Anggaran Rumah Tangga Tunas Indonesia Raya (TIDAR)

dokumen-dokumen yang mirip
ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA

:: LDII Sebagai Ormas/Anggaran Rumah Tangga:

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR MEKANIKAL ELEKTRIKAL INDONESIA ( A S K O M E L I N ) BAB I UMUM Pasal 1 DASAR 1. Anggaran Rumah Tangga ini

ANGGARAN RUMAH TANGGA

KETETAPAN MUSYAWARAH ANGGOTA XVIII PERSATUAN PELAJAR INDONESIA UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA (PPI UTM) Nomor: 005/MAXVIII/PPI-UTM/X/2014 TENTANG

ASOSIASI PENELITI KESEHATAN INDONESIA APKESI ANGGARAN DASAR (AD)

ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT INDOSAT BAB I NAMA, SIFAT, JANGKA WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1 Nama

ANGGARAN DASAR MUSYAWARAH ANGGOTA XVII PERSATUAN PELAJAR INDONESIA UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA (PPI-UTM) Sabtu, 2 November 2013 MUKADDIMAH

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN BANK PERKREDITAN RAKYAT INDONESIA (PERBARINDO) MUKADIMAH

BAB I NAMA, BENTUK, TEMPAT KEDUDUKAN DAN WAKTU

ANGGARAN DASAR PERMAHI (PERHIMPUNAN MAHASISWA HUKUM INDONESIA) PEMBUKAAN

PERATURAN ORGANISASI

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

ANGGARAN DASAR (AD) AMAN Ditetapkan oleh Kongres Masyarakat Adat Nusantara Ke-Empat (KMAN IV) Tobelo, 24 April 2012

RANCANGAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA DI HSINCHU TAHUN 2014

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

ANGGARAN DASAR KONGRES ADVOKAT INDONESIA (PERUBAHAN PERTAMA) TAHUN 2016 PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH

BAB I UMUM. Pasal 1. (1) Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar ORARI yang telah disahkan dalam Munas khusus ORARI tahun 2003

BAB I UMUM. Pasal 1 LANDASAN PENYUSUNAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 SYARAT KEANGGGOTAAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI)

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

A N G G A R A N D A S A R

Bab I LAMBANG ASASI. Pasal 1. Lambang ASASI berupa perpaduan simbol toga dan buku dengan tulisan ASASI di tengahnya, dengan warna hitam putih.

ANGGARAN DASAR IKATAN PEMUDA TIONGHOA INDONESIA PEMBUKAAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

WALIKOTA BANJARMASIN

PERATURAN ORGANISASI

ANGGARAN DASAR KONGRES IX, 15 NOVEMBER 2015 BAB I PERHIMPUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS,

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PERWAKILAN MAHASISWA

ANGGARAN DASAR ALIANSI MASYARAKAT ADAT NUSANTARA (AMAN) Ditetapkan oleh Kongres Masyarakat Adat Nusantara Ke-Lima (KMAN V) Deli Serdang, 19 Maret 2017

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA

PERSEKUTUAN KELUARGA BESAR SAMALELAWAY NEGERI URIMESSING KECAMATAN NUSANIWE

ANGGARAN RUMAH TANGGA DEWAN PENGURUS PUSART IKATAN KELUARGA ALUMNI INSTITUT MANAJEMEN KOPERSI INDONESIA

ANGGARAN DASAR PARTAI PENGUSAHA DAN PEKERJA INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 003/ PP.IAI/1418/IV/2014. Tentang

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA. PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSATUAN GOLF INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 DASAR BAB II UMUM. Pasal 2 SYARAT SYARAT MENJADI ANGGOTA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

ANGGARAN DASAR ASOSIASI KURATOR DAN PENGURUS INDONESIA

ASOSIASI AHLI MANAJEMEN ASURANSI INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

MERCEDES BENZ CLUB MEDAN (MBCM) ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN SURVEYOR INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1. Pasal 2. Pasal 3

MUKADIMAH. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa

KONGRES XI IKATAN SARJANA PETERNAKAN INDONESIA Nomor : 05/KONGRES XI-ISPI/XI/2014. Tentang: ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART)

PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA DI LEIDEN (Indonesian Students Association in Leiden)

ANGGARAN DASAR ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (AIPTKMI) BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BAB II KEANGGOTAAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

ANGGARAN RUMAH TANGGA GABUNGAN INDUSTRI PENGERJAAN LOGAM DAN MESIN INDONESIA BAB I LANDASAN PENYUSUNAN

ANGGARAN DASAR FORUM KOMUNIKASI MASYARAKAT KP. BATU GEDE RW. 07 TAHUN Mukadimah

Anggaran Rumah Tangga Daihatsu Zebra Club (ZEC)

