TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU BATANG PIAMAN

dokumen-dokumen yang mirip
RESPON PADI SAWAH VARIETAS BATANG LEMBANG TERHADAP UMUR BIBIT

Efisiensi Penggunaan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah

VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH BATANG LEMBANG: DESKRIPSI DAN TEKNOLOGI BUDIDAYA

PERCEPATAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI SAWAH MELALUI UMUR BIBIT. Acceleration of Lowland Rice Yield through Seedling Age

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

PENGARUH SISTEM TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH VARIETAS IR-66 DI SUMATERA BARAT

Jurnal online Pertanian Tropik Pasca Sarjana FP USU Vol.1, No.1. Juni 2013

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat Jl. Raya Padang-Solok Km 40 Sukarami, Telp ; Fax ABSTRACT

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo. Asal Persilangan :S487B-75/IR //IR I///IR 64////IR64

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 73/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Keragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI KECAMATAN PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA, PROVINSI SUMATERA BARAT

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR PADI TAHAN TUNGRO DI KABUPATEN BANJAR

Sistem Tanam Legowo dan Pemberian P-Stater pada Padi Sawah Dataran Tinggi. Legowo Planting System and P-Stater Application on High Elevation Rice

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007)

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2)

Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Padi Gogo di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan

KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

Syafri Edi dan Defira Suci Gusfarina Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi ABSTRACT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2.

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MELALUI SISTEM TANAM LEGOWO DAN TEGEL DI KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG.

INDEKS LUAS DAUN BERBAGAI UMUR DAN JUMLAH BIBIT TANAMAN PADI (Oriza sativa. L) DALAM OPTIMALISASI JUMLAH ANAKAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

Keragaan Varietas Inpari Pada Lahan Lebak Tengahan di Desa Epil Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN. Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI. Mildaerizanti, Desi Hernita, Salwati dan B.Murdolelono BPTP JAMBI BPTP NTT

PENAMPILAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI RAWA PADA LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA

Keywords: assistance, SL-PTT, rice Inpari, increased production

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

Kata kunci : pertumbuhan dan hasil, galur harapan dan produksi beras

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE

Lampiran I. Lay Out Peneltian

Analisa Ekonomi Usaha Penangkar Benih Padi Ciherang (di Kelurahan Tamanan Kec. Tulungagung Kab. Tulungagung) Oleh : Yuniar Hajar Prasekti

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 12 DAN INPARI 21 BATIPUH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN DAN KOTA PARIAMAN

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia

: Kasar pada sebelah bawah daun

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2

IDENTIFIKASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL PADI GOGO DI ACEH BESAR. The Identification Some Upland Rice Superior Varieties in Aceh Besar

Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

POTENSI PENGEMBANGAN PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS UNGGUL BARU MENUNJANG PENDAPATAN PETANI DI KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

Transkripsi:

