KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 PAINAN MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE

Transkripsi

1 Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidi Matematika : Part 2 Hal 7-12 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 PAINAN MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE Nita Putri Utami 1), Mukhni 2), dan Jazwinarti 3) 1) FMIPA UNP, nitaputri144@yahoo.com 2,3) Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP Abstract Mathematical reasoning abilities students of class XI IPA SMAN 2 Painan still low, one cause the learning centered on teachers. To resolve this problem can be used the learning Think Pair Square (TPSq). So the purpose research to know the progress of mathematical reasoning ability students implement the learning during TPSq and to compaires of mathematical reasoning abilities students of class XI IPA SMAN 2 Painan by using TPSq and mathematical reasoning abilities students of class XI IPA SMAN 2 Painan by using conventional learning. The research used kuasi experiment, design with randomized Only Control Group Design. The results showed that students mathematical reasoning ability using TPSq had progressing. Mathematical reasoning abilities students are the learning to use Think Pair Square better than mathematical reasoning abilities students using conventional learning. Keywords Mathematical Reasoning Abilities, Think Pair Square PENDAHULUAN Matematika merupa salah satu mata pelajaran yang diajar pada setiap jenjang pendidi. Dengan mempelajari matematika dipersiap peserta didik agar dapat bersaing dengan mengguna pola pikir yang kreatif, inovatif dan imajinatif. Sejalan dengan itu matematika disebut juga sebagai ratu ilmu. Jadi jelas matematika sangatlah penting dalam kehidupan terutama dalam berbagai bidang ilmu, karena matematika membantu ilmu-ilmu lain dalam operasional kerja yang di laku. Contoh saja dalam bidang biologi, meteorologi, asuransi, operasi-operasi bisnis, dan berbagai bidang eksperimen lainnya tidak a pernah terlepas dari matematika. Berdasar Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika, tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu: (1)Memahami konsep matematika, menjelas keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasi konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2) Mengguna penalaran pada pola dan sifat, melaku manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelas gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecah masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesai model dan menafsir solusi yang diperoleh, (4) Mengomunikasi gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah [1]. Berdasar wawancara dengan guru mata pelajaran matematika pada tanggal 26 Agustus 2013 SMAN 2 Painan, guru tersebut mengungkap tujuan pembelajaran matematika belum tercapai secara optimal. Salah satunya kemampuan penalaran matematis siswa, sedang ketika wawancara dengan salah satu siswa pada tanggal 3 September 2013, siswa mengungkap bahwa mengerti dengan konsep yang dijelas guru tapi siswa merasa malas bertanya jika menemui kesulitan tentang soal-soal penalaran dan guru kurang memancing siswa untuk bertanya. Dari hasil pengamatan di SMAN 2 Painan kelas XI IPA pada tanggal 26 Agustus 2013 sampai tanggal 13 September 2013 tergambar bahwa aktivitas siswa pada pelajaran matematika masih rendah yang menyebab kemampuan penalaran matematis siswa juga rendah. Guru telah berusaha untuk mengatasi hal tersebut dengan menggilir pembelajaran a tetapi belum maksimal. Rendahnya kemampuan penalaran matematis siswa terbukti dari salah satu soal ulangan yang diberi guru yang berupa soal penalaran yaitu soal nomor 3, siswa menjadi kesulitan dalam menjawabnya. Guru memberi 3 soal, 2 diantaranya soal yang jawabannya tidak 7

