V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jawa Barat. Kabupaten Sumedang terletak antara 6 o 44-7 o 83 Lintang Selatan
|
|
- Widya Pranata
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Desa Haurngombong Letak Geografis Wilayah penelitian merupakan bagian dari Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Sumedang terletak antara 6 o 44-7 o 83 Lintang Selatan dan 107 o o 21 Bujur Timur. Kabupaten Sumedang di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, sebelah selatan Kabupaten Garut dan Bandung, sebelah barat Kabupaten Bandung dan Subang, dan sebelah utara Kabupaten Indramayu dan Majalengka. Desa Haurngombong secara administratif terletak di Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Pamulihan memiliki luas Wilayah Ha berada pada ketinggian diantara 720 sampai dengan meter di atas Pemukaan Laut, terdiri dari 11 desa yaitu Desa Cigendel, Cijeruk, Pamulihan, Ciptasari, Citali, Cimarias, Cinanggerang, Sukawangi, Haurngombong, Mekarbakti, dan Cilembu. Umumnya mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah bidang pertanian yang sedang berkembang ke arah agrobisnis dan usahaternak sapi perah. Desa Haurngombong terdiri dari 3 Dusun (Dusun Simpang, Pangaseran dan Cipareuag), 6 Rukun Warga, dan 30 Rukun Tetangga serta kepala keluarga (KK) dengan luas desa sekitar 219 hektar. Jumlah penduduk Desa Haurngombong penduduk terdiri dari penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Desa Haurngombong memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Desa Cigendel dan Ciptasari, Kecamatan Pamulihan 38
2 Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan : Desa Mekar Bakti, Kecamatan Pamulihan : Desa Gunung Manik, Kecamatan Tanjung Sari Gambar 3. Peta Desa Haurngombong Kondisi Usahaternak Sapi Perah di Desa Haurngombong Mata pencaharian penduduk Desa Haurngombong beragam, namun mayoritas bekerja pada sektor pertanian dan peternakan. Jumlah peternak di Desa Hurngombong berjumlah 208 peternak dengan jumlah ternak 703 ekor sapi perah. Peternak-peternak ini terbagi ke dalam tiga kelompok tani ternak, yaitu Harapan Sawargi, Harapan Jaya, dan Wargi Saluyu. Sebaran jumlah peternak yang terbanyak adalah kelompok ternak Wargi Saluyu sebanyak 135 peternak dengan 400 ekor sapi perah. Kelompok tani ternak tersebut merupakan kelompok tani ternak induk yang berdiri pada tahun Kelompok peternak Harapan Jaya dengan jumlah peternak sebanyak 48 orang dengan 223 ekor sapi perah dibentuk pada tahun 1997, selanjutnya pada tahun 1998 dibentuklah kelompok ternak Harapan Sawargi dan kondisi saat ini jumlah peternak di kelompok ternak ini sebanyak 25 peternak dengan 80 ekor sapi perah yang merupakan populasi paling sedikit dibandingkan dengan kelompok peternak lainnya (Tabel 6). 39
3 Tabel 6. Data Jumlah Peternak dan Ternak pada Tiap Kelompok Peternak Kelompok Tani Ternak Jumlah Peternak Jumlah Ternak (orang) (ekor) Wargi Saluyu Harapan Jaya Harapan Sawargi Jumlah Sumber : Data Kelompok Peternak, 2012 Rata-rata jumlah kepemilikan ternak 2-3 ekor sapi perah yang merupakan usahaternak sapi perah rakyat. Populasi ternak di Desa Haurngombong mengalami peningkatan dan perkembangan setelah adanya program pemerintah yang memberikan sapi kepada masyarakat dengan sistem bantuan, dimana apabila sapi yang dipelihara menghasilkan pedet dan susu maka seluruhnya menjadi hak peternak/pemelihara, sedangkan jika sapi bantuan dijual maka sebagian hasil penjualan harus dikembalikan kepada pemerintah. Pemberian bantuan sapi tersebut juga terdapat pihak pengawas baik dari pemerintah pusat yang bekerja sama dengan pemerintah desa dan kelompok ternak setempat untuk melakukan pengawasan dan evaluasi. Perkembangan usahaternak sapi perah di Desa Haurngombong tidak terlepas dari daya dukung sumberdaya untuk pakan hijauan/rumput ternak yang tersedia cukup melimpah, baik dari kebun milik warga maupun kebun carik desa yang merupakan kebun dengan lahan milik pemerintah desa yang dimanfaatkan warga untuk berkebun dengan sistem bagi hasil ataupun dibiarkan ditumbuhi rumput untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak Perkembangan dan Pengelolaan Biogas di Desa Haurngombong Potensi limbah kotoran ternak yang melimpah serta naiknya harga BBM, menimbulkan inisiatif kepala Desa Haurngombong Bapak Adang untuk melakukan pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas. Pada tahun
