KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF Purnama Ramellan 1), Edwin Musdi 2), dan Armiati 3)

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEAD TOGETHER(NHT) Abstract

STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF THE POWER OF TWO DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PROBLEM SOLVING

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS DAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING. Abstrak

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MELALUI PENDEKATAN PMR DALAM POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS. FMIPA UNP,

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

DAMPAK PEMBELAJARAN KELOMPOK INVESTIGASI DALAM BELAJAR MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN

MENGGUNAKAN MIND WEB UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA. Index Term- Mind Web, understanding of mathematical concepts

KEEFEKTIFAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MAHASISWA

PENERAPAN STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII SMPN 11 PADANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH METODE THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SMA

PENGARUH PENGGUNAAN HAND OUT DISERTAI MIND MAPPING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMPN 2 BATANG ANAI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia pendidikan menuntut guru untuk efektif dalam

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 3 PADANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK TALK WRITE DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA YANG DILENGKAPI MIND MAP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Ayu Handayani 1), Mukhni 2, dan Nilawasti ZA 3) Abstract

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang pendidikan yang di survey oleh Organisation for Economic

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG

PEMAHAMAN KONSEP LUAS DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DISERTAI PETA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR **) Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs. NEGERI BOJONG PADA MATERI STATISTIKA. Zuhrotunnisa ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PERTIWI 2 PADANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING(BBL) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP ISLAM RAUDHATUL JANNAH PAYAKUMBUH

METODE ACTIVE LEARNING TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPN 33 PADANG. Abstract

DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL COURSE REVIEW HOREY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X SMA NEGERI 13 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Balitbang Depdiknas (2003) menyatakan bahwa Mata pelajaran

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

MENINGKATKAN DAYA MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMAN 1 LUBUK ALUNG

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dikatakan kuasi eksperimen karena subjek penelitian tidak diacak sepenuhnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Rachma Kurniasi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DENGAN PETA PIKIRAN

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE STATEMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 26 PADANG

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 PAINAN MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE

Heru Maulana 1) Staf Pengajar Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Negeri Padang

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG

Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal Nicke Yulanda 1), Mukhni 2), Ahmad Fauzan 3) Abstract

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH KALKULUS II

Nidaul Khairi 1), Mukhni 2), Minora Longgom Nasution 3)

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CORE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 9 PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN. yang baik, di antaranya kemampuan pemecahan masalah; kemampuan. penalaran dan bukti; kemampuan komunikasi; kemampuan koneksi; dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taufik Rahman, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK

BAB II LANDASAN TEORI

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

PENERAPAN METODE SYNDICATE GROUP PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SASAK RANAH PASISIE KABUPATEN PASAMAN BARAT

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA

MENGKONSTRUKSI PENGETAHUAN SISWA PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT MENGGUNAKAN BAHAN AJAR INTERAKTIF MATEMATIKA BERBASIS KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu ilmu yang mendasari perkembangan kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. intelektual. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF Purnama Ramellan 1), Edwin Musdi 2), dan Armiati 3) 1) FMIPA UNP, email: Rame_04938@yahoo.com 2,3) Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP ABSTRACT Most of student are passive during learning processes. Student has difficulties in explaining their ideas to teachers and friends.students also has miss interpreting the meaning of problem then they difficult to presenting their solution correcty. It related to student s communication ability. Commnication is an ability that has important part to help students to explain their ideas written and orally to explain the situation. This paper will explain about mathematical communication ability, and one of the way that can be done to implement it is interactive learning. Keywords: mathematical communication ability, interactive learning PENDAHULUAN Matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat dan tepat. Matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir tetapi matematika sebagai wahana komunikasi antar siswa dan guru dengan siswa. Semua orang diharapkan dapat menggunakan bahasa matematika untuk mengkomunikasikan informasi maupun ide-ide yang diperolehnya. Banyak persoalan yang disampaikan dengan bahasa matematika, misalnya dengan menyajikan persoalan atau masalah kedalam model matematika yang dapat berupa diagram, persamaan matematika, grafik dan tabel. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien (Shadiq, 2004: 20). Setiap siswa harus belajar matematika dengan alasan bahwa matematika merupakan alat komunikasi yang sangat kuat, sistematis dan tepat karena matematika sangat erat dengan kehidupan kita. Dengan berkomunikasi siswa dapat meningkatkan kosa kata, mengembangkan kemampuan berbicara, menulis ide-ide secara sistematis, dan memiliki kemampuan belajar yang lebih baik. Menurut Greenes dan Schulman (dalam Armiati,2009: 3), pentingnya komunikasi karena beberapa hal yaitu untuk menyatakan ide melalui percakapan, tulisan, demonstrasi, dan melukiskan secara visual dalam tipe yang berbeda; memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide yang disajikan dalam tulisan atau dalam bentuk visual; mengkonstruksi, memginterpretasi, dan mengaitkan berbagai bentuk representasi ide dan berhubungannya; membuat pengamatan dan konkekture, merumuskan pertanyaan, membawa dan mengevaluasi informasi; menghasilkan dan menyatakan argumen secara persuasif. Senada dengan yang disampaikan Greenes dan Schulman (dalam Armiati,2009: 3), dan Van de Walle (2008: 5) menyatakan bahwa: cara terbaik untuk berhubungan dengan suatu ide adalah dengan mencoba menyampaikan ide tersebut pada orang lain. Kemampuan komunikasi matematika merupakan suatu hal yang sangat mendukung untuk seorang guru dalam memahami kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika. Hal ini didukung oleh NCTM dalam Van de Walle (2008:48) 77

