1 Tata Ungkapan Luar (TUL) adalah bagaimana mambuat perbedaan antara TUD di satu gambar dengan

dokumen-dokumen yang mirip
Bab V. PEMAKNAAN ATAS HASIL ANALISIS GERAK MENYELURUH PADA JEJER I, ADEGAN KEDHATON, LAKON PARTA KRAMA 5.1. Pemaknaan atas hasil analisis Pemaknaan

menganggap bahwa bahasa tutur dalang masih diperlukan untuk membantu mendapatkan cerita gerak yang lebih jelas.

PERGELARAN BAYANGAN WAYANG KULIT PURWA DALAM KAJIAN BAHASA RUPA GERAK ( Lakon Parta Krama Gaya Yogyakarta) DISERTASI

Kajian Bahasa Rupa Berdasar Rekaman Video Pergelaran Wayang Kulit Purwa dalam Lakon Parta Krama

MENILIK PERBENDAHARAAN BAHASA RUPA. Taswadi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

IDENTIFIKASI TRANSISI SHOT PADA EDITING VIDEO

BAB I PENDAHULUAN. manusia di jaman dahulu. Mahabharata berasal dari kata maha yang berarti

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT & CUTTING. Untuk memenuhi tugas Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn.

TONTONAN, TATANAN, DAN TUNTUNAN ASPEK PENTING DALAM AKSIOLOGI WAYANG

BAB 1 PENDAHULUAN. wayang. Sebuah pemikiran besar yang sejak dahulu memiliki aturan ketat sebagai

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT. Untuk Memenuhi Tugas Penyuntungan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn

BAB 4 KONSEP DESAIN Premise Penyesalan seorang anak atas apa yang telah dilakukannya terhadap ibunya.

BAB IV PENUTUP. Hadiprayitna dapat dipahami sebagai sikap kreatif dalang sebagai pelaku seni

MENGIDENTIFIKASI CUTTING TRANSITION PADA FILM DAN KESAN YANG DITIMBULKAN

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 5. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

Analisis Semiotik dalam Suluk Pakeliran Lakon Retno Sentiko Oleh Ki Seno Nugroho

penggunaan istilah gaya menyangkut pada masalah gaya tradisi pedalangan yang

Tehnik Animasi Kartun Flash

(Sumber: Film The Raid 2, TC 00:01:49-00:01:50)

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME MELALUI TOKOH WAYANG BIMA PADA CERITA BRONTOYUDHO DALAM LAKON DURYUDONO GUGUR

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PENUTUP. Penelitian ini menjawab dua persoalan yaitu bagaimana. Pertunjukan berlangsung selama dua jam sepuluh menit dan

2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSTRUKSI DRAMATIK. Action / Gerakan Hambatan Kehendak Unsur Dramatik

( ) berusaha menggabungkan semua jenis wayang yang ada menjadi satu

Pupuh 1 (bait 1-5) : Manggala dipersembahkan kepada Dewa Wisnu yang menjelma menjadi manusia pada zaman Dwapara.

BAB IV PENUTUP. lakon Séta Gugur yaitu pepindhan, tembung éntar, dan tembung saroja.

PERKEMBANGAN SEMBADRA DILARUNG (PAKEM BALUNGAN) KE SEMBADRA LARUNG (PAKEM JANGKEP): ANALISIS PERBANDINGAN ALUR DAN PENOKOHAN SKRIPSI

Mata Kuliah - Advertising Project Management-

Tahapan Editing & Teknik Dasar Editing

MELATIH ANJING HERDER (bagian pertama) Oleh : Susila Sujarwo*)

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB VI KESIMPULAN. Lakon Antaséna Rabi sajian Ki Anom Suroto merupakan. salah satu jenis lakon rabèn dan karangan yang mengambil satu

TUGAS PENYUNTINGAN DIGITAL

1 Lihat pada skema 1.1. Denah lokasi pagelaran luar dan pagelaran dalam, bab I, hal.2.

SESSION 2: MASTERING TIMELINE

BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN

BAB IV PENUTUP. wayang yang digunakan, yaitu wayang kulit purwa dan wayang kulit madya.

