PENYIMPANGAN GRAMATIKAL PADA PUISI SAJAK PUTIH KARYA CHAIRIL ANWAR

dokumen-dokumen yang mirip
PENYIMPANGAN GRAMATIKAL DALAM PUISI-PUISI CHAIRIL ANWAR

LAMPIRAN NASKAH PUISI. Naskah Puisi 01 SATU Sutardji Calzoum Bachri

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

DEAUTOMATISASI DALAM ANTOLOGI PUISI BAKDI SOEMANTO

PENYIMPANGAN UNSUR-UNSUR LINGUISTIK DALAM KUMPULAN SAJAK-SAJAK LENGKAP OLEH GOENAWAN MOHAMAD. Dzulfikri Rh

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

KELAINAN KETATABAHASAAN. DALAM PUISI INDONESIA: KAJIAN STILISTIKA i oleh Muhammad Darwis Universitas Hasanuddin ABSTRAK

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

KAJIAN IMPRESIONISTIK PUISI-PUISI KARYA CHAIRIL ANWAR. Hambali 1 Anzar 2

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

pada Fakultas Sastra Universitas Andalas

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN. yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut

Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN

ANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL. Muhammad Riza Saputra NIM

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

OTOMATISASI PADA PUISI THE DEATH OF LOVERS KARYA CHARLES BAUDELAIRE

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

DAFTAR ISI Daftar Isi... i BAB I Pendahuluan... 1 BAB II Pembahasan... 2 BAB III Penutup Daftar Pustaka... 13

Apa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah Sosiolinguistik)

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL. Javanese Language Interferance in Language Essay of Fifth Grader in MI Yaa Bunayya Dandong Srengat Blitar

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini,

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

(26 November February 1913) By: Ubaidillah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media

ARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

Transkripsi:

Linguistika Akademia Vol.1, No.1, 2012: 59~72 ISSN: 2089-3884 PENYIMPANGAN GRAMATIKAL PADA PUISI SAJAK PUTIH KARYA CHAIRIL ANWAR Husnul Muhaiminah e-mail: chuzcherry@yahoo.com ABSTRACT One of the causes that makes poem differs from othe literary work is the poet use his creativity in using language to make a poem. Include in grammatical deviation that a poet does purposely to get a beautiful poem. This paper aims to reveal the forms of grammatical deviation in the level of morphology and syntax in Sajak Putih. The method which is used in this research is descriptive analysis to get comple information and knowledge. The result of this research shows that there are some deviation in level of morphology and syntax. e.g : morphology deaviation in process of affixation, where it often omits of morpheme which is needed in affixation process. ABSTRAK Salah satu hal yang membuat puisi berbeda dari karya satra lainnya adalah karena penyair menggunakan kekreatifannya dalam bahasa untuk menciptakan sebuah puisi. Termasuk dalam penyimpangan gramatikal yang penyair lakukan dengan sengaja untuk memperoleh suatu puisi yang indah. Seperti pada puisi Chairil Anwar yang berjudul Sajak Putih. Paper ini bertujuan untuk menyingkap segala bentuk penyimpangan gramatikal pada tataran morfologi dan sintaksis yang terjadi pada puisi Sajak Putih. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif untuk menemukan informasi dan kelengkapan pengetahuan yang diperlukan. Hasil analisis pada penelitian ini menunjukan bahwa terdapat beberapa penyimpangan dalam tataran morfologi dan sintaksis, misalnya pada penyimpangan tataran morfologi yaitu dalam proses afiksasi, dimana sering terjadi penghilangan morfem yang dibutuhkan dalam proses afiksasi. Kata kunci: penyimpangan, gramatikal, puisi. A. PENDAHULUAN Sejak jaman dahulu hingga sekarang, puisi merupakan karya sastra yang populer. Karya sastra ini lahir dari sebuah pemikiran seorang penyair, dipandang sebagai pengalaman seseorang baik itu dapat dilihat secara langsung atau tidak. Hasil karya pemikiran ini merupakan karya yang memiliki kandungan kebahasaan yang

