PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN KULON PROGO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

Program Bio Energi Perdesaan (B E P)

Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si

MODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT. Oleh:

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH SAPI DAN PEMANFAATAN LIMBAH BIOGAS SEBAGAI PUPUK ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. LPG. Tujuan diberlakukannya program ini adalah untuk mengurangi subsidi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas

TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.)

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

PANDUAN TEKNOLOGI APLIKATIF SEDERHANA BIOGAS : KONSEP DASAR DAN IMPLEMENTASINYA DI MASYARAKAT

PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG

Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **)

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA HOME INDUSTRY KRIPIK SINGKONG.

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS

OUTLINE Prinsip dasar produksi biogas. REAKTOR BIOGAS SKALA KECIL (Rumah Tangga dan Semi-Komunal) 4/2/2017

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMANFAATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK/CAIR MENJADI BIOGAS, PUPUK PADAT DAN CAIR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan. Limbah : Feses Urine Sisa pakan Ternak Mati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

BATAM, 9 MEI 2014 SUPRAPTONO

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

BAB I PENDAHULUAN. terjamah oleh fasilitas pelayanan energi listrik, dikarenakan terbatasnya pelayanan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

EXECUTIVE SUMMARY SURVEY PENDAHULUAN BIOGAS RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. molekul komplek yang memiliki bentuk rigid dan struktur berkayu dari tanaman dimana bakteri

PEMANFAATAN KOTORAN SAPI SEBAGAI BAHAN BAKAR DALAM PROSES PENGERINGAN RAMBAK DI DAERAH BOYOLALI UNTUK MENGURANGI KETERGANTUNGAN TERHADAP MINYAK TANAH

Modifikasi Biogester Tipe Vertikal Menggunakan Pengaduk dengan Teknik Pengelasan

III. METODOLOGI. Penelitian dan pengambilan data dilakukan di Desa Bumi Jaya Kec, Anak

JURNAL PENGEMBANGAN BIODIGESTER BERKAPASITAS 200 LITER UNTUK PEMBUATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan bahan pangan berupa daging khususnya daging sapi

STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

Drs. Mamat Ruhimat, M.Pd. Drs. Dede Sugandi, M.Si. Drs. Wahyu Eridiana, M.Si. Ir. Yakub Malik Nanin Trianawati Sugito, ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

Unit penghasil biogas dengan tangki pencerna (digester) tipe kubah tetap dari beton

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) di Lahan Sawah Tadah Hujan untuk Antisipasi Perubahan Iklim

PENGEMBANGAN BIOGAS BERBAHAN BAKU KOTORAN TERNAK UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI DI TINGKAT RUMAH TANGGA 1

PENGELOLAAN LIMBAH TERNAK SAPI MENJADI BIOGAS

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI

BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA. Kelompok Tani Usaha Maju II. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Kelompok Masyarakat S A R I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROGRAM EDUKASI PEMBUATAN BIOGAS DI KANDANG PEMULIABIAKAN SAPI BALI TAMAN SAFARI INDONESIA II

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: BIOGAS DARI LIMBAH DAUN BAWANG MERAH SEBAGAI SUMBER ENERGI RUMAH TANGGA ALTERNATIF DI KABUPATEN BREBES

PEMBUATAN INSTALASI UNTUK BIOGAS DARI ENCENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES ) YANG EFISIEN UNTUK LAHAN KECIL

PROPOSAL LOMBA INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI BAHAN BIOGAS

PROPOSAL INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016

SIDa.F.8 Pengolahan Limbah Kotoran Ternak Menjadi Biogas Sebagai Salah Satu Upaya Mewujudkan Lingkungan Hijau Di Desa Cikundul, Kota Sukabumi

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

BAB III PERANCANGAN ALAT

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Populasi Ternak di Indonesia (000 ekor) * Angka sementara Sumber: BPS (2009) (Diolah)

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN MENJADI ENERGI BIOGAS UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN UMKM DI KABUPATEN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga seperti gas, minyak tanah, batu bara, dan lain-lain kini menjadi

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jawa Barat. Kabupaten Sumedang terletak antara 6 o 44-7 o 83 Lintang Selatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan salah satu dari bentuk bioenergi (biological energy) yang

Peranan Biogas Limbah Ternak Sapi Bantuan PT. Petrochina Bagi Peternak Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi

Sepuluh Faktor Sukses Pemanfaatan Biogas Kotoran Ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam negeri sehingga untuk menutupinya pemerintah mengimpor BBM

PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN (TERNAK SAPI) SEBAGAI PENGHASIL BIOGAS