4 diprakarsai oleh Bapak Komar ketua kelompok peternak Harapan Sawargi yang membuat instalasi biogas dengan peralatan yang digunakan masih sangat sederhana yaitu reaktor dan penampungan gas yang terbuat dari plastik, kompor yang terbuat dari kaleng bekas serta selang plastik. Upaya pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas didukung oleh pemerintah desa sebagai salah satu upaya untuk menjadikan Desa Haurngombong sebagai Desa Mandiri Energi. Pada tahun Desa Haurngombong bekerjasama dengan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (UNPAD) dengan memberikan dukungan teknologi biogas dan pembinaan warga. Pada Tahun 2008 konstruksi biogas plastik berkembang menjadi konstruksi yang terbuat dari fiber, namun tempat penampungan gas masih terbuat dari plastik. Pada tahun 2010 Bapak Mamat selaku ketua kelompok peternak Harapan Jaya bekerjasama dengan SIPOS (Belanda). Pada Oktober 2010 bantuan dalam rangka promosi reaktor biogas konstruksi beton skala Rumahtangga dengan kapasitas reaktor 6 m 3 dibangun. Perbedaan konstruksi ketiga instalasi biogas pada Tabel 7. Tabel 7. Perbedaan Konstruksi Reaktor Biogas Di Desa Haurngombong Jenis Tempat Alat Bantu Pipa Saluran Konstruksi Reaktor Penampung Gas Plastik Plastik Alat kendali gas Selang plastik (blower) Fiber Plastik Blower Selang plastik- pipa paralon Beton Tanpa alat penampung Keran pengatur gas Pipa parlon Sumber : Data Primer, 2012 Desa Haurngombong merupakan salah satu Desa Mandiri Energi (DME) dengan energi non-bbm. Desa mandiri energi di Indonesia sendiri ada dua jenis, yaitu DME yang menggunakan energi non-bbm dan DME yang menggunakan energi nabati atau biofuel. 41
5 Berdasarkan surat keputusan Kepala Desa Haurngombong Nomor 141/05/SK/DS/2007 tentang disahkannya Desa Haurngombong sebagai salah satu desa mandiri energi (DME). Tujuan dari pelaksanaan program DME di Desa Haurngombong ini adalah meningkatkan ketersediaan energi alternatif berbasis biogas sapi perah bagi peternak sapi perah serta anggota masyarakat lainnya di sentra peternakan sapi perah. DME Haurngombong sangat sesuai untuk pengembangan energi alternatif biogas dikarenakan mayoritas penduduk Desa Haurngombong adalah peternak. Berdasarkan SK Kepala Desa Haurngombong nomor 141/05/SK/DS/2007, tertanggal 7 Oktober 2007, maka dibentuklah panitia pembangunan instalasi biogas Desa Haurngombong Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang. Struktur kepanitiaan ini terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, tim teknis dan tenaga kerja. Hasil akhir yang diharapkan dari program DME Haurngombong adalah terpasangnya instalasi biogas dengan optimal yang digunakan oleh keluarga peternak maupun non-peternak. Manfaat yang diharapkan adalah peningkatan jumlah instalasi biogas yang ada akan memberikan kontribusi nyata bagi penghematan energi bahan bakar minyak dan kayu bakar sehingga mengurangi pengeluaran rumahtangga, dan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Desa Haurngombong juga menjalin kerjasama dengan pihak luar dalam mengembangkan program biogas di desa tersebut, antara lain kerjasama antara Desa Haurngombong dengan Pemerintah melalui Dinas Pertambangan Energi Sumberdaya Mineral baik Pusat, Provinsi maupun Kabupaten, Fakultas Peternakan UNPAD serta Yayasan Cahaya Keluarga (YCK) 42
6 yang bekerja sama dengan PT. PLN Persero, ITENAS dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat bidang pengembangan Energi Alternatif (Tabel 8). Tabel 8. Perkembangan Biogas di Desa Haurngombong Tahun Keterangan Gambar 2003 Biogas dengan rektor yang terbuat dari plastik kerjasama dengan pihak UNPAD melalui penelitian, pembinaan dan pengawasan instalasi biogas 2007 Desa Haurngombong Dijadikan Desa Mandiri Energi 2008 instalasi biogas terbuat dari fiber umur teknis 5 tahun menggunakan blower dan plastik penampung gas 2010 instalasi biogas biru (beton) umur teknis 10 tahun tanpa blower dan plastik tempat menampung gas instalasi biogas beton bantuan pemerintah umur teknis 10 tahun tanpa blower dan plastik tempat menampung gas. Sumber: Data Primer (diolah),
7 Pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas di Desa Haurngombong ini dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ialah peternak yang memiliki 1-2 ekor sapi. Kelompok kedua ialah peternak yang memiliki lebih dari dua ekor sapi. Pada kelompok pertama, peternak dapat menggunakan biogas bersama keluarga non-peternak di dekat rumahnya 1-2 KK dengan kapasitas reaktor 6 m 3. Pada kelompok peternak kedua peternak dapat memanfaatkan biogas bersama rumahtangga nonpeternak sekitar 4-7 KK di dekat lokasi usahaternak/instalasi biogas dengan kapasitas reaktor 40 m 3. Pendistribusian biogas dihubungkan dengan pipa paralon ke kompor biogas pada tiap rumah. Penggunaan biogas non peternak dengan sistem pembagian kerja secara bergiliran dalam pengisian bahan baku atau secara bergotong royong. Pengguna biogas baik peternak maupun non peternak dikenakan biaya iuran sebesar Rp /bulan untuk biaya perawatan dan lainnya yang dikelola oleh kelompok peternak. Limbah sisa biogas dapat digunakan sebagai pupuk organik. Pengelolaan dan Pengawasan instalasi biogas dilakukan secara berkala setiap tiga bulan sekali (Gambar 4). Pengelola Program DME Kelompok Peternak Peternak dengan 1-2 ekor sapi Peternak dengan >2 ekor sapi Instalasi Biogas Non Peternak Gambar 4. Skema Pengelolaan dan Pengawasan Instalasi Biogas Program DME 44