ANGGARAN DASAR PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

Lampiran SURAT KEPUTUSAN Nomor: 006/MUNASLUB/APKOMINDO/III/2014. Tentang

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG

ANGGARAN DASAR FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI)

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PERUBAHAN KE VII

BUPATI LOMBOK TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

ASOSIASI PENGUSAHA DAN PEMILIK ALAT KONSTRUKSI INDONESIA ( APPAKSI ) ANGGARAN DASAR

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN

DAFTAR ISI ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM BELA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA K N P I

DAFTAR ISI BAB V LAMBANG 51

ANGGARAN RUMAH TANGGA

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 9 TAHUN 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG

STANDAR ADMINISTRASI KELEMBAGAAN KIM

ANGGARAN DASAR KLUB BOLA BASKET COUGAR (COUGAR BASKETBALL CLUB)

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

K O M I S I I N F O R M A S I

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERMAHI (PERHIMPUNAN MAHASISWA HUKUM INDONESIA) ANGGARAN RUMAH TANGGA PERMAHI (PERHIMPUNAN MAHASISWA HUKUM INDONESIA)

Pasal 4 Kewajiban anggota : 1. Setiap anggota HMTI UGM wajib menaati segala ketentuan yang tercantum dalam AD/ART HMTI UGM. 2. Setiap anggota HMTI UGM

Transkripsi:

Anggaran Rumah Tangga Tunas Indonesia Raya (TIDAR) BAB I PENGERTIAN UMUM Pasal 1 Tunas Indonesia Raya adalah organisasi pemuda Indonesia yang berfungsi untuk menyerap, menampung dan menyalurkan aspirasi pemuda Indonesia, yang meliputi segala aspek yang berlaku di dalam masyarakat Indonesia, agar dapat memberikan kontribusi yang berarti kepada nusa dan bangsa, tanpa membedakan suku, agama dan ras. BAB II KEORGANISASIAN & KEPENGURUSAN Pasal 2 Watak Keorganisasian Tunas Indonesia Raya merupakan organisasi kepemudaan yang berwatak: 1. Demokratis Demokratis merupakan watak dasar dari seluruh perjuangan organisasi, dengan watak demokratis, setiap anggota organisasi dapat mengedepankan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi. 2. Merdeka Merdeka merupakan bentuk ekspresi diri dalam mencapai potensi pribadi, mencerminkan pribadi yang bebas untuk berkarya, mengeluarkan pendapat dan pikiran, dengan berpegang teguh pada rasa tanggung jawab. 3. Pantang menyerah Pantang menyerah merupakan sikap tidak mudah putus asa, dengan watak pantang menyerah, setiap anggota organisasi dapat bangkit di dalam keterpurukan dan berjuang menghadapi setiap masalah, sehingga dapat mencapai usaha maksimal. 4. Berpendirian Berpendirian merupakan sikap untuk bertindak sesuai dengan prinsip, dengan watak berpendirian, anggota organisasi dapat memiliki motivasi kuat dan selalu mengutamakan komitmen. 1

5. Terbuka Terbuka merupakan perilaku yang siap untuk menerima perubahan, dengan watak terbuka, anggota organisasi dapat menerima pendapat dan tidak tertutup akan hal baru. 6. Taat Hukum Taat Hukum merupakan perilaku yang menerapkan keadilan dan norma hukum yang berlaku di dalam masyarakat dan Negara. Pasal 3 Fungsi Struktural Kepengurusan 1. Pengurus Pusat adalah kepengurusan di tingkat Nasional yang berfungsi menumbuhkan, menghidupkan, mengarahkan dan mengkoordinasikan Pengurus Daerah, Pengurus Cabang dan Pengurus Anak Cabang Tunas Indonesia Raya yang berada di wilayah Indonesia. 2. Pengurus Daerah adalah kepengurusan di tingkat Provinsi yang berfungsi menumbuhkan, mengarahkan dan mengkoordinasikan Pengurus Cabang Tunas Indonesia Raya yang berada di wilayah Provinsi tersebut. 3. Pengurus Cabang adalah kepengurusan di tingkat Kabupaten/Kotamadya yang berfungsi menumbuhkan, mengarahkan dan mengkoordinasikan Pengurus Anak Cabang Tunas Indonesia Raya di wilayah Kabupaten/Kotamadya tersebut. 4. Pengurus Anak Cabang adalah kepengurusan di tingkat Kecamatan yang berfungsi menumbuhkan, mengarahkan dan mengkoordinasikan anggota Tunas Indonesia Raya di wilayah kecamatan tersebut. BAB III KETUA UMUM, KETUA PENGURUS DAERAH, KETUA PENGURUS CABANG & KETUA PENGURUS ANAK CABANG Pasal 4 Syarat Ketua Umum Untuk dapat dipilih sebagai Ketua Umum Organisasi, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Kader Organisasi, 2. Bertaqwa kepada Tuhan YME, 3. Sehat jasmani dan rohani, 4. Maksimal berumur 35 (tiga puluh lima) tahun, 5. Telah mengikuti Pelatihan Kaderisasi yang diberikan oleh Pengurus Pusat, 6. Pernah menjadi Pengurus Pusat Tunas Indonesia Raya, 7. Berdomisili di Jakarta. 2

