BAB 3 METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

BAB IV METODE PERAMALAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pembahasan Materi #7

LECTURE 12 Analisis Dekomposisi dan Model Runtut Waktu

BAB 3 PRAKIRAAAN dan PERAMALAN PRODUKSI. Dalam Manajemen Operasional, mengapa perlu ada peramalan produksi?

Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya. Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

PERAMALAN (FORECASTING)

BAB. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dugaan atau perkiraan mengenai kejadian atau peristiwa pada waktu yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

(FORECASTING ANALYSIS):

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vanissa Hapsari,2013

BAB 2 LANDASAN TEORI

Universitas Gunadarma PERAMALAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kondisi ekonomi dan bisnis selalu berubah setiap waktu, maka para

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN

ANALISIS DERET WAKTU

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAMALAN (FORECASTING)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

EMA302 Manajemen Operasional

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PERAMALAN DENGAN METODE DEKOMPOSISI. Metode peramalan yang biasanya dilakukan didasarkan atas konsep

BAB V PENUTUP. 1. Peramalan kas dengan metode analisis data time series dapat

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa. situasi dan kondisi di masa yang akan datang.

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 3 No.6 Tahun 2017 ISSN

BAB 2 LANDASAN TEORI

METODE PERAMALAN HOLT-WINTER UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS RIAU ABSTRACT

LAPORAN PRAKTIKUM MODUL I PERAMALAN

BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan

BAB II LANDASAN TEORI. saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan

BAB III PERAMALAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

Peramalan (Forecasting)

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. adalah penelitian secara deskriptif dan komparatif.

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK

Peramalan Penjualan Avtur dengan Mempertimbangkan Special Event

Analisis Deret Waktu

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORITIS

PENERAPAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN PENGGUNAAN WAKTU TELEPON DI PT TELKOMSEL Divre 3 SURABAYA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. MATEMATIKA DAN STATISTIKA APLIKASI (S.1) EFEK PERUBAHAN POLA CUACA PADA DEBIT AIR MASUK DI WADUK SAGULING

MATERI 3 PER E AM A AL A AN

PERENCANAAN PRODUKSI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam skripsi yang penulis lakukan ini menggunakan analisa forecasting dari

BAB III PERAMALAN DENGAN METODE DEKOMPOSISI. (memecah) data deret berkala menjadi beberapa pola dan mengidentifikasi masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat prediksi tersebut disebut peramalan (Bowerman, 1993).

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER

BAB 2 LANDASAN TEORI

Evelina Padang, Gim Tarigan, Ujian Sinulingga

Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI

Teknik Proyeksi Bisnis (Forecasting)

Matakuliah : Ekonomi Produksi Peternakan Tahun : Oleh. Suhardi, S.Pt.,MP

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE DEKOMPOSISI. 3.1 Arti dan Pentingnya Analisis Deret Waktu. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORI. akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

PERAMALAN PENENTUAN JUMLAH PERMINTAAN KONSUMEN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PRODUK BORDIR PADA KOTA TASIKMALAYA

CROSS SECTION. Data yang tidak berdasar waktu DATA STATISTIK BERDASARKAN PERSPEKTIF WAKTU TIME SERIES. Berbasis Waktu

BAB V ANALISA HASIL Perbandingan Akurasi Hasil Peramalan MC Tire IRC Tube Type. menganalisa produk MC Tire IRC Tube Type, sebagai berikut :

