IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISIR DAMPAK NEGATIF MENINGKATNYA KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting untuk mendapatkan Sumber Daya

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka. Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

MELURUSKAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF. OLEH : UTOMO, M. Pd TENAGA PENGAJAR DI PRODI PLB FKIP UNLAM BANJARMASIN

AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS MENEMPUH PENDIDIKAN TINGGI. OLEH : UTOMO PRODI PLB FKIP UNLAM

POTENSI PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK UNTUK MENYELENGGARAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen,

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Syahriandi Akbari Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

Item Penilaian INSTRUMEN AKRTEDITASI MANAJEMEN PEMBIAYAAN

PAUD INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

KERANGKA RANCANGAN BELAJAR BI-TANDUR-LS-MK SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN BAGI SISWA DI KELAS INKLUSIF

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN PENDAHUL

BAB I PENDAHULUAN. dijamin dan dilindungi oleh berbagai instrumen hukum internasional maupun. nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

Mengelola Kelas Inklusif Dengan Pembelajaran yang Ramah Oleh Mohamad Sugiarmin

VISI, MISI DAN PROGRAM KERJA

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU

Sistim Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun tentang pendidikan tinggi, Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI 1 Lembar Pengesahan 2 Daftar Distribusi 2 Catatan Perubahan 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

ISU-ISU PENDIDIKAN DIY Oleh Dr. Rochmat Wahab, MA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas (mutu) yang dapat diterima oleh masyarakat secara langsung

Tabel Evaluasi Program Undiksha (Indikator dan Capaian Kinerja) Tahun 2013 dan Rencana Sasaran Target 2015

Kenaikan Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Tahun 2016

LAPORAN KINERJA FAKULTAS / UNIT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam

REVITALISASI PROGRAM STUDI PLB DALAM MENGHADAPI PROGRAM INKLUSI *) Oleh Edi Purwanta **)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asalusul,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Randi Rizali, 2013

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Potensi Pendidikan Taman Kanak-kanak untuk Menyelenggarakan Pendidikan Inklusif di Kota Banjai masin

STANDAR 1 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIAN. Studi, Serta Pihak-Pihak Yang Dilibatkan.

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. A. Visi Menghasilkan tenaga kesehatan profesional dan kompetitif

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang. dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang

STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berperan penting dalam penentuan kualitas sumber daya

STANDAR PEMBIAYAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya. Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek

PP 29/1990, PENDIDIKAN MENENGAH... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 29 TAHUN 1990 (29/1990)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG. Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : Prodi : Pendidikan matematika

Komentar dan Rekomendasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. merespon perubahan perubahan yang terkait secara cepat, tepat

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

MANAJEMEN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR HARAPAN NUSANTARA DENPASAR-BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keterkaitan secara sinergis, antara lain kebijakan, kurikulum, tenaga pendidik dan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh banyak pihak, baik dilakukan oleh pemerintah maupun

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal

mengembangkan Sekolah Bertaraf Internasional (Septikasari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan, penjaminan kualitas memiliki peranan yang penting dan strategis dalam

SIKAP GURU SLB TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSIF. Nia Sutisna dan Indri Retnayu. Jurusan PLB FIP Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

BAB II LANDASAN PEMIKIRAN

STRATEGIS DAN SASARAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS USU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

4/11/2016 RIP ITENAS AGENDA. Pendahuluan. Masa depan Itenas. Itenas. masa kini. Sejarah. Itenas

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

RENCANA OPERASIONAL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. KAJIAN PUSTAKA AUDIT OPERASIONAL DAN KEPUASAN PELANGGAN

Transkripsi:

