BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perubahan secara holistik terhadap pelaksaaan pemerintahan orde baru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang menyelenggarakanpemerintahan yang baik (good. governance) dan pemerintahan yang bersih (clean goverment), dituntut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini organisasi sektor publik berupaya memberikan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 28

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

BAB I PENDAHULUAN. menilai kinerja (Mardiasmo,2009,h.121). program sampai dengan tahun berjalan dengan sasaran (target) kinerja 5 (lima)

IMPLEMENTASI DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SEBAGAI BAGIAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PADA AKUNTABILITAS PUBLIK DAN TRANSPARANSI

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program bukan pada unit organisasi semata dan memakai output measurement

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan


BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Indra Bastian (2006),

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah 1.3. Batasan Masalah 1.4. Keaslian Penelitian 1.5. Manfaat Penelitian 1.6.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini media cetak maupun media elektronik di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem informasi. Informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. ini menimbulkan peningkatan tanggung jawab penyelenggara pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara,

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan dan keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan,

BAB I PENDAHULUAN. tujuan negara yang sudah tercantum dalam UUD 1945 alenia ke-4 yaitu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

ANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi diawal 1998 dapat dikatakan tonggak perubahan bangsa Indonesia.

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3)

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor publik diakhiri dengan proses pertanggungjawaban publik, proses inilah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 merupakan tonggak dimulainya era demokrasi di

Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

BAB I PENDAHULUAN. tidak berorientasi pada kinerja, dapat menggagalkan perencanaan yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era reformasi dalam perkembangan akuntansi sektor publik yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dihindarkan. Organisasi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan UU No 32 Tahun 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami perubahan yaitu reformasi penganggaran. Reformasi penganggaran dari sistem penganggaran tradisional (line item budgeting) ke penganggaran berbasis kinerja (performance budgeting). Penganggaran tradisional (line item budgeting) merupakan penyusunan anggaran yang didasarkan pada dan dari mana dana berasal dan untuk apa dana tersebut digunakan, sedangkan penganggaran berbasis kinerja (performance budgeting) merupakan sistem penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi, misi, dan rencana strategis organisasi (Bastian, 2006). Line item budgeting mempunyai sejumlah karakteristik penting, dimana tujuan utamanya adalah untuk melakukan kontrol keuangan, dan sangat berorientasi pada input organisasi, penetapannya melalui pendekatan incremental (kenaikan bertahap) (Pendlebury, 1998) dan tidak jarang dalam prakteknya memakai kemampuan menghabiskan atau menyerap anggaran sebagai salah satu indikator penting untuk mengukur keberhasilan organisasi. Pelaksanaan karakterisitik tersebut mempunyai sejumlah kelemahan. Pada rezim pemerintahan yang sarat dengan Korupsi Kolusi dan Nepotisme, seringkali pelaksanaannya hanya sebatas aspek administratifnya saja. Dengan demikian sistem 1

2 anggaran tidak memberikan informasi kinerja. Akibatnya efektivitas kinerja menjadi berkurang. Menetapkan rencana anggaran dengan cara menaikkan jumlah tertentu pada jumlah anggaran yang lalu atau sedang berjalan tanpa memperhatikan tingkat keberhasilan setiap program. Melalui pendekatan ini, analisis tentang tingkat keberhasilan setiap program tidak dilakukan. Akibatnya tidak tersedianya informasi yang logis dan rasional tentang rencana alokasi anggaran tahun yang akan datang. Selain itu apa yang sering terjadi dalam prakteknya adalah perilaku birokrat yang selalu berusaha untuk menghabiskan anggaran tanpa memperhatikan hasil dan kualitasnya. Kelemahan tersebut menyebabkan masalah yang dihadapi oleh sistem line item budgeting adalah effectiveness problem, efficiency problem, accountability problem, dan transparency problem. Karakteristik tersebut bertolak belakang dengan sistem penganggaran berbasis kinerja. Secara umum penganggaran berbasis kinerja mengandung tiga unsur pokok yaitu : pengeluaran pemerintah diklasifikasikan menurut program dan kegiatannya, pengukuran hasil kinerja, dan pelaporan program. Selain itu titik perhatian lebih ditekankan pada pangukuran hasil kerja, bukan pada pengawasan, dan setiap kegiatan harus dilihat dari sisi efisiensi dan memaksimumkan output. Tujuan daripada penganggaran berbasis kinerja adalah untuk menghasilkan informasi biaya dan hasil kerja yang dapat digunakan untuk evaluasi pelaksanaan kerja (Bastian, 2006). Pelaksanaan sistem penganggaran di lingkungan Pemerintah Daerah yang tertuang pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Dokumen Pelaksanaan Anggaran masing-masing satuan kerja