Pasal 5 Pemilihan Ketua Umum 1. Ketua Umum dipilih melalui Kongres, sebagaimana diatur dalam pasal 18 ayat 2 Anggaran Dasar. 2. Ketua Umum dapat dipilih secara aklamasi oleh peserta Kongres. 3. Dalam hal Ketua Umum tidak terpilih secara aklamasi, maka akan diambil keputusan tentang pemilihan Ketua Umum yang sekurang-kurangnya disetujui lebih dari setengah jumlah peserta yang hadir pada Kongres. Pasal 6 Masa Jabatan Ketua Umum Masa jabatan Ketua Umum adalah 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali pada periode kepengurusan berikutnya melalui Kongres. Pasal 7 Berakhirnya Masa Jabatan Ketua Umum 1. Ketua Umum berhenti atau diberhentikan karena : a. Meninggal Dunia, b. Berakhirnya masa jabatan, c. Mengundurkan diri, d. Menjadi terpidana. 2. Dalam hal Ketua Umum berhenti atau diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, maka Wakil Ketua Umum akan menjadi pelaksana tugas Ketua Umum, sampai dengan dilaksanakan Kongres Luar Biasa untuk memilih dan menetapkan Ketua Umum. 3. Pelaksana tugas Ketua Umum, harus melaksanakan Kongres Luar Biasa yang dimaksud pada ayat 2, selambat-lambatnya 1 tahun sejak Ketua Umum berhenti atau diberhentikan. Pasal 8 Syarat Ketua Pengurus Daerah Untuk dapat dipilih sebagai Ketua Pengurus Daerah Organisasi, harus memenuhi persyaratan sebgai berikut : 1. Kader Organisasi, 2. Bertaqwa kepada Tuhan YME, 3. Sehat jasmani dan rohani, 4. Maksimal berumur 35 (tiga puluh lima) tahun, 5. Telah mengikuti Pelatihan Kaderisasi yang diberikan oleh Pengurus Pusat, 6. Berdomisili di provinsi setempat. 3

Pasal 9 Pemilihan Ketua Pengurus Daerah 1. Ketua Pengurus Daerah dipilih melalui Musyawarah Daerah, sebagaimana diatur dalam pasal 19 Ayat 2 Anggaran Dasar, 2. Ketua Pengurus Daerah dapat dipilih secara aklamasi oleh peserta Musyawarah Daerah, 3. Dalam hal Ketua Pengurus Daerah tidak terpilih secara aklamasi, maka akan diambil keputusan tentang pemilihan Ketua Pengurus Daerah yang sekurang-kurangnya disetujui lebih dari setengah jumlah peserta yang hadir pada Musyawarah Daerah. Pasal 10 Masa Jabatan Ketua Pengurus Daerah Masa jabatan Pengurus Daerah adalah 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali pada periode kepengurusan berikutnya melalui Musyawarah Daerah. Pasal 11 Berakhirnya Masa Jabatan Ketua Pengurus Daerah 1. Ketua Pengurus Daerah berhenti atau diberhentikan karena : a. Meninggal Dunia, b. Berakhirnya masa jabatan, c. Mengundurkan diri, d. Menjadi terpidana. 2. Dalam hal Ketua Pengurus Daerah berhenti atau diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, maka Wakil Ketua akan menjadi pelaksana tugas Ketua Pengurus Daerah, sampai dengan dilaksanakan Musyawarah Daerah Luar Biasa untuk memilih dan menetapkan Ketua Pengurus Daerah. 3. Pelaksana tugas Ketua Pengurus Daerah, harus melaksanakan Musyawarah Daerah Luar Biasa yang dimaksud pada ayat 2, selambat-lambatnya 1 tahun sejak Ketua Pengurus Daerah berhenti atau diberhentikan. Pasal 12 Syarat Ketua Pengurus Cabang Untuk dapat dipilih sebagai Ketua Pengurus Cabang Organisasi, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Kader Organisasi, 2. Bertaqwa kepada Tuhan YME, 3. Sehat jasmani dan rohani, 4. Maksimal berumur 35 (tiga puluh lima) tahun, 5. Telah mengikuti Pelatihan Kaderisasi yang diberikan oleh Pengurus Pusat, 6. Berdomisili di Kabupaten/Kota setempat. 4