8 Kondisi perkembangan usahaternak dalam pemanfaatan limbah ternak sapi perah menjadi biogas sebagai energi alternatif terbarukan pengganti minyak tanah, gas elpiji, dan tenaga listrik semakin meningkat dari tahun ke tahun. Total peternak pengguna biogas di Desa Haurngombong sebanyak 135 peternak (65%) di Desa Haurngombong. Jumlah pengguna biogas terbanyak yaitu 73 peternak (53%) berada pada kelompok Wargi Saluyu dikarenakan merupakan kelompok dengan jumlah peternak terbanyak jika dibandingkan dengan kelompok yang lain. Jumlah peternak pengguna biogas pada masing-masing kelompok sebanyak 42 peternak (31%) Harapan Jaya dan 22 peternak (16%) kelompok Harapan Sawargi. Program Desa Mandiri Energi di Desa Haurngombong telah berhasil mengajak 115 keluarga non peternak untuk menggunakan biogas atau sebesar 46% dari total pengguna biogas, sedangkan 71 peternak (34%) tidak menggunakan biogas (Tabel 9). Hal ini dikarenakan sebagian peternak masih memiliki persepsi penggunaan biogas yang tidak praktis, sebagian responden merupakan peternak yang mengalami kerusakan pada instalasi biogas berupa kebocoran dan rapuh dengan instalasi jenis plastik dan fiber, namun tidak adanya upaya perbaikan, serta kerusakan pada komponen lainnya seperti kompor biogas, blower (alat kendali gas), pipa paralon, dan lainnya. Tabel 9. Data Jumlah Pengguna Biogas di Desa Haurngombong Keterangan Kelompok Peternak Wargi Saluyu Harapan Jaya Harapan Sawargi Jumlah Pengguna Biogas a. Peternak b. Non Peternak Jumlah Pengguna Biogas Peternak Non Biogas Sumber : Data Kelompok Ternak,
9 5.1.4 Proses Produksi Biogas Satu unit instalasi biogas terdiri dari tiga bagian, yaitu tabung penampung bahan baku (inlet), tabung pemroses/reaktor (digester), dan tabung penampung sisa hasil pemrosesan atau limbah biogas (outlet). Tabung digester merupakan bagian paling utama karena merupakan tempat terjadinya proses fermentasi bakteri anaerob yang kedap udara. Ketiga bagian tersebut dihubungkan dan ditempatkan pada posisi tertentu dimana posisi inlet lebih tinggi dibanding posisi digester dan posisi outlet lebih rendah dari digester untuk mempermudah pengeluaran limbah biogas. sehingga menjadi satu rangkaian atau satu unit instalasi biogas. Tahapan proses produksi biogas meliputi : 1. Tahap penampungan, pengenceran, pengadukan dan pemasukan bahan baku. Bahan baku kotoran ternak dimasukkan ke dalam inlet kemudian diencerkan dengan menambahkan air hingga perbandingan antara bahan padat dan cair 1:1, selanjutnya dilakukan pengadukan hingga merata (homogen) serta menyingkirkan bahan-bahan yang diperkirakan mengganggu proses seperti kayu, batu, logam dan lain-lain, kemudian bahan tersebut dimasukan ke dalam tabung digester. 2. Tahap pemrosesan, pengambilan dan pemanfaatan biogas. Pada saat pengisian pertama kali (perdana) pemasukkan bahan baku ke dalam digester sampai penuh, gas pertama akan dihasilkan dengan membutuhkan waktu 4-15 hari. Setelah proses tersebut pengisisan bahan baku secara rutin dua hari sekali dengan jumlah sekitar dua ember kotoran ternak atau tergantung kapasitas reaktor biogas. Gas yang dihasilkan di salurkan melalui pipa paralon yang langsung terhubung pada kompor biogas, Genset biogas, 46
10 serta alat pemotong rumput dengan penggerak biogas (telah dimodifikasi). Genset biogas tersebut merupakan bantuan yang diberikan oleh PT. PLN dan Yayasan Cahaya Keluarga (YKC), sehingga penggunaanya masih terbatas pada peternak tertentu dikarenakan masih dalam proses penelitian. Penggunaan Genset ini biasanya pada saat listrik mengalami pemadaman. 3. Tahap pengambilan Limbah biogas diperoleh dari melubernya kotoran yang bercampur air seperti lumpur dari outlet ketika proses pemasukan bahan baku. Sisa bahan yang diambil merupakan sisa dari limbah yang telah diambil gasnya oleh bakteri metan atau bakteri biogas, bentuknya seperti lumpur atau disebut slurry. Sisa bahan ini masih mempunyai kandungan Nitrogen yang tinggi sehingga baik dijadikan pupuk (Gambar 5). Limbah biogas dimanfaatkan sebagai pupuk organik lahan pertanian di sekitarnya dengan cara dialirkan begitu saja ke lahan atau dalam bentuk kering dijual ke Rumah Pupuk yang terdapat di Desa Haurngombong namun kapasitas daya tampung yang masih terbatas sedangkan potensi limbah biogas yang cukup banyak. Limbah biogas tersebut dibagi menjadi dua bagian limbah cair dan padat, limbah cair ini berpotensi untuk pembuatan pupuk cair namun masih pada tahap penelitian yang dilakukan oleh kelompok ternak Wargi Saluyu. 47
11 Gambar 5. Alur Proses Pembuatan Biogas 48 48