APLIKASI TEKNOLOGI BIOGAS GUNA MENUNJANG KESEJAHTERAAN PETANI TERNAK. Dewi Hastuti Dosen Fakultas Pertanian Universitas wahid Hasyim

UJI PEMBUATAN BIOGAS DARI KOTORAN GAJAH DENGAN VARIASI PENAMBAHAN URINE GAJAH DAN AIR

Pemanfaatan Kotoran Sapi untuk Bahan Bakar PLT Biogas 80 KW di Desa Babadan Kecamatan Ngajum Malang

DIGESTER MODEL TANDON SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF (Digester Tank Models As An Alternative Energy Source)

TUGAS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROPOSAL PROGRAM PENGEMBANGAN DAN KESINAMBUNGAN REAKTOR BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA DARI KOTORAN HEWAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL PENGEMBANGAN BIO-ENERGI PERDESAAN (BIOGAS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN KULON PROGO (Biogas as Renewable Alternative Energy Source at Prima Tani Location in Kulon Progo District) SINUNG RUSTIJARNO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarata, Jl. Rajawali 28 Demangan Baru, Yogyakarta 55010 ABSTRACT The use of unrenewable energy is becoming limited, whereas requirement of energy is increasing along the population growth. The study of biogas use as an alternative energy sources was carried out in May June 2008 at Prima Tani location, Kulon Progo District. The study is to assess biogas application at household scale. The study was undertaken by purposive method of field survey at Benggolo group, Banaran village, Galur sub district, Kulon Progo District. Results indicated that number of livestocks were 18 bulls with ownership of livestock 1 bull/person and managed by batch system, source of capital about Rp 117 million was from district government by loan system. The biogas installation was donated by the province government. The use of biogas at household scale used manures from 6 bulls have been applied for cooking. Waste of biogas has been used for crop fertilizer, while manures were processed for organic fertilizer. The use of biogas could be developed for lighting and home industry. Key Words: Biogas, Energy, Alternative ABSTRAK Pemanfaatan energi dari sumber tidak terbarukan semakin terbatas, sementara kebutuhan energi semakin bertambah seiring bertambahnya populasi manusia. Pengkajian pemanfaatan biogas sebagai sumber energi alternatif dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2008 di lokasi Prima Tani kabupaten Kulon Progo. Tujuan pengkajian adalah mengetahui aplikasi pemanfaatan biogas skala rumahtangga. Pengkajian dilaksanakan dengan metode survai dan dilakukan secara purposif pada kelompok tani ternak Benggolo, desa Banaran, kecamatan Galur, kabupaten Kulon Progo. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa jumlah ternak sapi sebanyak 18 ekor dengan kepemilikan ternak 1 ekor/orang dan dikelola dengan sistem kelompok, sumber permodalan senilai Rp 117 juta berasal dari pemerintah daerah kabupaten dengan sistem kredit. Pembuatan instalasi biogas merupakan program hibah dari pemerintah provinsi. Pemanfaatan biogas skala rumah tangga menggunakan kotoran ternak dari 6 ekor sapi sudah dimanfaatkan untuk kebutuhan rumahtangga yaitu memasak. Limbah hasil biogas telah dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman, sementara kotoran ternak diolah sebagai pupuk organik. Pemanfaatan biogas masih berpeluang dikembangkan untuk penyedia penerangan dan industri pengolahan makanan skala rumahtangga. Kata Kunci : Biogas, Energi, Alternatif PENDAHULUAN Perkembangan populasi penduduk yang semakin meningkat, kemajuan teknologi dan pertumbuhan industri menguras berbagai macam sumber energi terutama yang berasal dari bahan bakar fosil. Bahan bakar untuk keperluan industri atau rumah tangga berupa minyak bumi, batu bara, kayu bakar, arang dan lain-lain menjadi semakin langka. Salah satu upaya mengatasi kelangkaan bahan bakar adalah membuat instalasi biogas yang mampu menghasilkan gas sebagai sumber energi yang dapat digunakan dalam skala rumah tangga maupun skala industri untuk keperluan memasak, penerangan, pemanas air, pembangkit listrik atau penggunaan lainnya di pedesaan. 831