Pasal 13 Pemilihan Ketua Pengurus Cabang 1. Ketua Pengurus Cabang dipilih melalui Musyawarah Cabang, sebagaimana diatur dalam pasal 20 ayat 2 Anggaran Dasar, 2. Ketua Pengurus Cabang dapat dipilih secara aklamasi oleh peserta Musyawarah Cabang, 3. Dalam hal Ketua Pengurus Cabang tidak terpilih secara aklamasi, maka akan diambil keputusan tentang pemilihan Ketua Pengurus Cabang yang sekurang-kurangnya disetujui lebih dari setengah jumlah peserta yang hadir pada Musyawarah Cabang. Pasal 14 Masa Jabatan Ketua Pengurus Cabang Masa jabatan Ketua Pengurus Cabang adalah 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali pada periode kepengurusan berikutnya melalui Musyawarah Cabang. Pasal 15 Berakhirnya Masa Jabatan Ketua Pengurus Cabang 1. Ketua Pengurus Cabang berhenti atau diberhentikan karena : a. Meninggal Dunia, b. Berakhirnya masa jabatan, c. Mengundurkan diri, d. Menjadi terpidana. 2. Dalam hal Ketua Pengurus Cabang berhenti atau diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, maka Wakil Ketua akan menjadi pelaksana tugas Ketua Pengurus Cabang, sampai dengan dilaksanakan Musyawarah Cabang Luar Biasa untuk memilih dan menetapkan Ketua Pengurus Cabang. 3. Pelaksana tugas Ketua Pengurus Cabang, harus melaksanakan Musyawarah Cabang Luar Biasa yang dimaksud pada ayat 2, selambat-lambatnya 1 tahun sejak Ketua Pengurus Cabang berhenti atau diberhentikan. Pasal 16 Syarat Ketua Pengurus Anak Cabang Untuk dapat dipilih sebagai Ketua Pengurus Anak Cabang Organisasi, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Kader Organisasi, 2. Bertaqwa kepada Tuhan YME, 3. Sehat jasmani dan rohani, 4. Maksimal berumur 35 (tiga puluh lima) tahun, 5. Telah mengikuti Pelatihan Kaderisasi yang diberikan oleh Pengurus Pusat, 5

6. Berdomisili di Kecamatan setempat. Pasal 17 Pemilihan Ketua Pengurus Anak Cabang 1. Ketua Pengurus Anak Cabang dipilih melalui Musyawarah Anak Cabang, sebagaimana diatur dalam pasal 21 ayat 2 Anggaran Dasar. 2. Ketua Pengurus Anak Cabang dapat dipilih secara aklamasi oleh peserta Musyawarah Anak Cabang. 3. Dalam hal Ketua Pengurus Anak Cabang tidak terpilih secara aklamasi, maka akan diambil keputusan tentang pemilihan Ketua Pengurus Anak Cabang yang sekurang-kurangnya disetujui lebih dari setengah jumlah peserta yang hadir pada Musyawarah Anak Cabang. Pasal 18 Masa Jabatan Ketua Pengurus Anak Cabang Masa jabatan Ketua Pengurus Anak Cabang adalah 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali pada periode kepengurusan berikutnya melalui Musyawarah Anak Cabang. Pasal 19 Berakhirnya Masa Jabatan Ketua Pengurus Anak Cabang 1. Ketua Pengurus Anak Cabang berhenti atau diberhentikan karena : a. Meninggal Dunia, b. Berakhirnya masa jabatan, c. Mengundurkan diri, d. Menjadi terpidana. 2. Dalam hal Ketua Pengurus Anak Cabang berhenti atau diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, maka Wakil Ketua akan menjadi pelaksana tugas Ketua Pengurus Anak Cabang, sampai dengan dilaksanakan Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa untuk memilih dan menetapkan Ketua Pengurus Cabang. 3. Pelaksana tugas Ketua Pengurus Anak Cabang, harus melaksanakan Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa yang dimaksud pada ayat 2, selambat-lambatnya 1 tahun sejak Ketua Pengurus Anak Cabang berhenti atau diberhentikan. BAB IV ANGGOTA & KADER Pasal 20 Syarat Keanggotaan Syarat menjadi Anggota Tunas Indonesia Raya adalah: 1. Warga Negara Indonesia, 6