12 5.2 Karakteristik Umum Responden Karakteristik umum responden di Desa Haurngombong diperoleh secara purpossive sampling yang dilakukan terhadap 93 responden yang terdiri dari 59 responden peternak sapi perah dan 34 responden rumahtangga pengguna biogas di kawasan tersebut. Karakteristik responden ini dilihat dari variabel yang meliputi jenis kelamin dan usia, pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga, lama berusahaternak, jumlah ternak, jenis usahaternak, dan status kepemilikan ternak Jenis Kelamin dan Usia Responden sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 70 responden (75%) dan 23 responden (25%) perempuan. Responden memiliki tingkat usia yang bervariasi yaitu dari usia 30 tahun hingga 70 tahun. Usia responden sebagian besar pada kisaran tahun sebanyak 47% yang merupakan usia non-produktif (Tabel 10). Sebagian besar responden merupakan laki-laki dengan kisaran usia yang non-produktif menunjukan bahwa pekerjaan sebagai peternak merupakan pekerjaan yang tergolong berat bagi perempuan, serta kisaran usia responden menunjukan bahwa usahaternak dapat dijalankan oleh pekerja non-produktif. Tabel 10. Jenis Kelamin dan Usia Responden di Desa Haurngombong Jenis Kelamin Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Laki-laki Perempuan Usia (Tahun) < > Sumber : Data Primer (diolah),
13 5.2.2 Pendidikan Formal Responden Tingkat pendidikan responden di Desa Haurngombong masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya responden yang memiliki pendidikan terakhir pada tingkat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 49 responden (53%) dan responden yang tidak tamat SD sebanyak 4 orang (4%) serta 6 responden (7%) tidak bersekolah. Jumlah responden yang tingkat pendidikan terakhir sampai di Perguruan Tinggi (PT) hanya 2 orang (2%). Tabel 11. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Haurngombong Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Tidak Sekolah 6 7 Tidak Tamat SD 4 4 SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat Perguruan Tinggi 2 2 Sumber : Data Primer (diolah), Jumlah Tanggungan Keluarga Salah satu karakteristik responden adalah jumlah tanggungan keluarga yang ditentukkan dari jumlah anggota Rumah Tangga yang terdiri dari istri, anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di dalam satu rumah. Berdasarkan data hasil kuesioner penelitian, responden memiliki jumlah tanggungan keluarga berkisar antara 1-8 orang, Responden yang memiliki jumlah tanggungan 1-2 orang sebanyak 26 responden (28%). Responden yang memiliki jumlah tanggungan sebanyak 3-5 orang sebanyak 48 responden (52%) dan sisanya sebanyak 19 responden (20%) responden memiliki tanggungan lebih dari 5 orang (Tabel 12). Hal ini menunjukan kondisi rumahtangga responden dengan beban pembiayaan kehidupan sehari-hari yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan pendapatan usahaternak rakyat yang diperoleh. 50
14 Tabel 12. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Jumlah Tanggungan Jumlah Responden (orang) (orang) Persentase (%) < > Sumber : Data Primer (diolah), Status Kepemilikan Ternak Responden umumnya memiliki ternak dengan status kepemilikan ternak bantuan pemerintah sebanyak 35 responden (57%), dan dengan status kepemilikan sendiri sebanyak 15 responden (25%) serta 11 peternak (18%) memelihara ternak dengan kepemilikan gabungan (sistem maro) dimana biaya dan penerimaan usahaternak dibagi dua atau dengan kesepakatan tertentu antara pemilik dan peternak pemelihara (Tabel 13). Banyaknya status kepemilikan ternak bantuan pemerintah dikarenakan Desa Haurngombong mengikuti berbagai perlombaan dimana pencapaian prestasi dihadiahi bantuan sejumlah ternak. Prestasi yang diraih Desa Haurngombong antara lain: Kelompok ternak Wargi Saluyu dengan kategori juara 2 Agrobisnis sapi perah tingkat Jawa Barat tahun Hadiah yang diperoleh berupa bantuan biogas, sapi perah PPKIM 2008 sejumlah 23 ekor, tahun 2011 APBD 1 sebanyak 32 ekor dara bunting, 2) Kelompok Harapan jaya dengan kategori juara 1 Argobisnis tingkat Jawa Barat pada tahun Bantuan yang diterima yaitu Biogas, sapi perah PPKIPM sebanyak 55 ekor pada tahun 2007, dan menerima sapi BML (APBM) sebanyak 32 ekor. 3) Kelompok Harapan Sawargi dengan kategori juara 1 Agrobisnis sapi perah tingkat Jawa Barat pada tahun 2001/2002 yang diadakan oleh pemerintah Jepang. Bantuan yang diterima diantaranya biogas, sapi perah APBD 1 sebanyak 51