3 untuk selama satu tahun anggaran yang dimulai tanggal 1 Januari hingga 31 Desember. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah menyatakan bahwa pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Balanja Daerah pelaksanaannya disebut dengan Dokumen Pelaksanaan Anggaran. Dokumen Pelaksanaan Anggaran adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah serta disahkan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah (Permendagri, 2006). Dokumen Pelaksanaan Anggaran merupakan dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran. Dokumen pelaksanaan anggaran terdiri terdiri dari 3 (tiga) dokumen yaitu (Depkeu, 2006): 1) Daftar Isian Kegiatan untuk pedoman pelaksanaan belanja Anggaran Rutin. 2) Daftar Isian Proyek untuk pedoman pelaksanaan belanja pembangunan. 3) Daftar Isian Kegiatan Suplemen sebagai acuan dalam melaksanakan anggaran belanja yang sumbernya dari bagian Penerimaan Negara Bukan Pajak. Ketiga dokumen tersebut diharapkan dapat mencerminkan integrasi penganggaran dan berorientasi pada kerangka pengeluaran berjangka menengah dan standar akuntansi pemerintah. Pelaksanaan sistem penganggaran menekankan pada beberapa prinsip yaitu apa yang dikenal dengan The Three Es yaitu Ekonomis, Efisien, dan Efektif (Bastian, 2006). Selanjutnya muncul sejumlah prinsip dalam sistem penganggaran dalam masyarakat yaitu demokratis, adil, transparan, bermoral tinggi, berhati-hati,

4 dan akuntabel. Kemudian muncul konsep good governamce yang sangat menekankan prinsip akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi (Bastian, 2006). Prinsip yang melandasi tata pemerintahan yang baik sangat bervariasi dari satu institusi ke institusi lain, dari satu pakar ke pakar lainnya. Paling tidak ada sejumlah prinsip yang dianggap sebagai prinsip-prinsip utama yang melandasi good governance. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan juga mengemukakan bahwa syarat agar terwujudnya kepemerintahan yang baik terkait pengelolaan keuangan negara adalah dengan melaksanakan akuntabilitas publik dan transparansi. Apabila suatu lembaga pemerintahan memiliki akuntabilitas dan transparansi yang baik maka akan menopang peningkatan prinsipprinsip penganggaran lainnya. Governmental Accounting Standards Board (GASB, 1999) menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar pelaporan keuangan pemerintahan yang didasari oleh adanya hak masyarakat untuk mengetahui dan menerima penjelasan atas pengumpulan sumber daya dan penggunaannya. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa akuntabilitas memungkinkan masyarakat untuk menilai pertanggungjawaban pemerintah atas semua aktivitas yang dilakukan. Statement Number 1 menekankan pula bahwa laporan keuangan pemerintah harus dapat membantu pemakai untuk pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik dengan membandingkan kinerja keuangan aktual dengan yang dianggarkan, menilai kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi, membantu menentukan tingkat kepatuhan terhadap

5 peraturan perundangan yang terkait dengan masalah keuangan dan ketentuan lainnya, serta membantu dalam mengevaluasi tingkat efisiensi dan efektivitas. Akuntabilitas dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban yang mengacu pada kepada siapa organisasi bertanggung jawab dan untuk apa organisasi bertanggung jawab. Yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Makna akuntabilitas ini merupakan konsep filosofis inti manajemen sektor publik. Pada konteks organisasi pemerintahan sering ada istilah akuntabilitas publik yang berarti pemberian informasi dan disclosure atas aktivitas dan kinerja financial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut (Mahsun, 2006). Pemerintah baik pusat maupun daerah harus bisa menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik. Akuntabilitas publik pemerintah daerah adalah pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure) atas kinerja-kinerja finansial pemerintah daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Mahmudi, 2007). Pemerintah daerah harus bisa menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik yaitu hak untuk tahu (right to know), hak untuk diberi informasi (right to be informed), dan hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened to). Tuntutan dilaksanakannya akuntabilitas publik mengharuskan pemerintah daerah untuk memperbaiki sistem pencatatan dan pelaporan. Pemerintah daerah dituntut untuk

6 tidak sekedar melakukan vertical reporting yaitu pelaporan kepada pemerintah atasan, akan tetapi juga melakukan horizontal reporting yaitu pelaporan kinerja pemerintah daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan masyarakat luas. Semua ketentuan diatas juga berlaku pada pemerintah pusat yang pelaksanaan pengelolaan keuangannya untuk peningkatan akuntabilitas publik. Transparansi memiliki arti keterbukaan (openness), yaitu keterbukaan pemerintah memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi (Mahmudi, 2007). Pemerintah berkewajiban untuk memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Untuk melakukan pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik tersebut diperlukan informasi akuntansi yang salah satunya berupa laporan keuangan. Transparency (transparansi) merupakan kondisi adanya keterbukaan secara penuh, juga merupakan salah satu elemen penopang akuntabilitas. Dengan demikian transparansi merupakan kunci untuk membangun lingkungan yang memiliki akuntabilitas. Transparansi berarti bahwa individu, group, atau organisasi mempunyai hubungan akuntabilitas tanpa adanya kebohongan atau motivasi yang tersembunyi, dan seluruh informasi kinerja lengkap dan tidak memiliki tujuan menghilangkan data yang berhubungan dengan masalah tertentu. Lingkungan tanpa transparansi berarti ada suatu agenda yang tersembunyi. Juga berarti suatu lingkungan yang tidak memiliki kepercayaan dan memiliki akuntabilitas yang rusak (Mahsun, 2006).