BAB III HASIL ANALISIS

PENERAPAN ALGORITMA FORECASTING UNTUK PREDIKSI PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN SRAGEN

PREDIKSI INTENSITAS TRAFFIC MENGGUNAKAN DYNAMIC FORECASTING

PENGGUNAAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MERAMALKAN PERSEDIAAN BERAS PADA BULOG DIVRE ACEH

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi dan Tujuan Forecasting. yang belum terjadi (Pangestu S, 1986:1). Forecasting atau peramalan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metode Time Series 3.1.1. Definisi Peramalan dan Time Series Peramalan (forecasting)adalah kegiatan memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang berdasarkan data yang relevan pada masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Bisa juga merupakan prediksi intuisi yang bersifat subyektif,atau dengan menggunaan kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari seorang manajer. Metode peramalan yang baik adalah yang memberikan hasil peramalan yang tidak berbeda dengan kenyataan yang terjadi. Dalam teknik peramalan terdapat beberapa jenis model. Antara lain : Metode Delphi Model kualitatif Opini juri eksekutif Komposit kekuatan Teknik Peramalan Model runtut waktu Survey pasar konsumen Rata-rata bergerak Exponential smoothing Proyeksi trend Model kausal Gambar 3.1 Beberapa Metode Teknik Peramalan Sumber : Render dan Stair,2000 Analisa regresi Metode ARIMA 1. Model kualitatif. Model yang berupaya memasukkan faktor-faktor subyektif dalam model peramalan. Model semacam ini diharapan akan sangat bermanfaat apabila data kuantitaif yang akurat sulit diperoleh. 60

61 2. Model runtut waktu (time series) Model ini berusaha untuk memprediksi masa depan dengan menggunakan data historis. 3. Model kausal. Model ini memasukkan dan menguji variabel-variabel yang diduga memengaruhi variabel dependent. Model kausal biasanya menggunakan analisis regresi untuk menentukan mana variabel yang signifikan mempengaruhi variabel dependen. Model ini juga dapat menggunakan metode ARIMA untuk mencari mode terbaik yang dapat digunakan dalam peramalan Data time series merupakan data yang dikumpulkan, dicatat atau diobservasi sepanjang waktu secara berurutan. Periode waktu observasi dapat berbentuk tahun, kuartal, bulan, minggu dan dibeberapa kasus dapat juga hari atau jam. time series dianalisis untuk menemukan pola variasi masa lalu yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan nilai masa depan dan membantu dalam manajemen operasi serta membuat perencanaan. Menganalisis time series berarti membagi data masa lalu menjadi komponen-komponen dan kemudian memproyeksikannya ke masa depan Analisis time series dipelajari karena dengan mengamati data time series akan terlihat empat komponen yang mempengaruhi suatu pola data masa lalu dan sekarang, yang cenderung berulang dimasa mendatang. Empat komponen pola deret waktu, antara lain : 1. Trend, Yaitu komponen jangka panjang yang mendasari pertumbuhan (atau penurunan) suatu data runtut waktu. Merupakan pergerakan data sedikit demi sedikit meningkat atau menurun. 2. Siklikal, yaitu suatu pola dalam data yang terjadi setiap beberapa tahun. fluktuasi atau siklus dari data runtut waktu akibat perubahan kondisi ekonomi 3. Musiman (seasonal), yaitu pola data yang berulang pada kurun waktu tertentu. fluktuasi musiman yang sering dijumpai pada data kuartalan,bulanan atau mingguan. 4. Tak Beraturan, yaitu pola acak yang disebabkan oleh peristiwa yang tidak bisa diprediksi atau tidak beraturan.

62 Gambar 3.2. Komponen pola deret waktu Dalam meramal pendapatan dan belanja daerah dataa yang digunakan ada kecenderungan bersifat musiman, terutamaa bila menggunakan data bulanan. Sehingga metode smoothing dianggap lebih tepat untuk digunakan sebagai metode peramalannya. Metode Smoothing merupakan salah satu jenis teknikk yang dgunakan dalam analisis time series untuk memberikan peramalan jangka pendek. Dalam melakukan Smoothing (penghalusan) terhadap data. Nilai masa lalu digunakan untuk mendapatkan nilai yang dihaluskan untuk time series. Nilai yang telah dihaluskan ini kemudian dieksplorasi untuk meramal nilai masa depan. Ada Beberapa metode penghalusan dalam peramalan antara lain : 1. Rata-rata Bergerak ( Moving Average ). Menggunakann n nilai data terbaru dalam suatu deret berkala untuk meramalkan periode yang akan datang Rata-rata perubahan atau pergerakan sebagai observasi baru Penghitungann rata-rata bergerak adalah sebagai berikut : ( 3.1) Rata-rata Bergerak Tertimbang (Weighted Moving Average) Melibatkan penimbang untuk setiap nilai dataa dan kemudian menghitung rata-rata penimbang sebagai nilai peramalan. Contoh rata-rata berikut (3.2) Dimana jumlah total; penimbang (nilai w)= bergerak tertimbang 3 periode dihitung sebagai =1

