BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak perusahaan baik itu pihak internal perusahaan yaitu manajemen, maupun eksternal perusahaan seperti investor dan kreditur. Pertumbuhan ini diharapkan dapat memberikan aspek yang positif bagi perusahaan seperti adanya suatu kesempatan berinvestasi di perusahaan tersebut. Prospek perusahaan yang bertumbuh bagi investor merupakan suatu prospek yang menguntungkan, karena investasi yang ditanamkan diharapkan akan memberikan return yang tinggi. Menurut Smith dan Watts (99) dalam Subekti dan Kusuma (00), peluang pertumbuhan perusahaan tersebut terlihat pada kesempatan investasi yang diproksikan dengan berbagai macam kombinasi nilai set kesempatan investasi atau Investment Opportunity Set (IOS). Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen; antara lain adalah peluang investasi yang tersedia bagi perusahaan, sumber-sumber modal yang ada, dan preferensi para pemegang saham untuk pendapatan saat ini jika dibanding pendapatan masa depan. Tinggi atau rendahnya harga saham dipengaruhi oleh tercantum atau tidaknya laba dan dividen tunai. Manakala dividen saham disertai dengan laba dan dividen tunai yang lebih tinggi, investor menawarkan harga saham yang lebih tinggi. Akan tetapi, manakala dividen saham
tidak disertai dengan kenaikan laba dan dividen tunai, dilusi (penipisan) laba dan dividen per saham menyebabkan harga saham turun dengan persentase sebesar dividen saham (Weston dan Brigham, 990). Hal ini juga terkait dengan struktur modal perusahaan, terutama Set Peluang Investasi atau Investment Opportunity Set (IOS). Karena adanya peluang investasi bagi perusahaan, maka perusahaan akan membutuhkan dana yang cukup besar bagi investasi baru, sehingga hal ini akan mempengaruhi kebijakan deviden perusahaan (dalam hal ini dividend per share) dan kemungkinan harga saham akan berubah. Salah satu pendekatan dalam melakukan analisis investasi di pasar sekuritas adalah analisis fundamental. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa setiap sekuritas mempunyai nilai intrinsik yang dapat ditentukan berdasarkan fundamental perusahaan seperti laba, dividen, struktur modal, dan potensi pertumbuhan perusahaan (Foster, 986 dalam Subekti, (00)). Nilai intrinsik disebut juga nilai fundamental yaitu nilai yang mencerminkan nilai perusahaan yang sebenarnya (Hartono, 998 dalam Subekti, (00)). Nilai intrinsik saham dapat menunjukkan karakteristik perusahaan sebagai dasar untuk mengetahui apakah suatu saham dinilai lebih rendah (undervalue) atau lebih tinggi (overvalue) dari yang seharusnya. Dengan adanya peluang investasi bagi sebuah perusahaan, maka perusahaan akan membuat kebijakan dividen yang rendah. Kebijakan itulah juga yang akan mempengaruhi tinggi/rendahnya harga saham dari perusahaan tersebut. Karena IOS terdiri dari berbagai proyek, maka IOS menjadi pemikiran sebagai
prospek pertumbuhan perusahaan yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan di pasar. Dalam penilaian harga saham, saham terpengaruh oleh unsur yaitu r dan D, apabila r meningkat tetapi D konstan, maka harga saham akan turun. Sebaliknya kalau D meningkat tetapi r konstan, harga saham akan naik (Husnan, 993). Investor akan melihat prospektus perusahaan tersebut, apakah perusahaan ini akan membagikan dividen atau tidak dan berapa besar deviden per lembar sahamnya, sebelum mereka menginvestasikan dana mereka dengan membeli saham perusahaan tersebut. Dengan melihat latar belakang inilah maka peneliti mengambil judul penelitian ini: Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Harga Saham Dengan Dividend Per Share Sebagai Variabel Pemoderasi. B. Perumusan Masalah Melalui penelitian yang akan dilakukan ini, penulis akan menguji pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap harga saham dengan Dividend Per share sebagai variabel pemoderasi. Sehingga dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini: Apakah IOS akan mempengaruhi harga saham dengan dividend per share sebagai variabel pemoderasi?