7 Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas dan transparansi atas lembagalembaga publik, baik dipusat maupun daerah. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003). Fenomena yang dapat diamati pada Pemerintah Kabupaten Badung terkait Implementasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran adalah adanya kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang kegiatannya tidak dapat terlaksana padahal kegiatan tersebut sudah masuk pada Dokumen Pelaksanaan Anggaran sehingga anggaran yang telah dianggarkan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah kembali ke kas daerah. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah yaitu karena persyaratan yang diajukan oleh pihak ketiga tidak lulus verifikasi serta spesifikasi yang diajukan tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sehingga kegiatan tersebut batal lelang. Data yang terkait dengan fenomena diatas dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Data Jumlah Kegiatan, Realisasi Kegiatan dan Batal Lelang Tahun 2012 Sampai Dengan Tahun 2014 Tahun Anggaran Jumlah Kegiatan Realisasi Kegiatan Batal Lelang 2012 572 551 21 2013 504 499 5 2014 529 518 11 Sumber: Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Kabupaten Badung (2015)

8 Berdasarkan Tabel 1.1 jumlah kegiatan pada tahun 2012 sebanyak 572 kegiatan realisasi 551 yang batal lelang 21 kegiatan. Untuk tahun 2013 jumlah kegiatan sebanyak 504 realisasi 499 batal lelang 5 kegiatan. Tahun 2014 jumlah kegiatan 529 relisasi 518 batal lelang 11 kegiatan. Pelaksanaan pengelolaan keuangan Pemerintah Kabupaten Badung berpedoman pada Dokumen Pelaksanaan Anggaran. Implementasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran di Pemerintah Kabupaten Badung Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 belum pernah dilakukan evaluasi, sehingga perlu dilakukan pengukuran pada pelaksanaannya apakah sudah sesuai dengan prinsip penganggaran yang menekankan peningkatan kinerja pengelolaan keuangan negara untuk akuntabilitas publik dan transparansi. Penemuan mengenai implementasi anggaran dilakukan oleh Antoro (2006) memperoleh hasil penerapan anggaran berbasis kinerja sebagai bentuk perwujudan reformasi anggaran mampu meningkatkan akuntabilitas publik Pemerintah Daerah. Anugriani (2014) membuktikan transparansi berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Auditya (2013) menghasilkan akuntabilitas pengelolaan keuangan berpengaruh positif pada kinerja pemerintah daerah sedangkan transparansi pengelolaan keuangan berpengaruh positif pada kinerja pemerintah Provinsi Bengkulu. Dwiningsih (2006) menyatakan pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan keuangan daerah belum sepenuhnya terlaksana. Ismiarti (2013) menyatakan bahwa implementasi akuntabilitas pada pengelolaan keuangan daerah mampu meningkatkan kinerja. Meutia (2011)

9 menunjukkan variabel akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja. Rahmannurrasjid (2008) menjelaskan penerapan azas akuntabilitas dan transparansi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah mengharuskan pemerintah memberikan pertanggungjawaban dan informasi kepada masyarakat terkait pengelolaan pemerintahan sehingga pemerintah berusaha untuk memberikan yang terbaik (kinerja terbaik) kepada masyarakat. Teodorus (2007) menyatakan penerapan anggaran berbasis kinerja melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berpengaruh positif terhadap akuntabilitas publik dan transparansi. Werimon (2007) menunjukkan bahwa implementasi akuntabilitas dan transparansi menyebabkan kontrol yang besar dari masyarakat menyebabkan pengelola pemerintahan akan bekerja sesuai dengan ketentuan yang ada, dan pada akhirnya akan mampu menghasilkan kinerja pemerintahan dengan baik. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai baerikut: 1) Apakah Implementasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Kabupaten Badung-Bali berpengaruh pada akuntabilitas publik? 2) Apakah Implementasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Kabupaten Badung-Bali berpengaruh pada transparansi?

10 1.3 Tujuan Penelitian Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh Implementasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran pada akuntabilitas publik. 2) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh Implementasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran pada transparansi. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain sebagai berikut : 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi, wawasan, dan pengetahuan mengenai teori keagenan pada organisasi sektor publik yang diimplementasikan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran. 2) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi pembaca khususnya Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Badung terkait Implementasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran, Akuntabilitas Publik dan Transparansi pada Pemerintah Kabupaten Badung sehingga penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah dalam mewujudkan tata kelola keuangan yang good governance.