PENGARUH OKSITOSIN TERHADAP KONTRAKSI OTOT POLOS UTERUS. Risma Aprinda Kristanti

dokumen-dokumen yang mirip
(G Protein-coupled receptor) sebagai target aksi obat

Sel melakukan kontak dengan lingkungannya menggunakan permukaan sel, meliputi: 1. Membran plasma, yakni protein dan lipid 2. Molekul-molekul membran

Proses fisiologis dan biokimiawi yang meregulasi proses persalinan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Senyawa 1-(2,5-dihidroksifenil)-(3-piridin-2-il)-propenone

TRANSDUKSI SINYAL PADA TINGKAT SEL

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan

Glikogen dalam hepar mengalami deplesi setelah jam puasa Glikogen dalam otot hanya akan mengalami deplesi setelah seseorang melakukan olah raga

PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON)

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015

Mekanisme Kerja Otot

TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan masalah

FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

Komunikasi di Sepanjang dan Antar Neuron. Gamaliel Septian Airlanda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VII Biokimia Muskuloskeletal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain

Reseptor sebagai target aksi obat

Sistem Komunikasi dan Tranduksi Sinyal pada Sel. Oleh Trisia Lusiana Amir, S.Pd., M. Biomed Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul 2016

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN

MUTIARA INDAH SARI NIP:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FISIOLOGI SEL & OTOT OLEH: NINING WIDYAH KUSNANIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI KELELAHAN OTOT

Tugas Biologi Reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

PENGARUH PEMBERIAN SENAM NIFAS TERHADAP KEKUATAN OTOT PERUT PADA IBU POST SECTIO CAESARIA

SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA MANUS. Regita Tanara / B1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

FISIOLOGI VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN 2018

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kegiatan olahraga sekarang ini telah benar-benar. menjadi bagian masyarakat kita, baik pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Signal Transduction. Dr. Sri Mulyaningsih, Apt

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus

Siklus Krebs. dr. Ismawati, M.Biomed

BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil

Gb STRUKTUR FOSPOLIPID (Campbell, 1999:72)

Tinjauan Pustaka Fisiologi Keseimbangan Cairan dan Hormon yang Berperan. Physiological Balance of Fluid and Hormones

Fungsi tubuh diatur oleh dua sistem pengatur utama: Sistem hormonal/sistem endokrin Sistem saraf

BAB V ENDOKRINOLOGI A. PENDAHULUAN

BAB VI PEMBAHASAN. Growth Hormone, yaitu untuk menguji peningkatan miofibril dan peningkatan

BIOMEKANIKA SISTEM MUSKULOSKELETAL & FISIOLOGI OTOT

Oksidasi Asam Piruvat

CASE. Physical examination: Blood pressure : 120/80 mmhg Heart rate : 85 bpm. Obstetric examination:

4. GLIKOGENOLISIS PROTEIN FOSFATASE-1 MENJADI ION FOSFORILASE TIDAK AKTIF

BAB 6 PEMBAHASAN. ekstrak Phaleria macrocarpa terhadap penurunan indek mitosis dan

Laporan Praktikum. Fisiologi Hewan. Berbagai Rangsangan Pada Sediaan Otot Saraf

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PROSES INVOLUSI UTERUS THE EFFECT OF OXYTOCIN MASSAGE TO INVOLUTION UTERINE PROCESS

Second Messenger camp CAMP. Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP:

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

ASPEK BiokimiaWI Tulang dan Otot. Wiryatun Lestariana Bagian Biokimia Fak. Kedokteran UGM

Mekanisme penyerapan Ca dari usus (Sumber: /16-calcium-physiology-flash-cards/)

BAB I PENDAHULUAN. ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Uji pelarut DMSO terhadap kontraksi otot polos uterus

Gambaran Umum Sistem Saraf Sistem saraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang-tindih, yaitu input sensoris, integrasi, dan output

BAB 5 PEMBAHASAN. Pada penelitian ini yang bermakna sebagai faktor risiko bangkitan kejang

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp

HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS

Karena glikolisis dan glukoneogenesis mempunyai jalur yang same tetapi arahnya berbeda, maka keduanya hams dikendalikan secara timbal balik.

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA OTOT

EFEK HAMBATAN EKSTRAK DAUN CEPLUKAN

HISTOLOGI JARINGAN OTOT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan Iradiasi terhadap Kadar Glukosa Darah Itik Cihateup

Anatomi/organ reproduksi wanita

Fakultas Kedokteran Universitas Jember 2015

FISIOLOGI DARAH DAN JANTUNG PADA KATAK (Rana sp.)