C. Batasan Masalah Agar pembahasan terhadap obyek yang diteliti tidak terlalu luas, dan lebih terfokus terhadap permasalahan yang ada, maka peneliti membatasi penelitian ini pada:. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) selama tahun 99-003, kecuali perusahaan keuangan, pemerintah dan perbankan (hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya pengaruh regulasi dan industri yang dapat mempengaruhi variabel dalam penelitian ini seperti yang dilakukan oleh Gaver dan Gaver (993) dan Sami dkk (999) dalam Saputro, (003)).. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan secara konsisten, dan melakukan perdagangan saham dalam kurun waktu tahun 99-003. 3. Perusahaan yang membagikan dividen selama 5 tahun berturut-turut, maka tahun penelitian untuk setiap perusahaan bisa berbeda (Kuncoro, 003) 4. Sampel tidak menunjukkan saldo ekuitas yang negatif, karena saldo ekuitas yang negatif sebagai penyebut menjadi tidak bermakna (Subekti dan Kusuma, 00). 5. Proksi yang digunakan untuk menentukan sampel sebagai perusahaan yang memiliki IOS tinggi dan IOS rendah adalah Market Value Assets To Book Value Assets (MVABVA), Market Value Equity To Book Value Equity (MVEBVE), Firm Value To book Value Of Property, Plant And Equipment
(VPPE), Price Earning Ratio (PER), Capital Expenditure To Market Value Of Assets (CAPMVA) dan Capital Expenditure To Book Value Assets (CAPBVA). 6. Sampel yang dimasukkan dalam kelompok IOS tinggi diambil dari 30% indeks faktor tertinggi dan IOS rendah diambil dari 30% dari indeks faktor terendah. Penetapan 30% tertinggi dan 30% terendah ini dilakukan karena agar data kelihatan lebih ekstrim (untuk mengetahui apakah benar-benar berpengaruh). Sedangkan kelompok sampel yang terletak di tengah tidak diambil karena dianggap kurang ekstrim untuk membedakan sampel sebagai IOS tinggi dan IOS rendah. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap harga saham dengan Dividend Per Share sebagai variabel pemoderasi. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan peneliti dari hasil penelitian ini adalah. Bagi Investor, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan investasi.. Bagi perusahaan, dapat dijadikan informasi yang berguna serta sebagai masukan bagi perusahaan untuk membuat kebijakan.
F. Tinjauan Literatur dan Hipotesis Myers (977) dalam Prasetyo (00) memperkenalkan istilah Investment Oppotunity Set (IOS) yang menggambarkan tentang luasnya peluang investasi. IOS tidak hanya menunjukkan pada peluang investasi tradisional seperti eksplorasi mineral, tetapi juga pilihan pembelanjaan lainnya seperti periklanan yang akan digunakan di masa depan untuk menjamin keberhasilan perusahaan. Karena IOS perusahaan terdiri dari proyek-proyek yang memberikan pertumbuhan bagi perusahaan, maka IOS dapat menjadi pemikiran sebagai prospek pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Level IOS merupakan hal yang tidak dapat di observasi (Sami et. al., 999 dalam Prasetyo, 00). Berdasarkan pengertian itu para peneliti telah mengembangkan proksi pertumbuhan perusahaan menjadi IOS sesuai dengan tujuan dan jenis data yang tersedia dalam penelitiannya. Selanjutnya IOS ini dijadikan sebagai dasar untuk menentukan klasifikasi pertumbuhan perusahaan di masa depan apakah suatu perusahaan masuk dalam klasifikasi yang tumbuh atau tidak tumbuh. Karena itu diperlukan proksi agar dapat menjelaskan keterkaitan (korelasinya) dengan variabel-variabel lainnya. Proksi pertumbuhan perusahaan dengan nilai IOS yang telah digunakan oleh para peneliti secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok berdasarkan faktor-faktor yang digunakan dalam mengukur nilai-nilai IOS tersebut. Klasifikasi nilai IOS ini telah digunakan oleh Kallapur dan Trombley (999) dalam Subekti dan Kusuma (00), dalam melakukan studinya. Klasifikasi