60 kompleks. Dengan berbagai unsur-unsur yang ada di dalamnya seperti unsur bahasa dan estetika yang saling melengkapi, maka puisi ini memiliki keterkaitan makna antara satu dengan yang lainnya. Pada hakikatnya, puisi merupakan sebuah karya yang merupakan bentuk yang menurut pada aturan tata bahasa dengan makna yang terikat pada aturan bahasa itu. Namun dalam mengungkapkan sebuah gagasan dalam puisi, seorang penyair memiliki cara mereka sendiri. Bahasa dalam puisi sedikit berbeda dengan bahasa ilmiah lainnya. Puisi mempunyai kekhasan tersendiri, pertama adalah ketidaklangsungan ekspresi atau makna yang disebabkan oleh tiga hal: (Riffaterre, 1978: 2) pertama adalah penggantian arti (displacing of meaning), kedua adalah penyimpangan arti (distorting of meaning), dan yang ketika adalah penciptaan makna (creating of meaning). Ketidaklangsungan gagasan atau makna tersebut merupakan suatu ekspresi dari seorang penyair. Oleh karena itu, dalam memahami sebuah puisi, tidak hanya dibutuhkan kemampuan dalam memahami kode sastra, namun juga harus memiliki kemampuan dalam memahami kode bahasa. Dalam hal ini, puisi itu sendiri memiliki ketatabahasaan dalam puisi yang dinamakan lisensa poetika, di mana lisensa poetika itu sendiri adalah hak seorang penyair untuk mengabaikan aturan dan kesepakatan secara umum yang dianut oleh para pengguna bahasa (Leech, 1969: 36). Kebebasan itu diartikan sebagai sebuah kebebasan yang diberikan kepada penyair ntuk memanipulasi penggunaan bahasa untuk menimbulkan efek tertentu dalam karyanya. Penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para penyair ini menyebabkan sulitnya bagi para pembaca untuk memahami sebuah pesan atau isi yang terkandung dalam sebuah puisi. Fenomena seperti ini sangat wajar ditemui di Indonesia. Oleh karena itu, cukup penting bagi penulis untuk meneliti penyimpanganpenyimpangan yang terjadi dalam puisi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui segi-segi penyimpangan dalam puisi di Indonesia khususnya pada puisi Chairil Anwar yang berjudul Sajak Putih. Dalam teori lisensa poetika, terdapat beberapa jenis-jenis penyimpangan gramatikal yang ada dalam puisi. Dalam penelitian kali ini, penulis membatasi hanya dalam aspek morfologis dan Linguistika Akademia Vol. 1, No. 1, 2012 : 59 72

Linguistika Akademia ISSN: 2089-3884 61 sintaksis. Dalam penelitian ini, akan diketahui pola-pola penyimpangan yang terjadi dalam puisi Chairil Anwar tersebut. Masalah pokok dalam penelitian adalah (1) bagaimana wujud penyimpangan morfologis dalam puisi Chairil Anwar Sajak Putih, (2) bagaimana wujud penyimpangan sintaksis dalam puisi Chairil Anwar Sajak Putih, (3) perumusan pola penyimpangan kaidah morfologis dan sintaksis dalam puisi Chairil Anwar Sajak Putih. Kedua masalah pokok ini merupakan ruang lingkupnya dari beberapa rumusan masalah, yaitu penyimpangan pada kontruksi kata, penyimpangan kontruksi frasa, penyimpangan kontruksi klausa, upaya penyerdehanaan ungkapan, dan perumusan pola pada penyimpangan kaidah morfologis dan sintaksis. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, dimana metode analisis deskriptif dilakukan untuk menemukan informasi dan kelengakapan pengetahuan tentang objek yang diteliti yang kali ini berupa salah satu karya satra yaitu puisi. B. LANDASAN TEORI Penelitian ini berdasarkan pada teori linguistik strukturalis yang mengacu pada teori Fungsi Estetika yang dicetuskan oleh Jan Mukarovsky pada tahun 1930-an dan awal tahun 1940-an. Jan Mukarovsky adalah salah satu tokoh dalam aliran Praha. Aliran Praha itu sendiri adalah salah satu pengikut aliran Saussure, teori Strukturalisme. Aliran Praha memfokuskan penelitian-penelitiannya pada fungsi kegunaan bahasa. Teori fungsi estetika ini sendiri oleh Jan Mukarovsky dituangkan dalam bukunya Aesthetic Function, Norm, and Value as Social Facts. Fungsi estetik itu sendiri menurut Mukarovsky adalah penyimpangan unsur-unsur linguistik yang sengaja untuk maksud estetika. Ia menyebutkan bahwa munculnya telaah estetik tidak lepas dari penelitian formal struktural. Jika telaah struktural hanya menekankan pada telaah makna sehingga aspekaspek yang mengungkapkan fakta estetik seperti terabaikan, kemudian muncul telaah estetika. Telaahnya ini sangat tepat dikembangkan dalam bidang penerjemahan dan karya sastra, dan dengan teorinya ini ia dianggap sebagai peletak dasar Teori Resepsi Sastra. (Chaedar, 1993: 40) Penyimpangan Gramatikal pada Puisi Sajak Putih (Husunul Muhaiminah)