mengungkapkan bahwa tanpa komunikasi dalam matematika, guru akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika. Komunikasi matematis adalah suatu keterampilan penting dalam matematika, menurut The Intended Learning Outcomes (dalam Armiati, 2009: 2), komunikasi matematis yaitu kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren kepada teman, guru, dan lainnya melalui bahasa lisan tulisan. Ini berarti dengan adanya komunikasi matematis guru dapat lebih memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasikan dan mengekspresikan pemahamannya tentang konsep yang mereka pelajari. Tetapi kenyataaanya banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam bermatematika. Bahkan kebanyakan siswa yang cerdas dalam matematika sering kurang mampu menyampaikan pemikirannya. Seolah-olah mereka tidak mau berbagi ilmu dengan yang lainnya. Jika hal ini terus dibiarkan maka siswa akan semakin kurang mampu berkomunikasi menggunakan matematika. Untuk itu perlu dilakukan inovasi pembelajaran yang dirancang agar siswa terbiasa mengkonstruksi pengetahuannya dan dapat menumbuh kembangkan kemampuan komunikasi matematis. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu melalui penerapan model pembelajaran interaktif. Model pembelajaran interaktif menekankan agar siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan malakukan aktivitas yang disediakan guru. Selain itu siswa juga mengkomunikasikan ide-ide matematikanya dengan memberikan penjelasan dan alasan dengan bahasa yang benar sehingga kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dikembangkan. Langkah-langkah pembelajaran interaktif adalah Advance Organizer (meninjau dan menyusun materi baru yang dipelajari dan menghubungkan dengan materi yang telah ada sebelumnya) kemudian Progressif Differentiation (pemisahan konsep-konsep), selanjutnya Integratif Reconciliation (mencek pemahaman siswa) (Haryono,2001:16). Asikin (2009: 28) lebih lanjut menjelaskan fase-fase dalam pembelajaran interaktif, yaitu: fase pertama guru mengorganisasikan kelas, fase kedua siswa melaksanakan aktivitas yang telah ditentukan guru, fase ketiga siswa mempresentasikan hasil kerjanya dan siswa lain memberi tanggapan, fase keempat menarik kesimpulan, dan fase kelima menilai unit materi. Adanya tahap siswa mempresentasikan hasil kerjanya dan siswa lain memberikan tanggapan terhadap hasil pekerjaan temannya dapat melatih siswa untuk mengekspresikan ideide matematikanya. Selain itu siswa juga dapat mengembangkan dan memperdalam pemahaman matematika mereka. Pada model pembelajaran interaktif ini, guru diharapkan mampu merancang pembelajaran yang mengaktifkan siswa mengkonstruksi pengetahuannya. Untuk mencapai hal tersebut, dalam penelitian ini model pembelajaran interaktif didukung dengan penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berbasis konstruktivis, sehingga siswa memiliki panduan khusus dalam menemukan konsep sendiri. Pendekatan konstruktivis yang termuat dalam LKS akan membimbing siswa untuk mengkonstruksi pemahamannya terhadap materi yang diajarkan. Selain itu, pendekatan konstruktivis dalam LKS juga membimbing siswa menjabarkan jawabannya secara matematis. Agar kemampuan komunikasi matematis siswa dapat lebih dikembangkan, maka diberikan latihan soal-soal yang memuat indikator komunikasi matematis. Dalam hal penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek komunikasi matematis siswa. Untuk menunjukkan kemampuan komunikasi matematis dapat digunakan beberapa indikator misalnya melalui menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram. Mengajukan dugaan dan melakukan manipulasi matematika sehingga siswa bisa menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan terhadap kebebasan solusi, dan akhirnya juga bisa memeriksa kesahihan suatu argumen (Depdiknas,2004: 65). Kemampuan komunikasi matematis siswa dapat 78

