MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV SD NEGERI NO.

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN NO MEDAN DELI

KHAIRUL ANWAR* DAN RIZKY CHAIRU RAMADHAN** *Ketua Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED ** Mahasiswa Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SMP

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

UPAYA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SAINS POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA PADA SISWA KELAS V A SD NEGERI SAMPALI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS V SD WASHLIYANI MARTUBUNG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE MIND MAPPING PADA IPA DI KELAS IV SD

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.

Khairun Nisa Marwan dan Rita Juliani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS V SD NEGERI BANDAR KLIPPA

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DI KELAS V SD

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS VIII-8 SMP NEGERI 29 MEDAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD

Olahairullah. Kata Kunci:Media Penugasan Proyek, Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil, Hasil Belajar

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

Muhamad Mahmud Surel : Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam

PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

Elvinawati Prodi Pendidikan Kimia, JPMIPA FKIP UNIB lvna Abstrak

Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016 ISSN :

Volume XIV September 2016

p-issn : e-issn :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Gayus Simarmata FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT DALAM PELAJARAN IPA DI KELAS IV SD NEGERI CINTA RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI UNTUK SISWA KELAS VIII B SMPN 2 KECAMATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY MENGGUNAKAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Arnot Pakpahan Surel :

PENGUASAAN KONSEP DASAR IPA PADA MAHASISWA PGSD UNIMED MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SUBTEMA GERAK DAN GAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 16 BANDA ACEH

ROSLIANA SITOMPUL* DAN DEBBIE GUSTRINI ARUAN**

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL WORD SQUARE PADA SDN MEDAN DENAI

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GQGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN METODE INQUIRY PADA MATERI ORGANISASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI KUTA BAK MEE ACEH BESAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 12 BANDA ACEH ABSTRAK

PENINGKATAN KONSENTRASI BELAJAR MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING

KETUNTASAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) DI SMP NEGERI 3 SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA

PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Pemanfaatan Media Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN 1 Toili

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

PENGGUNAAN ALAT PERAGA LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MATERI PECAHAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Oleh Ayu* Sonedi** Kata kunci: Hasil belajar Ekonomi, Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN RESOURCE BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IIIB SD NEGERI 117 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi

Vol. 3, No. 1, Maret 2016 ISSN:

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

XI mengenai minatnya terhadap pelajaran kimia. Diantara sebagian siswa berpendapat bahwa kimia merupakan pelajaran yang kurang diminati serta

Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA

Muhammad Darwis. Dosen Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan. Abstrak

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN APLIKASI PROGRAM MICROSOFT OFFICE POWER POINT DI KELAS IV SD NEGERI DELI TUA

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PELAJARAN IPA KELAS IV SD

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 ISSN:

Oleh: Umi Hidayah Sahida 1, Noorhidayati 2, Kaspul 3 Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 1,2,3

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Fahmiati SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Menggunakan Metode Problem Solving

NASKAH PUBLIKASI. Oleh : SRI MUJAYANTI A54A100126

Transkripsi:

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV SD NEGERI NO. 064983 MEDAN WESLY SILALAHI* DAN EFRILLA YUSTIANA SIREGAR** *Dosen Jurusan PPSD/ Prodi PGSD FIP Unimed ** Mahasiswa Jurusan PPSD/ Prodi PGSD FIP Unimed ABSTRAK Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri No. 064983 Medan yang berjumlah 34 orang. Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Problem Solving. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah tes dan lembar observasi.tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa, observasi digunakan untuk melihat aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung yang menggunakan model pembelajaran Problem Solving. Dari hasil analisis data pada pre test diperoleh 26 orang siswa (76,47) yang belum tuntas dalam belajar dan sebanyak 8 orang siswa (23,53) yang telah mencapai standart ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata 59,4. Dari hasil analisis data pada siklus I diperoleh sebanyak 19 orang siswa (55,88) yang belum tuntas dan sebanyak 15 orang siswa (44,12) yang mencapai ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata 62,94. Sedangkan hasil tes pada siklus II diperoleh sebanyak 4 orang siswa (11,76) belum tuntas dan sebanyak 30 orang siswa (88,24) yang mencapai ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata 77,64. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada observasi kegiatan guru siklus I nilai yang diperoleh yaitu 78,57 dan pada siklus II 96,43. Pada observasi kegiatan siswa, nilai yang diperoleh pada siklus I yaitu 70 dan pada siklus II 95. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri No. 064983 Medan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya tarik dan gaya dorong. Kata kunci : Hasil Belajar, Problem Solving, dan Pelajaran IPA. PENDAHULUAN Pelajaran IPA mempunyai peranan yang sangat penting di dalam pendidikan.tujuan yang hendak dicapai dalam belajar IPA di sekolah dasar adalah membentuk siswa yang memiliki sikap kritis, cermat, objektif, serta memiliki rasa ingin tahu yang besar. Dalam proses pembelajaran mencari ilmu memang menggunakan kemampuan pikiran untuk menalarkannya. Jadi dalam melaksanakan aktifitas ilmiah yang merupakan proses pembelajaran kognitif, seseorang atau kita harus memiliki tujuan yaitu mencari kebenaran dan mencari penjelasan yang terbaik. Aktivitas ilmiah ini harus bersamaan dengan penelitian. Pada umumnya mata pelajaran IPA dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan sehingga hal ini mengakibatkan hasil belajar para siswa menjadi rendah. Dan akhirnya siswa cenderung untuk mengambil jalan pintas dengan cara menyontek dan hal ini menimbulkan kebiasaan yang pada akhirnya merusak moral siswa. Aktivitas belajar merupakan tahapan perubahan tingkah laku individu yang melibatkan proses kognitif dan didukung oleh ranah psikomotorik, dimana ranah psikomotorik meliputi: mendengar, 14