62 Penelitian ini juga mengikuti teori linguistik struktural yang menegaskan bahwa objek linguistik adalah langue dan untuk menelaahnya diperlukan parole, yaitu fenomena atau data linguistik yang sebenarnya. Langue itu tidak lain dari sistem suatu bahasa yang akan dideskripsikan secara sinkronik sebagai satu kesatuan elemen yang saling berkaitan, dalam langue juga terdapat pola yang fleksibel yang memungkinkan adanya variasi dalam unit serta pemilihan dan penyusunan unit-unit sejauh tidak melanggar batas. Distorsi (penyimpangan) yang diturunkan Jan Mukarovsky merupakan penyimpangan pola dalam norma sosial, namum masih dibatasi sistem tanda, karena unit-unit yang menyimpang itu juga berasal dari sistem itu sendiri. Dalam kritik sasra, istilah ini dinamakan deautomatization (deautomatisasi atau defamiliarisasi) Dalam puisi, unit-unit lingual di dalamnya diproses secara berbeda atau lain dari kaidah umum gramatika bahasa Indonesia, maka ini juga dikategorisasikan sebagai wujud penyimpangan gramatikal. Penyimpangan gramatikal ini selanjutnya diidentifikasi menjadi penyimpangan-penyimpangan kaidah morfologis dan sintaktis. Puisi juga terikat dengan sajak, baris, tekanan, dan intonasi di samping pemilihan kata dan tertib susunannya. Kesemua ini membentuk puisi sebagai satu kesatuan sebuah karya sastra. Sebagai kesatuan deautomisasi, yang kemudian sewaktu menikmatinya kita mengembalikan pada biasanya, pola yang normal yang mudah dipahami sehari-hari. Proses tersebut dinamakan naturalisasi. C. ANALISIS SAJAK PUTIH Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku Linguistika Akademia Vol. 1, No. 1, 2012 : 59 72

