TEKNIK APLIKASI PUPUK MIKROBA PADA KACANG TANAH DI LAHAN KERING IKLIM KERING SEMIN, GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA.

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MIKROBA KONSORSIA Azotobacter sp. dan Pseudomonas sp. TERHADAP HASIL CAISIM PADA TANAH MASAM ULTISOL JASINGA

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

TEKNIK APLIKASI PUPUK HAYATI UNTUK EFISIENSI PEMUPUKAN DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN PUPUK KIMIA TERHADAP SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PUPUK NPK MAJEMUK TERHADAP HASIL PADI VARIETAS CIHERANG DAN SIFAT KIMIA TANAH INCEPTISOL, BOGOR

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMUPUKAN LAHAN SAWAH BERMINERAL LIAT 2:1 UNTUK PADI BERPOTENSI HASIL TINGGI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGELOLAAN HARA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH BUKAAN BARU DI HARAPAN MASA-TAPIN KALIMANTAN SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan. penduduk, kebutuhan akan pangan dan sayuran segar juga terus meningkat.

Kata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering

I. PENDAHULUAN. Mentimun merupakan suatu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

IV. HASIL PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PANEN JAHE

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

VERIFIKASI REKOMENDASI PEMUPUKAN P DAN K PADA TANAMAN KEDELAI LAMPUNG TIMUR

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut

RESPON TANAMAN KARET DI PEMBIBITAN TERHADAP PEMBERIAN PUPUK MIKRO MAJEMUK

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terjadi peningkatan produksi tanaman (Syekfani,2000). Pupuk

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK MENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK

I. PENDAHULUAN. Saat ini kelangkaan pupuk menjadi suatu masalah di Indonesia. Harga pupuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

Pemanfaatan Pupuk Organik untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah dan Kualitas Tanaman

I. PENDAHULUAN. digunakan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun industri makanan. Tidak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

Transkripsi:

TEKNIK APLIKASI PUPUK MIKROBA PADA KACANG TANAH DI LAHAN KERING IKLIM KERING SEMIN, GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA. J. Purwani, R. Saraswati, E. Yuniarti, dan Mulyadi ABSTRAK Pengembangan pertanian lahan kering DIY kendala utamanya adalah lahan kritis dengan status hara rendah sampai sangat rendah. Untuk memperbaiki kondisi lahan tersebut salah satu alternatif yang banyak dilakukan adalah dengan pemberian bahan organik. Penggunaan pukan sebagai pupuk tanaman merupakan suatu siklus unsur hara yang sangat bermanfaat dalam mengoptimalkan penggunaan sumberdaya alam yang terbarukan. Disisi lain penggunaan pukan dapat mengurangi unsur hara yang bersifat racun bagi tanaman menambah bahan organik untuk pemeliharaan dan peningkatan bahan organik tanah, khususnya lahan kering merupakan hal yang utama. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering dalam meningkatkan produksi kacang tanah dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yaitu pupuk kandang dan pupuk mikroba. Berbagai takaran pupuk kimia, pupuk mikroba dan pupuk organik dikombinasikan untuk memperoleh hasil yang maksimum dalam peningkatan produksi kacang tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan Tanpa NPK+Nodulin+P-Alam (setara ½ takaran rekomendasi SP- 36)+BioPhos+Bio-organik 2t/ha menghasilkan polong kering kacang tanah tertinggi yaitu 1,52 t/ha, hasil ini meningkat sebesar 25,62% dibandingkan takaran rekomendasi setempat (50 kg/ha Urea, 50 kg/ha SP-36, 100 kg/ha KCl), atau meningkat sebesar 17,83% dibandingkan takaran petani ((Tanpa pupuk N+30 kg/ha SP-36+30 kg/ha KCl+1 t/ha pupuk kandang). Populasi bakteri tertinggi dicapai pada perlakuan takaran rekomendasi (50 ka/ha Urea+50 kg/ha SP36+100 kg/ha KCl) yaitu sebesar 3,23 x 10 6 spk/g tanah. Perlakuan Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+biophos 200 g/ha+12,5 kg/ha SP-36+25 kg/ha KCl menunjukkan aktivitas respirasi tertinggi yaitu sebesar 10,88 mgc-co 2 /100 g tanah. PENDAHULUAN Produktivitas kacang tanah petani masih rendah, yakni 0,6 1, 2 t/ha di lahan kering, sedangkan pada lahan sawah sekitar 1,2-1,8 t/ha. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kacang tanah petani adalah belum digunakannya pupuk secara tepat dan efisien, pengendalian gulma, hama dan penyakit belum baik dan pengairan sering tidak tepat saat tanaman membutuhkannya (Sudaryono, 2000). Untuk mencukupi kebutuhan kacang tanah diperlukan peningkatan produksi yang mengacu pada efisiensi penggunaan input 459