proksi IOS tersebut adalah sebagai berikut: () Proksi berdasarkan harga, proksi ini percaya pada gagasan bahwa prospek yang tumbuh dari suatu perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Perusahaan yang tumbuh akan mempunyai nilai pasar yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva riilnya (assets in place). Proksi berdasarkan harga yang digunakan dalam penelitian ini adalah Market Value Equity to Book Value Equity (MVEBVE) dengan pemikiran MVEBVE mencerminkan pasar menilai return investasi di masa depan akan lebih besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya, Value to Book Value of Property, Plant, and Equipment (VPPE). Proksi tersebut menunjukkan asset yang dimiliki perusahaan, Market Value Asset to Book Value Asset (MVABVA) dengan dasar pemikiran bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham. () Proksi berdasarkan investasi, proksi ini percaya pada gagasan bahwa satu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif pada nilai IOS suatu prusahaan. Kegiatan investasi ini diharapkan dapat memberikan peluang investasi pada masa berikutnya yang semakin besar pada perusahaan yang bersangkutan. Proksi berdasarkan investasi yang digunakan adalah Capital Expenditure to Book Value of Assets (CAPBVA) dan Capital Expenditure to Market Value of Assets (CAPMVA), proksi ini menunjukkan adanya aliran tambahan modal saham perusahaan. (3) Proksi berdasarkan varian, proksi ini percaya pada gagasan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang
mendasari peningkatan aktiva. Dari hasil penelitian-penelitian yang ada ternyata ada proksi IOS yang tidak dapat digunakan, sehingga belum ada kesepakatan tentang proksi yang dapat mewakili IOS secara tepat (Gaver dan Gaver, (993) dalam Saputro, (003)). Beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Investment Opportunity Set (IOS) dapat mempengaruhi harga saham dengan penggunaan dividen dalam penilaiannya. Hasil penelitian Smith dan Watts (99) dalam Prasetyo (00) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki level IOS tinggi cenderung membagikan deviden lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki level IOS rendah. Lalu Gaver dan Gaver (993) dalam Prasetyo, (00) memperluas penelitian Smith dan Watts (99) dengan mengarahkan analisisnya pada level perusahaan dan menggunakan gabungan ukuran IOS. Hasilnya mengindikasikan, bahwa perusahaan yang tumbuh memiliki rasio debt equity yang rendah dividend yield yang lebih rendah, membayar kompensasi eksekutif lebih tinggi, dan insiden stock option plans yang lebih tinggi dari pada perusahaan yang tidak tumbuh. Hasil pada level perusahaan tersebut konsisten dengan hasil pada level industrinya Smith dan Watts (99). Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Riahi-Belkaoui dan Picur (00) dalam Jati, (003) membandingkan relevansi nilai dividend yield dan PER dengan menggunakan level relatif IOS. Dengan melakukan analisis secara Cross Sectional dan Pooled, memberikan simpulan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki level IOS tinggi, PER memiliki relevansi nilai yang lebih besar
dibandingkan dengan dividend yield dalam suatu model penilaian harga saham. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan yang memiliki level IOS rendah, relevansi nilai dividend yield lebih besar dibandingkan dengan relevansi nilai PER. Demikian pula halnya dengan beberapa penelitian di Indonesia yang berhubungan dengan pemakaian level relatif IOS. Penelitian Subekti (00), dan Prasetyo (00) mengenai perbedaan kebijakan dividen antara perusahaan yang memiliki level IOS tinggi dengan perusahaan yang memiliki level IOS rendah menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki level IOS tinggi mempunyai kebijakan pembayaran dividen yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki level IOS rendah. Sementara itu penelitian lainnya yang berkaitan dengan IOS yang dilakukan oleh Sami et. al. (999) merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, terutama Gaver dan Gaver (993) dalam Prasetyo, (00). Perluasan dilakukan dengan penambahan ukuran untuk konstruksi indek IOS dan variabel baru mengenai kebijakan perusahaan (yakni: pengaruh IOS terhadap kebijakan leasing). Hasilnya menunjukkan bahwa teori IOS memiliki explanatory power yang lebih tinggi dalam hal kebijakan pendanaan, compensation, dan leasing daripada dalam aspek dividend. Chung dan Charoenwong (99) dalam Subekti dan Kusuma, (00) telah membuktikan hubungan antara potensi pertumbuhan perusahaan dengan resiko suatu saham dalam studinya menyatakan bahwa perusahaan yang tidak berpotensi tumbuh mempunyai resiko sistematis dibandingkan dengan perusahaan yang berpotensi tumbuh.