2. Berusia maksimum 35 (tiga puluh lima) tahun, 3. Bersedia mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan peraturan-peraturan organisasi lainnya, 4. Mengajukan permohonan dan menyatakan secara tertulis kesediaan keanggotaannya, 5. Bersedia berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan organisasi. Pasal 21 Hak Anggota Setiap Anggota berhak: 1. Mengeluarkan pendapat dan mengajukan saran-saran serta memilih dan dipilih menjadi Pengurus Organisasi, 2. Menerima perlakuan yang sama dalam organisasi, 3. Memperoleh pembinaan dan bimbingan, 4. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas, 5. Membela diri. Pasal 22 Kewajiban Anggota Setiap Anggota berkewajiban: 1. Mematuhi dan melaksanakan seluruh Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga serta peraturan-peraturan Organisasi, 2. Mematuhi dan melaksanakan keputusan Kongres dan rapat-rapat pengurus lainnya, 3. Menjaga dan menjunjung baik nama dan kehormatan organisasi, 4. Aktif melaksanakan kebijakan dan program organisasi. Pasal 23 Berakhirnya Keanggotaan 1. Keanggotaan berakhir karena: a. Meninggal dunia, b. Mengundurkan diri, c. Diberhentikan. 2. Anggota diberhentikan karena: a. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Anggota, b. Melanggar Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan/atau Keputusan Kongres/Kongres Luar Biasa dan/atau Rapat Pimpinan Nasional, c. Melakukan tindakan atau perbuatan yang dapat menganggu kinerja dan menghambat organisasi, d. Melakukan tindakan atau perbuatan yang bertentangan dengan keputusan dan kebijakan organisasi. 7

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian dan pembelaan diri anggota diatur dalam Peraturan Organisasi. Pasal 24 Kader Kader adalah anggota organisasi yang : 1. Aktif berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan organisasi, 2. Telah mengikuti Materi Pembekalan Kaderisasi Organisasi, 3. Diangkat menjadi anggota Pengurus Pusat/Pengurus Daerah/Pengurus Cabang/ Pengurus Anak Cabang. BAB V STRUKTUR & KEPENGURUSAN Pasal 25 Struktur Pengurus Pusat 1. Pengurus Pusat Tunas Indonesia Raya terdiri dari: a. Ketua Umum, b. Wakil Ketua Umum, c. Sekretaris Jenderal, d. Wakil Sekretaris Jenderal, e. Bendahara Umum, f. Wakil Bendahara Umum, g. Ketua Bidang. 2. Jumlah Pengurus Pusat sekurang-kurangnya 16 (enam belas) orang. 3. Dalam kepengurusannya Pengurus Pusat dibantu oleh Ketua Bidang, yang terdiri dari: a. Bidang Organisasi dan Politik, b. Bidang Kaderisasi dan Keanggotaan, c. Bidang Agama dan Kerohanian, d. Bidang Pendidikan, e. Bidang Kebudayaan, f. Bidang Olahraga, g. Bidang Komunikasi dan Informasi, h. Bidang Pengembangan Peranan Perempuan, i. Bidang Hukum, j. Bidang Ekonomi Kerakyatan. 8

4. Ketua Umum dapat menambahkan dan membentuk departemen-departemen pada masing masing bidang sesuai dengan kebutuhan. 5. Dalam melaksanakan tugasnya setiap Ketua Bidang dapat memiliki Anggota Staff Bidang jika diperlukan. Pasal 26 Struktur Pengurus Daerah 1. Pengurus Daerah Tunas Indonesia Raya terdiri dari: a. Ketua, b. Wakil Ketua, c. Sekretaris, d. Wakil Sekretaris, e. Bendahara, f. Wakil Bendahara, g. Ketua Bidang. 2. Jumlah Pengurus Daerah sekurang-kurangnya 14 ( empat belas ) orang. 3. Dalam kepengurusannya Pengurus Daerah dibantu oleh Ketua Bidang, yang terdiri dari: a. Bidang Organisasi dan Politik, b. Bidang Kaderisasi dan Keanggotaan, c. Bidang Agama dan Kerohanian, d. Bidang Pendidikan, e. Bidang Kebudayaan, f. Bidang Olahraga, g. Bidang Komunikasi & Informasi, h. Bidang Pengembangan dan Peranan Perempuan, i. Bidang Hukum, j. Bidang Ekonomi Kerakyatan. 4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap Ketua Bidang dapat memiliki Anggota Staff Bidang. Pasal 27 Struktur Pengurus Cabang 1. Pengurus Cabang Tunas Indonesia Raya terdiri dari: a. Ketua, b. Wakil Ketua, c. Sekretaris, d. Wakil Sekretaris, e. Bendahara, f. Wakil Bendahara, 9