Pagelaran Wayang Ringkas

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN...

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN

BAB 4 METODE PERANCANGAN

Menulis Skenario Drama. Modul ke: 15FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TUGAS PENYUNTINGAN DIGITAL II

BAB IV WIMBA, CARA WIMBA, DAN TATA UNGKAPAN DALAM GAMBAR 2D ANAK. Setelah melakukan penelitian, pada satu kelas Sekolah Dasar (SD)

BAB IV ANALISIS KARYA

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri

BAB IV KONSEP VISUAL DAN KONSEP KOMUNIKASI. : Silu meminta Ayus menjaga kéncéng dan Ayus tidak boleh membuka kéncéngnya, Ayus menyanggupinya

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts.

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT PROVINSI

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

SPIRITUAL FRUITS THAT BRING REVIVAL #4 Buah Roh yang Membawa Kebangunan Rohani #4 KESABARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENCIPTAAN

Produksi AUDIO VISUAL

Mahendra Dinata

SILABUS TEMATIK. Satuan Pendidikan : SD/ MI Kelas/ Semester : I/ 1 : Diri Sendiri

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

MEMBUAT IKLAN TELEVISI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. tugas akhir ini akan membuat sebuah film animasi 2D dengan teknik motion

TEKNIK TRANSISI VIDEOGRAFI BERBASIS GERAKAN WAYANG KULIT

BAB 5 KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, berikut ini akan dirumuskan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid

Storyboard For Animation

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan dalam kehidupan manusia sebagai alat

BAB 4 METODE PERANCANGAN

2. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Komik untuk Menjelaskan Konsep Arus Listrik

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN DAN MEDIA. produksi yaitu media utama yang berupa motion graphic video.

TEKNIK EDITING DALAM FILM BELENGGU

ETIKA DALAM BERKOMONIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre rhythm bertema

INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk

Bab VI Simpulan & Saran

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

GERAKAN DASAR. I. 10 GERAKAN TANGAN SERANGAN (GTS) hitungan 3, 2, 1,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar yang terdapat di Indonesia,

Simbolis. Mitologis Semantik Analisis Wacana textual Analysis. Hermeneutika Fenomenologi Psikoanalisis

LAPORAN ASPEK EDITING DALAM TRAILER KAMPUNG SENI

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 6. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. yang berlakon dengan unsur-unsur utama dialog, tembang, dan dagelan.

Transkripsi:

Bab. IV. ANALISIS GERAK PADA JEJER I ADEGAN KEDHATON - PATHET NEM (Menggunakan pendekatan hasil disertasi Primadi) 4.1. Sajian data dan analisis lengkapnya (tabulasi pembacaan/analisis terhadap gerakgerak) dari adegan yang dikaji. Data disajikan dalam bentuk tabulasi dengan pembagian sebagai berikut: Kolom jejer, kolom sequence, kolom jumlah adegan transkripsi, kolom stop motion perdetik, kolom seleksi stop motion, kolom gambar yang ditampilkan, kolom deskripsi sequence, kolom kisah sequence, kolom tipologi tokoh, kolom bahasa rupa Primadi detail, kolom teori Roger Long, kolom detail analisis gerak di adegan (kiri), kolom detail analisis gerak di adegan (kanan). Terdapat 70 pilihan gambar gerak stop motion, berarti terdapat 70 lajur dengan penjelasan pada masing-masing kolomnya. Jejer yang dianalisis adalah jejer I (satu), Pathet Nem adegan Kedhaton. Pada naskah transkripsi bergambar, adegan Kedhaton menceritakan kemarahan Baladewa pada Gathotkaca yang kemudian dilerai oleh Prabu Kresna, berada di sequence ke-11 (sebelas). Jumlah gambar dari adegan yang disusun pada naskah transkripsi bergambar di sequence ke-11 ini, terdapat angka 19, artinya tersusun 19 (sembilan belas) gambar adegan. Sedangkan dari hasil seleksi data stop motion diperoleh 70 gambar adegan yang digunakan untuk pendataan pada tabel pembacaan analisis yang disajikan pada kolom seleksi stop motion. Pada kolom stop motion per-detik terdapat beberapa lajur yang menggunakan tanda panah menurun ( ) merupakan tanda adanya lompatan beberapa file gambar yang sama, sehingga hanya dipilih gambar dari file awal dan file terakhir dari urutan gambar gerak tersebut. Misalnya: pada lajur gambar yang ke 24 kolom stop motion per-detik terdapat kode 00.24 00.26 161