J. Purwani et al dan sumberdaya alam. Respon tanaman kacang tanah terhadap pemupukan kurang konsisten dan dipengaruhi oleh jenis tanah dan pupuk yang diberikan pada tanaman sebelumnya. Pengembangan pertanian lahan kering di DIY kendala utamanya adalah lahan kritis dengan status hara rendah sampai sangat rendah. Memperbaiki kondisi lahan adalah dengan memperbaiki tingkat kesuburan tanah baik fisika maupun kimianya. Salah satu alternatif yang banyak dilakukan adalah dengan pemberian bahan organik. Perimbangan antara pemberian pupuk kimia dan bahan organik sangat menentukan hasil yang dicapai. Kenyataan pemberian pupuk fosfat dengan takaran sedang akan lebih efisien daripada takaran pupuk fosfat takaran tinggi (Suhardjo., et al. 1995). Disamping sebagai penyedia unsur hara, pupuk organik juga dapat berfungsi dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Oleh karenanya, penambahan bahan organik untuk pemeliharaan dan peningkatan bahan organik tanah, khususnya lahan kering merupakan hal yang utama. Pada lahan kering, pupuk kandang (pukan) dapat diaplikasikan dengan beberapa cara yaitu disebar di permukaan tanah kemudian dicampur pada saat pengolahan tanah, atau dalam larikan atau dalam lubang tanam. Metode aplikasi berkaitan dengan tanaman yang akan ditanam. Selain itu pukan yang akan diberikan juga berbeda jumlahnya tergantung dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Penggunaan pukan sebagai pupuk tanaman merupakan suatu siklus unsur hara yang sangat bermanfaat dalam mengoptimalkan penggunaan sumberdaya alam yang terbarukan ( Hartatik dan Widowati, 2006). Beberapa pupuk mikroba dan biodekomposer telah dihasilkan. Nodulin adalah pupuk hayati penambat nitrogen untuk membantu dan meningkatkan ketersediaan N tanah melalui penambatan nitrogen pada kacang tanah. Biophos untuk meningkatkan keterdediaan P tanah. Selain itu MDec untuk menghasilkan Bioorganik dengan cara mengomposkan pupuk kandang dengan MDec. Pemanfaatan MDec adalah untuk mempercepat proses dekomposisi pupuk kandang sapi agar dapat digunakan lebih cepat. Pupuk P-alam merupakan pupuk sumber P yang mempunyai prospek yang baik, selain biaya pengadaannya lebih murah juga mempunyai efektivitas relatif sama atau bahkan lebih tinggi dari pada pupuk TSP (Diamond et. al, 1986) Penggunaan pupuk P-alam dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk P. Pemanfaatan mikroorganisme dalam pertanian merupakan alternatif yang murah untuk meningkatkan kesuburan tanah, efisiensi pemupukan dan 460