g. Ketua Bidang. 2. Jumlah Pengurus Harian Cabang sekurang-kurangnya 14 ( empat belas ) orang. 3. Dalam kepengurusannya Pengurus Cabang dibantu oleh Ketua Bidang, yang yang terdiri dari: a. Bidang Organisasi dan Politik, b. Bidang Kaderisasi dan Keanggotaan, c. Bidang Agama dan Kerohanian, d. Bidang Pendidikan, e. Bidang Kebudayaan, f. Bidang Olahraga, g. Bidang Komunikasi & Informasi, h. Bidang Pengembangan dan Peranan Perempuan, i. Bidang Hukum, j. Bidang Ekonomi Kerakyatan, 4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap Ketua Bidang dapat memiliki Anggota Staff Bidang. Pasal 28 Struktur Pengurus Anak Cabang 1. Pengurus Anak Cabang Tunas Indonesia Raya terdiri dari: a. Ketua, b. Wakil Ketua, c. Sekretaris, d. Wakil Sekretaris, e. Bendahara, f. Wakil Bendahara, g. Ketua Bidang. 2. Jumlah Pengurus Anak Cabang sekurang-kurangnya 14 ( empat belas ) orang. 3. Dalam kepengurusannya Pengurus Anak Cabang dibantu oleh Ketua Bidang, yang yang terdiri dari: a. Bidang Organisasi dan politik, b. Bidang Kaderisasi dan Keanggotaan, c. Bidang Agama dan Kerohanian, d. Bidang Pendidikan, e. Bidang Kebudayaan, f. Bidang Olahraga, g. Bidang Komunikasi & Informasi, h. Bidang Pengembangan dan Peranan Perempuan, i. Bidang Hukum, 10

j. Bidang Ekonomi Kerakyatan. 4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap Ketua Bidang dapat memiliki Anggota Staff Bidang. BAB VI KONGRES, MUSYAWARAH dan RAPAT-RAPAT Pasal 29 Kongres 1. Kongres diselenggarakan sekali dalam 5 (lima) tahun dan dihadiri oleh: a. Peserta, b. Peninjau, 2. Peserta Kongres terdiri atas: a. Dewan Pembina, b. Pengurus Pusat, c. Ketua Pengurus Daerah atau pihak yang dikuasakan oleh Ketua Pengurus Daerah yang bersangkutan. 3. Peninjau Kongres terdiri atas pihak-pihak yang diundang oleh Pengurus Pusat. 4. Undangan Kongres terdiri atas: a. Perwakilan institusi, b. Perorangan. Pasal 30 Kuorum dan Pengambilan Keputusan Kongres 1. Kongres sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 Anggaran Dasar adalah sah apabila dihadiri oleh ½ jumlah peserta. 2. Pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah untuk mufakat dan apabila tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. 3. Dalam pengambilan keputusan di Kongres sekurang-kurangnya disetujui oleh lebih dari setengah dari jumlah peserta harus hadir, kecuali ditentukan lain dalam AD/ART. Pasal 31 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Kongres diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. Pasal 32 Kongres Luar Biasa Ketentuan mengenai Kongres sebagaimana tercantum dalam Pasal 29 sampai dengan Pasal 31 berlaku secara mutatis mutandis untuk Kongres Luar Biasa. 11

Pasal 33 Rapat Pimpinan Nasional 1. Rapat Pimpinan Nasional dihadiri oleh: a. Peserta, b. Peninjau, 2. Peserta Rapat Pimpinan Nasional terdiri atas: a. Dewan Pembina, b. Pengurus Pusat, c. Unsur Pengurus Daerah. 3. Peninjau Rapat Pimpinan Nasional terdiri atas unsur Pimpinan Ormas Kepemudaan yang menyalurkan aspirasinya kepada Tunas Indonesia Raya. 4. Undangan Rapat Pimpinan Nasional terdiri atas: a. Perwakilan Institusi, b. Perorangan. 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Rapimnas diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. Pasal 34 Rapat Kerja Nasional 1. Rapat Kerja Nasional diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun dan dihadiri: a. Peserta, b. Peninjau, 2. Peserta Rapat Kerja Nasional terdiri atas: a. Dewan Pembina, b. Pengurus Pusat, c. Unsur Pengurus Daerah. 3. Peninjau Rapat Kerja Nasional terdiri atas unsur Pimpinan Ormas kepemudaan yang menyalurkan aspirasinya kepada Organisasi. 4. Undangan Rapat Kerja Nasional terdiri atas: a. Perwakilan Institusi ; b. Perorangan. 6. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Rakernas diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. 12