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU BATANG PIAMAN Atman Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat Abstract Cultural Practice of Batang Piaman Improve Rice Variety. Generally rice consumer in Indonesia more like sticky rice or amylase content 20 to 24 percent. However West Sumatra rice consumer more like rice with amylase content more than 24% so IR 42 was released 1980 and Cisokan was released 1986 the most popular and had been being broadcast in West Sumatra. To make others variety with amylase content more than 24% West Sumatra Assessment Institute Agricultural Technology collaborated with Sukamandi Rice Research Institute to find the new rice variety. This collaboration hoped find new improve rice variety with amylase content more than 24%. The result of this collaboration was released Batang Piaman rice variety at 19 October 2003 by Agricultural Department of Indonesia. So, Agricultural Commission of Agricultural recommended this variety for local specific West Sumatra. To developing this variety in West Sumatra, the some cultural practices have to adopt by the farmers: (1) seedling old; (2) amount of seedling; (3) planting method. Replanting recommended 18 to 20 day after seedling and a seedling/hill. So recommend shafter planting method, because this system can increasing yield 17 to 38%. Keywords: batang piaman, new variety, lowland rice, technical cultural, technology component PENDAHULUAN D alam kurun waktu tahun 1970-2000an, kontribusi peningkatan produktivitas dan luas areal panen terhadap peningkatan produksi padi nasional masingmasing sekitar 56,1% dan 26,3%. Berbagai kendala fisik maupun sosial ekonomi menghambat upaya perluasan areal pertanaman padi. Oleh karenanya, titik tumpu peningkatan produksi padi nasional terletak pada peningkatan produktivitas, salah satunya melalui pembentukan varietas unggul berdaya hasil tinggi (Las, at al., 2004). Sejak tahun 1995-2003, Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa) telah melepas 54 varietas unggul baru (VUB), 22 varietas (41%) diantaranya telah berkembang pesat dengan luas penanaman tiap VUB >2.000 ha, bahkan 10 VUB diantaranya telah ditanam >50.000 ha, atau dengan kecepatan penyebaran >10.000 ha/tahun (Las, at al., 2004). Namun, VUB ini kurang berkembang di Sumatera Barat karena rasa nasi yang tidak 58 sesuai dengan selera (preferensi) konsumen Sumatera Barat. Menurut Harahap, et al. (1989), adopsi varietas unggul oleh petani ditentukan oleh potensi hasil, umur masak, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta rasa nasi. Umumnya konsumen beras di Indonesia menyukai rasa nasi agak lunak (pulen) dengan kadar amylosa 20-24% (IRRI, 1979; Yulianto, 1972). Namun, konsumen Sumatera Barat menyukai rasa nasi pera dengan kadar amylosa >24%. Varietas IR42 (dilepas tahun 1980) dan Cisokan (dilepas tahun 1986) merupakan varietas yang paling dominan berkembang di Sumatera Barat. Kedua varietas ini memiliki rasa nasi pera dengan kadar amylosa >25% (Puslitbangtan, 1993). Petani dan konsumen beras di Sumatera Barat sangat mendambakan penemuan varietas unggul baru (VUB) sebagai pengganti varietas unggul IR42 dan Cisokan. Meskipun kedua varietas ini sangat disukai konsumen Sumatera Barat, namun penananam sepanjang tahun di Sumatera Barat menimbulkan dampak berkembangnya

Atman: Teknologi Budidaya Padi Sawah Varietas Unggul Baru Batang Piaman ISSN 1412-5838 penyakit blas daun dan blas leher yang tersebar hampir pada semua sentra produksi padi (Zen, et al., 2004). Menurut Harahap dan Silitonga (1993), pemakaian varietas yang sama sepanjang tahun tanpa diikuti pola pergiliran varietas, berpeluang untuk munculnya hama dan penyakit yang sebelumnya tidak merupakan permasalahan utama. Dalam rangka mewujudkan munculnya keragaman varietas unggul yang sesuai dengan selera (preferensi) konsumen Sumatera Barat, BPTP Sumatera Barat melakukan kerjasama dengan Balitpa sejak tahun 2000. Balitpa mensuplai genotipa yang mempunyai amylosa tinggi dan BPTP Sumatera Barat mengevaluasi genotipa tersebut sampai terbentuk galur harapan (Zen, et al., 2004). Diharapkan VUB yang ditemukan dapat menjadi bagian dari pergiliran varietas di Sumatera Barat dan petani memiliki banyak pilihan dalam berusahatani padi sawah. Kerjasama kedua institusi ini telah membuahkan hasil dengan dilepasnya galur harapan SPR 85126-5-1-2-4 sebagai VUB dengan nama Batang Piaman pada tanggal 19 Oktober 2003 oleh Tim Pelepasan Varietas Unggul. Selanjutnya, Komisi Teknologi Pertanian Sumatera Barat pada tanggal 29 Agustus 2004 melalui Surat Keputusan No.074/316.a/SK/VIII/2004 menetapkan VUB Batang Piaman sebagai salah satu paket teknologi pertanian spesifik lokasi Propinsi Sumatera Barat (BPTP Sumbar, 2004). Agar VUB Batang Piaman ini dapat berkembang dengan baik di Propinsi Sumatera Barat, perlu didukung oleh teknologi budidaya yang spesifik. Untuk itu, di bawah ini disajikan deskripsi varietas dan beberapa teknologi budidaya VUB padi sawah Batang Piaman yang merupakan hasil penelitian/pengkajian yang telah dilakukan oleh BPTP Sumatera Barat. selera konsumen Sumatera Barat dengan tekstur nasi pera dan kadar amylosa >28%. Dibanding varietas unggul Cisokan dan varietas lokal Anak Daro, hasilnya lebih tinggi masing-masing 18% dan 37%. Selain itu, umurnya lebih genjah 15 hari dari varietas unggul IR42 serta tahan terhadap penyakit blas daun dan blas leher (Tabel 1). TEKNOLOGI BUDIDAYA a. Umur Bibit Salah satu komponen teknologi yang dapat meningkatkan produksi padi sawah adalah umur bibit yang tepat. Petani Sumatera Barat umumnya melakukan penanaman bibit padi sawah pada umur yang relatif tua (28-35 hari setelah semai, hss). Menurut Abdullah, et al. (2000), pemakaian bibit padi yang berumur lebih dari 30 hss akan memberikan hasil yang kurang baik karena bibit yang digunakan relatif tua sehingga beradaptasi lambat (stagnasi pertumbuhan setelah tanam relatif lama), tidak seragam (mempunyai anakan yang tidak seragam), perakaran dangkal dan rusak menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak berkembang dengan baik setelah tanaman dipindah. Sementara itu, pemindahan bibit pada umur yang lebih muda dapat mengurangi kerusakan bibit, tanaman tidak mengalami stagnasi, dan pertumbuhan tanaman lebih cepat (De Datta, 1981). Selanjutnya Kartaatmadja dan Fagi (2000) serta Gani (2003) menyatakan bahwa pemakaian bibit padi sawah dengan umur yang relatif muda (umur 12-15 hss) akan membentuk anakan baru yang lebih seragam dan aktif serta berkembang lebih baik karena bibit yang lebih muda mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru setelah tanaman dipindah. DESKRIPSI VUB BATANG PIAMAN VUB Batang Piaman sangat cocok ditanam pada ketinggian 0-850 m diatas permukaan laut (dpl) serta sesuai dengan 59