Teknik Aplikasi Pupuk Mikroba Pada Kacang Tanah mengurangi bahaya pencemaran. Namun keberhasilan pemanfaatannya sangat dipengaruhi oleh kualitasnya. Kesesuaian inokulan dengan tanah yang diinokulasi sangat menentukan keberhasilan pemberian inokulan (Hastuti, et al., 2006). Dalam lingkungan tanah, komponen pembatas aktivitas mikroba adalah ketersediaan substrat karbon. Penambahan substrat karbon ke dalam tanah, seperti inkorporasi sisa tanaman atau pukan (pupuk organik) akan memacu perkembang-biakan, aktivitas, dan populasi mikroba. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering dalam meningkatkan produksi kacang tanah dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yaitu pukan dan pupuk mikroba. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan pada lahan kering Alfisols, Dusun Kabu Desa Semin, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah tersebut mempunyai ketinggian 254 m dpl. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok, 10 perlakuan dengan 3 (tiga) ulangan. Ukuran petak percobaan adalah 5m x 4m dengan jarak tanam 20cm x 20cm. Susunan perlakuan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Susunan perlakuan pemupukan kacang tanah di Semin No. Urea SP-36 KCl Pukan (1) Pukan- MTM (2) Bioorganik (3) Nodulin Biophos P-alam...Kg/ha......t/ha... g/ha Kg/ha 1 - - - - - - - - - 2 50 50 100 - - - - - - 3-30 30 1 - - - - - 4-25 50 - - - 200 - - 5-12,5 50 - - - 200 200-6 - 12,5 25 - - 200 200-7 - 30 30 - - 2 - - - 8-30 30-2 - - - - 9 - - - - - 2 200 200 45 10 - - - - - 2 200 200 22,5 Keterangan : (1). Pukan yang dipakai adalah pukan sapi (2). Pukan- MTM: Pukan yang dikomposkan dengan MDec (3). Bioorganik : Pukan- MTM yang diperkaya dengan MTM-Biofertilizer Pukan yang digunakan adalah pukan sapi yang sudah matang, yaitu pukan yang ditumpuk saja dalam kandang hingga 3-6 bulan. Pukan-MTM adalah pukan yang masih segar difermentasi dengan MDec selama 2-3 minggu. Bioorganik adalah Pukan-MTM yang diperkaya dengan MTM-Biofertilizer. Nodulin adalah 461

J. Purwani et al pupuk mikroba yang berfungsi untuk membentuk bintil akar pada tanaman kacang-kacangan (mengandung Rhizobium). Biophos adalah pupuk hayati yang berisi bakteri pelarut fosfat untuk meningkatkan P-tersedia tanah. Pengamatan dilakukan pada fase vegetatif terhadap tinggi tanaman sampai saat fase primordia bunga. Pada saat panen diamati bobot brangkasan basah, bobot brangkasan kering, bobot polong basah, bobot polong kering. Contoh tanah dan tanaman tempat percobaan diambil dan dianalisis pada awal (sebelum tanam), akhir fase vegetatif (fase pembungaan) dan panen. Analisis kimia tanah meliputi kandungan N, P dan K tersedia, KTK, ph. Analisis tanaman meliputi kandungan N,P dan K. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan C dan N termasuk sangat rendah, sedangkan C/N rasio termasuk rendah. P dan K potensial (HCl 25%) sangat tinggi, K dd termasuk sangat tinggi, P tersedia termasuk sedang dan K tersedia sangat tinggi, ph tanah termasuk agak masam, kapasitas tukar kation tinggi (Tabel 2). Pukan-petani (pupuk kandang yang hanya ditumpuk, tanpa diinokulasi dengan mikroba dekomposer Mdec), adalah hasil kumpulan dari pembersihan kandang yang kemudian dikumpulkan dan ditumpuk disamping kandang kurang lebih 3-6 bulan. Sedangkan Pukan-MTM adalah kotoran hewan (sapi) yang diinokulasi dengan MDec kemudian difermentasikan dalam waktu sekitar 2-3 minggu (Tabel 3). Tampak bahwa kadar K dalam pukan yang menggunakan MDec lebih tinggi daripada pukan-petani (tanpa MDec). Kandungan hara dalam kotoran hewan (sapi) menunjukkan bahwa kadar N, dan K lebih kecil dibandingkan dengan yang dikomposkan lebih dahulu dengan mikroba dekomposer, penggunaan MDec untuk fermentasi kotoran hewan akan meningkatkan status hara K pupuk organik yang dihasilkan. 462