melihat dan mengucapkan, sedangkan perubahan akibat belajar adalah kemampuan kognitif. Perubahan itu semua merupakan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas IV SD Negeri No. 064983 Medan pada tanggal 10 Januari 2014 pukul 14.00 menyatakan bahwa siswa lebih cenderung acuh tak acuh dan kebanyakan bermain dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran tersebut, dapat dilihat bahwa guru hanya menggunakan model ceramah dalam proses pembelajaran sehingga terkesan membosankan. Selain itu, guru juga tidak menggunakan media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran sehingga masih banyak siswa yang kurang memahami materi yang diajarkan guru. Guru juga kurang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar IPA.Hal ini tampak dari kurangnya aktivitas atau keterlibatan siswa dalam belajar. Selama proses pembelajaran siswa di dalam kelas hanya cenderung mendengarkan penjelasan guru, membuat catatan, menghafal, dan mengerjakan tugas jika hanya dimintai guru. Hal itu menyebabkan penguasaan konsep dan kriteria ketuntasan minimal belajar mereka tidak mencapai standar kriteria ketuntasan minimal belajar yaitu >70, sedangkan secara klasikal nilai ratarata yang diperoleh < 70 dari jumlah murid 38. Oleh karena itu, kondisi seperti ini tentunya perlu ditingkatkan secara efektif dan efisien. Untuk itu seorang guru harus benar-benar memiliki kompetensi dalam memilih model, strategi, dan model pembelajaran yang tepat secara efektif dan efisien dalam mengajarkan isi materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai proses belajar mengajar yang diharapkan. Contohnya yaitu dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran merupakan seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang, dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar. Sebagai seorang guru, tentunya mengetahui model-model pembelajran di sekolah sangatlah penting. Tanpa mengetahui model-model pembelajaran, kecil kemungkinan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, untuk mendorong keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar guru seharusnya mengerti akan fungsi dan langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran. Dalam hal ini, penulis meneliti apakah terjadi peningkatan terhadap hasil belajar IPA pada siswa melalui penerapan model pembelajaran problem solving dengan memanfaatkan media/alat peraga. Melalui pembelajaran problem solving diharapkan dapat memberikan solusi dan suasana baru yang menarik dalam proses pembelajaran IPA. Pembelajaran problem solving ini dimana para siswa yang bekerja, berpikir untuk menyelesaikan materi yang diajarkan dengan alat bantu media/alat peraga. Problem solving dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Problem solving tidak hanya sekedar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasi melalui kegiatan-kegiatan belajar 15