63 2. Penghalusan Eksponensial (Exponential Smoothing) Merupakan kasus khusus dari metode rata-rata bergerak tertimbang dimana penimbang dipilih hanya untuk observasi terbaru.penimbang yang diletakkan pada observasi terbaru adalah nilai konstanta penghalusan α Penimbang untuk menilai data selain dihitung secara otomatis dan semakin lama periode waktu sesuatu observasi nilainya akan semakin kecil. αy 1 α (3.3) Dimana : F t+1 = nilai peramalan untuk periode t+1 Y t = nilai sebenarnya untuk periode t+1 Ft = nilai peramalan untuk periode t Α = konstanta penghalusan (0 α 1) 3.1.2. Metode Dekomposisi. Untuk meramalkan suatu peristiwa yang terjadi menggunakan data bulanan seperti penerimaan pendapatan perbulan atau penggunaan data perbulan digunakan pola musiman. Untuk mengetahui pola data tersebut maka diperlukan analisa dekomposisi data. Metode dekomposisi digunakan untuk mengenali pola kegiatan dan digunakan dalam siklus bisnis. Pendekatan ini mencoba menguraikan pola-pola dasar deret berkala menjadi sub pola musim,siklus,trend dan random. Beberapa sub pola kemudian dianalisa secara terpisah, diekstrapolasi kedepan dan kemudian digabung kembali untuk mendapatkan ramalan data asli (Makridakis;1999).Untuk mengetahui keuangan daerah, khususnya penerimaan dan pengeluaran yang akan digunakan untuk membuat anggaran kas, maka hal ini cukup tepat bila digunakan untuk menganalisis siklus manajemen kas daerah. Penulisan matematis umum dari Pendekatan dekomposisi adalah X t = f(i t, T t, C t, E t ) (3.4) Dimana : X t adalah nilai deret berkala (data yang aktual) pada periode t,

64 I t adalah komponen musiman (atau indeks) pada periode t, T t adalah komponen trend pada periode t, C t adalah komponen siklus pada periode t, dan E t adalah komponen galat atau acak pada periode Metode dekomposisi bertujuan untuk memisahkan setiap komponen deret data seteliti mungkin. Konsep dasar dalam pemisahan tersebut bersifat empiris dan tetap. Mulamula memisahkan musiman, lalu trend dan akhirnya siklus.residu yang ada dianggap unsur acak yang walaupun tidak dapat ditaksir tetapi dapat diidentifikasi. Metode dekomposisi dapat berasumsi pada model aditif atau multiplikatif dan betuknya dapat bervariasi. Dekompoisi rata-rata sederhana berasumsi pada model additif : Xt= ( It + Tt + Ct ) + Et (3.5) Metode rasio pada trend menggunakan model multiplikatif dalam bentuk : Xt= ( It * Tt * Ct ) * Et (3.6) Metode dekomposisi rata-rata sederhana dan rasio trend pada masa lalu telah digunakan terutama karena perhitungannya yang mudah tetapi metode tersebut kehilangan daya tariknya dengan dikenalnya komputer secara luas, dimana mengakibatkan aplikasi pendekatan dengan varias metode rasio rata-rata bergerak lebih disukai. Metode ini berasumsi pada model multiplikatif dalam bentuk : Xt= It x Tt x Ct x Et (3.7) Metode rasio rata-rata bergerak mula-mula memisahkan unsur trendsiklus dari data dengan menghitung rata-rata bergerak yang jumlah unsurnya sama dengan panjang musiman. Rata-rata bergerak dengan panjang seperti ini tidak mengandung unsur musiman dan tanpa atau sedikit sekali unsur acak. Rata-rata bergerak yang dihasilkan, Mt, adalah Mt= Tt x Ct (3.8) Persamaan (3.8) hanya mengandung faktor trend dan siklus, karena faktor musiman dan keacakan telah dieliminas dengan perata-rataan persamaan (3.7) dapat dibagi dengan (3.8) untuk memperoleh persamaan (3.9)