Teknik Aplikasi Pupuk Mikroba Pada Kacang Tanah Tabel 2. Hasil analisis contoh awal tanah di lahan penelitian. Sifat-sifat tanah Metode Nilai Kriteria Tekstur Lempung berdebu Pasir (%) 3,0 Debu (%) 43,0 Liat (%) 54,0 ph H 2 O 6,4 Agak masam KCl 5,3 Bahan organik C-organik (%) 0,87 Sangat rendah N-total (%) 0,10 Sangat rendah C/N 8,7 rendah P dan K potensial Ekstrak HCl 25% P 2 O 5 (mg/kg) 347 Sangat tinggi K 2 O (mg/kg) 349 Sangat tinggi P tersedia Olsen P 2 O 5 (mg/kg) 14 sedang Nilai tukar kation Ekstrak ammonium asetat 1M, ph 7 Ca (Cmol/kg) 13,67 tinggi Mg (Cmol/kg) 3,96 Tinggi K (Cmol/kg) 1,37 Sangat tinggi Na (Cmol/kg) 0,27 rendah Jumlah 19,28 KTK (Cmol/kg) Ekstrak ammonium asetat 1M,pH7 26,66 tinggi KB (%) Ekstrak ammonium 72 tinggi asetat1m,ph 7 Kemasaman Ekstrak KCl 1M Al 3+ 0 H + 0,12 Tabel 3. Kandungan N, P, K pupuk kandang (pukan). Jenis penetapan Jenis Bahan C N P K.. %. Pukan-petani 7,98 1,59 0,66 2,56 Kohew (Kotoran hewan) 15,41 1,02 0,66 0,84 Pukan-MTM 8,54 1,22 0,64 3,51 Keterangan : Pukan-petani adalah kotoran sapi yang ditumpuk selama 3-6 bulan, tanpa inokulasi dengan mikroba dekomposer (MDec) Pukan-MTM adalah kotoran sapi yang dikomposkan dengan MDec 463

J. Purwani et al Pengaruh aplikasi pupuk mikroba terhadap pertumbuhan tanaman fase berbunga Pada Tabel 4 tampak bahwa pemberian Bio-Organik 2 t/ha meningkatkan tinggi tanaman secara nyata dibandingkan dengan pemberian pukan-petani, tinggi tanaman meningkat sebesar 57,12%. Tinggi tanaman pada perlakuan Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha KCl + Bioorganik 2 t/ha dan tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl + pukan-mtm 2 t/ha menunjukkan tinggi tanaman berbeda nyata, masing-masing sebesar 26,05 cm dan 17,83 cm. Hal ini menunjukkan pemberian Bioorganik 2 t/ha meningkatkan secara nyata tinggi tanaman dibandingkan dengan pukan-mtm. Tinggi tanaman meningkat sebesar 46,10%. Hal ini menunjukkan bahwa pengkayaan kompos dengan pupuk hayati menunjukkan pertumbuhan tanaman lebih baik dibandingkan hanya dengan kompos saja. Tabel 4. Pertumbuhan tanaman kacang tanah fase primordia No. Perlakuan Tinggi tanaman Jumlah cabang cm 1. Tanpa perlakuan (Kontrol, tanpa N,P,K) 13,58 a 4,17 a 2,56 c 2. Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea 50 kg/ha SP36-100 kg/ha KCl) 25.75 c 4.17 a 5.69 a 3. Perlakuan petani (Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukanpetani Berat kering/tanaman g/tanaman 16.58 ab 4.17 a 4.74 ab 4. Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl 15.33 ab 4.00 a 2.77 c 5. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl pupuk KCl 6. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 25 kg/ha KCl 13.75 a 4.17 a 3.42 bc 18.50 ab 4.17 a 4.72 ab 7. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha KCl + Bioorganik 2 t/ha 26.05 c 4.17 a 5.48 a 8. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl + pukan-mtm 2 t/ha 17.83 ab 4.67 a 4.07 abc 9. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha) 10. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (¼ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha) 20 b 4.17 a 5.40 a 14.58 ab 4.17 a 2.85 c Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan. 464