2 Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidi Matematika : Part 2 Hal 7-12 membutuh tingkat kesulitan yang tinggi. Akibat rendahnya kemampuan penalaran matematis siswa, hasil belajar siswa pun rendah karena guru memberi bobot yang besar pada soal penalaran. Berikut jawaban ulangan harian I siswa yang menunjuk rendahnya kemampuan penalaran siswa: Gambar 1. Lembar Jawaban Ulangan Harian I Siswa Gambar 1 yang merupa jawaban ulangan harian siswa, menunjuk bahwa siswa masih kurang mampu menyusun bukti, memberi alasan/ bukti terhadap kebenaran solusi serta kurang mampu dalam manipulasi matematika, kesalahan tersebut hampir dilaku oleh seluruh siswa. Siswa telah benar menulis makna dari rata-rata kelas A dan kelas B yang terdapat pada soal, tampak siswa memahami konsep pada materi yang diuji. A tetapi siswa mulai keliru ketika melaku manipulasi dalam mencari rata-rata kelas A dan kelas B, yang diperoleh siswa merupa jumlah nilai kelas A dan jumlah nilai kelas B. Kemudian dalam menyusun bukti terhadap kebenaran solusi, siswa mengganti rata-rata kelas A dan rata-rata kelas B dengan jumlah nilai kelas A dan jumlah nilai kelas B yang diperoleh pada manipulasi sebelumnya. Hal ini memberi informasi rendahnya kemampuan penalaran matematis siswa. Hasil Ujian Tengah Semester siswa pun rendah disebab siswa banyak salah pada soal penalaran yang merupa 50 % dari soal tersebut. Menurut Fajar Shadiq (2004) penalaran merupa suatu kegiatan, suatu proses, atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibukti atau diasumsi sebelumnya [2]. penalaran juga merupa pola berfikir yang tinggi yang mencakup kemampuan berfikir secara logis dan sistematis. Sejalan dengan itu penalaran merupa suatu cara berfikir untuk menarik kesimpulan, baik kesimpulan yang bersifat umum yang ditarik dari halhal yang bersifat khusus maupun hal-hal yang bersifat umum dapat menjadi kesimpulan yang bersifat khusus. Menurut Keraf (1982:5) dalam Fajar Shadiq penalaran adalah proses berpikir yang berusaha menghubung-hubung fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kesimpulan [2]. Jadi pada intinya penalaran dapat diarti suatu proses pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasar fakta yang relevan. Indikator-indikator penalaran yang harus dicapai siswa berdasar Peraturan Dirjen Dikdasmen No.506/C/PP/2004 (Wardhani,2008): (1)Kemampuan menyaji pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram, (2) Kemampuan mengaju dugaan, (3) Kemampuan melaku manipulasi matematika, (4) Kemampuan menyusun bukti, memberi alasan /bukti terhadap kebenaran solusi, (5) Kemamapuan menarik kesimpulan dari pernyataan, (6) Memeriksa kesahihan suatu argument, (7) Menemu pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi [3]. Guru matematika bertanggung jawab untuk mengatasi masalah yang telah dijelas. Guru hendaknya dapat membuat siswa tertarik dan merubah pola belajar yang cendrung menerima menjadi lebih aktif dalam belajar sehingga siswa dapat mengguna penalarannya. Salah satu pembelajaran yang dapat diguna adalah TPSq (TPSq). TPSq cocok diguna karena siswa dapat melewati tahap-tahap yang memang siswa berfikir terlebih dahulu (think). Jika siswa memperoleh masalah siswa dapat mendiskusinya secara berpasangan (pair). Apabila masih jadi masalah siswa dapat mendiskusinya berkelompok (square), ini a meningkat aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesai masalah yang berkaitan dengan penalaran secara individu maupun kerjasama dengan siswa lainnya, sehingga pairtisipasi siswa dalam belajar lebih banyak [4]. Telah banyak dilaku penelitian tentang TPSq dengan kajian yang berbeda-beda. Diantaranya penelitian yang telah dilaku oleh Devi Silvia Rahimi dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TPSq dalam pembelajaran matematika di kelas XI IS SMAN 3 Pairiaman tahun pelajaran 2011/2012. Dalam pelaksanaannya, evaluasi kelompok dilaku dengan presentasi oleh perwakilan dengan cara mencatat hasil kerja kelompok kedepan papan tulis. Hasil penelitiannya menunjuk bahwa hasil belajar dan aktivitas siswa dengan mengguna model pembelajaran TPSq lebih baik dari pada mengguna pembelajaran konvensional. Kendala yang ditemui yaitu pada pelaksanaanya siswa masih ada yang bingung dengan tahap yang dilaksana, serta memberi saran untuk dapat melanjut pada pokok bahasan lainnya. Pokok bahasan pada saat penelitian adalah peluang. A tetapi peningkatannya tidak terlalu baik [5]. Penelitian lainnya juga dilaku oleh Nelly Meri Ichwani dengan judul penerapan model pembelajaran 8

