BIMBINGAN INDIVIDUAL DAN KELOMPOK ANTARA PENASEHAT AKADEMIK DAN MAHASISWA

dokumen-dokumen yang mirip
Sigit Sanyata

PEDOMAN BIMBINGAN DAN KONSELING MAHASISWA

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan membuka

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBIMBINGAN AKADEMIK

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK)

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KONTEKS TUGAS DAN EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :

KOMUNKASI DOSEN PENASEHAT AKADEMIK DALAM PENINGKATAN MUTU DAN KUALITAS MAHASISWA DI STAIN PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa kurang berkembang akan berdampak pada sikap mahasiswa yang apatis,

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

Pendekatan dan Teknik Bimbingan dan Konseling. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

Standard Operating Procedure (SOP) Pembimbingan Akademik Mahasiswa

Kelompok Materi : Materi Pokok

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

PERANAN ORANGTUA DAN PENDIDIK DALAM MENGOPTIMALKAN POTENSI ANAK BERBAKAT AKADEMIK (ABA)

Perencanaan Akademik Mahasiswa 1

BAB I PENDAHULUAN. ingin dicapai dari proses pendidikan yaitu menghasilkan manusia yang terdidik

Perspektif Historis Konseling

BIMBINGAN BELAJAR BAGI MAHASISWA

PPL BLOK WAKTU. Universitas Pendidikan Indonesia

MENGEMBANGKAN KOMPETENSI GURU MELALUI LESSON STUDY

PEDOMAN PEMBIMBINGAN AKADEMIK

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PEMBIMBINGAN AKADEMIK

ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING

STANDARD OPERATING PROCEDURE PEMBIMBINGAN AKADEMIK

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBIMBINGAN AKADEMIK

PENDEKATAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (R&D) DI BIDANG PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN. Oleh: Anik Ghufron

PEDOMAN PENASEHAT AKADEMIK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis refleksi terhadap pengembangan darf/pola

RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING. #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor

TAP (TEACHER ADVISOR PROGRAM) SEBUAH STRATEGI KOLABORATIF ANTARA GURU DAN KONSELOR

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

Silabus Bimbingan Konseling (01) Sekolah : SMA... Kelas : XI (Sebelas) Mata Pelajaran / Layanan : Bimbingan dan Konseling Semester : 1 ( Ganjil )

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK MODELING DI PAUD CENDEKIA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA KABUPATEN GORONTALO UTARA

BAB I PENDAHULUAN. depan, seperti pendidikan formal di universitas mahasiswa diharapkan aktif, kunci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

Perpustakaan Informasi mengenai perpustakaan di UB.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu periode transisi dari fase anak hingga fase

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

Pedoman Pelaksanaan Perwalian Institut Teknologi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

DESKRIPSI MATA KULIAH. KD 302 Bimbingan dan Konseling : S 1, 3 sks, semester 2

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

DEFINSI MODEL PERANGKAT ASUMSI, PROPORSI, ATAU PRINSIP YANG TERVERIFIKASI SECARA

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BUKU PEMBIMBINGAN AKADEMIK

Penggunaan Model Kooperatif Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Respons Mahasiswa Calon Guru pada Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

Disusun oleh Ari Pratiwi, M.Psi., Psikolog & Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog

PANDUAN PEMBIMBINGAN AKADEMIK MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA. Nama pembimbing akademik. Nama Mahasiswa :. NPM :.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

PROSEDUR SISTEM PENJAMINAN MUTU SOP PELAYANAN PEMBIMBING AKADEMIK

PEDOMAN PEMBIMBINGAN AKADEMIK POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

C. Melawati. et. al. JRPK Vol. 4 No. 1 Desember 2014

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

3. METODE PENELITIAN

115 Universitas Indonesia

BAB IV UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGANI STRES SEKOLAH

1 Universitas Indonesia

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KERJA KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KINERJA MAHASISWA PADA MATA KULIAH PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kegagalan di masa sekarang merupakan prediktor keberhasilan

Biro Konsultasi Psikologi

KEBERHASILAN KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI MENGATASI PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

Pembelajaran Berbasis Masalah dalam IPA Oleh: Dra. Singgih Trihastuti, M.Pd Widyaiswara LPMP D.I. Yogyakarta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

SILABUS. Nomor : 20 Mata Kuliah : Teori Bimbingan & Konseling Kelompok Kode Mata Kuliah : PPB520