Teknik Aplikasi Pupuk Mikroba Pada Kacang Tanah Berat kering tanaman tertinggi pada fase primordia dicapai pada perlakuan pemberian pupuk dengan takaran rekomendasi (50-50-100), berat kering tanaman yang paling tinggi (5,69 g/tanaman). Perlakuan pupuk yang lebih rendah dari pada takaran rekomendasi menunjukkan tinggi tanaman yang setara dengan takaran rekomendasi, hasil ini dapat dicapai juga dengan perlakuan tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha KCl + BioOrganik 2 t/ha, dan perlakuan tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (½ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha) berat kering tanaman masing-masing sebesar 5,48 g/tanaman dan 5,40 g/tanaman. Pemberian Nodulin+BioPhos+P-alam (setara ½ takaran rekomendasi SP-36)+BioOrganik 2 t/ha menunjukkan berat kering tanaman yang tidak berbeda nyata dengan pelakuan takaran rekomendasi. Semua perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah cabang. Pengaruh aplikasi pupuk mikroba terhadap kandungan hara dalam tanah dan serapan hara tanaman fase primordia bunga Pada Tabel 5 tampak bahwa pada fase primordia kandungan N tanah tidak menunjukkan perbedaan yang sangat mencolok pada semua perlakuan. Namun demikian perlakuan takaran rekomendasi menunjukkan kandungan N dan P tersedia tanah paling tinggi dibandingkan perlakuan yang lain, yaitu masingmasing sebesar 0,12% dan 12 mg/kg. Nilai K tersedia termasuk dalam kategori tinggi-sangat tinggi. Hal ini menunjukkan ketersediaan hara P dan K yang cukup untuk pertumbuhan tanaman pada musim berikutnya. Kandungan N pada saat tersebut adalah dalam kategori sangat rendah mengingat N telah digunakan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Kadar K dd tanah pada perlakuan kontrol menunjukkan nilai yang tinggi. Hal ini disebabkan tidak adanya pupuk yang ditambahkan sehingga menyebabkan penyerapan hara P dan K oleh tanaman pada perlakuan kontrol saat primordia menjadi rendah, sehingga hara P dan K yang tertinggal di dalam tanah masih tinggi. Rendahnya penyerapan hara oleh tanaman penyerapan kation oleh tanaman juga rendah. Penyerapan hara yang rendah disebabkan struktur perakaran tanaman yang tanpa dipupuk lebih pendek dan akar-akar rambutnya juga lebih sedikit. Pemberian pukan-mtm dan Bioorganik 2 t/ha meningkatkan kandungan K dd tanah, kandungan K dd tanah lebih tinggi dibandingkan semua perlakuan. Pada perlakuan tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl + pukan-mtm 2 t/ha adalah sebesar 1,93 mg/kg, sedangkan pada perlakuan tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha) K dd tanah sebesar adalah 1,68 mg/kg. 465

J. Purwani et al Tabel 5. Kandungan hara tanah saat primordia kacang tanah No. Perlakuan N P 2 O 5 K dd %... mg/kg... Awal Percobaan 0,10 14 1,37 1. Tanpa perlakuan (Kontrol, tanpa N,P,K) 0,10 9 1,22 2. Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea 50 0,12 12 0,88 kg/ha SP36-100 kg/ha KCl) 3. Perlakuan petani (Tanpa pupuk N + 30 kg/ha 0,11 9 1,07 SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan-petani 4. Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha 0,11 6 1,12 SP-36 + 50 kg/ha KCl 5. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 0,11 11 0,98 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl pupuk KCl 6. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 0,11 11 1,30 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 25 kg/ha KCl 7. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha 0,11 10 1,29 KCl + Bioorganik 2 t/ha 8. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha 0,11 11 1,93 KCl + pukan-mtm 2 t/ha 9. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½ takaran 0,10 8 1,68 rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha) 10. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (¼ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha) 0,10 7 0,98 Sebagian besar perlakuan yang dicobakan tidak menunjukkan perbedaan nyata pada serapan hara N tanaman fase primordia dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Namun demikian perlakuan tanpa NPK+Nodulin+P-alam (setara ½ takaran rekomendasi SP-36)+Biophos+BioOrganik (2t/ha) menunjukkan perbedaan nyata serapan hara N dibandingkan dengan semua perlakuan yang dicobakan yaitu sebesar 140,92 kg/ha. Sejarah pemanfaatan lahan menunjukkan bahwa petani telah memanfaatkan pupuk kandang pada tiap musim tanam, sehingga ketersediaan N dalam tanah cukup tersedia untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Perlakuan takaran rekomendasi, perlakuan petani (tanpa pupuk N+30 kg/ha SP-36+30 kg/ha KCl+1 t/ha pukan-petani), dan perlakuan tanpa N, P, K+Nodulin+P-alam (setara ½ takaran rekomendasi SP-36)+BioPhos+BioOrganik (2t/ha) menunjukkan bahwa serapan hara P berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol, yaitu masing-masing sebesar 4,85; 4,80; dan 4,68 kg/ha. Hal ini menunjukkan bahwa BioPhos, Nodulin dan BioOrganik mampu meningkatkan ketersediaan N, kelarutan P dan K, sehingga meskipun tanpa pemupukan N, P, dan K serapan hara tanaman tidak menurun. BioOrganik disamping sebagai sumber hara juga mengandung pupuk hayati yang mampu melarutkan hara P 466