65 Persamaan (3.9) merupakan rasio dari data yang sebenarnya dengan ratarata bergerak dan mengisolasi dua komponen deret berkala lainnya. Nilai ratio tersebut berkisar diantara 100, menunjukkan pengaruh musiman pada nilai ratarata data yang telah dihilangkan faktor musimannya (deseasionalized). Langkah selanjutnya dalam metode dekomposisi adalah menghilangkan keacakan dari nilai-nilai yang diperoleh persamaan (3.9) dengan menggunakan suatu bentuk rata-rata pada bulan yang sama atau disebut dengan metode rata-rata medial pada saat ini. Rata-rata medial disusun menurut bulan untuk setiap tahunnya. Rata-rata medial adalah nilai rata-rata untuk setiap bulan setelah dikeluarkan nilai terbesar dan terkecil. Indeks musiman dapat diperoleh dengan mengalikan setiap rata-rata medial dengan faktor penyesuaian dari rata-rata. Maka dari perhitungan ini akan didapat indeks musiman atau seasonal index atau dalam literatur lain disebut seasonal factor. Indeks musiman ini memperlihatkan pola musiman dari data yang terjadi dalam setiap periodenya.sehingga kita dapat menganalisa adanya pola yang berbeda di setiap bulnnya berdasarkan indeks musiman ini. Sedangkan untuk melakukan proyeksi di masa depan maka dapat menggunakan regresi linier dengan data yang telah di deseasionalized atau seasonally adjusted series. Data ini didapat dari rasio atau pembagian antara data asli/aktual dengan seasonal factornya. Data inilah yang akan dilakukan regresi linier yang akan menghasilkan persamaan : Y= a + bt (3.10) t merupakan periode yang akan dilakukan proyeksi dengan terlebih dahulu dengan melakukan coding secara berurutan sesuai urutan proyeksi. Hasil Y proyeksi yang diperoleh dikalikan dengan indkes musimannya untuk memperoleh hasil prediksi yang lebih akurat. Dari metode ini dapat dihitung proyeksi bulanan yang dapat dijadikan pedoman untuk menganalisa hasil yang akan diperoleh di bulan tertentu dimasa mendatang.

66 3.1.3. Metode Winters Multiplicative Exponential Smoothing Selain metode dekomposisi untuk memproyeksi data yang bersifat musiman dapat dilakukan dengan metode kecenderungan dan musiman tiga parameter dari winters atau biasa disebut winters multiplicative. Metode winters didasarkan atas tiap persamaan pemulusan, yaitu satu untuk unsur stasioner, satu untuk trend dan satu untuk musiman Memproyeksi data time series yang bersifat musiman yang memiliki data stasioner dengan efek musiman yang multiplikaf atau biasa disebut Multiplicative seasonal Effect dapat menggunakan metode winter multiplicative method dengan rumus sebagai berikut : F t+m = ( S t + b t m) x I t-l+m (3.11) Dimana S t = α ( X t /I t-l ) + ( 1-α ) (S t-1 + b t+1 ) (3.12) b t = γ (S t S t-1 ) + (1-γ ) b t-1 (3.13) I t = β ( X t /S t ) + (1-β ) I t-l (3.14) 0 α 1, 0 γ 1 dan 0 β 1 L = jumlah periode musim S t = pemulusan keseluruhan b t = Pemulusan Trend pada periode t I t = Pemulusan Musiman F = Proyeksi nilai yang akan diharapkan pada periode t+m 3.1.4. Metode Exponential Smoothing Holt dan Brown Pada beberapa kasus komponen anggaran kas tidak mampu diproyeksi secara musiman. Hal ini dikarenakan terdapat data yang hilang atau tidak lengkapnya data perbulan. Tidak lengkapnya data ini bukan berarti datanya tidak mampu didapat namun secara faktual date tersebut tidak ada, antara lain untuk lain-lain penerimaan daerah yang sah. Pengeluaran pembiayaan dan penerimaan pembiayaan. Komponen anggaran kas ini tidak adanya transaksi di bulan-bulan tertentu, misalkan bulan mei, juni dan juli untuk penerimaan pembiayaan tidak ada. Oleh karena itu proyeksi dilakukan dengan metode exponential smoothing Holt dan exponential smoothing Brown. Dan untuk mendistribusikan pada bulan yang bersangkutan, maka dilakukan dengan mengalikan ratarata transaksi dengan indeks musimannya.