Linguistika Akademia ISSN: 2089-3884 63 Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita Mati datang tidak membelah... Penyimpangan gramatikal yang terjadi pada tataran morfologis bertujuan untuk mendapatkan variasi stilistika dengan bentuk kata yang kontras dengan kata yang biasa digunakan oleh masyarakat umum. Selain juga digunakan untuk mendapatkan konstruksi kata yang lebih singkat dan mendapatkan rima yang diinginkan oleh penyair. Penyimpangan pada tataran morfologis ini biasanya terjadi dalam afiksasi, reduplikasi, dan dalam kata majemuk. Dalam penyimpangan tataran sintaksis, bertujuan untuk mendapatkan bentuk bahasa yang tidak biasa atau kreatif, selain itu juga bertujuan untuk menekankan ungkapan-ungkapan yang ada di puisi, dan juga untuk memperindah pemaknaan dalam puisi tersebut dan juga untuk keperluan penataan irama pada puisi tersebut. Bentuk-bentuk penyimpangan gramatikal dalam tataran sintaksis biasanya dalam puisi di Indonesia, ditandai dengan gejala urutan yang tidak sesuai dengan kaidah sintaksis, penghilangan morfemmorfem tertentu dan terbentuknya kombinasi-kombinasi baru yang berbeda dan tidak mengindahkan dengan kaidah tata bahasa Indonesia. 1) Bersandar pada tari warna pelangi Bersandar pada tari berwarna pelangi Pada baris pertama dari puisi Chairil Anwar yang berjudul Sajak Putih ini, dimulai dengan bersandar pada tari warna pelangi. Kalimat pertama dari puisi ini mempunyai makna bahwa ada seorang gadis yang duduk di depan si aku. Dan si aku itu, ia bersandar pada suatu senja yang indah penuh dengan warnawarni pelangi. Pada kalimat pertama pada puisi ini, terdapat satu kata yang masuk dalam penyimpangan gramatikal, yaitu penyimpangan pada tataran morfologi dan tataran sintaksis. a. Penyimpangan pada tataran morfologi, itu bisa dilihat pada kata warna. Jika dilihat dari makna yang sebenarnya atu makna yang tersirat dalam kalimat tersebut. Dalam hal ini Penyimpangan Gramatikal pada Puisi Sajak Putih (Husunul Muhaiminah)

64 ada dua pilihan kata yang sebenarnya ingin diungkapkan oleh si penyair adalah berwarna. Dengan kata lain, penyimpangan kaidah morfologi ini terjadi pada tataran kata dengan penghilangan afiksasi sebagai permasalahannya. Dalam hal ini, penyair berupaya untuk menyederhanakan kata yang digunakan dalam puisinya dengan menghilangkan afiksasi. b. Pada hal tataran sintaksis, kata warna yang berkaitan dengan frasa tari warna pelangi juga mengalami penyimpangan pada tataran frasa. Dimana dalam kaidah bahasa Indonesia dengan penggunaan EYD, kata sifat warna pelangi yang menjelaskan kata nominal tari tidak sesuai dengan kaidah. Kata warna disini mempunyai kelompok kata yang sama dengan tari, yaitu kelompok kata nominal. Maka itu untuk merubah dari nominal menjadi adjektiva untuk menjelaskan kata tari, kata warna diberi imbuhan prefiks ber-. Sehingga ia akan berbunyi tari berwarna pelangi. Pada kaidah sintaksis, kata warna menyimpang dalam kontruksi frasa. 2) Kau depanku bertudung sutra senja Kau di depanku bertudung sutra senja Pada baris kedua ini terdapat kalimat kau depanku bertudung sutra senja. Kalimat ini bermakna bahwa seorang gadis yang menggunakan tudung sutra pada senja hari. Dalam kalimat ini, hanya terdapat satu jenis penyimpangan gramatikal, yaitu penyimpangan pada tataran sintaksis. Pada saat penulis menginterpretasikan makna yang terkandung dalam kalimat tersebut, situasi pada saat itu adalah ada seorang gadis yang sedang duduk di depan si aku. maka sewajarnya penyair menggunakan kata di depan. Di sinilah terdapat penyimpangan sintaksis. Di mana pada sintaksis terdapat kaidah tentang preposisi atau dapat dikatakan sebagai kata keterangan tempat. Pada kaidah preposisi, biasanya di awali dengan kata-kata seperti ke di dari dan lainnya. Namun pada kalimat kau depanku bertudung sutra senja, kata di yang seharusnya berada di depan kata depanku telah dihilangkan oleh sang penyair. Pada kalimat ini, penyimpangan dalam tataran sintaksis terlihat dalam bentuk penyimpangan konstruksi kata dengan penghilangan kata di. Linguistika Akademia Vol. 1, No. 1, 2012 : 59 72