Teknik Aplikasi Pupuk Mikroba Pada Kacang Tanah dan K. Serapan hara K pada perlakuan petani (tanpa pupuk N+30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan-petani, dan tanpa N, P, K+Nodulin+P-alam (setara ½ takaran rekomendasi SP-36)+BioPhos+Bio-organik (2t/ha) tidak menunjukkan perbedaan nyata, namun berbeda nyata jika dibandingkan dengan kontrol. Serapan hara K pada perlakuan tersebut masing-masing sebesar 86,89 dan 89,70 kg/ha (Tabel 6). Tabel 6. Serapan hara N, P, K tanaman kacang tanah saat primordia No. Perlakuan Serapan hara N P K... kg/ha... 1. Tanpa perlakuan (Kontrol, tanpa N,P,K) 65,45 ab 3,13 ab 64,85 abc 2. Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea 50 kg/ha 76,60 ab 4,85 d 75,83 be SP36-100 kg/ha KCl) 3. Perlakuan petani (Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan-petani 85,65 b 4,03 ad 86,89 de 4. Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha SP- 36 + 50 kg/ha KCl 83,85 b 4,80 cd 84,14 cde 5. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 76,75 ab 4,15 bcd 62,23 ab 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl pupuk KCl 6. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 57,27 ab 2,89 a 53,73 a 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 25 kg/ha KCl 7. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha KCl + Bioorganik 2 t/ha 52,92 a 3,11 ab 58,47 ab 8. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl + pukan-mtm 2 t/ha 64,93 ab 3,62 abc 66,04 ad 9. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha) 140,92 c 4,68 cd 89,70 e 10. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (¼ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha) 69,83 ab 3,63 abc 51,31 a Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan. Pengaruh aplikasi pupuk mikroba terhadap Hasil Panen Pada Tabel 7 tampak bahwa tinggi tanaman saat panen, bobot hijauan basah saat panen dan bobot hijauan kering tidak menunjukkan perbedaan nyata pada semua perlakuan yang dicobakan dibandingkan dengan kontrol (Tabel 7). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati dan pupuk organik dapat menghemat penggunaan pupuk kimia. 467

J. Purwani et al Tabel 7. Tinggi tanaman, bobot brangkasan dan hasil kacang tanah saat panen. No. Perlakuan Tinggi tanaman Bobot hijauan basah Bobot hijauan kering cm... t/ha... 1. Tanpa perlakuan (Kontrol, tanpa N,P,K) 42,43 a 6,36 a 2,37 ab 2. Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea 50 51,47 a 7,03 a 2,55 ab kg/ha SP36-100 kg/ha KCl) 3. Perlakuan petani (Tanpa pupuk N + 30 kg/ha 45,93 a 8,05 a 3,10 b SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan-petani 4. Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha 44,10 a 7,34 a 2,82 ab SP-36 + 50 kg/ha KCl 5. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + 42,93 a 7,58 a 2,96 ab BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl pupuk KCl 6. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + 43,17 a 6,62 a 2,22 a BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 25 kg/ha KCl 7. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha 45,43 a 6,71 a 2,22 a KCl + Bioorganik 2 t/ha 8. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha 46,90 a 6,80 a 2,79 ab KCl + pukan-mtm 2 t/ha 9. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha) 46,63 a 7,24 a 2,60 ab 10. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (¼ 44,43 a 6,84 a 2,42 ab takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha) Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan. Pengamatan terhadap jumlah polong dan hasil polong saat panen menunjukkan bahwa semua perlakuan yang dicobakan tidak menunjukkan perbedaan nyata dibandingkan dengan kontrol (Tabel 8). Perlakuan yang dicobakan juga tidak menunjukkan perbedaan nyata dibandingkan dengan kontrol terhadap hasil polong kering. Namun demikian perlakuan Tanpa NPK+Nodulin+P-alam (setara ½ takaran rekomendasi SP- 36)+Biophos+BioOrganik (2t/ha) menunjukkan hasil polong kering yang tertinggi yaitu sebesar 1,52 t/ha. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk P-alam mampu meningkatkan hasil polong kering secara nyata, pemberian pupuk K dalam jangka waktu tertentu belum diperlukan karena ketersediaan K tanah sudah cukup tinggi. Disamping itu pemberian pupuk N bisa disubstitusi dengan nodulin mengingat bahwa pemberian pupuk takaran rekomendasi dan tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + 25 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl menunjukkan hasil polong kering yang tidak berbeda nyata. 468