3 Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidi Matematika : Part 2 Hal 7-12 kooperatif TPSq dalam pelajaran matematika pada siswa kelas X SMAN 2 Tarusan tahun pelajaran 2009/2010. Kesimpulan yang diperoleh hasil belajar dan aktivitas siswa kelas X SMAN 2 Tarusan yang diajar dengan menerap model pembelajaran kooperatif TPSq lebih baik dan meningkat dari pada pembelajaran konvensional. A tetapi kendalanya dalam pelaksanaanya masih ada juga siswa yang tidak melaku tahap think, peningkatan yang terjadi tidak terlalu signifi. Sarannya agar melaku penelitian pada pokok bahasan lain [6]. Berdasar penjelasan di atas, maka permasalahan yang dibahas Bagaimanakah perkembangan kemampuan penalaran matematis siswa selama diterap pembelajaran TPSq? dan apakah kemampuan penalaran matematis siswa yang mengguna pembelajaran TPSq lebih baik dibanding dengan pembelajaran konvensional? Sejalan dengan itu maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan kemampuan penalaran matematis siswa selama di terap pembelajaran TPSq dan untuk membanding kemampuan penalaran matematis siswa kelas XI IPA METODE PENELITIAN Penelitian ini tergolong penelitian kuasieksperimen [7]. Rancangan penelitian yang diguna adalah Randomized Control Group Only Design [8]. Rancangan tersebut dapat digambar dalam Tabel I berikut: TABEL I RANCANGAN PENELITIAN Kelas Perlakuan Tes Kelas eksperimen X T Kelas kontrol - T Pada penelitian ini dibutuh 2 kelas sampel, pengambilan sampel dilaku secara acak sehingga pada pengambilan pertama terambil kelas XI IPA 2 dijadi sebagai kelas eksperimen dan pada pengambilan kedua terambil kelas XI IPA 1 dijadi kelas kontrol. Variabel bebas merupa pembelajaran TPSq dan pembelajaran konvensional, sedang variabel terikat merupa kemampuan penalaran matematis siswa. Jenis data primer berupa tes akhir siswa yang soalnya dibuat berdasar indikator kemampuan penalaran matematis. Data sekunder berupa data nilai Mid Semester I siswa kelas XI IPA SMAN 2 Painan tahun pelajaran 2013/2014 dan jumlah siswa yang diperoleh dari tata usaha dan wakil bidang kesiswaan SMAN 2 Painan Instrumen penelitian berupa kuis dan tes akhir, kuis diguna untuk melihat perkembangan kemampuan penalaran matematis siswa dengan menerap pembelajaran TPSq yang diberi disetiap pertemuan di kelas eksperimen agar tidak terlalu jauh perbedaan perlakuan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, adakalanya guru memberi kuis di beberapa pertemuan pada kelas kontrol. Tes akhir diberi kepada kedua kelas sampel di akhir penelitian untuk melihat perbandingan kemampuan penalaran matematis siswa. Kuis dianalisis dengan menentu rata-rata kuis di setiap pertemuan, persentase ketuntasan dan menentu kriteria unjuk kerja yang dicapai siswa berdasar penilaian unjuk kerja Iryanti. Tes akhir dianalisis mengguna statistika uji t dengan bantuan software MINITAB [9]. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasar hasil penelitian di kelas XI IPA I dan XI IPA 2 SMAN 2 Painan dengan materi persamaan lingkaran dan persamaan garis singgung lingkaran. Indikator penalaran matematis siswa yang termuat dalam kuis dan tes akhir diguna sebagai alat pengukur kemampuan penalaran matematis siswa. Adapun indikator yang muncul adalah: (1)Kemampuan menyaji pernyataan matematika secara tertulis dan gambar, (2) Kemampuan melaku manipulasi matematika, (3) Kemampuan menyusun bukti, memberi alasan /bukti terhadap kebenaran solusi, (3) Kemamapuan menarik kesimpulan dari pernyataan. Kuis yang diperoleh, dapat dibuat rincian seperti yang terlihat pada Tabel II berikut: TABEL II RATA-RATA NILAI KUIS MATEMATIKA SISWA KELAS EKSPERIMEN Kuis I II III IV V Rata-rata Nilai Kuis Pada Tabel II dapat