III. SINYAL TRANSDUKSI

FISIOLOGI OTOT. Detty Iryani Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran UNAND. Kuliah Pengantar Blok 1.3 Minggu IV

HORMON. OLEH dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

Ujian Akhir Semester Program S-1 Semester Ganjil tahun Ajaran 2004/2005

1 Universitas Kristen Maranatha

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PADA KASUS INERTIA UTERI TERHADAP JENIS PERSALINAN

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK

KANAL ION SEBAGAI TARGET AKSI OBAT YENI FARIDA S.FARM., M.SC.,APT

ANATOMI SISTEM SARAF DAN PERANANNYA DALAM REGULASI KONTRAKSI OTOT RANGKA

- Difusi air melintasi membrane permeabel aktif dinamakan osmosis. Keseimbangan air pada sel tak berdinding Jika suatu sel tanpa dinding direndam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Transkripsi:

Pengaruh Oksitosin (17-21) El-Hayah Vol. 5, No.1 September 2014 PENGARUH OKSITOSIN TERHADAP KONTRAKSI OTOT POLOS UTERUS Risma Aprinda Kristanti Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Email: risma.aprinda@yahoo.com ABSTRAK Stimulus yang memicu sebagian besar kontraksi otot polos adalah adanya peningkatan ion kalsium intra sel. Peningkatan ini dapat ditimbulkan pada jenis otot polos yang berbeda oleh perangsangan saraf pada serabut otot polos, stimulasi hormon, regangan serabut, atau bahkan perubahan pada lingkungan kimiawi serabut. Suatu hormon dapat menimbulkan kontraksi otot polos bila membran sel otot mengandung reseptor perangsang bergerbang hormon untuk hormon tertentu. Beberapa reseptor hormon pada membran otot polos akan membuka kanal ion kalsium dan natrium serta menimbulkan depolarisasi membran. Kadang timbul potensial aksi, atau justru mungkin memperkuat potensial aksi yang telah terjadi. Pada keadaan lain, terjadi depolarisasi tanpa disertai dengan potensial aksi, dan depolarisasi ini membuat ion kalsium masuk ke dalam sel sehingga terjadi kontraksi. Oksitosin merangsang kontraksi uterus melalui mekanisme Ca 2+ dependent dan Ca 2+ independent. Pada jalur Ca 2+ dependent, beberapa reseptor hormon pada membran otot polos akan membuka kanal ion kalsium dan natrium serta menimbulkan depolarisasi membran. Jalur Ca 2+ independent adalah dengan melalui jalur Rho kinase. Rho yang telah teraktivasi meningkatkan fosforilasi rantai ringan miosin pada konsentrasi kalsium yang konstan, ini menunjukkan bahwa Rho memiliki peran pada mekanisme pengaturan Ca 2+ sensitization Kata kunci : oksitosin, kontraksi, uterus, kalsium, Rho PENDAHULUAN Otot polos mempunyai beragam cara dalam mencetuskan kontraksi atau relaksasi sebagai respon terhadap hormon, neurotransmitter, dan substansi lain yang berbeda (Guyton C & Hall JE, 2006). Suatu hormon dapat menimbulkan kontraksi otot polos bila membran sel otot mengandung reseptor perangsang bergerbang hormon untuk hormon tertentu. Sebaliknya hormon akan menimbulkan inhibisi jika membran mengandung reseptor penghambat untuk hormon tersebut daripada mengandung reseptor perangsang (Guyton C & Hall, JE, 2006). Hormon oksitosin, sesuai dengan namanya, sangat kuat merangsang uterus yang hamil, terutama pada akhir kehamilan. Oleh karena itu banyak ahli kebidanan yang meyakini bahwa hormon ini berperan dalam persalinan bayi (Guyton C & Hall JE, 2006). Oksitosin merangsang kontraksi uterus melalui mekanisme Ca 2+ dependent dan Ca 2+ independent. Oksitosin tidak hanya memicu pengeluaran Ca 2+ intraseluler, tetapi juga meningkatkan aktivitas Ca 2+ terhadap uterus melalui mekanisme yang melibatkan G-protein. (Tahara M et al, 2002) KONTRAKSI OTOT POLOS Stimulus yang memicu sebagian besar kontraksi otot polos adalah adanya peningkatan ion kalsium intra sel. Peningkatan ini dapat ditimbulkan pada jenis otot polos yang berbeda oleh perangsangan saraf pada serabut otot polos, 17