Tabel 1. Deskripsi VUB Batang Piaman. Deskripsi Uraian Varietas Batang Piaman Nomor Pedigree SPR 85126-5-1-2-4 Asal Persilangan IR 25393-57/RD203//27316-96///SPLR7735/SPRL2792 Golongan Cere Umur Tanaman 100-121 hari (0-700 m dpl) 131 hari (>700 m dpl) Bentuk Tanaman Tegak Tinggi Tanaman 105-117 cm Anakan Produktif 14-20 Posisi Daun Tegak Daun Bendera Tegak Gabah Bentuk Gabah Ukuran Warna Kerontokan Ramping Panjang Kuning Bersih Sedang Kerebahan Sedang Tekstur Nasi Pera Bobot 1000 Butir 28-30 gram Kadar Amylosa 28% Rasa Nasi Hasil Kisaran Rata-rata Ketahanan Hama dan Penyakit Anjuran Pengusul Sama dengan IR42 (sesuai dengan preferensi konsumen Sumatera Barat) 4,68-7,62 t/ha 6,36 t/ha Tahan terhadap penyakit blas daun dan blas leher Dapat ditanam pada lahan sawah sampai 850 m dpl Syahrul Zen, Aan Daradjat, Dasmal, Atman, Adrizal, dan Taufik Sumber: BPTP Sumbar (2004). Untuk VUB Batang Piaman, BPTP Sumbar (2004) menyarankan pemakaian bibit padi umur 18-21 hss. Sementara itu, hasil penelitian Atman (2006) mendapatkan pemakaian bibit VUB Batang Piaman umur 20 hss memberikan komponen hasil dan hasil gabah yang lebih baik serta penanaman dengan umur bibit yang tidak tepat dapat menurunkan hasil 5,97-13,50% (Tabel 2). b. Bibit Pemakaian jumlah bibit yang tepat merupakan salah satu upaya dalam peningkatan efisiensi penggunaan input pada padi sawah. Di Sumatera Barat, petani masih dominan menggunakan bibit dengan jumlah 60 bibit yang relatif banyak (7-10 batang per rumpun, bahkan lebih dari 10 batang per rumpun). Padahal rekomendasi yang umum untuk penggunaan jumlah bibit padi sawah adalah 3 batang per rumpun. Bahkan pada teknologi SRI (The System of Rice Intensification), jumlah bibit yang diterapkan adalah 1 batang per rumpun (Kasim, 2004). Menurut Gani (2003) dan Abdullah (2004), penanaman bibit dengan jumlah yang relatif lebih banyak (5-10 batang per rumpun, bahkan >10 batang per rumpun) menyebabkan terjadinya persaingan sesama tanaman padi (kompetisi inter spesies) yang sangat keras untuk mendapatkan air, unsur hara, CO 2, O 2, cahaya, dan ruang untuk tumbuh sehingga pertumbuhan akan menjadi