Berarti, terdapat satu gambar gerak yang terlewati, yakni gambar gerak yang muncul pada detik ke 00.25, yang tidak perlu dicantumkan pada tabel, karena adanya pengulangan gambar. Pada gambar-gambar stop motion yang terdapat pada tabulasi secara keseluruhan berjumlah 45 menit, 01 detik, dengan rincian pada masing-masing lajur dari setiap gambar yang ditampilkan. Gambar-gambar yang terpilih hasil seleksi stop motion berjumlah 70 gambar dengan masing-masing nomer file yang terdapat pada masingmasing lajur dari gambar tersebut. Pada tiap-tiap lajur dari gambar-gambar hasil seleksi stop motion sequence ke-11 ini, terdapat deskripsi pada masing-masing gambarnya. Pada kolom berikutnya, masingmasing gambar tersebut diceritakan masing-masing kisahnya dengan bantuan narasi dari naskah transkripsi bergambar yang sudah disiapkan sebelumnya. Karena yang diamati adalah gerak-gerak dari para tokoh yang terdapat pada sequence ke-11 ini, maka diperlukan tipologi dari para tokohnya. Melalui bantuan dari berbagai rujukan kaji pustaka tentang wayang kulit purwa, akhirnya dapat diperoleh bahan-bahan untuk menyusun deskripsi masing-masing tipologi tokohnya. Kemudian pada tiap-tiap lajur juga dideskripsikan berdasarkan bahasa rupa Primadi secara detail dengan mendahulukan deskripsi posisi tokoh kiri ditambah gerak dan posisi kanan ditambah gerak. Lalu pada tiap adegan gambar masih dapat dipecah lagi menjadi Tata Ungkapan Luar 1 (TUL) 1, TUL 2, TUL 3, TUL 4, karena pada tiap gambar masih dapat diungkap tata ungkapan luarnya. Setelah pendeskripsian dengan bahasa rupa Primadi, lalu dideskripsikan berdasarkan teori Roger Long. Pada teori Roger Long dideskripsikan posisi para tokoh-tokohnya melalui bahasa tubuh tertentu dengan 1 Tata Ungkapan Luar (TUL) adalah bagaimana mambuat perbedaan antara TUD di satu gambar dengan TUD pada gambar berikutnya (biasanya terdapat pada gambar-gambar yang dirangkai misalnya: relief, komik, film, dan sejenisnya), agar rangkaian gambar tersebut dapat diceritakan secara bersambungan. Untuk film biasanya TUL yang satu dengan TUL yang berikut peralihannya dibantu oleh teknik peralihan Teknik Peralihan (TP) seperti cut, dissolve, insert, fade, wipe, dan sebagainya. TUD adalah tata ungkapan yang dapat menyatakan keadaan ruang suatu gambar. Ruang juga bisa dalam arti dimensi, jarak antar wimba, maupun suatu tempat (lokasi). 162

menggunakan istilah-istilah pedalangan yang biasa digunakan pada pewayangan gaya Yogyakarta. Akhirnya masing-masing deskripsi kolom-kolom tersebut digunakan sebagai bahanbahan untuk menganalisis secara detail gerak pada adegan dari masing-masing posisi tokoh sebelah kiri dan posisi tokoh sebelah kanan dalam jagad pewayangan dari sequence ke-11 lakon Parta Krama tersebut, untuk kepentingan penelitian ini. Untuk itu dapat di lihat sajian tabulasi dari lakon Parta Krama tersebut. - Tabulasi lakon Parta Krama jejer I, pathet nem adegan Kedhaton Dwarawati sequence ke-11, gambar ke-1 sampai dengan ke-70. 163