Risma Aprinda Kristanti stimulasi hormon, regangan serabut, atau bahkan perubahan pada lingkungan kimiawi serabut. (Guyton C & Hall JE, 2006) Tetapi otot polos tidak mengandung troponin, yaitu protein pengatur yang diaktifkan oleh ion kalsium, untuk menimbulkan kontraksi otot rangka. Sebagai pengganti troponin, sel-sel otot polos mengandung sejumlah besar protein pengatur lain yang disebut kalmodulin. Walaupun protein ini serupa dengan troponin, kalmodulin mempunyai cara yang berbeda dalam memicu kontraksi. Kalmodulin melakukan hal ini dengan mengaktifkan jembatan silang miosin. Proses aktivasi ini dan kontraksi selanjutnya terjadi dalam urutan sebagai berikut : (1) Ion kalsium berikatan dengan kalmodulin, (2) Kombinasi kalmodulin-ion kalsium kemudian bergabung dengan sekaligus mengaktifkan miosin kinase, yaitu suatu enzim yang melakukan fosforilasi, (3) Salah satu rantai ringan dalam setiap kepala miosin yang disebut rantai pengatur, mengalami fosforilasi sebagai respon terhadap miosin kinase. Bila rantai ini tidak mengalami fosforilasi, siklus pelekatan-pelepasan kepala miosin dengan filamen aktin tidak akan terjadi. Tetapi bila rantai pengatur mengalami fosforilasi, kepala miosin memiliki kemampuan untuk berikatan secara berulang dengan filamen aktin dan bekerja melalui seluruh proses siklus tarikan berkala (Guyton C & Hall JE, 2006). Bila konsentrasi ion kalsium menurun di bawah nilai kritis, proses yang telah disebutkan di atas akan berlangsung terbalik secara otomatis, kecuali untuk fosforilasi kepala miosin. Pembalikan proses ini membutuhkan enzim lain, yaitu miosin fosfatase, yang terletak di dalam cairan pada sel otot polos, yang menguraikan fosfat dari rantai ringan pengatur. Kemudian siklus berhenti dan kontraksi berakhir (Guyton C & Hall JE, 2006). PENGARUH HORMON TERHADAP KONTRAKSI OTOT POLOS Suatu hormon dapat menimbulkan kontraksi otot polos bila membran sel otot mengandung reseptor perangsang bergerbang hormon untuk hormon tertentu. Sebaliknya hormon akan menimbulkan inhibisi jika membran mengandung reseptor penghambat untuk hormon tersebut daripada mengandung reseptor perangsang (Guyton C & Hall JE, 2006). Beberapa reseptor hormon pada membran otot polos akan membuka kanal ion kalsium dan natrium serta menimbulkan depolarisasi membran. Kadang timbul potensial aksi, atau justru mungkin memperkuat potensial aksi yang telah terjadi. Pada keadaan lain, terjadi depolarisasi tanpa disertai dengan potensial aksi, dan depolarisasi ini membuat ion kalsium masuk ke dalam sel sehingga terjadi kontraksi (Guyton C & Hall JE, 2006). OKSITOSIN Sebagian besar hormon yang bersirkulasi dalam tubuh akan mempengaruhi kontraksi otot polos hingga derajat tertentu, dan beberapa diantaranya mempunyai pengaruh yang sangat besar. Diantara hormon dalam darah yang penting tersebut adalah norepinefrin, epinefrin, asetilkolin, angiotensin, endothelin, vasopressin, oksitosin, serotonin, dan histamine (Guyton C & Hall JE, 2006). Oksitosin adalah neuropeptida yang terdiri dari sembilan asam amino, disintesis oleh neuron-neuron magnoseluler pada supraoptik dan paraventrikular hipotalamus. Oksitosin dibebaskan menuju sirkulasi melaui proses eksositosis dari pituitary posterior dan terminal saraf sebagai respon terhadap berbagai rangsang (Vrachnis N et al, 2012). Oksitosin merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh neurohipofisis yang secara khusus menyebabkan kontraksi uterus. Oksitosin meningkatkan kontraksi otot polos melalui mekanisme: (1) otot uterus meningkatkan jumlah reseptor- 18