dilihat dari kemampuan siswa menemukan pola atau sifat dari gejala matematis serta mampu membuat generalisasi yang benar. Kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu penentu apakah siswa sudah paham terhadap konsep-konsep matematika yang telah dipelajari selama proses pembelajaran. Namun sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam bermatematika. Permasalahan yang ingin dibahas melalui makalah ini adalah apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran interaktif lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional?. Pembahasan ini telah dilakukan melalui sebuah penelitian. METODE PENELITIAN Untuk menjawab permasalahan di atas telah dilakukan penelitian pra-eksperimen. Model rancangan yang digunakan adalah Randomized Control Group Only Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung Raya yang terdaftar tahun pelajaran 2011/2012. Cara pengambilan sampel dengan random sampling, dengan kelas VIII 1 sebagai kelas eksperimen dan VIII 2 sebagai kelas kontrol. Jenis data dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan sekunder. Data primer diambil dari sampel melalui tes, guna melihat kemampuan komunikasi matematis siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data sekunder tentang jumlah siswa yang menjadi populasi dan sampel serta nilai ulangan harian 1 pada semester 1 siswa kelas VIII SMPN 1 Tanjung Raya tahun pelajaran 2011/2012. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes yang menuntut kemampuan komunikasi matematis. Untuk kebutuhan tersebut digunakan beberapa indikator yaitu (1) menyajikan pernyataan matematika melalui gambar, (2)menjelaskan strategi penyelesaian suatu masalah matematika. Selanjutnya (3)memeriksa kesahihan suatu argumen, dan (4)menyajikan solusi dari permasalahan secara rinci dan benar. Pemberian skor kemampuan komunikasi matematis siswa dimodifikasi dari rubrik penskoran holistik. Data dari penelitian ini dianalisis. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data diperoleh deskripsi statistik nilai dari kedua kelas sampel. Hasil perhitungan rata-rata dan standar deviasi tes akhir untuk kemampuan komunikasi secara lengkap dilihat pada Tabel 1 berikut. Keterangan: n = banyak siswa x = rata-rata S = standar deviasi X = skor tertinggi max X min = skor terendah n 1 = banyak siswa yang nilainya di bawah KKM n 2 = banyak siswa yang nilainya di atas KKM Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol. Nilai rata-rata kelas eksperimen yaitu 83,9 dan nilai rata-rata kelas kontrol yaitu 76,4. Dilihat dari KKM yang ditetapkan sekolah (KKM = 65), 30 orang siswa kelas eksperimen nilainya sudah berada di atas KKM dengan persentase ketuntasan 96,7%, sedangkan pada kelas kontrol 24 orang yang nilainya di atas KKM dengan persentase ketuntasan 81,2%. Data ini menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada tingkat ketuntasan belajar kelas kontrol. Peningkatan persentase ketuntasan kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dan sudah mencapai persentase ketuntasan klasikal. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran interaktif yang menekankan agar siswa 79

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Selain itu mengkomunikasikan pengetahuan yang didapatnya melalui presentasi dapat melatih dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Untuk menunjang data mengenai kemampuan komunikasi matematis, dilakukan analisis data terhadap LKS. Rata-rata nilai LKS tertinggi berada pada LKS 4 yaitu sebesar 96,3. Rata-rata nilai LKS terendah berada pada LKS 1 yaitu 77,1. Rendahnya nilai LKS 1 disebabkan karena siswa belum begitu terbiasa dalam mengkomunikasikan pemahamannya, namun pada pertemuan berikutnya siswa mengalami peningkatan. Hal ini berarti bahwa materi sudah dipahami dan dikuasai siswa dengan baik. Nilai rata-rata LKS jika ditampilkan dalam bentuk diagram batang terlihat seperti Gambar 1 berikut. PEMBAHASAN Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh kedua kelas sampel pada tes hasil belajar dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis kelas kontrol. Dilihat dari nilai terendah dari kedua kelas juga terlihat bahwa kelas kontrol memiliki nilai yang lebih rendah dari pada kelas eksperimen. Indikator kemampuan komunikasi yang umum digunakan dalam LKS dan tes adalah menyajikan pernyataan matematika melalui gambar dan tulisan, melakukan manipulasi matematika serta memeriksa kesahihan suatu argumen atau pernyataan. Dari hasil yang diperoleh siswa, terlihat bahwa sebagian besar siswa sudah dapat memenuhi indikator-indikator tersebut dengan cukup baik. Siswa sudah mampu menyajikan pernyataan matematika melalui gambar dan tulisan, memeriksa kesahihan suatu argumen atau pernyataan, melakukan manipulasi matematika dan menggunakan beberapa cara untuk mengecek pernyataan yang diberikan. Berikut contoh beberapa jawaban siswa dalam menyelesaikan soal kemampuan komunikasi matematis. Siswa 1 Gambar 1.Diagram Batang Nilai Rata-rata LKS untuk Kemampuan Komunikasi Matematis Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata LKS untuk kemampuan komunikasi matematis pada umumnya mengalami peningkatan yaitu dari LKS 1 sampai dengan LKS 4. Akan tetapi pada LKS 5 sedikit mengalami penurunan. Namun pada LKS ke-6 nilai rata-rata LKS kembali meningkat karena siswa sudah semakin terlatih dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Berdasarkan kenyataan ini dapat dikatakan siswa mengalami kemajuan pada kemampuan komunikasi matematis pada setiap pertemuan. Gambar 2. Lembar jawaban siswa 1 tentang aplikasi sifat-sifat kubus Ini adalah salah satu jawaban siswa untuk LKS 1, siswa belum terlatih dalam memberikan alasan dari solusi yang diberikan. Hal ini disebabkan karena siswa masih belum terbiasa dalam mengkomunikasikan pemahamannya dan masih kaget dengan pembelajaran interaktif ini. Namun sudah ada beberapa siswa yang sudah mampu 80