4.2. Rumusan hasil analisis Jejer I Pathet Nem sequence ke-11, adegan Kedhaton Dwarawati. Foto 4.1. : Kresna Repro: Ensiklopedi Wayang Indonesia (Jilid 3/k,l,m,n,p;1999: 778) Tokoh prabu Kresna pada tabel, adalah raja dari kerajaan Dwarawati, yang menerima tamu prabu Baladewa dari kerajaan Mandura (Mandaraka), juga sebagai kakak kandungnya. Dalam adegan kedhaton Dwarawati, prabu Kresna dengan prabu Baladewa dan para tamu yang lain, selain Samba, dan patih Udawa, juga raden Gathotkaca yang mewakili kerajaan Ngastina terjadi pertemuan dan dialog. Tapi pada kesempatan dialog tersebut, Prabu Baladewa marah pada Gathotkaca dan mengusirnya, karena merasa lebih berkuasa. Prabu Kresna segera dapat mencegah, dan meminta Baladewa untuk lebih sabar dalam situasi demikian. Hasil analisis pertama: Kiri: alus (TUL 1, 2, 3, 4: Alih obyek bergerak & alih waktu). Kresna: (pertama dari kiri) Raja, tuan rumah. Berkarakter cerdas dan pembaca situasi yang tepat, organisatoris perang. 182

Hasil analisis ke dua: 1. Bayangan bergetar, (tidak bergerak maju atau mundur) 2. Masih bergetar 3. Masih bergetar 4. Masih bergetar 5. Masih bergetar 6. Masih bergetar 7. Masih bergetar 8. Masih bergetar 9. Masih bergetar 10. Bergerak mundur 11. Mulai bergerak maju (wangsul majeng) 12. Bergerak maju (wangsul ngajeng) 13. Bergerak lebih cepat (mlayu banter) 14. Mlayu banter 15. Mlayu banter 16. Mlayu banter 17. Bergerak berputar 18. Bergerak berputar 19. Bergerak berputar 20. Bergerak berputar 21. Bergerak berputar 22. Bergerak berputar 23. Bergerak berputar 24. Bergerak berputar 25. Bergerak berputar 26. Bergerak berputar 27. Berputar menghadap lawan (ngajengaken) 28. Menabrak, mendekap lawan, saling tarik dorong (nubruk, nyikep, cangkletcengkah) 183

29. Nyikep, cangklet-cengkah 30. Nyikep, cangklet-cengkah 31. Nyikep, cangklet-cengkah 32. Nyikep, cangklet-cengkah 33. Melonggarkan pelukan, lawan mulai tenang dan siap berdialog 34. Melonggarkan pelukan 35. Melonggarkan pelukan 36. Melonggarkan pelukan 37. Melonggarkan pelukan 38. Melonggarkan pelukan 39. Melonggarkan pelukan 40. Mulai bergerak berdiri, kondisi lebih tenang 41. Berdiri menghadap lawan untuk berdialog (ngajengaken) 42. Ngajengaken 43. Ngajengaken 44. Ngajengaken 45. Ngajengaken 46. Ngajengaken 47. Ngajengaken 48. Ngajengaken 49. Ngajengaken 50. Ngajengaken 51. Ngajengaken 52. Ngajengaken 53. Ngajengaken 54. Ngajengaken 55. Ngajengaken 56. Bergerak pindah posisi 57. Bergerak pindah posisi 58. Bergerak pindah posisi 59. Bergerak maju (wangsul majeng) 184