Linguistika Akademia ISSN: 2089-3884 65 3) Dihitam matamu kembang mawar melati Dalam hitamnya matamu terlihat bunga mawar dan melati Pada baris selanjutnya, terdapat kalimat dihitam matamu kembang mawar melati yang mempunyai makna dalam hitamnya mata si gadis, terdapat bunga mawar dan bunga melati. Dalam kalimat ini, penulis hanya menemukan satu jenis penyimpangan, yaitu penyimpangan pada tataran sintaksis. Terdapat beberapa penyimpangan tataran sintaksis, yaitu (1) penyimpangan kontruksi frasa Dihitam matamu, (2) penyimpangan tataran klausa, hilangnya kata kerja atau predikat dalam kalimat dihitam matamu kembang mawar melati, (3) penyimpangan tataran kata, hilangnya konjungsi atau kata penghubung diantara kata mawar melati. Dalam penyimpangan yang pertama, di mana terdapat dalam kontruksi frasa, frasa dihitam matamu. Dalam frasa ini terdapat penyimpangan pada penggunaan kaidah frasa nominal. Pada frasa dihitam matamu, kata matamu adalah sebagai benda yang dijelaskan oleh kata adjektif hitam, sedangkan kata di hanya sebagai preposisi saja. Maka, menurut kaidah penggunaan frasa adjektifa yang benar adalah di matamu yang hitam. Pada penyimpangan yang kedua, terjadi penyimpangan gramatikal pada tataran klausa, yaitu hilangnya kata kerja dalam kalimat dihitam matamu kembang mawar melati. Menurut kaidah pada klausa, sebuah klausa minimal mempunyai subjek dan predikat. Sedangkan jika melihat pada kalimat di atas, tidak ditemukan adanya predikat. Berdasarkan interpretasi penulis terhadap kalimat tersebut, predikat yang telah dihilangkan oleh penyair adalah kata terdapat, yang mempunyai arti hadir. Pada penyimpangan yang terakhir pada kalimat dihitam matamu kembang mawar melati, adalah penyimpangan pada kontruksi kata penghubung atau konjungsi. Dalam kata mawar melati, jika terdapat dua buah kata nominal yang berdampingan, minimal di antara keduanya harus ada tanda baca atau konjungsi, sedangkan dalam kedua kata tersebut, tidak ada satupun tanda baca atau konjungsi yang ditemukan. Merunut pada makna yang tersirat pada kalimat tersebut, maka penulis Penyimpangan Gramatikal pada Puisi Sajak Putih (Husunul Muhaiminah)

66 beranggapan bahwa sang penyair telah menghilangkan konjungsi dan di antara mawar dan melati. 4) Harum rambutmu mengalun bergelut senda Rambutmu yang harum mengalun bersenda gurau Pada baris keempat dari puisi Chairil Anwar yang berjudul Sajak Putih terdapat kalimat Harum rambutmu mengalun bergelut senda. Interpretasi makna dari kalimat tersebut adalah harumnya rambut sang gadis terurai lembut karena tiupan angin tampak seperti sedang bersenda gurau. Dalam kalimat pada baris keempat ini, hanya ditemukanpenyimpangan gramatikal pada tataran sintaksis, yaitu pada kontruksi frasa. Penyimpangan ini memiliki kesamaan pada baris sebelumnya. Dalam kaidah frasa dalam bahasa Indonesia, sebuah kata adjektiva biasanya berada di belakang kata nominal yang dijelaskannya. Maka di sini terdapat pertukaran tempat antara yang menjelaskan dan yang dijelaskan. Untuk menjadikannya sesuai dengan kaidah yang berlaku pada frasa nomina, maka menjadi rambutmu yang hitam. 5) Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba Sepi menyanyi, malam dalam doa tiba Interpretasi makna pada baris kelima dari puisi Chairil Anwar ini adalah ketika si aku dan si gadis dalam situasi yang sepi, dan malam dalam mendoa tiba berarti bahwa diantara keduanya tidak ada percakapan. Mereka hanya diam tanpa sepatah kata pun, sama halnya ketika mereka dalam doa ketika malam telah tiba. Dalam kalimat ini, penulis menemukan penyimpangan gramatikal dalam tataran morfologis dan sintaksis. a. Dalam penyimpangan tataran morfologis, terdapat kata mendoa yang menyimpang. Biasanya dalam penyimpanganpenyimpangan yang terjadi dalam morfologis, mereka berbentuk penghilangan afiksasi, namun pada kata mendoa justru sebaliknya. Di dalamnya terdapat penambahan afiksasi yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Prefiks menyang mendampingi kata doa seakan-akan tidak mempunyai makna, bahkan member kesan rumit pada kata doa. Oleh Linguistika Akademia Vol. 1, No. 1, 2012 : 59 72