Pengaruh Oksitosin (17-21) El-Hayah Vol. 5, No.1 September 2014 reseptor oksitosin sehingga meningkatkan responnya terhadap dosis oksitosin yang diberikan selama beberapa bulan kehamilan, (2) Kecepatan sekresi oksitosin oleh neurohipofisis sangat meningkat pada saat persalinan, (3) Pada hewan yang mengalami hipofisektomi masih dapat melahirkan bayinya pada kehamilan aterm, persalinannya akan berlangsung lama, (4) Iritasi atau regangan pada serviks uteri, seperti yang terjadi selama persalinan, dapat menyebabkan sebuah refleks neurogenik melalui nucleus paraventrikular dan supraoptik hipotalamus yang dapat menyebabkan kelenjar neurohipofisis meningkatkan sekresi oksitosinnya (Guyton C & Hall JE, 2006). PENGARUH OKSITOSIN TERHADAP KONTRAKSI OTOT POLOS UTERUS Hormon oksitosin, sesuai dengan namanya, sangat kuat merangsang uterus yang hamil, terutama pada akhir kehamilan. Oleh karena itu banyak ahli kebidanan yang meyakini bahwa hormon ini berperan dalam persalinan bayi (Guyton C & Hall JE, 2006). Oksitosin tidak hanya memicu pengeluaran Ca 2+ intraseluler, tetapi juga meningkatkan aktivitas Ca 2+ terhadap uterus melalui mekanisme yang melibatkan G-protein (Tahara M et al, 2002). Faktor-faktor yang menentukan pengaruh oksitosin terhadap kontraksi uterus adalah kadar reseptor, desensitisasi reseptor, dan produksi oksitosin lokal (Vrachnis N et al, 2011). Oksitosin merangsang kontraksi uterus melalui mekanisme Ca 2+ dependent dan Ca 2+ independent. Jalur Ca 2+ independent adalah dengan melalui jalur Rho kinase (Tahara M et al, 2002). Ca 2+ Dependent Beberapa reseptor hormon pada membran otot polos akan membuka kanal ion kalsium dan natrium serta menimbulkan depolarisasi membran. Kadang timbul potensial aksi, atau justru makin memperkuat potensial aksi yang telah terjadi. Pada keadaan lain, terjadi depolarisasi tanpa disertai dengan potensial aksi, dan depolarisasi ini membuat ion kalsium masuk ke dalam sel sehingga terjadi kontraksi (Guyton C & Hall JE, 2006). Kadang kontraksi otot polos dicetuskan oleh hormon tanpa secara langsung menyebabkan perubahan pada potensial membran. Pada keadaan ini, hormon dapat mengaktifkan suatu reseptor membran yang tidak membuka kanal ion manapun namun justru menyebabkan perubahan internal pada serabut otot, seperti pelepasan ion kalsium dari retikulum sarkoplasma intrasel, ion kalsium kemudian menginduksi terjadinya kontraksi (Guyton C & Hall JE, 2006). Oksitosin hanya memiliki satu reseptor, yang termasuk dalam klas 1 G protein, tipe rodopsin. Gen untuk reseptor oksitosin terletak pada kromosom 3p25, mengandung tiga intron dan empat ekson. Permukaan membran sel mengalami aktivasi setelah reseptor oksitosin berikatan dengan molekul oksitosin, kemudian reseptor tersebut akan menyebabkan aktivasi berbagai macam jalur signal intraseluler, sehingga menghasilkan beberapa efek dari kerja hormon, termasuk kontraksi. Reseptor oksitosin berpasangan dengan Gq/11a, dari golongan GTP binding protein. Pengikatan oksitosin melalui Gαq/11, fosfolipase C(PLC) yang menghidrolisis fosfatidilinositol 4,5- bifosfat (PIP2) menjadi inositol 1,4,5- trifosfat (IP3) dan diasilgliserol (DAG). IP3 menyebabkan ion-ion kalsium keluar dari depo intraseluler, sedangkan DAG mengaktivasi protein kinase tipe C (PKC), yang kemudian memfosforilasi protein lain. Keluarnya ion-ion kalsium dari depo intraseluler menyebabkan kalsium berikatan dengan kalmodulin dan mengaktifkan fosforilasi rantai ringan miosin sehingga menyebabkan otot uterus berkontraksi (Vrachnis N et al, 2012) 19