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISIR DAMPAK NEGATIF MENINGKATNYA KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN OLEH UTOMO, M. Pd TENAGA PENGAJAR PRODI PLB FKIP UNLAM BANJARMASIN ABSTRAK Peningkatan mutu/kualitas lembaga pendidikan tentu merupakan harapan semua orang. Peningkatan kualitas lembaga pendidikan akan berdampak signifikan terhadap kualitas lulusan. Disisi lain, peningkatan kulaitas lembaga pendidikan menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat diantaranya peningkatan biaya pendidikan, penerimaan siswa baru yang ketat, dan beban kurikulum yang memberatkan peserta didik. Dampak negatif tersebut dapat diminimalisir dengan implementasi paradigma pendidikan inklusif. Kata kunci: Kualitas lembaga pendidikan, dampak negatif, pendidikan inklusif. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan merupakan harapan setiap bangsa. Sejak Indonesia merdeka sampai sekarang, secara global tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan semakin meningkat kuantitas maupun kualitasnya. Kuantitas lembaga penyelenggara pendidikan semakin hari semakin meningkat jumlahnya, baik lembaga formal maupun lembaga non formal. Peningkatan kuantitas lembaga pendidikan memang tidak serta merta langsung berpengaruh terhadap peningkatan kualitas lembaga pendidikan. Secara umum keberadaan sebuah lembaga pendidikan bermula dari tuntutan kebutuhan masyarakat. Kajian kebutuhan masyarakat akan pentingnya sebuah lembaga pendidikan satu dengan lembaga pendidikan yang lain, biasanya berbeda-beda tergantung dari jenis kebutuhannya untuk menjembatani masa depan masyarakat. Misalnya berdirinya Sekolah Dasar di sebuah wilayah dikaji beradasarkan dari jumlah penduduk dan luas wilayah. Kajian tersebut dimaksudkan agar warga masyarakat yang ingin menyekolahkan putra putrinya dapat dengan mudah menjangkau sekolah tersebut. Begitu juga didirikannya Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menegah Atas, maupun jenisjenis sekolah lain, sudah barang tentu berdasarkan analisis kebutuhan masyarakat sekitar. Jika tidak berdasarkan kajian tersebut, keberadaan sekolah akan tidak efektif untuk mengentaskan masyarakat akan kebutuhan pendidikan. Di Indonesia, keberadaan lembaga pendidikan baru, biasanya tidak langsung menunjukkan kualitas yang diharapkan oleh masyarakat. Peningkatan kualitas lembaga

pendidikan akan ditempuh seiring berjalannya waktu dan bahkan terkadang awal penyelenggaraannya di bawah standar pendidikan. Dalam perjalanannya, ada lembaga pendidikan yang sanggup eksis dan berkembang dengan baik, tetapi tidak sedikit yang akhirnya gulung tikar. Hal ini sering dialami oleh lembaga pendidikan swasta. Bagi lembaga pendidikan yang kualitasnya semakin meningkat, bukan berarti tidak berpotensi menimbulkan masalah. Salah satu permasalahan yang jarang diungkap oleh kalangan praktisi pendidikan adalah bahwa meningkatnya kualitas lembaga pendidikan ternyata menimbulkan dampak negatif yaitu membuat jarak yang semakin menjauh dengan masyarakat. Sebuah kenyataan yang dilematis bahwa disaat sebuah lembaga pendidikan meningkat kualitasnya justru berpotensi sebagian masyarakat merasakan dampak negatifnya. Permasalahan yang perlu diatasi adalah bagaimana peningkatan kualitas lembaga pendidikan tidak menimbulkan dampak negatif dan justru seharusnya diikuti oleh kemanfaatan yang sebesar-besarnya oleh masyarakat. B. Rumusan Masalah 1. Komponen peningkatan kualitas lembaga pendidikan apa saja yang berpotensi membuat jarak semakin menjauh dengan masyarakat? 2. Dampak negatif apa saja yang ditimbulkan oleh peningkatan kualitas lembaga pendidikan? 3. Bagaimana upaya meminimalisir dampak negatif akibat peningkatan kualitas lembaga pendidikan? PEMBAHASAN A. Komponen Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan yang Berpotensi Membuat Jarak Semakin Menjauh dengan Masyarakat Pemerintah menterjemahkan kualitas lembaga pendidikan terutama lembaga pendidikan formal ditentukan oleh delapan standar pendidikan. Kedelapan standar pendidikan tersebut adalah (1) Standar isi, (2) Standar Proses, (3) Standar kompetensi lulusan, (4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) Standar sarana dan prasarana, (6) Standar pengelolaan (7) Standar pembiayaan, dan (8) Standar penilaian. Kedelapan standar pendidikan dijadikan oleh pemerintah untuk menentukan sebuah lembaga pendidikan berada pada peringkat A, B, C atau tidak terakreditasi. Pemerintah melalui Badan Akreditasi mengadakan penilaian kepada setiap lembaga pendidikan formal setidaknya paling lama setiap lima tahun sekali.

