BAB II KAJIAN TEORETIK. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang

dokumen-dokumen yang mirip
KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

BAB IV PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang pemilihan umum

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut Sudiono Sastroatmodjo (1995: 3) adalah :

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

PERILAKU MEMILIH GENERASI MUDA KELUARGA ANGGOTA POLRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH 2013 Studi di Asrama Polisi Sendangmulyo Kota Semarang

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU PEMILIH PEREMPUAN DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DI KOTA MALANG TAHUN 2014 Vindi Hanindya

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

xiv digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI. kamus besar Bahasa Indonesia adalah uang sogok. 1 Politik uang adalah

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2009 negara Indonesia melaksanakan pemilu yang ke-10

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemilihan umum. Perilaku memilih dapat ditujukan dalam memberikan suara. Kepala Daerah dalam Pemilukada secara langsung.

BAB II LANDASAN TEORI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Voting Behavior. Perilaku pemilih (voting behavior) merupakan tingkah laku seseorang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Walau pemilihan umum seringkali dijadikan alat legitimasi bagi rezim otoriter.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

PENDAHULUAN Latar Belakang

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM DPR, DPD DAN DPRD. Komisi Pemilihan umum

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB III PEMILIH YANG MEMBERIKAN SUARA DI TPS LAIN DAN DALAM KEADAAN TERTENTU

BAB II KAJIAN TEORI. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu:

Firmanzah, PhD. Pasca Sarjana Ilmu Manajemen University of Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merefleksikan penelitian-penelitan terdahulu. Dalam

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam

Materi Bahasan. n Definisi Partai Politik. n Fungsi Partai Politik. n Sistem Kepartaian. n Aspek Penting dalam Sistem Kepartaian.

Jurnal Politik Muda, Vol. 5, No. 3, Agustus Desember 2016,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

PERILAKU PEMILIH DI KELURAHAN PENYENGAT PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH KOTA TANJUNGPINANG TAHUN Naskah Publikasi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RELAWAN DEMOKRASI

BAB IV HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIH, KONSUMSI MEDIA, DAN INTERAKSI PEERGROUP, DENGAN PERILAKU PEMILIH KABUPATEN BREBES PADA PEMILIHAN PRESIDEN 2014

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan aplikasi berbagai disiplin ilmu manajemen seperti marketing. Hal

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

PANDUAN WAWANCARA. Panduan wawancara ini bersifat terbuka sebagai penuntun di lapangan penelitian, untuk

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi electoral atau demokrasi formal. Demokrasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik demokratik modern. Secara universal Pemilihan Umum adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan penelitian terhadap strategi komunikasi pemasaran

MODEL C 1 DPR UKURAN PLANO

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

ABSTRAKSI. Kata kunci : PEMILUKADA, perilaku memilih

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.

I. PENDAHULUAN. mengubah tatanan dunia mulai dari tingkat kesejahteraan masyarakat, struktur

BAB I PENDAHULUAN. mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.

BAB IV PENUTUP. KPU RI terkait fasilitasi penyandang Difabel. Perbaikan dalam. enggannya Difabel berpartisipasi saat pemilu. Perbaikan di KPU Kota

BAB II. Kerangka Konseptual dan Teori

II. TINJAUAN PUSTAKA. Strategi merupakan teknik perencanaan dalam mensukseskan tujuan dalam

PERILAKU MEMILIH WARGA BULELENG DALAM PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI BULELENG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

PERILAKU MEMILIH PEMILIH PEMULA MASYARAKAT KENDAL PADA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

LAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat, maka kekuasaan harus dibangun dari bawah. diantaranya adalah maraknya praktik-praktik money politics.

BAB V. Penutup. A. Kesimpulan

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2017 tentang PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM RAYA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORETIK Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian ang akan dilakukan, adalah teori mengenai variabel-variabel permasalahan yang akan di teliti. 1 A. Perilaku Pemilih Pemilih adalah semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan 2. Pemilih dalam hal ini dapat berupa kontestan yang merasa diwakili oleh suatu ideology tertentu yang kemudian termanifestasi dalam intitusi seperti parti partai politik. Berdasarkan UU No. 10 tahun 2008 pemilih adalah warga Negara Indonesia yang telah genap berusia 17 tahun, atau sudah pernah kawin. Tetapi dalam pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) yang berhak memberikan hak pilihnya adalahpemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilihan Tetap (DPT) yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) tetapi karena alas an tertentu pemilih tidak bias menggunakan hak pilihnya ditempat pemungutan suara (TPS) tempat dian terdaftar. Dalam peraturan (KPU) No. 35 tahun 2008 tentang pemungutan dan perhitungan suara, untuk dapat menggunakan hak pilihnya pemilih tersebut harus mendaftar diri ke TPS yangbaru paling lambat tiga hari sebelum pemunguitan suara. Jadi secara garis besar pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk 1 Mordalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposional, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Hal. 41 2 Joko J. Prihatmoko,Pilkada Secara Langsung, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). Hal. 46

mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya pada kontestan yang bersangkutan. B. Pendekatan Perilaku Pemilih Perilaku merupakan sifat alamiah manusia yang membedakannya atas manusia lain., dan menjadi ciri khas individu atas individu yang lain. Dalam kontekd politik, perilaku dilategorikan sebagai interpretasi antara pemerintah dan masyarakat, lembaga-lembaga pemerintahan, dan diantara kelompok individual dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku politik. Di tengah masyarakat individuberperilaku dan berinteraksi, sebagian dari perilaku dan interaksi dapat ditandai akan berupa perilaku politik, yaitu perilaku yang bersangkut paut dengan proses politik. Sebagaian lainnya berupa perilaku ekonomi, keluarga, agama, dan budaya. Termasuk kedalam kategori ekonomi, yakni kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, menjual dan membeli barang dan jasa, mengkonsumsi barang dan jasa,menukar, menanam, dan menspekulasikan modal. Namun, hendaklah diketahui pula tidak semua individu ataupun kelompok masyarakat mengerjakan kegiatan politik 3. Aktifitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih (to vote or not to vote) di dalam suatu pemilihan umum. Bila voters menentukan untuk memilih (to vote) maka voters akan memilih mendukung kandidat tertentu 4. 3 Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Grasindo, 1992), Hal. 15 4 Arbi Sanit, Partai, Pemilu dan Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), 170

Menurut Affan Gaffan, utnuk menganalisia perilaku pemilih, maka terdapat duan pendekatan yaitu pendekatan sossiologis (dikenal dengan mahzab Columbia) dan pendekatan psikologis (dikenal dengan mahzab Michigan). Pendekatan sosiologis menyatakan bahwa preferensi politik termasuk preferensi pemberian suara di kota, pemilihan merupakan produk dari karakteristik social ekonomi seperti profesi, kelas social, agama, dan lain-lain. Dengan kata lain latar belakang seorang atau kelompok orang seperti jenis kelamin, kelas social, ras, etnik, agama, ideology, da nasal daerah merupakan variable independen yang mempengaruhi keputusan memilih, selanjutnya untuk pendekatan psikologis, mengungkapkan bahwa keputusan memilih terhadap partai politik atau kandidat performa pemerintah yang saat itu berkuasa, isu-isu yang dikembangkan oleh kandidat, dan loyalitas terhadap partai 5. Menurut Adman Nursal ada beberapa pendekatan yang bias digunakan untuk melihat perilaku memilih diantaranya : a. Pendekatan Sosiologis Mahzab colombiapendekatan sosiologis menjelaskan bahwa karakteristik social dan pengelompokkan social, usia,jenis kelamin, pekerhaan agama, latar belkang keluarga, kegiatan dalam kelompok formal dan informal lainnya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku memilih. b. Pendekatan Psikologis 5 Affan Gaffan, Javanese voters.hal 4-9

Mahzab Michigan menggaris bawahi adanya sikap politik para pemberi suara yang menetap. Teori ini didasari oleh konsep sikap an sosialisasi. c. Pendekatan Rasional Pemilih yang dapat melakukan penilaian secara valid atas tawaran yang dilakukan oleh kandidat. Selain itu, pemilih rasional memiliki motivasi, prinsip, pengetahuan, dan mendapat informasi yang cukup. Tindakan dalam pengambilan keputusan memilih bukan pada factor kebiasaan atau kebetulan, bukan pula menurut pertimbangan dan pemikiran logis. d. Pendekatan Marketing Newman dan Sheth mengembangkan model perilaku pemilih berdasarkan beberapa domain yang terkait dengan marketing,. Menurut model ini, perilaku memilih ditentukan oleh tujuan domain kognitif yang berbeda dan terpisah, sebagai berikut. 1) Isu dan Kebijakan Publik Komponen isu dan kebijakan Publik mempresentasikan kebijakan atau program yang diperjuangkan dan dijanjikan oleh partai atau kandidat partai politik jika kelak menang. 2) Citra Sosial Citra social adalah citra kandidat dlam pemikiran pemilih mengenai m kelompok social mana atau tergolong sebagai apa seorang kandidat politik. 3) Perasaan Emosional Dimensi yang terpancar dari sebuah kontestan yang ditujukan oleh politik yang ditawarkan.