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Biogas mengandung kurang lebih 60% gas methan (CH 4 ), ± 38% karbon dioksida (CO 2 ) serta ± 2% Nitrogen (N), Oksigen (O 2), Hidrogen (H 2) dan dan hidrogen sulfida (H 2 S). Sumber energi biogas yamg utama adalah kotoran ternak sapi, kerbau, babi dan kuda. Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam jumlah banyak dapat dipergunakan sebagai pembangkit listrik, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Sebagai bahan energi 1 m 3 setara dengan 0,62 liter minyak tanah atau 0, 46 kg elpiji, 0,52 liter solar, 0,80 liter bensin atau 3,50 kg kayu bakar (MUSANIF, 2006). Prinsip kerja pembentukan biogas adalah pengumpulan faeces ternak ke dalam suatu tanki kedap udara yang disebut digester (pencerna). Di dalam digester tersebut kotoran dicerna dan difermentasi oleh bakteri yang menghasilkan gas methan dan gas-gas lainnya (WIDARTO dan SUDARTO, 1997). Gas yang timbul dari proses ini ditampung di dalam digester. Penumpukan produksi gas akan menimbulkan tekanan sehingga dapat disalurkan keluar melalui pipa. Untuk keperluan rumahtangga atau industri, gas yang dihasilkan tersebut dapat dipakai untuk memasak dengan menggunakan kompor gas atau untuk penerangan dengan modifikasi lampu petromak atau listrik. Gas yang dihasilkan sangat baik untuk pembakaran karena mampu menghasilkan panas yang cukup tinggi, apinya berwarna biru, tidak berbau dan tidak berasap. Instalasi biogas mempunyai manfaat ganda, yakni menghasilkan gas untuk bahan bakar memasak dan mengatasi pencemaran lingkungan akibat menumpuknya limbah peternakan yang dapat mengganggu kesehatan. Pembuatan instalasi biogas dengan bahan baku kotoran ternak sangat tepat diterapkan di lingkungan usaha peternakan (WIDODO et al., 2004). Pengkajian dilakukan untuk mengetahui aplikasi dan pemanfaatan biogas sebagai energi alternatif di pedesaan melalui Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) di Kabupaten Kulon Progo. HASIL DAN PEMBAHASAN Kelompok tani ternak Benggolo berlokasi di Dusun II Bunder, desa Banaran, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo. anggota kelompok sebanyak 18 orang. Bantuan permodalan ternak sapi berasal dari pemerintah daerah (pemda) Kabupaten Kulon Progo sebanyak 18 ekor masing-masing senilai Rp. 6,5 juta sehingga total permodalan mencapai Rp. 117 juta. Permodalan ternak dilakukan untuk perbibitan sapi dengan sistem kredit dengan jangka waktu pengembalian 5 tahun yang dicicil tiap 6 bulan sekali. Pengembalian kredit dilakukan dengan cara mencicil pokok angsuran tiap semester sebesar Rp. 650 ribu dan jasa sebesar 6%. Bantuan kandang kelompok dari pemda kabupaten senilai Rp. 11 juta diberikan untuk memudahkan pemeliharaan, koordinasi dan peningkatan kemampuan anggota kelompok melalui kegiatan pendampingan dan penyuluhan. Data perkembangan dan nilai ternak kelompok Benggolo tercantum dalam Tabel 1. Perkembangan kelompok menunjukkan potensi yang tersedia berupa kotoran ternak dalam jumlah yang berlimpah pada awalnya hanya dijual dalam bentuk pupuk tidak terolah. Potensi produksi pupuk dengan jumlah ternak sapi mencapai 22 ekor sebanyak 330 kg/hari atau 10 ton/bulan pupuk organik kering, dapat dimanfaatkan untuk memupuk tanaman di lahan seluas 5 ha. Pemanfaatan pupuk hanya dijual dalam bentuk tidak terolah Tabel 1. Perkembangan kelompok tani ternak Benggolo tahun 2007 2008 Nama Kelompok/ Lokasi Benggolo/Banaran, Kulon Progo anggota Tahun 2007 Tahun 2008 Penjualan ternak 18 18 117.000 22 143.000 18 117.000 832