berkomunikasi secara matematis dengan cukup baik seperti berikut ini. Siswa 2 sistematis. Sehingga siswa bisa menafsirkan maksud dari soal yang diberikan dengan tepat. Selain itu siswa juga terlatih untuk menyajikan solusi dari permasalahan secara rinci dan benar. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh jawaban siswa keempat berikut ini. Siswa 4 Gambar 3. Lembar jawaban siswa 2 tentang aplikasi sifat-sifat kubus Untuk pertemuan berikutnya kemampuan komunikasi matematis siswa terus meningkat seperti yang ditunjukkan oleh jawaban siswa berikut ini. Siswa 3 Gambar 4. Lembar jawaban siswa 3 tentang luas permukaan kubus Jawaban siswa tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah mampu berkomunikasi secara matematis dengan baik. Siswa sudah mampu menyajikan pernyataan matematika melalui gambar dan tulisan serta siswa sudah mampu melakukan manipulasi matematika untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran interaktif ini siswa terus diarahkan pada konsep yang benar dan memisahkan konsep konsep umum ke dalam sub-sub rangkaian yang lebih spesifik melalui tahap Progressif Differentiation. Selain itu siswa juga dibimbing untuk menjelaskan pekerjaannya secara Gambar 5. Lembar jawaban siswa 4 dari soal cerita memeriksa kesahihan kebenaran mengenai panjang rusuk bila volume kubus diketahui Dari jawaban tersebut tampak bahwa siswa sudah memahami konsep dan berkomunikasi secara matematis dengan baik untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan. Siswa sudah bisa memeriksa kesahihan suatu argumen dengan menerapkan konsep yang sudah dikontruksi siswa sebelumnya. Secara umum berdasarkan jawaban-jawaban siswa yang dicantumkan di atas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya siswa sudah mampu untuk berkomunikasi secara matematis. Kemampuan komunikasi matematis siswa didukung dengan adanya presentasi dalam model pembelajaran interaktif. Pada tahap ini siswa diminta untuk mempresentasikan proses berpikirnya kepada teman-temannya dan siswa lainnya diminta untuk menanggapi hasil kerja tersebut. Setelah itu, guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan. Jadi model pembelajaran interaktif menekankan agar siswa mengomunikasikan pengetahuan yang didapatnya serta mengungkapkan ide-ide matematika menggunakan bahasa yang ia pahami dengan memberikan penjelasan dan alasan secara lisan maupun tulisan. Dengan adanya proses ini siswa dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematisnya. 81

KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran interaktif lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional di kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung Raya. Berdasarkan simpulan tersebut, dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Diharapkan kepada guru matematika untuk menggunakan model pembelajaran interaktif dalam pembelajaran di kelas. Bagi peneliti lain yang tertarik, diharapkan dalam menerapkan model pembelajaran interaktif ini, tidak hanya didukung dengan penggunaan LKS, tetapi juga didukung dengan modul, CD interaktif, dan yang lainnya sehingga bisa lebih bervariasi. DAFTAR PUSTAKA Asikin, Mohammad, 2009, Daspros Pembelajaran Matematika. http://www.scribd.com/doc/13425097 /diktat-kuliah-daspros-pemb-mat1. (diakses pada tangal11 Juni 2011) Depdiknas.2004. Pedoman Penilaian Kelas. Jakarta Haryono. 2001. Model Pembelajaran Interaktif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya. Shadiq, Fajar. 2004. Pemecahan masalah, penalaran, dan komunikasi. Bahan ajar. Yogyakarta: PPPG Matematika Yogyakarta. Van de Walle, John A. 2008. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta: Erlangga. Armiati. 2009. Komunikasi Matematis dan Pembelajaran Berbasis Masalah. Disajikan dalam Semnas Matematika UNPAR. Bandung. 82