Risma Aprinda Kristanti Gambar 1. Mekanisme Ca 2+ Dependent Oksitosin Ca 2+ Independent Reseptor oksitosin mengaktivasi mitogen activated protein kinase (MAPK) dan jalur Rho kinase. Aktivasi reseptor oksitosin dan MAPK menyebabkan peningkatan aktivitas sitosolik fosfolipase A2 (cpla2). cpla2 menghidrolisis fosfolipid dan membebaskan asam arakhidonat, sehingga menyebabkan peningkatan produksi prostaglandin melalui cyclooxygenase-1 (COX-2), sebuah enzim yang ditingkatkan oleh MAPK. Rho kinase meningkatkan fosforilasi rantai ringan pada kepala miosin (Vrachnis N et al, 2012). Rho (Ras homology) protein adalah monomer kecil dari GTP-binding protein yang mengatur polimerisasi aktin dan fosforilasi miosin pada sel-sel otot polos (Lartey J & Bernal AL, 2009). Peningkatan fosforilasi rantai ringan miosin atau kekuatan kontraksi yang dipicu oleh stimulasi agonis lebih dominan dibandingkan dengan efek yang ditimbulkan dari peningkatan ion kalsium, fenomena ini disebut Ca 2+ sensitization. Rho yang telah teraktivasi meningkatkan fosforilasi rantai ringan miosin pada konsentrasi kalsium yang konstan, ini menunjukkan bahwa Rho memiliki peran pada mekanisme pengaturan Ca 2+ sensitization (Tahara M et al, 2002). Fenomena Ca 2+ sensitization terjadi setelah stimulasi agonis berlangsung lama dan dapat berlangsung selama beberapa jam atau bahkan beberapa hari. (Vrachnis N et al, 2011). Mekanisme molekuler Ca 2+ sensitization sampai saat ini masih sedang diteliti. Pada beberapa tipe jaringan, Rho protein memicu terjadinya Ca 2+ sensitization. Aktivasi terjadi karena adanya stimulasi pada reseptor Gα12,13; Gαq; atau Gαi, yang mengubah RhoA-GDP inaktif menjadi RhoA-GTP aktif melalui perubahan pada faktor-faktor guanin nukleotida. (Shmygol A et al, 2006). Pada saat aktivasi, RhoA-GTP berikatan dengan efektor kinase, seperti Rho kinase (ROCK) untuk mengatur kontraksi otot polos dengan cara ROCK mengaktifkan miosin otot polos melalui proses fosforilasi dan 20

Pengaruh Oksitosin (17-21) El-Hayah Vol. 5, No.1 September 2014 menghambat miosin fosfatase (Lartey J & Bernal AL, 2009). Aktivasi ROCK dan proses fosforilasi miosin berlangsung secara bersamaan selama kontraksi uterus yang dirangsang oleh oksitosin (Tahara M et al, 2002). KESIMPULAN Oksitosin mempengaruhi kontraksi otot polos uterus melalui mekanisme Ca 2+ dependent dan Ca 2+ independent. Pada mekanisme Ca 2+ dependent, reseptor oksitosin pada membran otot polos akan membuka kanal ion kalsium dan natrium serta menimbulkan depolarisasi membran. Selain itu reseptor oksitosin pada membran yang tidak membuka kanal ion manapun dapat menyebabkan perubahan internal pada serabut otot, seperti pelepasan ion kalsium dari retikulum sarkoplasma intrasel, ion kalsium kemudian menginduksi terjadinya kontraksi. Sedangkan pada mekanisme Ca 2+ independent, Rho yang telah berikatan dengan ROCK mengaktifkan miosin otot polos melalui proses fosforilasi dan menghambat miosin fosfatase Gambar 2. Mekanisme Ca 2+ dependent dan Ca 2+ independent Oksitosin Pada Otot Polos Uterus DAFTA R PUSTAKA Guyton C & Hall JE. 2006. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC Jakarta Lartey J & Bernal AL. 2009. RHO Protein Regulation Of Contraction In Human Uterus. Reproduction. Vol 128. Pp 407-424 Shmygol A, Gullam J, Blanks A, and Thornton S. 2006. Multiple Mechanisms Involved In Oxytocin- Induced Modulation Of Myometrial Contractility. Acta Pharmacologica Sinica. 27 (7). Pp.827 832 Tahara M et al. 2002. Rho/Rho-Kinase Cascade Is Involved In Oxytocin- Induced Rat Uterine Contraction. Endocrinology. 143(3). Pp 920-929 Vrachnis N, Malamas FM, Sifakis S, Deligeoroglou E, and Iliodromiti Z. 2011. The Oxytocin-Oxytocin Receptor System and Its Antagonists as Tocolytic Agents. International Journal of 21

Risma Aprinda Kristanti Endocrinology. Volume 2011 (2011) Vrachnis N et al. 2012. Oxytocin and Myometrial Contractility In Labor. www.intechopen.com 22