Pasal 35 Musyawarah Daerah 1. Musyawarah Daerah diselenggarakan sekali dalam 5 (lima) tahun dan dihadiri oleh: a. Peserta ; b. Peninjau ; 2. Peserta Musyawarah Daerah terdiri atas: a. Dewan Pembina Daerah ; b. Pengurus Daerah ; c. Ketua Pengurus Cabang atau pihak yang dikuasakan oleh Ketua Pengurus Cabang yang bersangkutan. 3. Peninjau Musyawarah Daerah terdiri atas unsur Pimpinan Ormas kepemudaan yang menyalurkan aspirasinya kepada Tunas Indonesia Raya. 4. Undangan Musyawarah Daerah terdiri atas: a. Perwakilan Institusi ; b. Perorangan. Pasal 36 Kuorum & Pengambilan Keputusan Musyawarah Daerah 1. Musyawarah Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 adalah sah apabila dihadiri oleh ½ jumlah peserta ; 2. Pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah untuk mufakat dan apabila tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak ; 3. Dalam pengambilan keputusan di Musyawarah Daerah sekurang-kurangnya disetujui oleh lebih dari setengah dari jumlah peserta harus hadir, kecuali ditentukan lain dalam AD/ART ; Pasal 37 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Musyawarah Daerah diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. Pasal 38 Musyawarah Daerah Luar Biasa Ketentuan mengenai Musyawarah Daerah sebagaimana tercantum dalam Pasal 35 sampai dengan Pasal 37 berlaku secara mutatis mutandis untuk Musyawarah Luar Biasa. Pasal 39 Rapat Pimpinan Daerah 13

1. Rapat Pimpinan Daerah dihadiri oleh: a. Peserta ; b. Peninjau ; 2. Peserta Rapat Pimpinan Daerah terdiri atas: a. Dewan Pembina Daerah ; b. Pengurus Daerah ; c. Unsur Pengurus Cabang. 3. Peninjau Rapat Pimpinan Daerah terdiri atas unsur Pimpinan Ormas kepemudaan yang menyalurkan aspirasinya kepada Tunas Indonesia Raya. 4. Undangan Rapat Pimpinan Daerah terdiri atas: a. Perwakilan Institusi ; b. Perorangan. 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Rapimda diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. Pasal 40 Rapat Kerja Daerah 1. Rapat Kerja Daerah diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun dan dihadiri oleh: a. Peserta ; b. Peninjau ; 2. Peserta Rapat Kerja Daerah terdiri atas: 1. Dewan Pembina Daerah ; 2. Pengurus Daerah ; 3. Unsur Pengurus Cabang. 4. Peninjau Rapat Kerja Daerah terdiri atas Pengurus Pusat, dan atau unsur pimpinan Ormas kepemudaan yang menyalurkan aspirasinya kepada Tunas Indonesia Raya. 5. Undangan Rapat Kerja Daerah terdiri atas: a. Perwakilan Institusi ; b. Perorangan. 6. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Rakerda diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. 14

Pasal 41 Musyawarah Cabang 1. Musyawarah Cabang diselenggarakan sekali dalam 5 (lima) tahun dan dihadiri oleh: a. Peserta ; b. Peninjau ; 2. Peserta Musyawarah Cabang terdiri atas: a. Dewan Pembina Cabang ; b. Pengurus Cabang ; c. Ketua Pengurus Anak Cabang atau pihak yang dikuasakan oleh Ketua Pengurus Anak Cabang yang bersangkutan. 3. Peninjau Musyawarah Cabang terdiri atas unsur Pimpinan Ormas kepemudaan yang menyalurkan aspirasinya kepada Tunas Indonesia Raya. 4. Undangan Musyawarah Cabang terdiri atas: a. Perwakilan Institusi ; b. Perorangan. Pasal 42 Kuorum & Pengambilan Keputusan Musyawarah Cabang 1. Musyawarah Cabang sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 adalah sah apabila dihadiri oleh ½ jumlah peserta ; 2. Pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah untuk mufakat dan apabila tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak ; 3. Dalam pengambilan keputusan di Musyawarah Cabang sekurang-kurangnya disetujui oleh lebih dari 1/2 (setengah) dari jumlah peserta harus hadir, kecuali ditentukan lain dalam AD/ART. Pasal 43 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Musyawarah Cabang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. Pasal 44 Musyawarah Cabang Luar Biasa Ketentuan mengenai Musyawarah Cabang sebagaimana tercantum dalam Pasal 41 sampai dengan Pasal 43 berlaku secara mutatis mutandis untuk Musyawarah Cabang Luar Biasa. Pasal 45 Rapat Pimpinan Cabang 1. Rapat Pimpinan Cabang dihadiri oleh: a. Peserta ; 15