Lembaga pendidikan selain dinilai dengan proses akreditasi sekolah, juga bisa mengajukan kepada lembaga lain untuk menilai kualitas lembaga. Salah satunya yaitu dengan standar ISO bidang pendidikan. Sudah barang tentu komponen-komponen yang dinilai mengarah kepada standar kualitas lembaga pendidikan. Tidak dipungkiri dan tidak ada seorangpun yang kontradiktif bahwa lembaga pendidikan harus menunjukkan peningkatan kualitasnya. Semakin lembaga pendidikan menunjukkan kualitasnya maka asumsinya akan menghasilkan lulusan yang berkualitas juga. Fenomena tersebut ternyata masih menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat. Beberapa komponen akibat dari meningkatnya kualitas lembaga pendidikan yaitu : 1. Semakin meningginya biaya yang dibebankan oleh masyarakat. 2. Lembaga pendidikan pada akhirnya memilih input peserta didik dengan seleksi yang semakin ketat, sehingga yang bisa memasuki lembaga pendidikan tersebut orangorang tertentu saja. 3. Beban tuntutan kurikulum berpotensi untuk semakin memberatkan peserta didik. B. Dampak-Dampak Negatif Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan 1. Semakin meningginya biaya yang dibebankan oleh masyarakat. Tidak bisa dipungkiri bahwa meningkatnya kualitas lembaga pendidikan membutuhkan biaya yang semakin besar. Fenomena ini berdampak kepada biaya yang dikeluarkan oleh orangtua anak. Banyak orangtua yang merasa berat membiayai pendidikan anaknya. Anak dari keluarga yang kurang mampu biasanya akan kalang kabut mencarikan biaya pendidikan anaknya. Kondisi ini berpotensi anak akan putus sekolah. 2. Lembaga pendidikan pada akhirnya memilih input peserta didik dengan seleksi yang semakin ketat. Semakin meningkatnya lembaga pendidikan dan berdampak kepada minat masyarakat yang semikin meninggi terhadap lembaga pendidikan maka lembaga pendidikan tersebut akan menerapkan seleksi calon peserta didik. Pada akhirnya lembaga tersebut tidak hanya menerapkan standar proses, akan tetapi menerapkan standar peserta didik yang semakin ketat. Pengetatan calon peserta didik tentu akan berdampak kepada masyarakat tidak bisa sembarangan menyekolahkan anaknya ke lembaga pendidikan tertentu. Biasanya lembaga tersebut pada akhirnya akan dihuni oleh anak-anak dari keluarga yang mampu, anak dari keluarga pejabat/penguasa dan sebagian besar anak-

anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata tetapi yang berkemampuan secara ekonomi. Anak-anak yang berpotensi secara kognitif, tetapi dari keluarga yang tidak mampu biasanya mengalami kesulitan menginjakkan kaki di lembaga pendidikan yang unggul. 3. Beban tuntutan kurikulum berpotensi untuk semakin memberatkan peserta didik. Kualitas lembaga pendidikan akan berdampak kepada tuntutan kurikulum yang semakin tinggi. Hal ini berpotensi akan memberatkan peserta didik. Peserta didik akan dibebani mata pelajaran yang kuantitas maupun kualitasnya meninggi. Tidak menutup kemungkinan peserta didik akan menimbulkan stres, kurang bergaulan/sosialisasi dan berkurangnya waktu dewngan keluarga. C. Upaya Meminimalisir Dampak Negatif Meningkatnya Kualitas Lembaga Pendidikan Keberadaan lembaga pendidikan memang tidak etis jika hanya jalan di tempat. Lemabag pendidikan akan bisa eksis jika menunjukkan peningkatan kualitas yang ditunjang dengan peningkatan komponen-komponen yang dipersyaratkan. Untuk meminimalisir dampak negatif akibat dari peningkatan kualitas lembaga pendidikan, maka lembaga pendidikan dapat menempuh menerapkan prinsip-prinsip yang ada pada paradigm pendidikan inklusif. Langkah-langkah di bawah ini bisa menjadi referensi bagi sekolah yang ingin kualitas pendidikannya tetap terjaga, namun tetap berpihak kepada kebutuhan masyarakat sekitar, yaitu: 1. Lembaga pendidikan harus mempunyai visi dan misi yang konsisten untuk menjembatani semua anak bangsa menyiapkan masa depannya di lembaga pendidikan bersangkutan sesuai dengan tugasnya. Hal ini sesuai dengan prinsip education for All (EfA). EfA akan mulai merintis sekolah menerima peserta didik apa adanya yang ada di masyarakat sekitar. Peningkatan kualitas sebaiknya diorientasikan kepada kualitas proses, bukan kepada kualitas input. 2. Lembaga pendidikan menerapkan subsidi silang dengan tetap memberikan kuota kepada semua elemen anak bangsa. 3. Lembaga pendidikan tidak berorinetasi kepada kualitas kognitif saja, akan tetapi mengembangkan aspek afektif dan psikomotorik secara seimbang. 4. Lembaga pendidikan menerapkan kurikulum diferiensiasi/kurikulum fleksibel. 5. Lembaga pendidikan mengembangkan konsep bina lingkungan, yaitu proiritas masyarakat sekitar mendapatkan akses pendidikan di lembaga pendidikan tersebut.