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP LAYANAN INFORMASI DENGAN TEKNIK MODELING DALAM PEMILIHAN JURUSAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, perubahan di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya. Jalinan

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Tentang Layanan Bimbingan Karir. 1. Pengertian Layanan Bimbingan Karir

NAMA : NIM : PRODI : ANGKATAN : T.A. DOSEN PA : 1

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

Mengembangkan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study

Prosedur Pembimbingan Akademik

Transkripsi:

BIMBINGAN INDIVIDUAL DAN KELOMPOK ANTARA PENASEHAT AKADEMIK DAN MAHASISWA Penasehat Akademik dalam Layanan Bimbingan Individual dan Kelompok Salah satu peran dosen dalam membantu keberhasilan mahasiswa di Perguruan Tinggi adalah sebagai Penasehat Akademik (PA). Penasehat Akademik merupakan sebuah sistem di Perguruan Tinggi yang sebagai support system bagi mahasiswa dalam menjalani kehidupan akademik di Perguruan Tinggi. Layanan yang diberikan oleh Penasehat akademik bertujuan membantu mahasiswa dalam melakukan penyesuaian di Perguruan Tinggi, merencanakan program akademik, serta membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dialami mahasiswa yang dapat menghambat kelancaran program akademiknya. Keberadaan Penasehat Akademik di Perguruan Tinggi adalah sebagai layanan psikoedukasi. Penasehat Akademik berperan dalam membantu mahasiswa untuk memcapai kesuksesan akademik, kesuksesan karir, dan kesuksesan pribadi dan sosial. Secara khusus, peran Penasehat Akademik adalah membantu mahasiswa dalam: (1) pemantapan pemahaman mahasiswa tentang jurusan/program studi, (2) mengembangkan sikap, kebiasaan, dan keterampilan belajar, (3) mendisain perencanaan akademik dan karir, (4) melakukan penyesuaian dengan tuntutan belajar di perguruan tinggi, (5) membantu penyelesaian masalah-masalah yang dialami mahasiswa, dan (6) berkolaborasi dengan lembaga yang relevan di dalam maupun di luar Perguruan Tinggi dalam rangka membantu penyelesaian masalah mahasiswa. Pada umumnya, sebagai Penasehat Akademik, dosen membimbing 10-15 orang mahasiswa dari berbagai angkatan. Secara sistemik, setiap awal semester mahasiswa diharuskan bertemu dan berkonsultasi dengan Penasehat Akademik masing-masing untuk membicarakan rencana perkuliahan. Konsultasi antara Penasehat Akademik dan mahasiswa direkam dalam buku konsultasi mahasiswa. Konsultasi Penasehat Akademik 1

Layanan Penasehat Akademik pada umumnya dilakukan dalam bentuk konsultasi antara dosen dengan mahasiswa. Gutkin dan Curtis (1999) mengatakan bahwa konsultasi adalah layanan psikoedukasi yang berlandaskan pada kerangka kerja yang kooperatif dan mengarah pada penyelesaian masalah (problem-solving). Selanjutnya, menurut Caplan (1970), konsultasi adalah proses antara dua orang yang bertujuan untuk memecahkan masalah. Menurut Kurpius (1978), konsultasi adalah hubungan yang bersifat suka rela antara orang yang membantu (helper) dengan orang atau kelompok yang dibantu (helpee) di mana helper membantu helpee dalam memahami masalah dan memecahkan masalah yang sedang dialami oleh helpee atau yang potensial dialami helpee (Gladding, 1992, h. 274). Dapat dikatakan bahwa konsultasi merupakan bantuan yang diberikan oleh Penasehat Akademik dalam membantu pemecahan masalah dan pemerolehan keterampilan personal dan sosial yang bersifat jangka panjang (Putnam, et al. 2005). Dalam proses konsultasi antara Penasehat Akademik dengan mahasiswa isuisu yang dibicarakan biasanya berkaitan dengan kesuksesan akademik, kesuksesan karir, kesuksesan pribadi dan sosial serta hambatan-hambatan yang dialami oleh mahasiswa dalam mencapai kesuksesan tersebut. Selain itu, Penasehat Akademik dan mahasiswa bersama-sama mendisain perencanaan program akademik yang akan dijalani mahasiswa selama masa studinya. Perencanaan ini membantu mahasiswa untuk secara realistis mempertimbangkan kegiatan akademik dan non-akademik yang dijalaninya sehingga mahasiswa dapat merencanakan masa studi dan pencapaian indeks prestasi yang diinginkan sesuai dengan potensinya. Konsultasi dalam layanan Penasehat Akademik memiliki karakteristik yang unik. Menurut Gallessich (1985), karakteristik konsultasi adalah sebagai berikut: (1) konsultasi berorientasi pada isi/materi konsultasi (content-based), (2) konsultasi berorientasi pada tujuan, (3) konsultasi dilaksanakan dengan menjunjung tinggi peran dan peraturan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, (4) konsultasi berorientasi pada proses, dan (5) konsultasi berlandaskan pada ideologi dan sistem nilai (Gladding, 1992, h. 274). 2