Linguistika Akademia ISSN: 2089-3884 67 karena itu cukup dengan kata doa maka pembaca akan memahami kalimat ini. b. Pada penyimpangan yang kedua pada tataran sintaksis, terjadi penyimpangan pada konstruksi klausa. Yaitu pada hilangnya konjungsi ketika sebagai penjelas kata malam, dan pertukaran tempat pada kata kerja tiba. Penyimpangan yang pertama, ketika kata malam tidak dilengkapi dengan preposisi atau konjungsi, maka itu tidak jelas fungsinya sebagai sebuah kata keterangan waktu, maka dengan penambahan konjungsi misalnya ketika, kata malam sangat jelas fungsinya sebagai kata keterangan waktu. Pada permasalahan yang kedua, menurut kaidah tata bahasa, predikat tiba seharusnya berada setelah kata malam yang notabennya sebagai subjek dan tiba menjadi predikatnya. Dengan itu kalimat itu akan mudah dipahami oleh pembaca. Maka keseluruhan kalimat tersebut dapat di artikan sebagai berikut: sepi menyanyi, ketika malam tiba dalam doa. 6) Meriak muka air kolam jiwa Beriak permukaan air kolam jiwa Pada penyimpangan gramtikal selanjutnya, terdapat penyimpangan pada tataran morfologis saja. Yaitu pada kata muka, dalam baris keenam tersebut yang dimaksud oleh sang penyair adalah permukaan air kolam jiwa yang beriak-beriak. Maka disini terjadi penghilangan konfiks, yaitu awalan per- dan akhiran an. 7) Dan dalam dadaku memerdu lagu Dan dalam dadaku terdengar merdu lagu Pada baris ketujuh dari puisi Chairil Anwar ini, mempunyai makna bahwa dalam dada si aku itu seakan-akan terdengar lagu yang sangat merdu. Dalam kalimat tersebut, terdapat penyimpangan gramatikal pada tataran morfologi. Dimana kata memerdu ini merupakan pengungkapan makna dari kata terdengar merdu, penyimpangan ini disebut proses inkorporasi, dimana terdapat peleburan antara dua kata menjadi satu kata. Dengan meleburnya terdengar dan merdu menjadi memerdu Penyimpangan Gramatikal pada Puisi Sajak Putih (Husunul Muhaiminah)

68 maka rima yang dihasilkan pada puisi tersebut menjadi lebih indah dan bermakna. 8) Menarik menari seluruh aku Seluruh jiwaku dan ragaku menari Interpretasi makna pada kalimat pada baris kedelapan ini adalah kegembiraan yang sangat dalam yang dirasakan oleh si aku, seakan-akan seluruh jiwa dan raganya sedang menari-nari. Dalam hal ini, ditemukan suatu penyimpangan pada tataran sintaksis. Yaitu penempatan predikat yang sehausnya berada setelah subjek. Dalam hal ini, subjek dari kalimat di atas adalah seluruh aku, sedangkan predikatnya adalah menarik menari. Maka koreksi dari kalimat di atas yang menurut kaidah tata bahasa Indonesia adalah seluruh aku menarik menari. 9) Hidup dari hidupku, pintu telah terbuka Pintu telah terbuka dalam hidupku Kalimat pada baris kesembilan berarti bahwa si aku merasa bahwa hidupnya masih terbuka lebar untuk kesempatankesempatan baik yang datang dalam hidupnya. Dalam kalimat ini tidak terdapat adanya penyimpangan pada tataran morfologis maupun sintaksis. Namun jika kalimat tersebut dinaturalisasikan, terdapat pemborosan kata, khususnya pada frasa hidup dari hidupku. Dua kata hidup di sini yang menjadi permasalahannya. Lebih baik untuk menggunakan satu kata hidup, maka pesan yang ingin penyair maksudkan sudah tersampaikan pada pembaca. Maka setelah melewati proses naturalisasi, frasa hidup dari hidupku menjadi dalam hidupku. 10) Selama matamu bagiku menengadah Selama kau masih menegadahkan matamu padaku Pada baris ke sepuluh ini, makna yang terkandung dalam kalimat selama matamu bagiku menengadah adalah ketika si gadis melihat kepada wajah si aku dan mencintainya. Dalam kalimat ini terjadi penyimpangan gramatikal pada tataran morfologis dan sintaksis. a. Pada pola penyimpangan gramatikal pada tataran morfologi, terdapat pada kata menengadah. Dengan Linguistika Akademia Vol. 1, No. 1, 2012 : 59 72