b. Peninjau ; 2. Peserta Rapat Pimpinan Cabang terdiri atas: a. Dewan Pembina Cabang ; b. Pengurus Cabang ; c. Unsur Pengurus Anak Cabang. 3. Peninjau Rapat Pimpinan Cabang terdiri atas unsur Pimpinan Ormas kepemudaan yang menyalurkan aspirasinya kepada Tunas Indonesia Raya. 4. Undangan Rapat Pimpinan Cabang terdiri atas: a. Perwakilan Institusi ; b. Perorangan. 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Rapimcab diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. Pasal 46 Rapat Kerja Cabang 1. Rapat Kerja Cabang diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun dan dihadiri oleh: a. Peserta ; b. Peninjau ; 2. Peserta Rapat Kerja Cabang terdiri atas: a. Dewan Pembina Cabang ; b. Pengurus Cabang ; c. Unsur Pengurus Anak Cabang. 3. Peninjau Rapat Kerja Cabang terdiri atas Pengurus Daerah, unsur Pimpinan Ormas kepemudaan yang menyalurkan aspirasinya kepada Tunas Indonesia Raya. 4. Jumlah peserta, peninjau dan undangan Rapat Kerja Cabang ditetapkan oleh Pengurus Cabang. 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Rakercab diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. Pasal 47 Musyawarah Anak Cabang 1. Musyawarah Anak Cabang diselenggarakan sekali dalam 5 (lima) tahun dan dihadiri oleh: a. Peserta ; b. Peninjau ; 2. Peserta Musyawarah Anak Cabang terdiri atas: 16

a. Dewan Pembina Anak Cabang ; b. Pengurus Anak Cabang ; c. Unsur Anggota di wilayah Anak Cabang tersebut. 3. Peninjau Musyawarah Anak Cabang terdiri atas unsur Pimpinan Ormas Kepemudaan yang menyalurkan aspirasinya kepada Tunas Indonesia Raya. 4. Undangan Musyawarah Cabang terdiri atas: c. Perwakilan Institusi ; d. Perorangan. Pasal 48 Kuorum & Pengambilan Keputusan Musyawarah Anak Cabang 1. Musyawarah Cabang sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 adalah sah apabila dihadiri oleh ½ jumlah peserta ; 2. Pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah untuk mufakat dan apabila tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak ; 3. Dalam pengambilan keputusan di Musyawarah Cabang sekurang-kurangnya disetujui oleh lebih dari 1/2 (setengah) dari jumlah peserta harus hadir, kecuali ditentukan lain dalam AD/ART. Pasal 49 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Musyawarah Anak Cabang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. Pasal 50 Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa Ketentuan mengenai Musyawarah Anak Cabang sebagaimana tercantum dalam Pasal 47 sampai dengan Pasal 49 berlaku secara mutatis mutandis untuk Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa Pasal 51 Rapat Kerja Anak Cabang 1. Rapat Kerja Anak Cabang diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun dan dihadiri oleh: a. Peserta, b. Peninjau, 2. Peserta Rapat Kerja Anak Cabang terdiri atas: a. Dewan Pembina Anak Cabang, b. Pengurus Anak Cabang, c. Unsur Anggota di wilayah Anak Cabang tersebut. 17

3. Peninjau Rapat Kerja Anak Cabang terdiri atas Pengurus Cabang, unsur Pimpinan Ormas kepemudaan yang menyalurkan aspirasinya kepada Tunas Indonesia Raya. 4. Jumlah peserta, peninjau dan undangan Rapat Kerja Anak Cabang ditetapkan oleh Pengurus Anak Cabang. 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Raker Anak Cabang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. BAB VII ATURAN PERALIHAN DAN TAMBAHAN Pasal 52 Aturan Tambahan 1. Setiap anggota dianggap telah mengetahui isi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Tunas Indonesia Raya. 2. Setiap anggota dan pengurus harus mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Tunas Indonesia Raya. BAB VIII PENUTUP Pasal 53 Hal Lain dan Pemberlakuan 1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Tunas Indonesia Raya akan diatur dalam Peraturan Organisasi. 2. Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Hari : Jumat Tanggal : 11 Februari 2011 18