15 40 ekor pada tahun Kemudian mendapatkan bantuan dari Yayasan Cahaya Keluarga(YCK) yang bekerja sama dengan PLN. Tabel 13. Status Kepemilikan Ternak Responden Status Kepemilikan Ternak Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Milik sendiri Gabungan dengan perorangan (sistem maro ) Bantuan Pemerintah Sumber : Data Primer (diolah), Lama Responden Berusahaternak Responden umumnya telah berternak dalam kurun waktu yang relatif lama. Lama berusahaternak responden mengindikasikan pengalaman peternak dalam menjalankan usahaternaknya. Responden yang berternak kurang dari 10 tahun sebanyak 27 peternak (44%) dikarenakan banyak peternak yang berusahaternak setelah berkembangnya program DME pada tahun 2007, sedangkan responden yang lama berternak antara tahun sebanyak 12 peternak (20%), lama berternak tahun sebanyak 16 peternak (26%), dan sisanya sebanyak 6 peternak (10%) telah bertani lebih dari 30 tahun (Tabel 14). Tabel 14. Lama Berusahaternak Responden Pengalaman Beternak Jumlah responden (orang) Persentase (%) (tahun) < > Sumber :Data Primer (diolah), Jumlah Ternak Responden Struktur populasi ternak mempengaruhi produksi susu yang dihasilkan serta jumlah pakan yang diberikan. Oleh karena itu, struktur ternak untuk pendapatan hasil perah (susu) dibedakan berdasarkan jumlah sapi yang laktasi, 52
16 namun berdasarkan data responden rata-rata memiliki sapi induk (termasuk induk laktasi) kurang dari 5 ekor yang merupakan usahaternak rakyat. Tabel 15. Jumlah Ternak Responden Jumlah Ternak (ekor) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Tidak Punya > Sumber : Data Primer (diolah), 2012 Karakteristik responden di Desa Haurngombong adalah homogen. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan yang mayoritas rendah, Mayoritas pria dengan tingkat usia non produktif dengan jumlah tanggungan lebih dari 2 orang, Selain itu terlihat dari struktur kepemilikan ternak yang mayoritas merupakan bantuan dari program pemerintah. Hal ini menunjukka bahwa status sosial antar responden juga homogen, sehingga dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dalam pemanfaatan limbah kotoran ternak. Jenis peternak responden digolongkan ke dalam 2 jenis usahaternak yaitu peternak biogas dan non biogas dimana usaha ternak biogas dengan skala biogas individu 1-2 KK (6 m 3 ) atau komunal (40 m 3 ). 53
ANALISIS KELAYAKAN BERBAGAI POLA BAGI HASIL USAHATERNAK SAPI PERAH RAKYAT (SENSUS DI DESA HAURNGOMBONG KECAMATAN PAMULIHAN KABUPATEN SUMEDANG
ANALISIS KELAYAKAN BERBAGAI POLA BAGI HASIL USAHATERNAK SAPI PERAH RAKYAT (SENSUS DI DESA HAURNGOMBONG KECAMATAN PAMULIHAN KABUPATEN SUMEDANG) SKRIPSI ARYA NUGRAHA 200110080142 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang. Desa Haurngombong memiliki
30 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah Penelitian Desa Haurngombong merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di. Berdasarkan data populasi ternak sapi perah di KSU
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di Desa Haurngombong. Berdasarkan data populasi ternak sapi perah di KSU Tandang Sari (2017), jumlah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Responden Terhadap Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Responden Terhadap Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah Populasi ternak di Desa Haurngombong yang tinggi menyebabkan jumlah limbah kotoran ternak yang dihasilkan semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI
A. IDENTITAS PERSEPSIDEN LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian Nama : Umur : Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Pekerjaan : PNS Wiraswasta/Pengusaha TNI Pensiunan Jumlah Ternak dimiliki Lainnya
Lebih terperinciVI. METODE PENELITIAN
VI. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil utama dari usaha peternakan sapi perah yaitu susu dan anakan, di samping juga dihasilkan feses dan urin yang kontinu setiap hari. Pendapatan utama peternak diperoleh
Lebih terperinciBIOGAS SKALA RUMAH TANGGA. Kelompok Tani Usaha Maju II. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Kelompok Masyarakat S A R I
BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA Kelompok Tani Usaha Maju II Penerima Penghargaan Energi Prakarsa 2011 - Kelompok Masyarakat S A R I Kelompok Tani Usaha Maju II adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Prakarsa
Lebih terperinciOUTLINE Prinsip dasar produksi biogas. REAKTOR BIOGAS SKALA KECIL (Rumah Tangga dan Semi-Komunal) 4/2/2017
REAKTOR BIOGAS SKALA KECIL (Rumah Tangga dan Semi-Komunal) Dr. Budhijanto Pusat Inovasi Agro Teknologi Universitas Gadjah Mada OUTLINE Prinsip dasar produksi biogas Berbagai tipe reaktor - Reaktor yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Natalitas (kelahiran) yang terjadi setiap hari tentu menambah jumlah populasi manusia di muka bumi ini. Tahun 2008 ini populasi penduduk Indonesia menduduki peringkat 4 setelah
Lebih terperinciPANDUAN TEKNOLOGI APLIKATIF SEDERHANA BIOGAS : KONSEP DASAR DAN IMPLEMENTASINYA DI MASYARAKAT
PANDUAN TEKNOLOGI APLIKATIF SEDERHANA BIOGAS : KONSEP DASAR DAN IMPLEMENTASINYA DI MASYARAKAT Biogas merupakan salah satu jenis biofuel, bahan bakar yang bersumber dari makhluk hidup dan bersifat terbarukan.
