dan ibu jari). Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada perasaan nyeri atau tidak; pernyataan ini dicocokkan dengan intensitas tekanan. 6

IV. PEMERIKSAAN SENSASI TEKAN 1 2 3 1 Penderita dalam posisi terbaring dan mata tertutup. 2 Ujung jari atau benda tumpul ditekankan atau disentuhkan lebih kuat terhadap kulit. 3 Di samping itu, dapat diperiksa dengan menekankan struktur subkutan, misalnya massa otot, tendo, dan saraf itu sendiri, baik dengan benda tumpul atau dengan cubitan dengan skala yang lebih besar. 4 Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada tekanan dan sekaligus diminta untuk mengatakan daerah mana yang ditekan tadi. V. PENILAIAN SENSASI SUHU 1 2 3 1 Menerangkan tujuan pemeriksaan pada klien. 2 Penderita lebih baik dalam posisi berbaring. 3 Mata penderita tertutup 4 Tabung dingin/panas terlebih dahulu dicoba terhadap diri pemeriksa. Tabung ditempelkan pada kulit penderita, dan penderita diminta untuk menyatakan apakah terasa dingin atau panas. 5 Sebagai variasi, penderita dapat diminta untuk menyatakan adanya rasa hangat. 6 Pada orang normal, adanya perbedaan suhu 2-5 o C sudah mampu untuk mengenalinya. VI.PEMERIKSAAN SENSASI GERAK DAN POSISI 1 2 3 1 Mata penderita tertutup Penderita dapat duduk atau berbaring. 2 Jari-jari penderita harus benar-benar dalam keadaan relaksasi dan digerakkan secara pasif oleh pemeriksa, dengan sentuhan seringan mungkin sehingga dihindari adanya tekanan terhadap jari-jari tadi. 3 Jari yang diperiksa harus dipisahkan dari jari jari di sebelah kiri/ kanannya sehingga tidak bersentuhan, sementara itu jari yang diperiksa tidak boleh melakukan gerakan aktif seringan apapun. 4 Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada perubahan posisi jari ataupun apakah ada gerakan pada jarinya. 5 Apabila diperoleh kesan adanya gangguan sensasi gerak dan posisi, maka dianjurkan untuk memeriksa bagian tubuh lain yang ukurannya lebih besar, misalnya 7

tungkai bawah atau lengan bawah. 6 Cara lain ialah dengan menempatkan jari-jari salah satu tangan penderita pada posisi tertentu, sementara itu, mata penderita tetap tertutup; kemudian penderita diminta untuk menjelaskan posisi jari-jari tadi ataupun menirukan posisi tadi pada tangan yang satunya lagi. VII.PEMERIKSAAN SENSASI GETAR / VIBRASI 1 2 3 1 Getarkan garpu tala terlebih dahulu, dengan jalan ujung garpu tala dipukulkan pada benda padat/keras yang lain. 2 Kemudian pangkal garpu tala segera ditempelkan pada bagian tubuh tertentu. 3 Yang dicatat ialah tentang intensitas dan lamanya vibrasi. 4 Kedua hal tersebut bergantung pada kekuatan penggetaran garpu tala dan interval antara penggetaran garpu tala tadi dengan saat peletakan garpu tala pada bagian tubuh yang diperiksa. 8

TEST KOORDINASI PENGERTIAN Kemampuan mensinergiskan secara normal faktor motorik, sensorik dalam melakukan gerakan normal. Serebelum digunakan untuk gerakan sinergistik tersebut, oleh sebab itu serebelum adalah pusat koordinasi. Gangguan koordinasi dapat disebabkan oleh disfungsi serebelum, sistem motorik, sistem ekstrapiramidal, gangguan psikomotor, gangguan tonus, gangguan sensorik (fungsi proprioseptik), sistem vestibular, dll. Gangguan koordinasi dibagi menjadi gangguan equilibratorydan non equilibratory. TUJUAN BELAJAR Mahasiswa memilki pengetahuan dan keterampilan mengenai cara pemeriksaan fungsi koordinasi. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa : 1. Dapat mempersiapkan klien dengan baik 2. Dapat memberikan penjelasan pada klien atau keluarganya tentang apa yang akan dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana melakukan, apa manfaatnya, serta jaminan atas aspek keamananan dan kerahasiaan data klien. 3. Dapat melakukan pemeriksaan fungsi koordinasi dengan benar dan tepat MEDIA DAN ALAT BANTU Penuntun Belajar. METODE PEMBELAJARAN Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar. 9

PENUNTUN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN SISTEM KOORDINASI NO. LANGKAH KLINIK PEMERIKSAAN FUNGSI KOORDINASI KASUS I. TES-TES EQUILIBRIUM 1.TES ROMBERG 1 2 3 1 Klien diminta berdiri dengan kedua kaki saling merapat, pertama kali dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup. 2 Tes ini untuk membedakan lesi propriseptif (sensori ataxia) atau lesi cerebellum. Pada gangguan propsrioseptif jelas sekali terlihat perbedaan antara membuka dan menutup mata. Pada waktu membuka mata klien masih sanggup berdiri tegak, tetapi begitu menutup mata klien langsung kesulitan mempertahankan diri dan jatuh. Pada lesi cerebellum waktu membuka dan menutup mata klien kesulitan berdiri tegak dan cenderung berdiri dengan kedua kaki yang lebar (wide base) 2. TANDEM WALKING 1 2 3 1 Klien diminta berjalan pada satu garis lurus di atas lantai, 2 Tempatkan tumit yang satu didepan jari-jari kaki berlawanan, baik dengan mata terbuka maupun mata tertutup II. TES-TES NON EQUILIBRIUM 1. Finger to Nose test 1 2 3 1 Dengan posisi duduk/berbaring meminta klien mengekstensikan lengannya. 2. Mintalah klien menyentuh ujung hidungnya dengan jari telunjuknya dengan gerakan perlahan kemudian dengan gerakan yang cepat. 2. Disdiadokinesia 1 2 3 1. Klien diminta menggerakkan kedua tangannya bergantian, pronasi dan supinasi dengan posisi siku diam 2. Mintalah klien melakukan gerakan tersebut secepat mungkin, baik dengan mata terbuka maupun dengan mata terututup Gangguan diadokinesia disebut disdiadokinesia SETELAH SELESAI PEMERIKSAAN 10

1. Jelaskanlah pada klien apa yang anda dapatkan pada semua pemeriksaan yang telah dilakukan. 2. Ucapkanlah kata perpisahan dengan klien dan usahakanlah membesarkan hati klien dengan harapan-harapan. 3. Lakukanlah cuci tangan rutin. 11