6. Lembaga pendidikan menumbuhkan kembali andil masyarakat sekitar untuk berperan aktif dalam pendidikan. Hal ini dapat mengurangi beban biaya yang harus ditanggung untuk membiayai peningkatan kualitas pendidikan. 7. Lembaga pendidikan terus menerus mengkaji kebutuhan masyarakat sekitarnya. Hal ini menjadi acuan lembaga tersebut menerapkan konsep pengabdian kepada masyarakat sekitar. 8. Lembaga pendidikan harus mulai menerapkan manajemen yang handal dengan manajemen yang akuntabel. Hal ini akan menjadi modal bahwa sekolah tersebut akan dipercaya oleh masyarakat. 9. Lembaga pendidikan terus menerus menerapkan anggaran berbasis kinerja untuk mengimpelementasikan efisiensiensi anggaran. Konsep ini akan meringankan beban masyarakat. KESIMPULAN DAN SARAN Lembaga pendidikan harus terus menerus menuju pendidikan yang berkualitas. Lembaga pendidikan yang berkualitas berpotensi besar meluluskan orang-orang yang mempunyai kualitas juga. Peningkatan kualitas lembaga pendidikan pada kenyataannya berpotensi menimbulkan permasalahan menjauhkan lembaga tersebut dari masyarakat. Fenomena tersebut dipicu oleh beban masyarakat yang ikut menanggung biaya dan dampak-dampak negatif lainnya akibat meningkatnya kualitas lembaga pendidikan. Untuk mengatasi dampak negatif akibat peningkatan kualitas pendidikan maka lembaga pendidikan harus berupaya mengantisipasi dengan menerapkan paradigm pendidikan inklusif. Paradigm pendidikan inklusif berupaya tetap memberikan kuota bagi masyarakat yang berpotensi terhambat aksesnya di dunia pendidikan. Program-program tersebut diantara Lembaga Pendidikan : (1) mempunyai visi dan misi yang konsisten untuk menjembatani semua anak bangsa menyiapkan masa depannya. (2) Menerapkan subsidi silang dengan tetap memberikan kuota kepada semua elemen anak bangsa. (3) Tidak berorinetasi kepada kualitas kognitif saja, akan tetapi mengembangkan aspek afektif dan psikomotorik secara seimbang. (4) Menerapkan kurikulum diferiensiasi/kurikulum fleksibel. (5) Mengembangkan konsep bina lingkungan. (6) Menumbuhkan kembali andil masyarakat sekitar untuk berperan aktif dalam pendidikan. (7) Terus menerus mengkaji kebutuhan masyarakat sekitarnya. (8) Mulai menerapkan manajemen yang handal dengan manajemen yang akuntabel. (9) Terus menerus

menerapkan anggaran berbasis kinerja untuk mengimpelementasikan efisiensiensi anggaran. Konsep ini akan meringankan beban masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Bambang Basuki, (2002). Pendidikan inklusif sebagai Media Alami dan Manusia bagi Perolehan Hak Pendidikan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus, disampaikan dalam seminar Sosialisasi Pendidikan Luar Biasa (Jakarta: Mitranetra, 22 Oktober 2002) Direktorat PLB, Braillo Norway, dan Unesco. (2004). Buku seri: Menjadikan Lingkungan Inklusif, Ramah terhadap Pembelajaran (LIRP). Jakarta: Direktorat PLB, Braillo Norway dan UNESCO. Jhonsen B.H. &Skjorten MD, (2003), Menuju Inklusi, Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar, Bandung, Program Pasca Sarjana UPI Bandung. Yuwono, I & Utomo. (2015). Pendidikan inklusif Paradigma Pendidikan Ramah Anak. Banjarmasin: Bina Banua., (2003). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional : Jakarta : Restindo Mediatama., Standar Nasional Pendidikan (online). Tersedia: http://bsnp-indonesia.org/id. dowload 2015.