67 Metode eksponensial smoothing brown. Adalah pendekatan pemulusan eksponensial linier atau berganda dimana pemulusan eksponensial linier mengambil perbedaan antara nilai tunggal yang dihaluskan dan aplikasi kedua dari penghalusan menjadi nilai-nilai tunggal yang dihaluskan agar menyelaraskan hasil pemulusan eksponensial untuk suatu kecenderungan. Model persamaannya sebagai berikut : F t+m = a t + b t m (3.15) Dimana a t = S t + (S -S t ) = 2S t - S t (3.16) S t = α X t + ( 1- α) S t-1 (3.17) S t = α S t + ( 1- α) S t-1 (3.18) b t = t S t ) (3.19) m = Jumlah periode ke muka yang akan diramalkan S t = pemulusan eksponensial tunggal S t = pemulusan eksponensial ganda F t+m = Proyeksi nilai yang akan diharapkan pada periode t+m Metode Holt pada prinsipnya sama dengan metode Holt kecuali bahwa holt tidak menggunakan rumus pemulusan berganda secara langsung, sebagai gantinya holt memuluskan nilai trend dengan parameter yang berbeda dari parameter yang digunakan pada deret yang asli. Ramalan dari pemulusan eksponensial linier holt di dapat dengan menggunakan dua konstanta pemulusan (dengan nilai antara 0 dan 1) dan tiga persamaan : F t+m = S t + b t m (3.20) Dimana S t = α X t + ( 1- α) (S t-1 + b t-1 ) (3.21) b t = γ( S t S t-1 ) + (1-γ)b t-1 ) (3.22) Persamaan (3.21) menyesuaikan S t secara langsung untuk trend periode sebelumnya, yaitu b t-1 dengan menambahkan nilai pemulusan yang terakhir, yaitu S t-1.hal ini membantu untuk menghilangkan kelambatan dan menempatkan S t kedasar perkiraan nilai data saat ini. Kemudian persamaan (3.22) meremajakan trend, yang ditunjukan sebagai perbedaan antara dua nilai pemulusan yang terakhir. Akhirnya persamaan (3.20) digunakan untuk ramalan kemuka.trend,b t. dikalikan dengan jumlah periode kemuka yang diramalkan m dan ditambahkan pada nilai dasar, S t

68 3.1.5. Mengukur Ketepatan Penerapan Model. Keakuratan keseluruhan dari setiap model peramalan baik itu ratarata bergerak, eksponensial smoothing atau lainnya dapat dijelaskan dengan membandingkan nilai yang diproyeksikan dengan nilai aktual atau nilai yang diamati. Untuk tingkat akurasi peramalan dapat diukur dari nilai berikut : 1. Mean Squared Error (MSE). Merupakan rata-rata jumlah kuadrat kesalahan peramalan. 1 n Y Y 2. Root Mean Square Error (RMSE).merupakan akar dari nilai yang diperoleh dalam MSE, Semakin kecil nilai RMSE, semakin baik tingkat akurasi prediksinya 3. Mean Absolute Persentage Error (MAPE) = adalah menghitung rata persentase kesalahan pertama dari beberapa periode. Dengan rumus : Y Y Y Y t = Nilai Observasi Y = Nilai peramalan Semakin kecil nilai MAPE, semakin baik tingkat akurasi prediksinya 4. Mean Absolute Deviaton (MAD) = adalah mengukur dengan mengambil jumlah nilai absolut dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data. Y t = Nilai Observasi MAD = Y Y Y = Nilai peramalan Semakin kecil nilai MAD, semakin baik tingkat akurasi prediksinya. Keakuratan sebuah model peramalan dalam melakukan prediksi ditentukan oleh nilai terkecil dari masing-masing metode akurasi data, semakin kecil nilai tersebut semakin akurat sebuah model melakukan prediksi. Untuk mengetahui teknik mana yang terbaik untuk data tertentu maka biasanya dilakukan dengan mencoba beberapa teknik berbeda dan memilih salah satu yang terbaik.