Lebih terperinci2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia
Lebih terperinciOBJEK DAN METODE PENELITIAN. Kabupaten Sumedang. Sedangkan, subjek yang diamati dalam penelitian ini
21 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang diamati adalah persepsi dan keterampilan istri peternak sapi perah dalam pemanfaatan biogas di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan,
Lebih terperinciPROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT. Oleh:
ISSNNo.2355-9292 JurnalSangkareangMataram 29 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT Oleh: I Made Anggayuda Pramadya 1), I Gusti Lanang Parta Tanaya 2) dan Adinul Yakin 2) 1) Dosen Fakultas
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Tahapan dalam simulasi Penelitian ini merupakan kegiatan monitoring pengembanganan digester biogas digunakan. Metode kegiatan yang telah dilakukan yaitu : a. Demontrasi yaitu
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY SURVEY PENDAHULUAN BIOGAS RUMAH TANGGA
EXECUTIVE SUMMARY SURVEY PENDAHULUAN BIOGAS RUMAH TANGGA I. Informasi Umum Judul program Lokasi Jangka waktu Program Pemanfaatan Biogas Rumah Tangga sebagai Sumber Energi Baru dan Terbarukan yang ramah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
108 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan mengenai prospek pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas di Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut, maka
Lebih terperinciTEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.)
TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.) PENDAHULUAN Makin mahal dan langkanya BBM, menyebabkan makin tingginya kebutuhan hidup peternak.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian
8 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain cross sectional study. Disain ini dipilih karena ingin mendapatkan data pada saat yang
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi Wilayah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, yang terdiri dari Kampung Nyalindung, Babakan dan Cibedug, merupakan bagian dari wilayah Desa Cikole.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda masyarakat. Kelangkaan tersebut menimbulkan tingginya harga-harga bahan bakar, sehingga masyarakat
Lebih terperinciAnalisis Kelayakan Pola Bagi Hasil Usahaternak Sapi Perah Rakyat
Analisis Kelayakan Pola Bagi Hasil Usahaternak Sapi Perah Rakyat Arya Nugraha, Anita Fitriani, Dadi Suryadi Jurusan Sosial Ekonomi Peternak Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran jl. Raya Bandung Sumedang
Lebih terperinciPENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK/CAIR MENJADI BIOGAS, PUPUK PADAT DAN CAIR
MODUL: PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK/CAIR MENJADI BIOGAS, PUPUK PADAT DAN CAIR I. DESKRIPSI SINGKAT S aat ini isu lingkungan sudah menjadi isu nasional bahkan internasional, dan hal-hal terkait lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah tangga seperti gas, minyak tanah, batu bara, dan lain-lain kini menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan konsumsi energi rumah tangga menjadikan sumber energi rumah tangga seperti gas, minyak tanah, batu bara, dan lain-lain kini menjadi semakin langka.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia umumnya merupakan usaha peternakan tradisional yang didominasi oleh peternak rakyat dengan skala relatif kecil. Produksi susu dalam
Lebih terperinciBIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013
Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran
Lebih terperinciMajalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI
BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI M. Christiyanto dan I. Mangisah ABSTRAK Tujuan dari kegiatan ini adalah peningkatan produktivitas ruminansia, penurunan pencemaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota. Pada data terakhir bulan November
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam
Lebih terperinciProgram Bio Energi Perdesaan (B E P)
Program Bio Energi Perdesaan (B E P) Salah satu permasalahan nasional yang kita hadapi dan harus dipecahkan serta dicarikan jalan keluarnya pada saat ini adalah masalah energi, baik untuk keperluan rumah
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan
23 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan bertempat di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik
Lebih terperinciV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi
V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi
Lebih terperinciPENGELOLAAN LIMBAH TERNAK SAPI MENJADI BIOGAS
PENGELOLAAN LIMBAH TERNAK SAPI MENJADI BIOGAS Andhina Putri Herriyanti Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang Email : andhinaputri@gmail.com Abstrak Biogas adalah salah satu sumber energi alternatif
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berkembang paling pesat di negara-negara berkembang. Ternak seringkali dijadikan sebagai aset non lahan terbesar dalam
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI
BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI 4.1 Profil Desa Tanjungsari 4.1.1 Letak Geografis Desa Tanjungsari Desa Tanjungsari merupakan salah satu dari delapan Desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Sukaresik,
Lebih terperinciBakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas
Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik
Lebih terperinciSepuluh Faktor Sukses Pemanfaatan Biogas Kotoran Ternak
Sepuluh Faktor Sukses Pemanfaatan Biogas Kotoran Ternak Oleh: Dede Sulaeman, ST, M.Si Pemanfaatan kotoran ternak menjadi energi biasa disebut dengan pemanfaatan biogas. Berdasarkan definisinya, biogas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di tengah krisis energi saat ini timbul pemikiran untuk keanekaragaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di tengah krisis energi saat ini timbul pemikiran untuk keanekaragaman energi (diversifikasi energi) dengan mengembangkan sumber energi lain sebagai elternatif
Lebih terperinciBAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa
Lebih terperinciPOTENSI PEMANFAATAN BIOGAS DI KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR
POTENSI PEMANFAATAN BIOGAS DI KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR Jimmy M. Istnaeny Hudha Dosen Program Studi Teknik Kimia FTI ITN Malang ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pengembangan
Lebih terperinciENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.
ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL Hasbullah, S.Pd, M.T. Biomassa Biomassa : Suatu bentuk energi yang diperoleh secara langsung dari makhluk hidup (tumbuhan). Contoh : kayu, limbah pertanian, alkohol,sampah
Lebih terperinciPROPOSAL LOMBA INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI BAHAN BIOGAS
PROPOSAL LOMBA INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI BAHAN BIOGAS INOVATOR : 1. SLAMET WAHYUDI Bidang Energi PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN JL. Basuki Rahmat
Lebih terperinciPEMANFAATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
PEMANFAATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF Bulkaini *, Chairussyuhur Arman, Muhzi, dan Mastur Fakultas Peternakan Universitas Mataram. * Korespondensi: bulkaini@yahoo.com Diterima
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG RANI MAULANASARI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. LPG. Tujuan diberlakukannya program ini adalah untuk mengurangi subsidi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program konversi minyak tanah ke LPG merupakan program pemerintah terkait dengan pengalihan penggunaan bahan bakar minyak tanah ke bahan bakar gas LPG. Tujuan diberlakukannya
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA HOME INDUSTRY KRIPIK SINGKONG.
ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA HOME INDUSTRY KRIPIK SINGKONG. Wignyanto 1) ; Susinggih Wijana 2) ; Saiful Rijal 3) ABSTRAK Penelitian itu bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih untuk penelitian ini bertempat di Peternakan Sapi Desa Huluduotamo Kecamatan Suwawa
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Lokasi Penelitian 5.1.1. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Babelan adalah kecamatan yang terletak di bagian utara Kebupaten Bekasi yang mempunyai garis pantai sepanjang 1,5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada energi. Berbagai alat pendukung, seperti alat penerangan,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari
Lebih terperinciBAB V SUMBER DAYA ALAM
BAB V SUMBER DAYA ALAM A. Pertanian Kota Surakarta Sebagai salah satu kota besar di Jawa Tengah, mengalami pertumbuhan ekonomi dan penduduk karena migrasi yang cepat. Pertumbuhan ini mengakibatkan luas
Lebih terperinciPEMBUATAN INSTALASI UNTUK BIOGAS DARI ENCENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES ) YANG EFISIEN UNTUK LAHAN KECIL
PEMBUATAN INSTALASI UNTUK BIOGAS DARI ENCENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES ) YANG EFISIEN UNTUK LAHAN KECIL Fahma Riyanti, Poedji Loekitowati, Nova Yuliasari, Nurlisa Hidayati, Eliza, Dosen Fakultas Matematika
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran umum lokasi penelitian bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan lokasi penelitan berdasarkan pada keadaan topografi dan geografi, keadaan penduduk,
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.1.1 Kabupaten Subang Kabupaten Subang adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat terletak di antara 107 o 31 107 0 54 Bujur Timur dan
Lebih terperinciBatas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan
Lebih terperinciHubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI PERAH (Kasus di Kelompok Peternak Wargi Saluyu Desa Haurngombong Kecamatan Pamulihan Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
24 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Citapen 4.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Desa Citapen merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Ciawi.Secara geografis
Lebih terperinciPROPOSAL INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016
CONTOH : PROPOSAL INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI BAHAN BIOGAS INOVATOR : SLAMET WAHYUDI Bidang Energi LEMBAR PENGUSULAN Judul Inovasi : Pemanfaatan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat 5.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Cisurupan terletak kurang lebih 18 Km dari Ibu Kota Kabupaten
Lebih terperinciLAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI
LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI Istiyarto Ismu Manager Kampanye Bali Barat Pengantar Strategi penyingkir halangan yang diterapkan oleh Yayasan Seka dalam rangka penyelamatan habitat Jalak Bali (Leucopsar
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati
Lebih terperinciKetua Tim : Ir. Salundik, M.Si
BIODIGESTER PORTABLE SKALA KELUARGA UNTUK MENGHASILKAN GAS BIO SEBAGAI SUMBER ENERGI Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS
LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS Disusun Oleh: ALDINO OVAN YUDHO K. INDRA KUSDWIATMAJA I8311001 I8311024 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
Lebih terperinciMODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK
MODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK Oleh : Drs. Budihardjo AH, M.Pd. Dosen Teknik Mesin FT Unesa LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Lebih terperinciDrs. Mamat Ruhimat, M.Pd. Drs. Dede Sugandi, M.Si. Drs. Wahyu Eridiana, M.Si. Ir. Yakub Malik Nanin Trianawati Sugito, ST., MT.