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan. Model dasar dari harga saham, D P0 =, dimana P 0 adalah harga saham pada tahun ke 0, D ( K g) s adalah dividen pada tahun ke-, K s adalah tingkat pengembalian yang dipersyaratkan atas saham dan g adalah tingkat pertumbuhan, memperlihatkan bahwa jika perusahaan bersangkutan menjalankan kebijakan untuk membagikan tambahan deviden tunai, D akan naik, dan hal itu cenderung meningkatkan harga saham. Namun, jika dividen tunai meningkat, maka semakin sedikit dana yang tersedia untuk reinvestasi, tingkat pertumbuhan yang diharapkan untuk masa mendatang akan rendah, dan hal ini akan menekan harga saham. Jadi, perubahan besarnya dividen tersebut mengandung dua akibat yang saling bertentangan. (Brigham dan Weston, 990). Berdasarkan pemaparan diatas, maka disusun model dalam penelitian ini, sebagai berikut: Gambar. Model Penelitian IOS Harga Saham Dividend Per share Gambar model penelitian ini menunjukkan bahwa IOS sebagai ukuran pertumbuhan perusahaan mempengaruhi harga saham dengan Dividend Per Share
sebagai variabel pemoderasi yang akan memperkuat pengaruh IOS tersebut terhadap harga saham. Gambar panah IOS menuju harga saham menunjukkan bahwa IOS mempunyai pengaruh terhadap tinggi atau rendahnya harga saham, sedangkan panah Dividend Per Share (DPS) menunjukkan bahwa DPS digunakan sebagai variabel pemoderasi yang memperkuat pengaruh IOS terhadap harga saham. Berdasarkan model di atas disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: Investment Opportunity Set (IOS) mempengaruhi harga saham dengan Dividend Per Share sebagai variabel pemoderasi. G. Metode Penelitian. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory, berupa : a. Data penutupan harga saham tahunan perusahaan yang listing di BEJ tahun 99-003 b. Data dividend per share perusahaan yang listing di BEJ tahun 99-003. c. Data earning per share perusahaan yang listing di BEJ tahun 99-003. d. Data total assets perusahaan yang listing di BEJ tahun 99-003. e. Data aktiva tetap bersih perusahaan yang listing di BEJ tahun 99-003. f. Data total ekuitas perusahaan yang listing di BEJ tahun 99-003. g. Data lembar saham beredar perusahaan yang listing di BEJ tahun 99-003.
h. Data laba bersih perusahaan yang listing di BEJ tahun 99-003.. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode Observasi, yaitu meneliti kepustakaan dan sumber-sumber yang resmi, berupa laporan keuangan tahunan, laporan harga penutupan saham harian dan laporan jumlah saham yang beredar, jumlah deviden per lembar saham, total ekuitas, total aktiva, aktiva tetap bersih. Observasi itu sendiri adalah cara pengumpulan data dengan melakukan pencatatan secara cermat dan sistematik. 3. Metode Pengumpulan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah judgement sampling, di mana peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian (Kuncoro, 003). Judgement sampling ini merupakan salah satu jenis purposive sampling. Bahwa dalam penelitian yang dilakukan ini sampel yang digunakan adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 99 sampai dengan tahun 003 kecuali industri lembaga keuangan, perbankan, maupun perusahaan pemerintah (untuk mengantisipasi adanya pengaruh peraturan tertentu yang mungkin mempengaruhi penelitian ini, sebagaimana dalam penelitian Gaver dan Gaver 993 serta Saud, dkk, 999