Konsultasi dilakukan antara Penasehat Akademik dan mahasiswa dapat dilakukan beberapa kali dalam satu semester. Pada awal semester biasaya mahasiswa berkonsultasi kepada Penasehat Akademik dalam perencanaan program perkuliahan yaitu dalam menentukan mata kuliah yang akan diambil pada semester yang akan datang. Selain itu, konsultasi dilakukan untuk memantau perkembangan akademik dalam bentuk pencapaian nilai Indeks Prestasi. Di samping itu, konsultasi dilakukan dalam rangka memantau hambatan-hambatan yang dialami mahasiswa pada semester yang telah berlalu dan mengidentifikasi kemungkinan hambatan yang akan dialami pada semester mendatang. Khususnya bagi mahasiswa baru, Penasehat Akademik berperan dalam membantu mahasiswa menyesuaikan diri dengan tuntutan belajar dan sosialisasi di dunia Perguruan Tinggi. Hal ini krusial untuk dilakukan karena mahasiswa tahun pertama sedang mengalami masa transisi dari dunia sekolah ke dunia Perguruan Tinggi yang memiliki karakteristik dan tuntutan akademik yang berbeda. Selain itu, mahasiswa mengalami masa transisi sosial, mahasiswa mengalami perpindahan baik secara fisik masuk ke lingkungan baru yang membutuhkan proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial, serta perpindahan psikologis, yaitu perpindahan dari masa remaja akhir ke masa dewasa awal. Secara formal, universitas, fakultas, bahkan jurusan memiliki program yang membantu mahasiswa untuk mengenal dan memahami dunia Perguruan Tinggi melalui program-program yang ditujukan kepada mahasiswa baru seperti Masa Pengenalan Akademik (MPA). Namun program ini tidak mencukupi bagi mahasiswa untuk melakukan adaptasi dengan berbagai perbedaan karakteristik dan tuntutan sosial yang dihadapinya. Dalam hal ini, peran Penasehat Akademik sangat penting dalam membantu mahasiswa beradaptasi dengan berbagai perubahan yang dihadapi mahasiswa yang dibimbing. Seting Konsultasi Proses konsultasi antara Penasehat Akademik dan mahasiswa dapat berupa konsultasi individual maupun kelompok. Pada konsultasi individual, pada umumnya masalah yang dibahas adalah masalah-masalah yang lebih personal yang membutuhkan privasi dan hubungan yang lebih mendalam. Pada konsultasi 3

individual, Penasehat Akademik berperan dalam membantu mahasiswa untuk mengungkapkan masalahnya dengan lebih bebas, mengidentifikasi masalah, memahami masalahnya dan membantu mencari alternatif strategi yang paling memungkinkan untuk memecahkan masalah tersebut serta mengevaluasi implementasi strategi pemecahan masalah yang telah dipilihnya (Gladding, 1992, h. 279). Namun, berdasarkan riset yang dilakukan oleh Sugai, Horner, dan Gresham pada tahun 2002 mengatakan bahwa konsultasi individual cenderung lebih tidak efisien dan hasil yang diperoleh cenderung tidak menetap karena tidak terdapat dukungan sistemik dari teman sebaya (Putnam, et al. 2005). Selain konsultasi individual, konsultasi dapat dilakukan secara berkelompok. Konsultasi kelompok adalah konsultasi antara satu orang Penasehat Akademik dengan beberapa orang mahasiswa yang dilakukan pada tempat dan waktu yang telah disepakati sebelumnya. Dalam konsultasi antara Penasehat Akademik dan mahasiswa, konsultasi kelompok lebih efektif untuk dilakukan karena (1) dapat menjaring mahasiswa yang lebih banyak, (2) sesama mahasiswa dapat memberikan masukan kepada yang mahasiswa lain serta dapat mendapatkan masukan dari mahasiswa lain, (3) saling berbagi pengalaman dan saling memberikan dukungan satu sama lain, (4) dapat belajar melalui modeling dari mahasiswa lain (Corey, 1995). Proses konsultasi dalam seting kelompok biasanya membicarakan hal-hal yang umum seperti perencanaan perkuliahan. Namun tidak menutup kemungkinan untuk membicarakan masalah-masalah yang dialami mahasiswa seperti hambatan akademik baik dalam manajemen diri, hubungan dengan teman sekelas, dan hubungan dengan dosen mata kuliah atau masalah yang lebih personal seperti konflik dengan pacar atau orangtua. Konsultasi yang membahas tentang masalah-masalah yang dialami oleh mahasiswa dapat dilakukan oleh Penasehat Akademik untuk membantu mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahannya. Dalam hal ini, Penasehat Akademik bersama-sama dengan mahasiswa bertemu secara rutin untuk mencari alternatif penyelesaian masalah yang dihadapi mahasiswa. Dengan seting kelompok, setiap mahasiswa yang terlibat dapat membantu mahasiswa yang lain untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. 4