dilihat terjadi perkembangan rata-rata nilai kuis. Nilai kuis terendah terdapat pada pertemuan V, ini disebab materinya merupa persamaan garis singgung lingkaran yang membutuh ketelitian tinggi dan materi yang luas, sehingga siswa banyak yang tidak dapat menyelesai sampai kesimpulan. Sedang persentase ketuntasan nilai kuis dapat dilihat pada Tabel III berikut: TABEL III PERSENTASE KETUNTASAN NILAI KUIS SISWA I II III IV V Persentase Siswa yang Tuntas Berdasar Tabel III terlihat bahwa terjadi perkembangan persentase ketuntasan nilai kuis siswa berdasar KKM yang ditetap sekolah yaitu 75. Persentase siswa yang tuntas pada pertemuan I, II hingga III terjadi peningkatan dan persentase tertinggi terdapat pada pertemuan III, artinya terjadi perkembangan kemampuan penalaran matematis siswa lebih baik. Sedang persentase yang paling rendah terdapat pada pertemuan V, ini disebab materi yang diuji yaitu 9

4 Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidi Matematika : Part 2 Hal 7-12 persamaan garis singgung lingkaran membutuh tingkat ketelitian, kesulitan yang tinggi. TABEL IV PERSENTASE PENALARAN MATEMATIS SISWA PERINDIKATOR PERKUIS Indikator Penalaran Matematis I II III IV V Siswa Berdasar Tabel IV, ketercapaian indikator menyaji pernyataan matematika secara tertulis dan gambar tampak terjadi perkembangan. Persentase yang paling rendah terjadi pada pertemuan kedua, materi persamaan umum lingkaran, siswa kurang memperhati dan menulis apa yang diinformasi pada soal. A tetapi dari pertemuan I sampai V, kemampuan menyaji pernyataan matematika secara tertulis dan gambar telah meningkat menjadi lebih baik, kerena lebih dari sebagian siswa dapat menyaji pernyataan matematika secara tertulis dan gambar dengan benar. Ketercapaian indikator melaku manipulasi matematika terjadi perkembangan seperti yang terlihat pada Tabel IV. Pada pertemuan IV terjadi persentase yang paling rendah yaitu materi hubungan garis dan lingkaran, disini dibutuh ketelitian dan siswa banyak yang terjebak. A tetapi dari pertemuan I sampai pertemuan V terjadi perkembangan kemampuan melaku manipulasi matematika lebih baik, karena sebagian besar siswa telah mampu melaku manipulasi matematika dengan benar. Berdasar Tabel IV, terlihat ketercapaian kemampuan menyusun bukti, memberi alasan/ bukti terhadap kebenaran solusi terjadi perkembangan. Pada pertemuan V terjadi persentase yang paling rendah yaitu materi persamaan garis singgung lingkaran melalui sebuah tituk, ini disebab materi yang sangat luas. A tetapi dari pertemuan I sampai V terjadi perkembangan kemampuan menyusun bukti, memberi alasan/ bukti terhadap kebenaran solusi lebih baik, karena lebik dari sebagian siswa telah mampu menyusun bukti, memberi alasan/bukti terhadap kebenaran solusi. Ketercapaian indikator kemampuan menarik kesimpulan dari suatu pernyataan terjadi perkembangan seperti terlihat pada Tabel IV. Pada pertemuan I sampai III terjadi perkembangan kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan lebih baik, karena lebih dari sebagian siswa telah mampu menarik kesimpulan dari pernyataan dengan benar. A tetapi pada pertemuan IV dan V terjadi penurunan ini disebab materi kuis yang membutuh tingkat ketelitian yang cukup luas dan kesukaran yang tinggi. TABEL V KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYAJIKAN PERNYATAAN MATEMATIKA SECARA TERTULIS DAN GAMBAR Tidak memuas I II III IV V Pada Tabel V dapat dilihat dari kuis I yang merupa materi persamaan lingkaran yang berpusat di O(0,0) dan A(a,b), sebagian besar siswa berada pada posisi memuas dan sangat memuas. Sedang kuis II sebagian besar siswa mendapat tingkat tidak memuas dan kurang memuas jadi terjadi penurunan dari kuis I. Ini disebab karena soal kuis memberi informasi yang membutuh penalaran dalam memahami informasi pada soal, dan kebanya siswa tidak menulis semua informasi pada soal. Pada kuis terakhir terlihat terjadi peningkatan perkembangan siswa dalam menyaji pernyataan matematika secara tertulis dan gambar dengan persentase sangat