69 3.2. Alasan Pemilihan Model Peramalan usulan menggunakan teknik kuantitatif metode time series dengan asumsi bahwa pola anggaran akan berlanjut dan berulang dimasa yang akan datang. Dimulai dengan pengumpulan data historis realisasi APBD, kemudian diidentifikasi pola datanya dengan uji auto korelasi, kemudian dilakukan peramalan dengan metode yang sesuai dengan pola data. Setelah itu dilakukan uji akurasi untuk kemudian dibandingkan dengan metode peramalan yang lain. Metode dengan error terkecil akan dipilih menjadi peramalan usulan. Secara bagan alir dapat dilihat pada gambar 3.4. Secara lengkap, gambar 3.4 dapat dijelaskan sebagai berikut : komponen anggaran kas yang terdiri dari Pendapatan asli daerah, dana perimbangan, lain-lain pendapatan daerah yang sah, belanja langsung, belanja tidak langsung, penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan memiliki kecenderungan pola data yang berbeda-beda sebagaimana terlihat pada gambar 3.3. Untuk PAD, Dana Perimbangan, belanja langsung dan belanja tidak langsung terdapat kecenderungan pola musiman dimana pola data berulang pada kurun waktu tertentu, yang dalam hal ini adalah secara bulanan pada tahun yang berbeda, untuk itu model yang akan digunakan adalah model yang mengakomodir pola musiman yaitu model regresi linier sederhana dengan seasonal decomposition dan satu lagi adalah winter multiplicative exponential smoothing, dari dua model ini dibandingkan nilai keakurasia peramalannya dengan menggunakan penghitungan RMSE, MAPE dan MAD, nilai yang lebih kecil lah yang akan dipilih sebagai model peramalan untuk tahun-tahun berikutnya dan nilai RMSE,MAPE dan MAD yang lebih besar akan diabaikan dan tidak digunakan dalam peramalan. Untuk komponen anggaran kas yang lain yaitu lain-lain pendapatan daerah yang sah, penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan, pada gambar 3.3 terlihat kecenderungan pola data yang mengandung unsur trend, sehingga model yang digunakan pun berbeda dengan yang cenderung musiman. Untuk itu digunakan dua model yang mengakomodir unsur trend yaitu, exponential smooting holt methods dan exponential smoothing brown

70 methods, dari dua model ini juga dibandingkan tingkat keakurasian peramalannya menggunakan penghitungan RMSE, MAPE dan MAD, Nilai RMSE, MAPE dan MAD yang lebih kecil lah yang akan dipilih dan digunakan sebagai model peramalan untuk tahun-tahun berikutnya, sedangkan model yang memiliki nilai RMSE,MAPE dan MAD yang lebih besar akan diabaikan dan tidak digunakan sebagai model peramalan. 20.000,00 15.000,00 10.000,00 5.000,00 Pendapatan Asli Daerah 100.000,00 80.000,00 60.000,00 40.000,00 20.000,00 Dana Perimbangan Jan 06 Jun 06 Nop 06 Apr 07 Sep 07 Feb 08 Jul 08 Des 08 Mei 09 Okt 09 Jan 06 Jun 06 Nop 06 Apr 07 Sep 07 Feb 08 Jul 08 Des 08 Mei 09 Okt 09 80.000,00 60.000,00 40.000,00 20.000,00 Belanja Langsung 80.000,00 60.000,00 40.000,00 20.000,00 Belanja Tidak Langsung Jan 06 Mei 06 Sep 06 Jan 07 Mei 07 Sep 07 Jan 08 Mei 08 Sep 08 Jan 09 Mei 09 Sep 09 Jan 06 Mei 06 Sep 06 Jan 07 Mei 07 Sep 07 Jan 08 Mei 08 Sep 08 Jan 09 Mei 09 Sep 09 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0 Lain lain Pendapatan Daerah 80.000 60.000 40.000 20.000 Penerimaan Pembiayaan 0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 8.000 Pengeluaran Pembiayaan 6.000 4.000 2.000 0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Gambar 3.3. Pola Data Aktual Komponen Anggaran Kas