60. Wangsul majeng 61. Wangsul majeng 62. Bergerak berputar 63. Bergerak berputar 64. Bergerak berputar 65. Bergerak berputar 66. Bergerak berputar 67. Berputar membelakangi lawan (mengker) 68. Mengker 69. Mengker 70. Kembali ke posisi semula Gambar 4.2. Baladewa Repro: Ensiklopedi Wayang Indonesia (Jilid 1/a,b;1999: 778) Tokoh prabu Baladewa, dalam tabel tersebut, adalah raja dari kerajaan Mandura (Mandaraka) yang sekaligus juga kakak kandungnya prabu Kresna. Dalam adegan kedhaton Dwarawati, prabu Baladewa pada kesempatan dialog dengan prabu Kresna, Samba, patih Udawa dan Gathotkaca, tiba-tiba marah pada Gathotkaca dan mengusirnya, 185

karena merasa lebih berkuasa. Prabu Kresna segera dapat mencegahnya dan meminta Baladewa untuk lebih sabar menghadapi situasi demikian Analisis pertama Kiri: gagah (TUL 1, 2, 3, 4: alih obyek bergerak & alih waktu) Baladewa: (pertama dari kiri) Raja, tamu, kakak tuan rumah Berkarakter mudah marah, mudah tersinggung, setia pada keluarga. Analisis ke dua 1. Bayangan membesar (bergerak), posisi tangan bersiap melakukan sesuatu tindakan (mathentheng). 2. Bergerak ke depan (wangsul majeng) 3. Bergerak maju lebih cepat (wangsuk majeng, mlayu) 4. Wangsul majeng, mlayu. 5. Bayangan bergradasi (siap berputar) 6. Bayangan memipih (berputar) 7. Bayangan memipih dan menuju gunungan (berputar di balik gunungan). 8. Gunungan kiri dan kanan sebagai istana (ruang istana) 9. Di ruang istana (dalam) menunggu tindakan selanjutnya 10. Bayangan muncul siap menyerang 11. Bergerak maju tapi mundur lagi 12. Bayangan menghilang 13. Bayangan menghilang 14. Bayangan menghilang 15. Bayangan mulai bergerak maju (wangsul majeng) lagi. 16. Wangsul majeng, bayangan membesar 17. Wangsul majeng 18. Wangsul majeng 19. Wangsul majeng 20. Wangsul majeng 21. Wangsul majeng 186

22. Wangsul majeng 23. Bergerak cepat (mlayu) 24. Mlayu 25. Mlayu 26. Bergerak lebih cepat mlayu banter 27. Dipeluk erat lawan (nyikep) gerakan untuk menyerang tertahan (cangkletcengkah) 28. Nyikep, cangklet-cengkah 29. Nyikep, cangklet-cengkah 30. Nyikep, cangklet-cengkah 31. Nyikep, cangklet-cengkah 32. Nyikep, cangklet-cengkah 33. Nyikep melonggar, tangan bergerak ke pinggul (mathentheng) siap berdialog. Emosi mulai tenang 34. Nyikep melonggar 35. Nyikep melonggar 36. Nyikep melonggar 37. Nyikep melonggar 38. Nyikep melonggar 39. Nyikep melonggar 40. Nyikep melonggar 41. Posisi berhadapan dengan lawan (ngajengaken) untuk berdialog 42. Ngajengaken 43. Ngajengaken 44. Ngajengaken 45. Ngajengaken 46. Ngajengaken 47. Ngajengaken 48. Ngajengaken 49. Ngajengaken 50. Ngajengaken 187