Teknik Aplikasi Pupuk Mikroba Pada Kacang Tanah Tabel 8. Jumlah polong, hasil polong saat panen dan polong kering (kadar air 20%) No. Perlakuan Jumlah polong Hasil polong saat panen Hasil polong kering Kadar air 20% Butir/tan.... t/ha... 1. Tanpa perlakuan (Kontrol, tanpa N,P,K) 5,17 a 2,01 a 1,16 ab 2. Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea 50 6,30 a 2,47 a 1,21 ab kg/ha SP36-100 kg/ha KCl) 3. Perlakuan petani (Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukanpetani 7,07 a 2,39 a 1,29 ab 4. Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl 6,93 2,55 a 1,47 ab 5. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + 5,97 a 2,20 a 1,16 ab BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl pupuk KCl 6. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 25 kg/ha KCl 5,43 a 1,94 a 1,08 ab 7. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha KCl + Bioorganik 2 t/ha 6,10 a 2,37 a 1,20 ab 8. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 5,70 a 2,53 a 1,24 ab kg/ha KCl + pukan-mtm 2 t/ha 9. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½ 5,67 a 2,18 a 1,52 b takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha) 10. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (¼ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha) 6,00 a 2,26 a 0,93 a Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan. Pengaruh aplikasi pupuk mikroba terhadap Aktivitas mikroorganisme tanah Aktivitas mikroorganisme tanah yang diamati melalui proses respirasi menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+biophos 200 g/ha+12,5 kg/ha SP-36+50 kg/ha KCl (8,71 mgc-co 2 /100g tanah/hari), tanpa pupuk N+30 kg/ha SP-36+30 kg/ha KCl+Pukan-MTM 2 t/ha (9,05 mgc-co 2 /100g tanah/hari), dan tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+biophos 200 g/ha+12,5 kg/ha SP-36+25 kg/ha KCl (10,88 mgc-co 2 /100g tanah/hari )(Tabel 9). Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit pupuk kimia yang diberikan akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme, namun bukan berarti pupuk kimia tidak diperlukan untuk aktivitas mikroorganisme, karena mikroorganisme memerlukan nutrisi untuk perkembangannya. 469