ke perkebunan buah naga di lahan pantai dengan nilai jual Rp. 150 ribu/truk sehingga pemasukan untuk kelompok hanya mencapai Rp. 300 ribu/bulan. Program Prima Tani di lokasi pewakil lahan kering Kabupaten Kulon Progo mengakselerasi pemanfaatan pupuk melalui pembentukan jejaring produsen (pengolah) dan konsumen (pengguna) pupuk organik dengan 1 kelompok produsen dan 4 kelompok konsumen. jual kotoran sapi sebesar Rp. 200/kg sehingga pendapatan kelompok pemasok bahan baku ke kelompok produsen dapat ditingkatkan menjadi Rp. 2 juta/bulan. WIDARTO dan SUDARTO (1997) menyatakan bahwa manfaat lain sebagai pupuk kandang tidak hilang karena adanya pembuatan instalasi biogas, sebaliknya pupuk yang dihasilkan justru menaikkan kandungan bahan organik sehingga kualitasnya menjadi lebih baik. Pupuk yang terbentuk dari sisa proses fermentasi faeces tadi harus dikeluarkan secara berkala agar tidak terjadi endapan padat yang dapat mengganggu proses pembentukan biogas. Pengadukan dilakukan setiap hari untuk menjaga agar proses fermentasi dapat berjalan dengan baik. Perkembangan lebih lanjut menunjukkan adanya program dari pemerintah Provinsi D. I. Yogyakarta untuk memanfaatkan limbah kotoran ternak sebagai sumber energi terbarukan melalui pembuatan instalasi biogas sebagai sumber energi alternatif di pedesaan. Bantuan pembuatan instalasi biogas dilakukan dengan sistem hibah. Menurut YUNUS (1995) instalasi biogas pada saat ini sudah banyak diperkenalkan kepada masyarakat terutama di pedesaan, namun pembuatan unit biogas yang baik belum banyak diketahui sehingga banyak percontohan yang tidak dapat berjalan, kemudian ditutup dan tidak berkelanjutan. Instalasi biogas yang diintroduksikan dari pemda provinsi D.I. Yogyakarta merupakan instalasi biogas tipe Cina yang modern dengan bentuk bunker terdiri dari tiga bagian yaitu pipa masuk (inlet), digester dan pipa keluar (outlet). Gas yang dihasilkan dari instalasi tersebut disalurkan melalui pipa yang dilengkapi kran ke tempat pembakaran atau kompor gas. Sebelum pembuatan instalasi biogas dimulai terlebih dahulu harus ditentukan kapasitas alat yang akan dibuat. Menurut SOEHARSONO (2007) biogas dapat dihasilkan dari bioreaktor dalam skala rumah tangga maupun skala industri dengan pertimbangan potensi limbah yang tersedia, model konstruksi bioreaktor dan biaya investasi. Perhitungan didasarkan pada jumlah ternak dan faeces yang dihasilkan sebagai berikut: 1. Tiap ekor sapi menghasilkan 2 ember kotoran per hari 2. Kotoran perlu diencerkan dengan 3 ember air 3. Volume 1 ember 10 liter 4. ternak yang diusahakan 2 ekor sapi 5. Lamanya pembentukan gas (fermentasi) sekitar 30 hari Berdasarkan perhitungan tersebut maka setiap hari umpan yang masuk ke dalam digester adalah 2 + 3 ember = 5 ember atau 50 liter campuran faeces dan air untuk tiap ekor sapi. Bila waktu pembentukan gas 30 hari maka tiap sapi membutuhkan ruang digester 30 x 50 liter = 1.500 liler. Berdasarkan jumlah ternak yang direncanakan untuk penghasil biogas sebanyak 6 ekor sapi, maka volume digester yang akan dibuat = 6 x 1.500 liter = 9.000 liter atau 9 m3. Perhitungan pembuatan digester biogas kapasitas 9 m 3 di desa Banaran Kabupaten Kulon Progo tercantum dalam Tabel 2. Pemanfaatan satu unit biogas dengan kapasitas 9 m 3 baru dimanfaatkan oleh kelompok untuk kebutuhan memasak di saung kelompok, instalasi untuk memasak baru terpasang pada satu unit rumah penduduk di sekitar kandang kelompok, padahal dengan kapasitas terpasang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan tiga Kepala Keluarga (KK) untuk kebutuhan memasak dan penerangan rumah. Hambatan yang ditemui adalah penyediaan dana untuk pemasangan instalasi ke rumahrumah yang mencapai Rp. 150 ribu/kk. Penyuluhan yang intensif dapat dilakukan untuk menginisiasi agar potensi biogas yang tersedia dapat dimanfaatkan lebih maksimal oleh masyarakat sekitar. Berdasarkan Tabel 2, total biaya pembuatan instalasi biogas kapasitas 9 m 3 mencapai Rp. 12 juta, sumber pendanaan berasal dari Pemerintah Provinsi D.I. Yogyakarta senilai Rp. 9 juta, sedangkan kelompok memberikan kontribusi senilai Rp. 3 juta dalam bentuk tenaga kerja dan instalasi biogas yang disalurkan ke rumah tangga. 833