terdahulu, melainkan lebih dari itu merupakan proses untuk mendapatkan aturan pada tingkat yang lebih tinggi. Siswa juga senantiasa tidak hanya mengharapkan bantuan dari guru serta siswa, termotivasi belajar cepat dan akurat dalam menyelesaikan materi pelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: "Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Solving Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri No. 064983 Medan T.A 2013/2014." METODE Pada hakikatnya dalam pembelajaran IPA dibutuhkan suatu kegiatan yang melibatkan siswa dalam memecahkan suatu masalah karena tidak semua materi pelajaran yang disajikan oleh guru dapat dimengerti siswa jika hanya disampaikan melalui ceramah. Menurut Rusman (2010:230) masalah dapat mendorong keseriusan, inquiry, dan berfikir dengan cara yang bermakna dan sangat kuat (powerful). Oleh karena itu, agar siswa memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah, guru hendaknya mampu merancang suatu model pembelajaran yang tepat dan mampu menumbuhkan keterampilan siswa tersebut. Menurut Tan (dalam Rusman, 2010:229), Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam proses belajar mengajar, kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan. Selanjutnya menurut Bound dan Felleti (dalam Jauhar, 2011:88), pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan untuk membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi pelajar mandiri.sedangkan menurut Duch (dalam Riyanto, 2010:285), pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada tantangan belajar untuk belajar. Siswa aktif bekerja sama di dalam kelompok untuk mencari solusi permasalahan dunia nyata. Menurut Sanjaya (2009:212), strategi pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Model pembelajaran problem solving tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyakbanyaknya kepada siswa, akan tetapi dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, memecahkan masalah, keterampilan intelektual, dan belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan siswa dalam pengalaman dunia nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang mandiri. Problem solvingadalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Dimana anak didik lebih 16

beraktivitas dalam proses pembelajaran dan mencari dari apa yang diajarkan pada materi pembelajaran. Model pembelajaran problem solving adalah strategi belajar mengajar dengan memberi tekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Berpikir, memecahkan masalah, dan menghasilkan sesuatu yang baru adalah kegiatan yang kompleks dan berhubungan erat satu dengan yang lain. Suatu masalah memerlukan pemecahan yang tanpa berpikir dan banyak memerlukan pemecahan yang baru bagi individu atau kelompok.sebaliknya, menghasilkan sesuatu (benda-benda, gagasan-gagasan) yang baru bagi seseorang, menciptakan sesuatu, itu mencakup pemecahan masalah. Pada hakikatnya, program pembelajaran bertujuan tidak hanya memahami dan menguasai apa dan bagaimana suatu terjadi, tetapi juga memberi pemahaman dan penguasaan tentang "mengapa hal itu terjadi". Berpijak pada permasalahan tersebut, maka model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) menjadi sangat penting untuk diajarkan. Dengan menggunakan model pembelajaran problem solving (pemecahan masalah), siswa diharapkan untuk aktif menemukan autentik, menyelidiki masalah, kerjasama dalam kelompok serta menghasilkan karya atau peragaan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang digunakan guru agar dapat melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran dengan cara menghadirkan masalah dunia nyata dan memberikan pemicu masalah agar siswa berusaha menelaah masalah yang diberikan sehingga siswa mampu untuk menyelesaikannya. Menurut Jauhar (2011:89), sintaks (tahapan) pembelajaran berbasis masalah yaitu: 1. Tahap-1: Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuanpembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukanfenomena atau demonstrasi untuk memunculkan masalah, memotivasisiswa terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. 2. Tahap-2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar. Guru membantu siswauntuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yangberhubungan dengan masalah tersebut. 3. Tahap-3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahanmasalah. 4. Tahap-4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantusiswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai sepertilaporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugasdengan temannya. 5. Tahap-5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk untuk melakukan refleksi atau evaluasiterhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Menurut Sanjaya (2009:218), pembelajaran problem solving memiliki beberapa kelebihan antara lain: 17

a) Pembelajaran berbasis masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran; b) Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa; c) Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa; d) Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata; e) Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, disamping itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya; f) Bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa mata pelajaran IPA pada dasarnya merupakan cara berfikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja; g) Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa h) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru; i) Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata, dan; j) Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. Di samping kelebihan diatas, menurut Sanjaya (2009:219), pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya: a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba; b) Keberhasilan model pembelajaran berbasis masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan, dan; c) Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil belajar merupakan hasil yang didapat dari seseorang setelah melakukan aktivitas belajar. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil yang telah diperoleh siswa melalui tes yang diberikan guru setelah proses pembelajaran selesai. Tes ini dapat melihat sejauh mana kemampuan siswa memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru.setelah itu dengan adanya tes maka guru juga dapat mengetahui apakah pengajaran yang diberikan kepada anak didiknya berhasil atau tidak.apabila 65 siswa memperoleh nilai sesuai dengan ketentuan ketuntasan belajar, maka guru tersebut dapat dikatakan berhasil dalam melakukan pengajaran. Namun pada kenyataannya, hasil yang diperoleh siswa masih rendah.pada saat peneliti melihat di lapangan, masih banyak ditemukan siswa yang pasif dan hanya menerima informasi dari guru saja, bahkan masih banyak siswa yang tidak berani bertanya kepada guru walaupun sebenarnya mereka belum mengerti dengan materi yang diajarkan guru.semua 18