Dalam proses konsultasi, perubahan tingkah laku yang positif dapat lebih memungkinkan untuk terjadi bila Penasehat Akademik dapat mengembangkan dan mempertahankan interaksi yang positif dan penuh penghargaan dan kepercayaan dengan mahasiswa. Dengan kata lain, untuk mencapai interaksi yang positif, penuh penghargaan dan kepercayaan, Penasehat Akademik diharapkan dapat memperlihatkan sikap dan tingkah laku yang positif kepada mahasiswanya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan respon-respon yang empatik, penuh dengan dukungan dan penghargaan. Akan tetapi, Penasehat Akademik harus dapat memberikan batas yang jelas dalam berhubungan dengan mahasiswa (McIntyre, 2006). Model-Model Konsultasi Dalam seting pendidikan khusunya di Perguruan Tinggi, terdapat dua model konsultasi yang dapat digunakan, yaitu model mediasi (mediataion model) dan model proses konsultasi atau kolaborasi (process consultation or collaboration model). 1. Model mediasi (mediataion model) Pada model ini Penasehat Akademik bertindak sebagai koordinator yang berfungsi membantu menggabungkan berbagai layanan yang disediakan oleh Perguruan Tinggi bagi mahasiswa untuk memecahkan masalahnya. Dalam hal ini Penasehat Akademik dan mahasiswa bersama-sama melakukan beberapa kegiatan yaitu: Pertama, mengkoordinasikan layanan yang telah ada yang relevan dengan pemecahan masalah yang dialami mahasiswa, misalnya melakukan referal kepada Unit Layanan Bimbingan Konseling atau Lembaga Psikologi yang tersedia di Perguruan Tinggi. Kedua, mendisain rencana alternatif berbagai layanan yang dibutuhkan mahasiswa. 2. Model kolaboratif (process consultation or collaboration model) Pada model ini Penasehat Akademik bertindak sebagai fasilitator dalam proses penyelesaian masalah. Peran utamanya adalah membuat mahasiswa secara aktif terlibat dalam pencarian solusi dan pemecahan masalah. Penasehat Akademik dan mahasiswa bersama-sama mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah secara jelas dan mendalam, mendisain alternatif solusi yang dapat dilakukan, 5

mengimplementasikan dan mengevaluasi rencana pemecahan masalah yang telah dilakukan. Selain itu Penasehat Akademik menciptakan atmosfir yang kondusif bagi proses konsultasi dengan menampilkan ketulusan personal dan respon-respon yang menerima mahasiswa (Gladding, 278-279) Dengan model ini, Penasehat Akademik berperan dalam membantu mahasiswa memcahkan masalahnya sendiri dan membantu mahasiswa untuk dapat mengembangkan sikap mandiri baik di bidang akademik, karir, personal dan sosial. Selain itu, Penasehat Akademik mengajarkan mahasiswa menggunakan strategi-strategi menghadapi berbagai kondisi yang mengancam (survival). Contohnya, pembelajaran strategi menghadapi orang lain yang bermaksud melakukan pelecehan seksual. Selain itu, Penasehat Akademik mengajarkan strategi-strategi pemecahan masalah yang dapat dilakukan sendiri dalam kehidupan kesehariannya. Misalnya: mengajarkan relaksasi untuk menenangkannya menghadapai masa ujian, konsultasi dengan dosen pembimbing dan sidang skripsi. Model konsultasi kolaboratif cocok digunakan dalam hubungan antara Penasehat Akademik dan mahasiswa karena model ini lebih aman dan tidak begitu mengancam (less threatening) bagi mahasiswa dari pada model-model konvensional lainnya. Hal ini disebabkan karena model ini mengajarkan mahasiswa tentang prinsip-prinsip dasar psikologis dan self-management (Walters, 2004). Menurut Penny dan Coe (2004), konsultasi antara Penasehat Akademik dan mahasiswa bukan hanya berpengaruh positif kepada mahasiswa tetapi bagi dosen yang bersangkutan. Menurut penelitian mereka, konsultasi dapat meningkatkan efektivitas mengajar dosen karena dosen mendapatkan informasi tentang karakteristik mahasiswa termasuk masalah-masalah dan hambatan-hambatan yang dialami. Dengan demikian, dosen dapat mengubah proses pembelajaran di kelasnya untuk membantu meminimalisir permasalahan dan hambatan yang dialami oleh mahasiswa. 6