51. Ngajengaken 52. Ngajengaken 53. Ngajengaken 54. Ngajengaken 55. Ngajengaken 56. Bergerak pindah posisi 57. Bergerak pindah posisi 58. Bergerak pindah posisi 59. Bergerak duduk bersimpuh (makidhupuh) 60. Makidhupuh 61. Makidhupuh 62. Makidhupuh dan bergerak mundur 63. Makidhupuh dan bergerak mundur 64. Makidhupuh dan bergerak mundur 65. Makidhupuh dan bergerak mundur 66. Makidhupuh dan bergerak mundur 67. Makidhupuh dan bergerak mundur 68. Bergerak maju (wangsul majeng) 69. Wangsul majeng 70. Kembali ke posisi semula. 188

Gambar 4.3. Setyaki Repro: Ensiklopedi Wayang Indonesia (Jilid 4/r,s; 1999: 1207) Tokoh Setyaki pada tabel, adalah tamu (saudara sepupu prabu Kresna) yang dipanggil prabu Kresna untuk membicarakan perkawinan Arjuna dengan Dewi Sembadra. Dalam adegan kedhaton Dwarawati, Setyaki sebagai tamu, berdialog dengan prabu Kresna, prabu Baladewa, patih Udawa dan Gathotkaca. Pada saat terjadi kemarahan prabu Baladewa terhadap Gathotkaca dan dapat dicegah prabu Kresna, Setyaki dalam posisi duduknya diam tidak berbicara ataupun bergerak samasekali. Analisis pertama Kanan: gagah (TUL 1, 2, 3, 4: Alih obyek bergerak & alih waktu). Setyaki: (pertama dari kanan). Sepupu Prabu Kresna, datang di panggil oleh Kresna. Karakternya jujur dan serba adil, berbicara singkat dan tegas. Pada saat ini diam dan tenang. Analisis ke dua 1. Posisi duduk dengan tangan bertumpu di pangkuan (angapurancang). 2. Gambar ke-1 sampai gambar yang ke-70, tidak ada perubahan gerak. Selama adegan ini, Setyaki duduk tenang dengan tangan di pangkuan (angapurancang) 189

Gambar 4.4. Gathotkaca Repro: Ensiklopedi Wayang Indonesia (Jilid 2/c,d,e,f,g,h,I,j; 1999:565) Tokoh Gathotkaca pada tabel, adalah tamu yang mewakili pihak Begawan Abiyasa dan Pandawa. Dalam adegan kedhaton Dwarawati, Gathotkaca sebagai tamu, berdialog dengan prabu Kresna, prabu Baladewa, patih Udawa dan Setyaki untuk membicarakan kelanjutan acara perkawinan Arjuna dan Dewi Sembadra. Pada saat terjadi kemarahan prabu Baladewa terhadap Gathotkaca dan dapat dicegah prabu Kresna, Gathotkaca dalam posisi duduknya diam tidak berbicara ataupun bergerak samasekali, hanya pada adegan gambar ke-49 sampai gambar ke-51 (dalam waktu 3 detik), Gathotkaca mengangkat tangannya ke dada untuk menyatakan sikap. Analisis pertama Kanan: gagah (TUL 1, 2, 3, 4: Alih obyek bergerak & alih waktu). Gathotkaca: (ke dua dari kanan). Anak dari Werkudara (salah satu dari lima Pandawa), sebagai tamu mewakili Pandawa. Berkarakter tegas, setia dan berjiwa patriot. 190

Analisis ke dua 1. Posisi dalam keadaan duduk dengan tangan lurus ke bawah (anjujur). Dari gambar ke-1 sampai gambar ke-48, tidak ada perubahan gerak. Selama adegan ini duduk tenang dengan posisi tangan lurus ke bawah (anjujur). Pada gambar, 49. Posisi tetap duduk, salah satu tangan terangkat ke dada. 50. Posisi tetap duduk, salah satu tangan terangkat ke dada. 51. Posisi tetap duduk, salah satu tangan terangkat ke dada. 52. Gambar ke-52 sampai gambar ke-70, Kembali dalam keadaan duduk dengan tangan lurus ke bawah (anjujur). Tidak ada perubahan gerak lagi. 191