Atman: Teknologi Budidaya Padi Sawah Varietas Unggul Baru Batang Piaman ISSN 1412-5838 tidak normal. Akibatnya, tanaman padi menjadi lemah, mudah rebah, mudah terserang hama dan penyakit, dan lebih lanjut keadaan tersebut dapat mengurangi hasil gabah. Sedangkan penggunaan jumlah bibit yang lebih sedikit (1-3 batang per rumpun) menyebabkan: (1) lebih ringannya kompetisi inter spesies; dan (2) lebih sedikitnya jumlah benih yang digunakan sehingga mengurangi biaya produksi. Tabel 2. Umur bibit (hss) 10 15 20 25 30 35 Pengaruh umur bibit terhadap berat 1000 biji, persentase gabah bernas, jumlah gabah per, hasil gabah kering giling (GKG), dan penurunan hasil pada padi sawah varietas Batang Piaman. Gunung Talang, Kab. Solok, 2006. Berat 1000 biji (g) 29,03 cd 28,95 d 29,88 ab 29,55 bc 30,20 a 29,65 a Persentase gabah bernas 75,6 b 80,1 a 84,0 a 82,2 a 80,8 a 80,7 a gabah per (butir) 90,0 b 92,8 b 105,7 a 91,8 b 89,5 b 88,5 b Hasil gabah (t GKG/ha) 5,845 b 5,948 b 6,645 a 6,248 ab 6,213 ab 5,748 b KK (%) 1,23 3,05 4,53 6,09 Angka-angka pada kolom diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 UBD. Sumber: Atman (2006). Penurunan hasil (%) 12,04 10,49-5,97 6,50 13,50 Hasil penelitian Atman (2005a) mendapatkan bahwa untuk menghemat pemakaian benih disarankan penanaman bibit tunggal (1 batang per rumpun) pada varietas Batang Piaman karena memberikan hasil gabah tertinggi (5,45 t/ha), sedangkan penanaman jumlah bibit 9 batang per rumpun memberikan hasil gabah terendah (5,08 t/ha). Selain itu, kualitas dan kuantitas komponen hasil pada penggunaan bibit tunggal juga lebih baik dibanding lainnya (Tabel 3). Tabel 3. bibit/ rumpun (batang) 1 3 5 7 9 Pengaruh jumlah bibit per rumpun terhadap panjang, jumlah gabah per, berat 1000 biji, jumlah gabah bernas per, persentase gabah bernas, dan hasil gabah padi sawah varietas Batang Piaman. Gunung Talang, Kab. Solok, 2005. Panjang (cm) 20,2 a 19,7 ab 18,6 bc 18,6 bc 18,1 c gabah per (butir) 86,0 a 76,7 ab 65,4 bc 63,3 bc 61,3 c Berat 1000 biji (g) 30,17 a 29,34 a 29,90 a 29,22 a 29,27 a Gabah bernas per Persentase (butir) (%) 64,6 a 75,4 a 59,6 ab 77,9 a 52,2 bc 79,7 a 46,7 c 75,0 a 45,4 c 78,0 a Hasil gabah (t GKG/ha) 5,45 a 5,41 a 5,18 bc 5,30 ab 5,08 c KK (%) 4,42 12,34 2,65 13,60 7,03 2,27 Angka-angka setiap kolom diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 UBD. Sumber: Atman (2005a). c. Cara Tanam Salah satu komponen teknologi produksi yang dapat dipadukan dengan VUB Batang Piaman adalah shafter yang merupakan penggabungan teknologi bershaf 61 (legowo) dengan teknologi P-starter. Teknologi bershaf merupakan penataan populasi tanaman dalam satuan luas tertentu yaitu bentuk pertanaman yang memberi ruang (barisan yang tidak ditanami) pada setiap beberapa barisan tanaman tetapi jarak