dalam Saputro, 003), yang tidak memiliki total ekuitas negatif pada tahun 99-003, perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan secara konsisten dari tahun 99 sampai dengan tahun 003, perusahaan yang membagikan dividen selama 5 tahun berturut-turut. 4. Definisi Operasional a. Pengukuran Variabel Penelitian berdasarkan proksi IOS ). MVEBVE (Market Value Equity to Book Value Equity) (Fitrijanti dan Hartono, 00) diperoleh dari: Jumlah saham beredar x Harga penutupan saham Total Ekuitas ). MVABVA (Market Value Asset to Book Value Assets) (Fitrijanti dan Hartono, 00) diperoleh dari: (Asset - total ekuitas + (lbr shm beredar x Harga penutupan saham)) Total Asset 3). VPPE (Value to Book Value of Property, Plant and Equipment) (Saputro, 003) diperoleh dari: (Asset Total Ekuitas + (Lbr shm beredar x Harga penutupan saham)) Aktiva tetap Net 4). CAPBVA (Capital Expenditure to Market Value of Assets) (Fitrijanti dan Hartono, 00) diperoleh dari: Nilai buku aktiva tetap t Nilai buku aktiva tetap t Total Asset
5). CAPMVA (Capital Expenditure to Market Value of Assets) (Fitrijanti dan Hartono, 00) diperoleh dari: Nilai buku aktiva tetap t Nilai buku aktiva tetap t (Asset Total Ekuitas + (Lbr shm beredar x Harga penutupan saham)) 6). PER (Price Earning Ratio) / P/E (Fitrijanti dan Hartono, 00) diperoleh dari: Harga penutupan saham Laba bersih per saham b. Klasifikasi IOS tinggi dan IOS rendah Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi perusahaan yang memiliki IOS tinggi dan perusahaan yang memiliki IOS rendah dengan menggunakan Common Factor Analysis (Prasetyo, 00). Dalam penelitian ini jumlah faktor yang digunakan sebanyak faktor (yaitu faktor dan faktor ). Skor kedua faktor tersebut kemudian dijumlahkan untuk memperoleh suatu indeks tertentu. Indeks tersebut selanjutnya diperingkat dari nilai terendah ke nilai tertinggi. 30% nilai indeks tertinggi dikelompokkan sebagai perusahaan growth firm atau perusahaan yang memiliki IOS tinggi, dan 30% nilai indeks terendah dikelompokkan sebagai perusahaan non-growth firm atau perusahaan yang memiliki IOS rendah. Penetapan tiga puluh persen ini adalah dalam rangka memenuhi jumlah sampel agar mencapai (N=30) untuk masing-masing kelompok.
Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi asumsi central limit theorem. Nilai n harus cukup besar agar central limit theorem dapat berlaku, maka itu menurut aturan kira-kira, sampel dikatakan cukup baik bilamana N = 30 atau lebih (Mendenhall dan Reinmuth, 987). c. Pengukuran Variabel ). Variabel Perubahan Dividend Per Share Dalam penelitian ini diperhitungkan variabel perubahan dividend per share, yang mana perhitungan tersebut diperoleh dari (Marpaung, 003): ΔDPS t = DPS t DPS DPS t t Dimana: Δ DPS t = Perubahan DPS pada tahun ke-t DPS t = Dividend per share pada tahun ke-t DPS t = Dividend per share pada tahun ke t- ). Variabel Perubahan Harga Saham Dalam penelitian ini juga diperhitungan variabel perubahan harga saham, yang mana perhitungan tersebut diperoleh dari (Marpaung, 003):
ΔP it = P it P P it it Keterangan : ΔP it = Perubahan harga saham i pd thn ke-t P = Harga saham i pada tahun ke-t it P = Harga saham i pada tahun ke t- it 5. Model Analisis Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Regresi Berganda dengan variabel pemoderasi. Analisis regresi berganda adalah analisis linier dengan dua atau lebih variabel independen (Subiyakto, 995). Variabel Moderasi atau Moderator merupakan variabel independen kedua yang dicakup dalam hipotesis, karena diduga mempunyai dampak yang berarti terhadap hubungan variabel independen dan variabel dependen yang semula dinyatakan. (Cooper dan Emory, 996). Alasan penggunaan teknik analisis ini karena dalam penelitian ini digunakan variabel pemoderasi yaitu Dividend Per Share (DPS), DPS ini sebagai variabel independen kedua yang bersama-sama IOS akan mempengaruhi harga saham, sehingga pengaruh IOS terhadap harga saham dapat diketahui.