Linguistika Akademia ISSN: 2089-3884 69 merunut pada interpretasi makna yang ada, terjadi penghilangan sufiks pada akhir kata menengadah, yaitu sufiks kan. Dengan demikian kata menengadah berubah menjadi menengadahkan. b. Penyimpangan gramatikal pada tataran sintaksis terjadi dalam kontruksi klausa. Dimana pada kalimat di atas, terjadi penempatan yang kurang mudah dipahami oleh pembaca. Yaitu penempatan selama, matamu, bagiku dan padaku yang berpola (K/O/K/P) menjadi selama kau masih menengadahkan matamu padaku (K/S/P/O/K) yang lebih mudah dipahami oleh pembaca. 11) Selama kau darah mengalir dan luka Selama ada kau, darahku masih mengalir meski terluka Dalam kalimat selanjutnya pada baris ke sebelas, interpretasi makna dari kalimat tersebut adalah meskipun raganya terluka, darahnya masih tetap mengalir asalkan ada si gadis di sisinya. Pada kalimat tersebut, penulis menemukan dua jenis penyimpangan dalam gramatikal, yatu penyimpangan pada tataran morfologis dan pada tataran sintaksis. a. Pada tataran morfologis, penyimpangan ini dapat ditemukan pada kata luka. Kata luka pada kalimat tersebut dengan jelas juga melanggar aturan sintaksis, dimana di situ terdapat konjungsi dan yang berarti kata-kata yang dihubungkan dengan konjungsi tersebut harus setara, misalnya predikat dengan predikat. Namun luka disini adalah nomina yang jelas tidak setara dengan mengalir. Maka dari itu, dengan penambahan prefiks ter-, keduanya akan menjadi setara. b. Pada penyimpangan pada tataran sintaksis, ditemukan terdapat penyimpangan pada kontruksi frasa pada kata darah. Dalam kalimat tersebut, darah yang dimaksud oleh sang penyair adalah darah si aku, namun kata penjelas yang mempunyai arti kepemilikan telah dihilangkan oleh si penyair. Kata penjelas tersebut adalah ku, yang tertulis sebagai darahku, yang berarti darah milik si aku. dalam kalimat ini juga terdapat penyimpangan pada aturan S-P- O-K, namun dalam kalimat tersebut tidak terlihat susunan Penyimpangan Gramatikal pada Puisi Sajak Putih (Husunul Muhaiminah)