4) Citra Kandidat Mengacu pada sifat pribadi yang penting yang dianggap sebagai karakter kandidat. 5) Peristiwa Mutakhir Mengacu pada himpunan peristiwa, isu dan kebijakan yang berkembang menjelang dan selama kampanye. 6) Perristiwa Personal Mengacu pada kehidupan pribadi dan peristiwa yang pernah dialami secara pribadi yang dialami oleh kandidat. C. Tipologi Pemilih Dalam memilih sebuah partai politik maupun kontestan, pemilih memiliki perilaku dalam mengambil dalam menentukan pilihannya. Pereilaku ini berasal dari persepsi pemilih dalam melihat profil maupun trade record dari partai politik maupun kandidat atau caleg. Terkadang perilaku pemilih ini rasional dalam nentukan keputusannya. Firmanzah membagi kesamaan yang akan dalam menilai kedekatan dengan partai politik atau kontestan yaitu, pertama, kesamaan akan hasil akhir ingin di capai (poli)cyproblem sloving). Dan kedua, kesamaan akan faham dan nilai dasaar igeologi (ideology dengan salah satu partai atau seorang kandidat 6. Atas dasar model kesamaan dan kedekatan ideology dan policy problem sloving, menurut Firmanza terdapat empat tipologi 7. Sebagai berikut : 1. Pemilih Rasional 6 Firmanza, Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), Hal 115 7 www.academia.edu/1236615/perilaku_pemilih_perempuan_dalam_pendidikan_umum_presiden_dan_wakil_pre siden_di_kota_malang_tahun_2014

Pemilih rasional ini memiliki kemampuan orientasi yang cukup tinggi terhadap policy-problem-sloving dan berorientasi rendah untuk factor ideologi. Pemilih dalam hal ini lebih mengutamakan partai politik atau calon peserta pemilu dengan programkerjanya, mereka melihat program kerja tersebut melalui kinerja partai atau kontestan dimasa lampau, dan program yang ditawarkan sang calon atau partai politik dalam menyelesaikan berbagai masalahan yang sedang terjadi. Pemilih jenis ini memiliki ciri khas yang tidak begitu mementingkan ikatan ideology kepada suatu partai politik atau seorang kontestan. Hal terpenting bagi pemilih jenis ini adalah apa yang bisa (dan yang telah) dilakukan oleh sebuah partai atau seorang kontestan pemilu. 2. Pemilih Kritis Proses untuk menjadi jenis pemilih ini bisa terjadi melalui dua hal yaitu pertama, jenis pemilih ini menjadikan nilai ideologis sebagi pijakan untuk menetukan partai atau kontestan pemilu mana mereka akan berpihak dan selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang akan atau yang telah dilakukan. Kedua, bisa juga terjadi sebaliknya dimana pemilih tertarik dulu dengan program kerja yang ditawarkan sebuah partai atau kontestan baru mencoba kemudian memahami nilai-nilai dan faham yang melatar belakangi pembuatan sebuah kebijakan. Pemilih jenis ini adalah pemilih kritis, artinya mereka akan selalu menganalisis kaitan antara sistem ideology partai dengan kebijakan yang di buat. 8 3. Pemili Tradisional Jenis pemilih ini memiliki ideology yang sangat tinggi dan tidak terlalu melihat kebijakan partai politik atau seorang kontestan dengan sesuatu yang penting dalam 8 Ardial, Komunikasi Politik,.. Hal.144

mengambil keputusan. Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosialbudaya, nilai, asal-usul, paham dan agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai politik atau kontestan pemilu, Kebijakan seperti yang berhubungan dengan masalah ekonomi, kesejahteraan, pendidian dan lainnya dianggap prioritas kedua. Pemilih jenis ini mudah dimobilisasi selama massa kampanye, pemilih jenis ini memiliki loyalitas yang sangat tinggi. Mereka menganggap apa yang dilakukan oleh seorang kontestan pemilu atau partai politik yang merupakan kebenaran yang tidak bisa ditawar lagi. 4. Pemilih Skeptis Pemilih ini tidak memiliki orientasi ideology yang cukup tinggi dengan sebuah partai politik atau kontestan pemilu. Pemilih ini juga tidak menjadikan sebuah kebijakan menjadi suatau hal yang penting. Kalaupun mereka berpartisipasi dalam pemilu, biasanya melakukan secara acak atau random. Mereka berkeyakinan bahwa siapapun yang menjadi pemenangdalam pemilu hasilnya sama saja, tidak ada perubahan yang berarti yang dapat terjadi bagi kondisi daerah atau Negara ini. 9 9 Randi R & Riant Nugroho, Menejemen Pemberdayaan, (Jakarta: Elek Media Komputindo, 2007), Hal. 103-104