tanam pada barisan luar lebih rapat (1/2 dari jarak tanam barisan lainnya). Sedangkan teknologi P-starter merupakan salah satu upaya untuk mengefisienkan penggunaan pupuk P dan sekaligus memanfaatkan hara P yang terakumulasi dalam tanah. Caranya dengan mencelupkan akar bibit padi sebelum tanam ke dalam larutan bunga lumpur yang mengandung 2% pupuk SP36 atau setara 20 kg/ha SP36. Peluang pelaksanaan teknologi ini cukup besar karena teknologi P-starter sinergis dengan teknologi sistem tanam bershaf (Abdullah, 2000). Hasil penelitian Atman (2005b) mendapatkan bahwa teknologi shafter mampu meningkatkan hasil gabah VUB Batang Piaman sekitar 17,12-38,18% dibanding cara petani. Makin banyak populasi tanaman per hektar maka hasil gabah juga meningkat dengan hasil gabah tertinggi pada perlakuan shafter 2:1 yaitu 9,12 t GKP/ha dan terendah cara petani yaitu 6,60 t GKP/ha. Peningkatan hasil gabah ini disebabkan karena peningkatan nilai komponen hasil (Tabel 4). Tabel 4. Pengaruh teknologi shafter terhadap komponen hasil, hasil gabah kering panen (GKP), dan peningkatan hasil padi sawah varietas Batang Piaman. Kotogaek Guguak Kab. Solok, 2004. Perlakuan Shafter 2:1 (333.250 Shafter 4:1 (300.000 Shafter 6:1 (285.700 Shafter 8:1 (277.750 (btg/rpn) Panjang (cm) gabah (btr/ ) 62 gabah bernas (btr/ ) Berat 1000 biji (g) Hasil gabah kering panen (t/ha) Peningkatan hasil (%) 20,4 b 20,2 a 95,0 a 83,1 a 29,0 c 9,12 a 38,18 21,3 a 20,5 a 89,1 b 74,5 ab 30,6 a 8,43 b 27,73 19,5 c 20,5 a 81,2 c 71,5 b 30,3 a 8,03 bc 21,67 19,3 c 20,4 a 80,9 c 68,8 b 29,6 b 7,73 c 17,12 Cara petani 19,5 c 19,1 b 74,8 d 67,3 b 29,7 b 6,60 d - KK (%) 0,95 2,42 0,85 6,72 6,72 3,72 Angka-angka pada masing-masing kolom diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% UBD. Sumber: Atman (2005b). PENUTUP Umumnya konsumen beras di Indonesia menyukai rasa nasi agak lunak (pulen) dengan kadar amylosa 20-24% Sedangkan konsumen Sumatera Barat menyukai rasa nasi pera dengan kadar amylosa >24% sehingga varietas IR42 (dilepas tahun 1980) dan Cisokan (dilepas tahun 1986) merupakan varietas yang paling dominan berkembang di Sumatera Barat sampai sekarang. Dalam rangka mewujudkan munculnya keragaman varietas unggul yang sesuai dengan selera (preferensi) konsumen Sumatera Barat, BPTP Sumatera Barat melakukan kerjasama dengan Balitpa sejak tahun 2000. Diharapkan VUB yang ditemukan dapat menjadi bagian dari pergiliran varietas di Sumatera Barat dan