J. Purwani et al Pengamatan terhadap populasi bakteri menunjukkan bahwa populasi bakteri berkisar 4,67 x 10 5 sampai 3,23 x 10 6 cfu/g tanah. Populasi bakteri tertinggi dicapai pada perlakuan Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea 50 kg/ha SP36-100 kg/ha KCl) yaitu sebesar 3,23 x 10 6 cfu/g tanah. Hasil ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan (tanpa pupuk N+30 kg/ha SP-36+30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan petani, tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha SP-36+50 kg/ha KCl tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha SP-36+50 kg/ha KCl, Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+biophos 200 g/ha+12,5 kg/ha SP-36 +50 kg/ha KCl pupuk KCl dan tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+30 kg/ha SP-36+30 kg/ha KCl+Pukan-MTM 2 t/ha. Dengan meningkatnya populasi bakteri tidak sejalan dengan meningkatnya aktivitas respirasi tanah, karena aktivitas respirasi tidak hanya dipengaruhi oleh bakteri saja, namun juga dipengaruhi oleh fauna tanah dan perakaran tanaman. Tabel 9. No. Aktivitas respirasi dan populasi bakteri tanah saat panen. Perlakuan Respirasi (mgc-co 2 /100g tanah/hari) Populasi bakteri (cfu/g) 1. Tanpa perlakuan (Kontrol, tanpa N,P,K) 6,76 a 2,13 x 10 6 bc 2. Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea 50 7,45 a 3,23 x 10 6 d kg/ha SP36-100 kg/ha KCl) 3. Perlakuan petani (Tanpa pupuk N + 30 kg/ha 6,42 a 2,50 x 10 6 bcd SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan-petani 4. Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha SP- 6,77 a 2,50 x 10 6 bcd 36 + 50 kg/ha KCl 5. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl pupuk KCl 8,71 ab 3,01 x 10 6 cd 6. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 25 kg/ha KCl 7. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha KCl + Bioorganik 2 t/ha 8. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl + pukan-mtm 2 t/ha 9. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha) 10. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (¼ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha) Keterangan : cfu = colony forming unit 10,88 b 4,67 x 10 5 a 6,88 a 8,33 x 10 5 a 9,05 ab 2,67 x 10 6 bcd 7,45 a 2,03 x 10 6 b 8,02 ab 2,17 x 10 6 bc 470

Teknik Aplikasi Pupuk Mikroba Pada Kacang Tanah KESIMPULAN 1. Perlakuan tanpa NPK+Nodulin+P-Alam (setara ½ takaran rekomendasi SP- 36)+BioPhos+Bio-organik 2t/ha menghasilkan polong kering kacang tanah tertinggi yaitu 1,52 t/ha, hasil ini meningkat sebesar 25,62% dibandingkan takaran rekomendasi setempat (50 kg/ha Urea, 50 kg/ha SP-36, 100 kg/ha KCl), atau meningkat sebesar 17,83% dibandingkan takaran petani (Tanpa pupuk N+30 kg/ha SP-36+30 kg/ha KCl+1 t/ha pupuk kandang). 2. Serapan hara N dan K tertinggi pada perlakuan tanpa NPK+Nodulin+P- Alam (setara ½ takaran rekomendasi SP-36)+BioPhos+Bio-organik 2t/ha. Serapan hara N meningkat dari 65,45 kg/ha menjadi 140,92 kg/ha, sedangkan serapan hara P meningkat dari 64,85 kg/ha menjadi 89,70 kg/ha. 3. Perlakuan tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+biophos 200 g/ha+12,5 kg/ha SP-36+25 kg/ha KCl menunjukkan aktivitas respirasi tertinggi yaitu sebesar 10,88 mgc-co 2 /100 g tanah DAFTAR PUSTAKA Diamond, R.B. J. Sri Adiningsih,J. Prawirasumantri, and S. Partohardjono. 1986. Responses of Upland Crops to water soluble P and Phosphate Rock. Prosiding Lokakarya Efisiensi penggunaan Pupuk.pusat penelitian Tanah Bogor. Cipayung 6-7 Agustus 1986 Hartatik, W. Dan L.R. Widowati. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2006 Hastuti, R. D., R. Saraswati, dan J. Purwani. Bakteri Tanah Multiguna dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Tanaman. Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor 14-15 September 2006. Buku I. hal 205-219 Sudaryono. 2000. Optimasi Kebutuhan Kalium Tanah Alfisol Alkalis Untuk Budidaya Kacang Tanah. Prosiding Konggres Nasional VII HITI. Pemanfaatan Sumberdaya Tanah Sesuai Dengan Potensinya Menunju Keseimbangan Lingkungan Hidup Dalam Rangka meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. 1065-1077 Suhardjo, M., A. Dariah, D. Riyanto, A. Abasid, dan H. Suwardjo. 1995. Pemanfaatan Usaha Rehabilitasi Lahan Kritis Berlereng di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Prosiding Lokakarya dan Ekspose Teknologi Sistem Usahatani Konservasi dan Alat Mesin Pertanian. Hal 85-92. Puslittanak Bogor. Badan Litbang Pertanian. Yogyakarta 17-19 Januari 1995. 471