Tabel 2. Perhitungan pembuatan digester biogas di Desa Banaran, Galur, Kulon ProgoTahun 2007 Uraian Volume Satuan Harga (Rp.) (Rp.) A. Bahan material Pasir 3 Rit 400.000 1.200.000 Semen 55 Zak 30.000 1.650.000 Batu putih 1 rit 400.000 400.000 Batu bata 4500 buah 450 2.025.000 Besi 8" 4 batang 25.000 100.000 Besi 6" 4 batang 18.000 72.000 Pipa PVC 1/2" 10 batang 12.000 120.000 Pipa PVC 8" 1 batang 600.000 600.000 Pipa galvanis 3/4 1 batang 70.000 70.000 Exosal 6 kg 40.000 240.000 Bendrat 1 kg 8.000 8.000 Stopkran 1 buah 80.000 80.000 Perlengkapan instalasi 1 paket 200.000 200.000 A 6.765.000 B. Tenaga kerja Tukang khusus 3 orang 75 HOK 40.000 3.000.000 Tukang biasa 3 orang 75 HOK 30.000 2.250.000 B 5.250.000 A + B 12.015.000 Sumber: SARJIYO (2007) (komunikasi pribadi) Konstruksi instalasi biogas merupakan inovasi dari Sanggar Solidaritas Petani (SSP) Kabupaten Kulon Progo yang telah memperkenalkan pemanfaatan biogas sebagai alternatif energi di pedesaan sejak tahun 2006. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi alternatif, pemerintah daerah mengadopsi teknologi tersebut pada tahun 2008 di wilayah pedesaan, khususnya lokasi Prima Tani di Provinsi D.I. Yogyakarta. WIDODO dan NURHASANAH (2004) menyatakan bahwa proses pembuatan biogas menghasilkan banyak keuntungan, selain menghasilkan gas methan (CH 4 ) juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan berupa bau tidak sedap, hasil samping berupa kompos dan slurry untuk pupuk tanaman Menurut SOERAWIJAYA (2004), untuk daerah-daerah pedesaan dan pinggir kota, biogas merupakan alternatif yang paling sesuai untuk menggantikan minyak tanah atau (kerosin) sebagai bahan bakar rumah tangga, karena itu aneka program demonstrasi dan penyuluhan tentang manfaat, cara pembuatan dan penggunaannya kepada masyarakat di pedesaan perlu dilakukan. Khusus untuk biogas dari kotoran hewan, program demonstrasi dan penyuluhan harus dapat menyingkirkan keengganan masyarakat untuk memakai produk gas, sebab biasanya ada hambatan psikologis bahwa biogas merupakan gas yang kotor/najis sehingga tidak layak digunakan dalam rumah tangga. Pemanfaatan satu unit biogas dengan kapasitas 9 m 3 dapat dimanfaatkan oleh tiga Kepala Keluarga (KK) untuk kebutuhan memasak atau penerangan rumah. Keunggulan energi biogas disamping untuk kebutuhan rumahtangga, kotoran ternak yang sudah diolah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Multiplier effect dari pemanfaatan biogas adalah mendorong petani untuk memiliki ternak sebagai sumber pupuk dan suplai daging, mengurangi pencemaran lingkungan 834

dan mengurangi perusakan lapisan ozon. Di sisi lain, pembuatan dan pemanfaatan biogas sebagai sumber energi alternatif di pedesaan merupakan terobosan menuju usahatani yang efisien, berkelanjutan dan diarahkan menuju usaha agribisnis. KESIMPULAN Biogas sebagai alternatif sumber energi terbarukan berpeluang besar untuk dikembangkan di pedesaan. Pemanfaatan biogas di lokasi Prima Tani Desa Banaran terbatas untuk kebutuhan memasak dan baru dimanfaatkan untuk satu unit rumah tangga. Pemanfaatan biogas dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan memasak, penerangan, pemanas air, pembangkit listrik atau penggunaan lainnya di pedesaan. DAFTAR PUSTAKA MUSANIF, J. 2006. Reaktor Biogas Sistem Knockdown. Sinar Tani No. 3171 Tahun XXXVII, Edisi 11 17 Oktober 2006. SOEHARSONO. 2007. Pengolahan Limbah Ternak Untuk Menghasilkan Sumber Energi Alternatif Dalam Bentuk Biogas di Pedesaan. Pros. Lokakarya Pengembangan Agribisnis Berkelanjutan di Pedesaan. LPPM UGM bekerjasama dengan Bappeda Kab. Kulon Progo dan BPTP Yogyakarta. WIDARTO, L. dan F.X. SUDARTO. 1997. Membuat Biogas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. WIDODO, T.W. dan A. NURHASANAH. 2004. Kajian Teknis Teknologi Biogas dan Potensi Pengembangannya di Indonesia. Pros. Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian, Bogor, 5 Agustus 2004. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong. SOERAWIJAYA, T.H. 2004. Prospek Pengembangan Bioenergi di Indonesia. Pros. Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian. Bogor, 5 Agustus 2004. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong. YUNUS, M. 1995. Teknik Membuat dan Memanfaatkan Unit Gas Bio. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 835