71 Model diabaikan Tidak Komponen Anggaran Kas Pendapatan Asli Daerah Berulang secara musiman Regresi linier sederhana dengan seasonal decomposition Membandingkan akurasi model (RMSE,MAPE, MAD) Nilai RMSE,MAPE dan MAD lebih kecil Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang Sah Belanja Langsung Kecenderungan Pola Data Winter Multiplicative methods Ya Model Dipilih Belanja Tidak Langsung Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan Mengandung unsur Trend Exponential Smoothing (Holt Methods) Exponential Smoothing (Brown Methods) Membandingkan akurasi model (RMSE,MAPE, MAD) Ya Nilai RMSE,MAPE dan MAD lebih kecil Gambar. 3.4. Pemilihan Model Untuk Analisis Komponen Anggaran Kas Model diabaikan Tidak

72 3.3. Siklus dan Metode Penyusunan Anggaran Kas Sebagai implementasi penyusunan manajemen kas di Kabupaten Pekalongan diperlukan alat untuk mengetahui berapa penerimaan dan pengeluaran yang akan diterima oleh pemerintah daerah Kabupaten Pekalongan. Hal ini dapat dilakukan dengan metode peramalan secara ilmiah.beberapa kategori penerimaan dan belanja dapat dilakukan dengan kebijakan daerah, misalkan pembayaran pokok hutang dan bunga yang didasarkan pada perjanjian hutang antara pemerintah dan pemberi pinjaman. Dan ada pula penerimaan dan pengeluaran yang tidak mampu diprediksi dengan baik dikarenakan data yang tidak tersedia atau data yang dihitung dengan formulasi tertentu. Seperti Dana Alokasi Umum dan dana perimbangan lainnya. Oleh karena itu manajemen kas, dalam hal ini penyusunan anggaran kas tidak menjadi data baku yang statis, namun selalu dinamis. Berikut adalah bagan dari setiap komponen penerimaan dan belanja daerah yang akan di analisa dengan analisis seasonal decomposition maupun metode proyeksi lainnya. Penerimaan Daerah Pendapatan Daerah Penerimaan Pembiayaan (6) Pendapatan Asli Daerah (1) Dana Perimbangan (2) Lain-lain Pendapatan yang Sah (3) APBD Belanja Daerah Belanja Langsung (4) Pengeluaran Daerah Pengeluaran Pembiayaan (7) Belanja Tidak Langsung (5) Gambar 3.5. Komponen Penyusun APBD Kabupaten/Kota