. Pengujian Hipotesis Dengan Regresi Variabel Moderasi (Ghozali, 005): Model pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model regresi dengan variabel moderasi seperti yang ditulis dalam Ghozali, (005). Uji interaksi atau sering disebut Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian antara dua atau lebih variabel independen) dengan rumus persamaan sebagai berikut: ( X X ) e Y = a + b X + b X + b3. +...() Variabel perkalian antara X dan X merupakan variabel moderating oleh karena menggambarkan pengaruh moderating variabel X terhadap hubungan X dan Y. Sedangkan variabel X dan X merupakan pengaruh langsung dari variabel X dan X terhadap Y. Mengapa perkalian antara X dan X dapat dianggap sebagai moderating variabel, hal ini dapat dijelaskan dengan cara membuat persamaan derivasi (turunan) X atau dy / dx dari persamaan (). Hasil dy / dx adalah: dy dx = b + b X...() 3 Persamaan () memberikan makna bahwa dy / dx merupakan fungsi dari X atau variabel X memoderasi hubungan antara X dan Y.
Dalam penelitian ini tidak hanya digunakan data saat ini, tetapi juga digunakan nilai masa lalu (lagged), maka model analisis yang digunakan adalah model lag yang didistribusikan (distributed-lag-model) (Gujarati, 978). Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh IOS terhadap harga saham dengan DPS sebagai variabel pemoderasi, yang mana untuk mengetahui harga saham tahun t maka digunakan juga data IOS tahun t dan data DPS tahun t-. Jadi model analisis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Di mana: ( IOS DPS ) e Pt = a + b IOSt + b DPSt + b t t + 3 P t =Price (perubahan harga saham per lembar tahunan tahun t) a IOS t = Intercept = Investment Opportunity Set (nilai penjumlahan faktor dan faktor tahun t) DPS t = Devidend per share (perubahan deviden per lembar tahun t-, 3 ) b, b b = Slope / Parameter IOS t DPS t = Perkalian antara nilai IOS tahun t dan perubahan dividend per share tahun t- e = Error Term
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini digunakan data panel (pooled data) seperti yang digunakan oleh Jati (003). Kemudian meregresikan variable-variabel penelitian sesuai dengan hipotesis dengan menggunakan software Eviews 3.0.. Uji t, F, dan a. Uji t R Uji t, uji ini dilakukan untuk melihat signifikasi dari pengaruh variabel independent secara individu terhadap variabel dependent, dengan menganggap variabel independent lainnya konstan (Sugiyanto, 994). Dalam uji t ini digunakan hipotesis sebagai berikut: H : bi = b 0 H A : b i b di mana b i adalah koefisien variabel independent ke-i adalah nilai parameter hipotesis biasanya nilai b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap Y. Bila nilai t hitung > t tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu, H 0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen. Nilai t hitung diperoleh dengan rumus: ( bi b) Sbi thit = / dimana: b i = Koefisien variabel independent ke-i
b = Nilai hipotesis nol Sb i = Simpangan baku dari variabel independen ke-i b. Uji F Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara keseluruhan (Sugiyanto, 994). Untuk pengujian F ini, digunakan hipotesa berikut: H b b =... = b 0 (tak ada pengaruh) 0 : = k = H A : b i 0 (ada pengaruh) untuk i =...k Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Jika F hitung > F tabel maka H 0 ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F hitung dapat diperoleh dengan rumus: F hit = R / ( k ) ( R )/( n k) c. Uji di mana: R R k n = Koefisien determinasi = Jumlah variabel independen = Jumlah sampel Uji ini dilakukan dengan menentukan koefisien determinan ( R ) yang berguna untuk mengukur seberapa besar variasi dapat diterangkan oleh
variabel-variabel bebas secara bersamaan. Nilai R diperoleh dari (Gujarati, 978): dimana: R = - e i / y i e i = jumlah kuadrat residual y i = jumlah kuadrat total R menyatakan berapa besar kemampuan variabel-variabel independen menerangkan variabel dependen. R terletak antara 0 sampai. R = 0 berarti tidak ada hubungan yang sempurna antara X dan Y. Sedangkan R = menunjukkan hubungan yang sempurna antara X dan Y yang artinya perubahan X mampu menjelaskan 00% perubahan Y. R semakin mendekati 0 berarti model yang digunakan kurang baik.