SOSIALISASI DAN PELATIHAN PEMANFAATAN BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN DI KAMPUNG PARABON DESA WARNASARI KECAMATAN PENGALENGAN KABUPATEN BANDUNG Drs. Mamat Ruhimat,
Lebih terperinciMEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK
MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK Permintaan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia dari tahun ketahun semakinÿ meningkat, menyebabkan harga minyak melambung. Pemerintah berencana menaikkan lagi harga
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR SINGKATAN... xvi DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciTEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU
TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU Wiwaha Anas Sumadja, Zubaidah, Heru Handoko Staf Pengajar Fakultas Peternakan, Universitas Jambi Abstrak Kotoran ternak sapi
Lebih terperinciBIOGAS DARI KOTORAN SAPI
ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan bahan pangan berupa daging khususnya daging sapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan bahan pangan berupa daging khususnya daging sapi semakin hari semakin meningkat. Hal ini dipicu dengan meningkatnya kesadaran manusia akan pentingnya
Lebih terperinciPROPOSAL PROGRAM PENGEMBANGAN DAN KESINAMBUNGAN REAKTOR BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA DARI KOTORAN HEWAN
PROGRAM PENGEMBANGAN DAN KESINAMBUNGAN REAKTOR BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA DARI KOTORAN HEWAN PROPOSAL BALEE Rj. RAJA TAWAKKAL Ds. Meunasah Papeun, Lamreung, Krueng Barona Jaya BANDA ACEH Phone. 0651-7474749
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta. Posisi Kota Jakarta Pusat terletak antara 106.22.42 Bujur Timur
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki
65 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wialayah Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan yang berlokasi pada dua Desa yaitu Desa Bumi Restu dan
Lebih terperinciAgustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **)
SISTEM PRODUKSI BIOGAS YANG TERINTEGRASI (Sebuah Aplikasi Teknologi Tepat Guna melalui Pemanfaatan limbah ) Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **) PENDAHULUAN Krisis bahan bakar di indonesia dewasa ini
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa
Lebih terperinciANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR
ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki
Lebih terperinciLampiran 1: Surat IzinPenelitian
LAMPIRAN Lampiran 1: Surat IzinPenelitian Lampiran 2: Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN Kuesioner ini akan digunakan untuk keperluan penelitian skripsi mengenai ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan
78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus
Lebih terperinciAnalisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas
Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas Tofik Hidayat*, Mustaqim*, Laely Dewi P** *PS Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal ** Dinas Lingkungan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biogas merupakan salah satu energi berupa gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan. Bahanbahan yang dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang cepat dan perkembangan industri yang terus meningkat menyebabkan permintaan energi cukup besar. Eksploitasi sumber energi yang paling banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bel akang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini bukan hanya pertumbuhan penduduk saja yang berkembang secara cepat tetapi pertumbuhan di bidang industri pemakai energi pun mengalami pertumbuhan
Lebih terperinciAPLIKASI TEKNOLOGI BIOGAS GUNA MENUNJANG KESEJAHTERAAN PETANI TERNAK. Dewi Hastuti Dosen Fakultas Pertanian Universitas wahid Hasyim
. APLIKASI TEKNOLOGI BIOGAS GUNA MENUNJANG KESEJAHTERAAN PETANI TERNAK Dewi Hastuti Dosen Fakultas Pertanian Universitas wahid Hasyim Abstrak Pengoptimalan peran ternak terhadap pendapatan dengan menggunakan
Lebih terperinciGERAKAN MANDIRI PANGAN DAN ENERGI "GEMAR PANEN" Kelompok Tani Organik "PADA LIANG" Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Tahun Masyarakat
GERAKAN MANDIRI PANGAN DAN ENERGI "GEMAR PANEN" Kelompok Tani Organik "PADA LIANG" Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Tahun 2011 - Masyarakat S A R I Kelompok Tani Organik "Pada Liang" adalah salah satu
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Pulubala merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Secara Geografis Kecamatan ini
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian
60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri
Lebih terperinciTABEL 4.1 KETERKAITAN VISI, MISI DAN STRATEGI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
TABEL 4. KETERKAITAN VISI, MISI DAN STRATEGI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Visi Pengelolaan energi dan mineral yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2014 di Laborartorium
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2014 di Laborartorium Daya dan Alat Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian dan Laborarorium Pengelolaan
Lebih terperinciTUGAS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
TUGAS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Bagus Arum Tejo K. NIM : 10.02.7870 Kelas : D3 MI-2D MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA YANG BISA
Lebih terperinciAnalisa Hasil Penyimpanan Energi Biogas Ke Dalam Tabung Bekas
Analisa Hasil Penyimpanan Energi Biogas Ke Dalam Tabung Bekas Wawan Trisnadi Putra 1, *, Fadelan 2, Munaji 3 1 Konversi Energi Teknik Mesin, Jl. Budi Utomo 10 Ponorogo 2 Rekayasa Material Teknik Mesin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada data terakhir bulan november tahun 2015 volume sampah di TPA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada data terakhir bulan november tahun 2015 volume sampah di TPA Putri Cempo, Solo mencapai 260 ton per hari, apabila Sampah di tempat tersebut masih tercampur antara
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Penelitian dan pengambilan data dilakukan di Desa Bumi Jaya Kec, Anak
30 III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dan pengambilan data dilakukan di Desa Bumi Jaya Kec, Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah. Sedangkan waktu pelaksanaanya dari Desember 2012
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kondisi Kebun Buah Mangunan. 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Kondisi Kebun Buah Mangunan 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan Wilayah Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak
Lebih terperinciPEMANFAATAN KOTORAN HEWAN MENJADI ENERGI BIOGAS UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN UMKM DI KABUPATEN PAMEKASAN
161: Hozairi dkk. EN-9 PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN MENJADI ENERGI BIOGAS UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN UMKM DI KABUPATEN PAMEKASAN Hozairi, Bakir, dan Buhari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Lebih terperinci