Banyak Siswa ini disebabkan karena guru masih menerapkan pembelajaran konvensional yang umumnya menggunakan metode ceramah. Akibatnya, guru yang lelah dalam mengajar sedangkan siswa kurangantusias mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru, bahkan pembelajaran seperti ini hanya menghasilkan siswa yang pasif dan kurang kreatif.padahal dalam setiap pembelajaran minat dan motivasi belajar siswa harus ditumbuhkan terlebih dahulu. Dengan adanya minat belajar, tentunya siswa akan termotivasi untuk belajar yang ditunjukkan dengan keseriusannya mendengarkan materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru. Jika siswa serius belajar maka guru akan lebih mudah dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa. Apabila siswa sudah serius untuk belajar maka hasil belajar siswa juga akan meningkat. Untuk mengetahui tingkat persentase ketuntasan klasikal maka dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Persentase Hasil Belajar Siswa Pada Pre Test Nilai Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Keterangan 90-100 - - - 70-89 8 23,53 Tuntas 50-69 23 67,65 Belum tuntas 30-49 3 8,82 Belum tuntas 0-29 - - - Jumlah 34 100 Dari tabel terlihat bahwa terdapat 26 orang siswa (76,47) yang belum mencapai ketuntasan dalam belajar dan sebanyak 8 orang siswa (23,53) yang telah mencapai standart ketuntasan belajar. Untuk lebih jelas nilai yang diperoleh siswa dapat dilihat pada diagram berikut: 30 25 20 15 10 5 0 76,47 23,53 0-69 70-100 Nilai Gambar 1. Diagram Hasil Belajar Siswa Pada Pre Test Berdasarkan gambar 1. diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi gaya tarik dan gaya dorong berdasarkan tingkat keberhasilan secara keseluruhan masih tergolong rendah atau belum tuntas yaitu mencapai 76. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka peneliti akan melanjutkan penelitian ke siklus I. Pada siklus I, hasil yang diperoleh belum memuaskan karena hanya 15 orang siswa (44,12) yang mencapai ketuntasan belajar dan 19 orang siswa (55,88) yang tidak tuntas. Namun setelah dilakukan perbaikan pada siklus II ternyata terjadi peningkatan. Dari 15 orang siswa (44,12) yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus I ternyata meningkat pada siklus II menjadi 30 orang siswa (88,24) yang mencapai ketuntasan belajar dan sebanyak 4 orang siswa (11,76) belum tuntas belajar. Dari penjelasan di atas, perubahan nilai siswa pada saat pre test, post tes siklus I, dan post tes siklus II dapat dilihat pada tabel berikut: 19

Nilai Yang Di Peroleh Tabel 2. Daftar Nilai Siswa Pre Test, Siklus I, dan Siklus II No Kode Siswa Pre Test Siklus I Siklus II Keterangan 1. 01 60 80 90 Tuntas 2. 02 60 60 80 Tuntas 3. 03 60 60 70 Tuntas 4. 04 50 50 70 Tuntas 5. 05 50 50 80 Tuntas 6. 06 60 70 80 Tuntas 7. 07 70 70 90 Tuntas 8. 08 60 60 80 Tuntas 9. 09 80 80 80 Tuntas 10. 10 60 70 80 Tuntas 11. 11 30 30 60 Belum tuntas 12. 12 60 60 70 Tuntas 13. 13 60 60 80 Tuntas 14. 14 60 80 90 Tuntas 15. 15 60 60 80 Tuntas 16. 16 50 50 80 Tuntas 17. 17 80 80 90 Tuntas 18. 18 60 70 80 Tuntas 19. 19 50 50 70 Tuntas 20. 20 60 60 80 Tuntas 21. 21 80 90 100 Tuntas 22. 22 80 80 90 Tuntas 23. 23 50 50 70 Tuntas 24. 24 40 40 60 Belum tuntas 25. 25 60 70 80 Tuntas 26. 26 40 40 60 Belum tuntas 27. 27 80 80 90 Tuntas 28. 28 70 70 80 Tuntas 29. 29 50 50 70 Tuntas 30. 30 60 60 70 Tuntas 31. 31 50 50 60 Belum tuntas 32. 32 80 80 80 Tuntas 33. 33 50 50 70 Tuntas 34. 34 60 80 80 Tuntas JUMLAH 2020 2140 2640 RATA- 59,41 62,94 77,64 RATA KETUN- TASAN KLASIKAL 23,52 44,11 88,23 Tuntas Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas belajar pada Pre Test sebanyak 8 orang siswa (23,53), yang tuntas pada siklus I sebanyak 15 orang siswa (44,12), dan yang tuntas pada siklus II sebanyak 30 orang siswa (88,24). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran problem solving pada pelajaran IPA materi pokok gaya tarik dan gaya dorong di kelas IV SD Negeri No. 064983 Medan, pembelajaran berhasil diterapkan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk lebih jelas peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel dan diagram batang berikut: Tabel 3. Peningkatan Nilai Rata- Rata Siswa No Jenis Tes Nilai Rata- Rata 1. Pre Test 59,41 2. Post Tes Siklus I 62,94 3. Post Tes Siklus II 77,64 100 50 Peningkatan Nilai Rata-Rata Siswa 77,64 59,41 62,94 0 Pretes Siklus I Siklus II Jenis Tes Gambar 2. Diagram Peningkatan Nilai Rata-Rata Siswa 20