Langkah-Langkah Konsultasi Dalam proses konsultasi antara Penasehat Akademik dan mahasiswa, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan. Dustin dan Ehly (1984) mengetengahkan model konsultasi yang cocok digunakan di seting sekolah dan Perguruan Tinggi, yaitu sebagai berikut: 1. Tahap permulaan (Phasing in). Fokus pada tahap ini adalah membangun hubungan antara dosen dan mahasiswa. Penasehat Akademik menggunakan keterampilan mendengar aktif (active listening), membuka diri (self disclosure), empati dan membangung kepercayaan 2. Tahap identifikasi masalah (Problem identification). Pada tahap ini Penasehat Akademik melakukan elaborasi terhadap masalah yang dialami mahasiswa dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk mendalami isi masalah, merefleksikan perasaan mahasiswa, mengklarifikasi permasalahan, serta menyimpulkan isi pembicaraan yang telah dilakukan. 3. Tahap implementasi (Implementation). Pada tahap ini dosen bersama mahasiswa mencari strategi pemecahan masalah, menetapkan strategi yang akan digunakan dan mengujicobakan strategi tersebut 4. Tahap tindak lanjut dan evaluasi (Follow up and evaluation). Pada tahap ini dosen mengevaluasi proses implementasi strategi pemecahan masalah dan menentukan kelanjutan strategi tersebut. 5. Tahap pengakhiran (Termination). Pada tahap ini dosen memberikan feed back atas proses konsultasi dan secara gradual membuat jarak konsultasi (Gladding, 1992, h. 284). 7

Konsultasi dapat direncanakan dan dilakukan oleh Penasehat Akademik dan mahasiswa secara terprogram. Pada umumnya, konsultasi terprogram dilaksanakan secara berkelompok, namun tidak menutup kemungkinan untuk konsultasi secara individual. Penasehat Akademik dapat membuat jadwal pertemuan rutin bersamasama dengan mahasiswa yang dilakukan selama satu semester. Misalnya dijadwalkan dua kali pada awal semester untuk membahas perencanaan akademik dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar semester yang telah berlalu. Satu kali dilakukan di tengah semester untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi ujian tengah semester dan membahas masalah-masalah yang dialami selama setengah semester. selanjutnya satu kali menjelang akhir semester, yaitu untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi ujian akhir semester. Selain itu, Penasehat Akademik memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang ingin berkonsultasi secara individual dengan memberikan jadwal konsultasi atau menetapkan aturan main seperti dengan perjanjian. Latihan bimbingan Individual 8

Daftar Pustaka Corey, G. (1986). Theory and practice of counseling and psychotherapy, 3 rd. California:Brooks/Cole Gladding, S.T. (1992). Counseling a comprehensive profession, 2 nd ed. New York Maxwel MacMillan International Penny, A. R. & Coe, R. (2004). Effectiveness of Consultation on Student Ratings Feedback: A meta-analysis. Review Of Educational Research. 74; 215 Putnam, R. P., Handler, M. W., Rey, J., & McCarty, J. (2005). The Development of Behaviorally Based Public School Consultation Services. Behav Modif. 29; 521 Venkatesh, S. (2006). Group counseling. Diakses pada 17 Juli 2008. sumber: http://changingminds.org/index.htm Walters, G. D. (2004). Predictors of Early Termination in a Prison-Based Program of Psychoeducation. The Prison Journal 2004; 84; 171 9