memuas yang paling tinggi yaitu %. Jadi lebih dari sebagian siswa telah mampu menyaji pernyataan matematika secara tertulis dengan benar dan langkap. Jika indikator 1 dipilah menjadi 2 bagian dengan menggabung skala 1 dan 2 menjadi tidak tepat, kemudian menggabung skala 3 dan 4 menjadi tepat. Pada Tabel VI pertemuan I sampai V kecuali pertemuan II lebih besar persentase tepat dibanding persentase tidak tepat. Jadi lebih dari sebagian siswa telah mampu menyaji pernyataan matematika secara tertulis dengan benar dan langkap. TABEL VI KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYAJIKAN PERNYATAAN MATEMATIKA SECARA TERTULIS DAN GAMBAR Tidak Tepat Tepat I II III IV V

5 Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidi Matematika : Part 2 Hal 7-12 TABEL VII KEMAMPUAN SISWA DALAM MELAKUKAN MANIPULASI MATEMATIKA Tidak Memu as Memua s memuas I II III IV V Pada Tabel VII terlihat kuis IV dan III terjadi penurunan yang disebab materi posisi garis dan titik terhadap lingkaran membutuh tingkat ketelitian yang tinggi. Sedang pada kuis terakhir terlihat terjadi peningkatan perkembangan siswa dalam melaku manipulasi matematika dari pertemuan pertama karena persentase yang paling tinggi tingkat sangat memuas yaitu %. Jadi lebih dari sebagian siswa telah mampu melaku manipulasi matematika dengan benar dan langkap. TABEL VIII KEMAMPUAN SISWA DALAM MELAKUKAN MANIPULASI MATEMATIKA Tidak Benar Benar I II III IV V Jika indikator 2 dipilah menjadi 2 bagian dengan menggabung skala 1 dan 2 menjadi tidak benar, kemudian menggabung skala 3 dan 4 menjadi benar. Pada Tabel VIII pertemuan I sampai V lebih besar persentase benar dibanding persentase tidak benar. Jadi lebih dari sebagian siswa telah mampu melaku manipulasi matematika dengan benar dan lengkap. TABEL IX KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYUSUN BUKTI, MEMBERIKAN ALASAN /BUKTI TERHADAP KEBENARAN SOLUSI Tidak I II III IV V memuas Pada Tabel XI terlihat terjadi peningkatan kuis I dari kuis II ini menunjuk perkembangan kemampuan penalaran menjadi lebih baik. Pada kuis III, IV dan V terjadi penurununan dari kuis I dan II ini disebab materi pada kuis I dan II merupa persamaan lingkaran yang berpusat di O(0,0) dan A(a,b) merupa materi yang tidak terlalu sulit, a tetapi pada kuis III, IV dan V agak sulit dan butuh ketelitian yang tinggi. Jika indikator 3 dipilah menjadi 2 bagian dengan menggabung skala 1 dan 2 menjadi tidak benar, kemudian menggabung skala 3 dan 4 menjadi benar. Pada Tabel X pertemuan I sampai V lebih besar persentase tepat dibanding persentase tidak tepat. Jadi lebih dari sebagian siswa telah mampu menyusun bukti, memberi alasan/ bukti terhadap kebenaran solusi dengan benar dan lengkap. TABEL X KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYUSUN BUKTI, MEMBERIKAN ALASAN /BUKTI TERHADAP KEBENARAN SOLUSI Tidak Benar Benar I II III IV V Berikut jawaban siswa yang menunju rendahnya kemampuan manipulasi matematika pada kuis V, sehingga nilai kuis V menurun: Dari jawaban di atas dapat dilihat bahwa siswa telah mampu menyaji pernyataan matematika secara tertulis dan gambar, melaku manipulasi dengan benar dan lengkap. A tetapi siswa belum benar menyusun bukti, memberi alasan/ bukti terhadap kebenaran solusi serta belum benar menarik kesimpulan dari pernyataan. Berikut jawaban siswa yang menjawab benar. TABEL XI KEMAMPUAN SISWA DALAM MENARIK KESIMPULAN DARI PERNYATAAN Tidak memua s I II III IV V Pada Tabel XI terlihat terjadi peningkatan pada kuis II dan III. Ini menunjuk terjadinya perkembangan kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dari pernyataan menjadi lebih baik. Pada kuis IV dan V terjadi 11