70 tersebut, maka kemudian, agar pembaca mudah untuk memahami apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh si penyair, maka perlu diadakan naturalisasi, dengan car mengembalikan pada pola asli dari puisi tersebut. 12) Antara kita mati datang tidak membelah Antara kita kematian datang tidak membelahkan/memisahkan Pada baris terakhir dalam puisi Chairil Anwar yang bejudul Sajak Putih, terdapat kalimat antara kita mati datang tidak membelah. Makna yang tersirat dalam bahwa walaupun kematian datang, mereka tidak akan terpisah dan tetap mencintai, dalam analisis penyimpangan gramatikal yang terjadi, terdapat dua jenis penyimpangan, yaitu dalam tataran morfologis dan sintaksis. a. Pada penyimpangan tataran morfologs, terdapat dua kata yang perlu dianalisis, mati dan membelah. Setelah kata mati terdapat kata datang. Dalam tataran sintaksis, kelas kata yang jatuh sebelum kata kerja adalah kata nominal. Bentuk nominal dari mati adalah kematian. Maka dalam hal ini, penyair telah menghilangkan konfiks ke- dan an dalam kata mati. Pada kata membelah, kata tersebut terlihat rancu tanpa tambahan sufiks kan, selain juga penggunaan membelah pada kalimat tersebut kurang tepat. Maka dalam hal ini, penyair telah menghilangkan sufiks kan pada akhir kata membelah. b. Pada penyimpangan pada tataran sintaksis. Dalam kalimat tersebut, penyimpangan terdapat pada penempatan yang kurang tepat pada objek, yaitu kita. Objek dalam kaidah tata bahasa Indonesia adalah berada setelah predikat. Pada kalimat di atas, predikatnya adalah datang dan membelah. Maka seharusnya kata kita berada setelah kedua kata tersebut. Maka urutan kalimat yang benar menjadi Mati datang tidak membelah antara kita. D. KESIMPULAN Dalam penelitian tentang penyimpangan gramatikal dalam tataran morfologis dan sintaksis yang terjadi dalam puisi karya Chairil Anwar yang berjudul Sajak Putih, ditemukan beberapa penyimpangan: Linguistika Akademia Vol. 1, No. 1, 2012 : 59 72

Linguistika Akademia ISSN: 2089-3884 71 1. Penyimpangan dalam tataran morfologi Dalam tataran morfologi, penyimpangan yang paling sering terjadi adalah dalam proses afiksasi dan ini termasuk dalam penyimpangan kontruksi kata. Sang penyair dalam hal ini, dalam beberapa kasus sering menghilangkan morfem-morfem tambahan sebagai syarat dalam proses afiksasi, dan hanya beberapa yang memberikan unsur afiksasi pada kata yang sebenarnya tidak perlu untuk dilakukan. Selain itu juga terdapat proses inkorporasi, yaitu meleburnya dua kata menjadi satu dengan tambahan afiksasi di dalamnya. 2. Penyimpangan dalam tataran sintaksis Dalam tataran sintaksis, terdapat beberapa jenis kasus penyimpangan yang terjadi. Yang pertama adalah dalam kontruksi frasa, dimana terjadi kesalahan dalam penggunaan kaidah frasa nomina. Selain itu juga terjadi dalam kontruksi klausa, dimana sering terjadi kekeliruan dalam memposisikan subjek, predikat, objek, dan kata keterangan sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia yang benar. Meski banyak penyimpangan yang terjadi dalam puisi Chairil Anwar ini, namun sang penyair memang sengaja melakukannya. Di samping untuk membuat puisi tersebut lebih hidup, penyair juga menggunakan penyimpangan ini untuk memperindah puisinya dengan membentuk urutan rima yang indah, dan juga untuk membuat puisi ini lebih bermakna dengan kata-kata yang perlu dipahami lebih oleh para pembaca. Pada penelitian ini, penulis mampu untuk mengungkap penyimpangan-penyimpangan gramatikal dalam tataran morfologi dan sintaksis. Peneliti lain diharapkan melakukan penelitian yang lebih dalam tentang penyimpangan gramatikal pada tataran linguistik yang lain, dan juga meneliti puisi-puisi karya Chairil Anwar. E. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Beberapa Madzhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Penerbit Angkasa. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, Darwis, M. 1998. Penyimpangan Gramatikal dalam Puisi Indonesia. Disertasi Doktor. Universitas Hasanuddin, Makassar. Penyimpangan Gramatikal pada Puisi Sajak Putih (Husunul Muhaiminah)

72 Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Leech, Geoffrey N. 1991. A Linguistic Guide to English Poetry. London: Longman. Macapat. Sajak Putih-Chairil Anwar. 16 Januari 2007. Web. 27 March 2012 <http://macapat.wordpress.com/2007/01/16/sajakputih/> Mees. C. A. 1951. Tatabahasa Indonesia. Bandung: G. Kolf & Co. Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington: Indiana University Press. Google Book Search. Web. 20 June 2012 Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Linguistika Akademia Vol. 1, No. 1, 2012 : 59 72