Atman: Teknologi Budidaya Padi Sawah Varietas Unggul Baru Batang Piaman ISSN 1412-5838 petani memiliki banyak pilihan dalam berusahatani padi sawah. Kerjasama telah membuahkan hasil dengan dilepasnya galur harapan SPR 85126-5-1-2-4 sebagai VUB dengan nama Batang Piaman pada tanggal 19 Oktober 2003 oleh Tim Pelepasan Varietas Unggul. Selanjutnya, Komisi Teknologi Pertanian Sumatera Barat pada tanggal 29 Agustus 2004 melalui Surat Keputusan No.074/316.a/SK/VIII/2004 menetapkan VUB Batang Piaman sebagai salah satu paket teknologi pertanian spesifik lokasi Propinsi Sumatera Barat (BPTP Sumbar, 2004). Agar VUB Batang Piaman ini dapat berkembang dengan baik di Propinsi Sumatera Barat, perlu didukung oleh teknologi budidaya yang spesifik, antara lain: (1) umur bibit, (2) jumlah bibit, dan (3) cara tanam. Umur bibit yang disarankan adalah berkisar 18-21 hss dengan jumlah bibit tunggal (1 batang per rumpun). Sementara itu, cara tanam yang dianjurkan adalah shafter karena mampu meningkatkan hasil gabah VUB Batang Piaman sekitar 17,12-38,18% dibanding cara petani. DAFTAR PUSTAKA 1. Abdullah, S. 2000. Teknologi P-starter dengan system tanam legowo (shaf) pada budidaya padi sawah. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian. Buku I. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor; 76-81 hlm. 2. Abdullah, S. 2004. Pengaruh perbedaan jumlah dan umur bibit terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. Dalam Lamid, Z., et al. (Penyunting). Prosiding Seminar Nasional Penerapan Agroinovasi Mendukung Ketahanan Pangan dan Agribisnis. Sukarami, 10-11 Agustus 2004; 154-161 hlm. 3. Atman. 2005a. Pengaruh jumlah bibit pada padi sawah varietas Batang Piaman.. Laporan Hasil Pengkajian (unpublished). BPTP Sumatera Barat; 10 hlm. 8 hlm. 4. Atman. 2005b. Pengaruh sistem tanam bershaf dengan P-starter (shafter) pada padi sawah varietas Batang Piaman. Jurnal Stigma Vol. XIII No. 4, Oktober-Desember 2005. Faperta Universitas Andalas Padang; 579-582. 5. Atman. 2006. Pengaruh umur bibit terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah varietas Batang Piaman. Laporan Hasil Pengkajian (unpublished). BPTP Sumatera Barat; 10 hlm. 6. BPTP Sumbar. 2004. Paket Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Propinsi Sumatera Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat; 31 hlm. 7. Fagi, A.M. 2004. Penelitian padi menuju revolusi hijau lestari. Dalam Makarim, A.K., et al. (Penyunting). Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan Bogor; 63-65 hlm. 8. Gani, A. 2003. Sistem intensifikasi padi (System of Rice Intensification). Pedoman Praktis Bercocok Tanam Padi Sawah dengan Sistem SRI; 6 hlm. 9. Harahap, Z., M. Ismunadji, J. Sujitno, M. Fagi, dan D. Darmadjati. 1989. Perkembangan dan sumbangan penelitian untuk pelestarian swasembada beras. Dalam Syam, et al. (penyunting). Risalah Simposium II Penelitian Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. 10. Harahap, Z dan T.S. Silitonga. 1993. Perbaikan varietas padi. Hal 335-361. Dalam : Ismunadji et al (eds). Padi Buku 2. Pusat Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 11. IRRI. 1979. Annual report for 1978. International Rice Research Institute. Los Banos, Phillippines; 478 p. 12. Kartaatmadja, S. dan A.M. Fagi. 2000. Pengelolaan tanaman terpadu, Konsep dan Penerapan. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV; 75-79 hlm. 13. Kasim, M. 2004. Manajemen penggunaan air. Meminimalkan penggunaan air untuk meningkatkan produksi padi sawah melalui Sistem Intensifikasi padi (The System of Rice Intensification, SRI). Makalah Pengukuhan Guru Besar pada Universitas Andalas Padang. 14. Las, I., I.N. Widiarta, dan B. Suprihatno. 2004. Perkembangan varietas dalam perpadian nasional. Dalam Makarim, et al. (penyunting). Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor: 1-26 hlm. 63

15. Puslitbangtan. 1993. Deskripsi varietas unggul padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. 16. Yulianto, B.O. 1972. The chemical basis of rice grain quality. In Proc. Workshop Chemical Aspects of Grain Quality. International Rice Research Institute. Los Banos, Phillippines; p. 69-90. 17. Zen, S., H. Bahar, Dasmal, F. Artati, Atman, Ardimar, Aswardi, Adrizal, dan Aan Daradjat. 2004. Batang Piaman dan Batang Lembang padi sawah potensial preferensi Konsumen Sumatera Barat. Dalam Bamualim, et al. (penyunting). Prosiding Seminar Nasional Kontribusi Hasil-Hasil Penelitian/Pengkajian Spesifik Lokasi Mendukung Pembangunan pertanian Sumatera Barat. Sukarami, 26-27 Januari 2004. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor; 95-107 hlm. 64