Persentase () Tabel 4. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Secara Klasikal No. Jenis Tes Nilai Rata- Rata 1. Pre Test 23,52 2. Post Tes Siklus I 44,11 3. Post Tes Siklus II 88,23 Peningkatan Ketuntasan Klasikal 100 0 44.11 23.52 Jenis Tes 77.64 Gambar 3. Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa Secara Klasikal Dengan menggunakan model pembelajaran problem solving, hasil belajar siswa pada pelajaran IPA menjadi meningkat.selain itu, penggunaan model pembelajaran problem solving dapat merangsang rasa ingin tahu siswa dalam belajar dan membuat siswa menjadi aktif dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah diuraikan dalam BAB IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem solving pada mata pelajaran IPA materi pokok gaya tarik dan gaya dorong dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SD Negeri No. 064983 Medan Tahun Ajaran 2013/2014. 2. Sebelum pelaksanaan tindakan, terlebih dahulu dilakukan Pre Test. Dari nilai Pre Test siswa memperoleh nilai ratarata kelas sebesar 59,41 dan terdapat sebanyak 26 orang siswa (76,47) yang tidak tuntas dan sebanyak 8 orang siswa (23,52) yang tuntas. 3. Setelah pelaksanaan siklus I dengan menerapkan model problem solving diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 62,94 dan terdapat sebanyak 19 orang siswa (55,88) yang belum tuntas dan sebanyak 15 orang siswa (44,12) yang mencapai ketuntasan belajar. 4. Setelah pelaksanaan siklus II dengan menerapkan model problem solving diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 77,64 dan terdapat sebanyak 4 orang siswa (11,76) belum tuntas dan sebanyak 30 orang siswa (88,24) yang mencapai ketuntasan belajar. 5. Model pembelajaran problem solving dapat memberikan kondisi aktif kepada siswa dan siswa dapat berfikir kritis dan analisis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai. Saran Dari hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut: 1. Guru diharapkan menerapkan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan. 2. Kepada guru yang ingin menerapkan model pembelajaran problem solving sebaiknya mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari. 3. Dalam proses belajar mengajar, guru harus lebih mengaktifkan siswa seperti memberikan kesempatan bertanya maupun menjawab pertanyaan, 21

membuat kelompok belajar, mempersentasikan hasil kerja kelompok, dan lain-lain. 4. Model pembelajaran problem solving hendaknya diterapkan secara berkelanjutan baik untuk mata pelajaran IPA maupun mata pelajaran yang lain. 5. Pada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang sama pada penggunaan model pembelajaran problem solving sebaiknya melakukan penelitian secara tuntas dan dapat mengkombinasikan dengan metode yang lain agar pembelajaran lebih aktif dengan memperhatikan materi pokok yang diajarkan. 6. Bagi peneliti sendiri kiranya hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan suatu keterampilan serta pengetahuan untuk menambah wawasan dalam mendidik siswa khususnya siswa sekolah dasar (SD). RUJUKAN Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Dewi, Rosmala. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Medan: Dharma. Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, S.B, dan Zain, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, O. 2010.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Jauhar, M. 2011. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Nasution, S. 2009. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Riyanto, M. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sabri, Ahmad. 2010. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Ciputat Proses. Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Bandung : Prenada Media Group. Slameto. 2010. Belajardan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Usman, Moh Uzer.2009. Menjadi Guru Professional. Bandung: Remaja Rosdakarya. 22