6 Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidi Matematika : Part 2 Hal 7-12 penurununan dari kuis I, II dan III ini disebab materi pada kuis I dan II merupa persamaan lingkaran yang berpusat di O(0,0) dan A(a,b) merupa materi yang penyelesaiannya membutuh ketelitian dan kesukaran yang tidak terlalu sulit, dibanding kuis IV dan V. Berikut jawaban siswa pada kuis IV yang menunjuk rendahnya kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan. TABEL XII KEMAMPUAN SISWA DALAM MENARIK KESIMPULAN DARI PERNYATAAN Tidak Tepat Tepat I II III IV V Jika indikator 4 dipilah menjadi 2 bagian dengan menggabung skala 1 dan 2 menjadi tidak tepat, kemudian menggabung skala 3 dan 4 menjadi tepat. Pada Tabel VI pertemuan I sampai III lebih besar persentase tepat dibanding persentase tidak tepat. Jadi lebih dari sebagian siswa telah mampu menarik kesimpulan dari pernyataan dengan benar dan lengkap. Ini menunjuk terjadi peningkatan kemampuan menarik kesimpulan dari pernayataan. A tetapi pada kuis IV dan V terjadi penurunan. Jadi dapat disimpul perkembangan kemampuan penalaran matematis siswa dari pertemuan I hingga pertemuan V mengalami perkembangan berupa peningkatan dan penurunan. Ini disebab dari 4 indikator yang muncul dalam penelitian ini, indikator kemampuan menyaji pernyataan matematika secara tertulis dan gambar, kemampuan melaku manipulasi mengalami peningkatan dari pertemuan I hingga pertemuan V. Sedang indikator kemampuan menyusun bukti memberi alasan /bukti terhadap kebenaran solusi, kemampuan menarik kesimpulan mengalami peningkatan dari pertemuan I hingga III dan penurunan dari pertemuan IV dan V. Ini disebab materi pada pertemuan IV dan V merupa materi hubungan garis dan lingkaran, persamaan garis singgung lingkaran yang materinya membutuh tingkat ketelitian yang tinggi dan cakupannya luas, sehingga siswa tidak efektif untuk menyelesai dalam kuis. Kesimpulan secara umum bahwa pembelajaran TPSq masih belum bisa meningkata kemampuan penalaran matematis siswa pada materi yang tingkat kesulitan, ketelitian yang tinggi sehingga pada materi ini diharap guru harus banyak membimbing siswa. TABEL XIII HASIL TES AKHIR SISWA Kelas N Xmaks Xmin Eksperimen Kontrol Kemampuan penalaran matematis siswa kelas sampel berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen, maka untuk uji hipotesis dilaku uji kesamaan dua ratarata (uji-t) dengan bantuan software MINITAB diperoleh P- value = 0,020 karena P-value < α, maka tolak H0 atau terima H1. Jadi, kemampuan penalaran matematis siswa yang mengguna pembelajaran TPSq lebih baik dari pada kemampuan penalaran matematis siswa yang mengguna pembelajaran konvensional pada siswa kelas XI IPA SMAN 2 Painan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasar hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa:(1) P erkembangan penalaran matematis siswa mengalami peningkatan dan penurunan dengan menerap pembelajaran TPSq dalam pembelajaran matematika. Penurunan perkembangan kemampuan penalaran matematis siswa ditemui pada materi yang tingkat kesulitan, ketelitian yang lebih tinggi yaitu materi hubungan garis dengan lingkaran dan persamaan garis singgung lingkaran melalui sebuah titik. (2) Penalaran matematis siswa dengan menerap pembelajaran TPSq lebih baik daripada penalaran matematis siswa dengan menerap pembelajaran konvensional di SMAN 2 Painan. REFERENSI [1] Peraturan Menteri Pendidi Nasional No. 22 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 tentang Standar Isi. [2] Shadiq, Fadjar Kemahiran Matematika. Yogyakarta: Depertemen Pendidi Nasional. [3] Depdiknas. (2004). Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: PPG Matematika. [4] Lie, Anita Cooperative Learning. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia. [5] Rahimi,Devi Silvia Penerapan Model Pembela jaran Kooperatif Tipe Think Pair Square dalam pembelajaran matematika di kelas XI IS SMAN 3 Pairiaman. Skripsi. Padang :Universitas Negeri Padang. [6] Ichwani, Nelly Meri Penerapan model pembelajaran kooperatif TPSq dalam pelajaran matematika pada siswa kelas X SMAN 2 Tarusan tahun pelajaran 2009/2010.Skripsi. Padang: UNP. [7] Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (edisi rev). Jakarta: Rineka Cipta. [8] Suryabrata, Sumadi. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Gratindo Persada. [9] Sudjana Metode Statistika. Bandung: Tarsito Bandung. 12