73 Dari berbagai komponen penyusun APBD tersebut, analisa dekomposisi dan proyeksi dilakukan pada tujuh komponen yang memiliki karakter dan pola yang berbeda, antara lain : pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, lain-lain pendapatan yang sah,belanja langsung,belanja tidak langsung, penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Kesemua komponen ini muaranya adalah sama yaitu terhadap penerimaan daeran dan pengeluaran daerah. Dari dua muara ini akan diketahui pula mengenai jumlah idle cash yang dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Pekalongan setiap bulannya. Bagan alir penyusunan kas daerah adalah sebagaimana terlihat dalam Gambar 3.6. 3.4. Metode Penyusunan Aliran Kas Daerah Terdapat empat elemen utama anggaran kas yang perlu diperoleh informasinya, yaitu :1) saldo awal kas, 2) Perkiraan Penerimaan Kas, 3) perkiraan pengeluaran kas dan 4) perkiraan saldo kas akhir kas setiap bulan. Tabel 3.1. Penghitungan Aliran Kas Daerah Bulan Saldo Awal Penerimaan Total Pengeluaran Saldo Akhir Januari Rp..xx Rp..xx Rp..xx Rp..xx Rp..xx Februari Rp..xx Rp..xx Rp..xx Rp..xx Rp..xx Dst... Pada tabel angaran kas tersebut dimasukkan data yang berasal dari skedul penerimaan dan pengeluaran untuk tiap-tiap bulan selama satu tahun yaitu: 1. Saldo Awal. Adalah jumlah uang yang telah masuk pada kas daerah sejak awal bulan bersangkutan. Untuk Saldo Awal bulan Januari diperoleh dari SiLPA (Sisa Lebih Pembiayaan APBD), sedangkan awal bulan februari merupakan saldo akhir bulan januari. 2. Penerimaan, adalah penerimaan seluruh komponen pendapatan daerah ditambah komponen pembiayaan daerah. Dalam menyusun penelitian ini penerimaan daerah merupakan akumulasi penambahan dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan serta lain lain pendapatan daerah yang sah. 3. Total adalah penjumlahan dari saldo awal ditambah penerimaan. 4. Pengeluaran adalah pengeluaran seluruh komponen belanja daerah ditambah komponen pengeluaran pembiayaan. Belanja Daerah merupakan penjumlahan dari belanja langsung dan belanja tidak langsung.

74 5. Saldo akhir adalah selisih antara total dan pengeluaran. Saldo akhir bulan tertentu akan menjadi saldo awal bulan berikutnya. Model matematisnya adalah sebagai berikut: PD = PAD + DP + LPD TPD = PD + PnP BD = BTL + BL TP L D = BD + P L P Saldo Akhir = (saldo awal + TPD) -TP L D Dimana : PD = Pendapatan Daerah Daerah PAD = Pendapatan Asli Daerah DP = Dana Perimbangan LPD = Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah TPD = Total Penerimaan Daerah PnP = Penerimaan Pembiayaan BD = Belanja Daerah BTL = Belanja Tidak Langsung BL = Belanja Langsung TP L D = Total Pengeluaran Daerah P L P = Pengeluaran Pembiayaan Sedangkan untuk jumlah kas menganggur yang akan diinvestasikan atau dilakukan penempatan dananya melalui instrumen investasi deposito dihitung berdasarkan selisih antara saldo akhir dikurangi dengan kebutuhan minimum giro untuk bulan berikutnya. 3.5.Jenis dan Sumber data Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam bentuk Realisasi Anggaran tahunan yang dipublikasikan melalui Peraturan Daerah tentang pertanggungjawaban APBD dimana terdapat laporan keuangan yang digunakan sebagai data dasar analisa. Sedangkan untuk mengetahui aliran kas daerah per bulan dikumpulkan dengan pengolahan data realisasi anggaran perperiode tertentu (misal perbulan atau pertribulan) didapat dari pengolahan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) yang telah tersinkronisasi dengan Kas Umum Daerah dan penggunaan treasury single account.

75 Data pertanggungjawaban APBD yang digunakan adalah Realisasi APBD dari Tahun 2001 hingga 2009. Sedangkan untuk data realisasi per periode tertentu menggunakan data APBD tahun 2006 hingga 2009, untuk memperoleh data empat periode sebagaimana dibutuhkan dalam analisa dekomposisi. Namun karena terjadi perubahan peraturan dimana saat itu Peraturan Menteri dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 telah efektif dilaksanakan, terjadi perubahan jenis belanja dalam susunan penyusunan anggaran sehingga untuk tahun 2006 dilakukan konversi belanja terlebih dahulu dengan memilah jenis belanja untuk disesuaikan dengan laporan APBD tahun 2007 dan seterusnya sehingga terjadi konsistensi pengelompokan jenis data. Untuk data pendukung lainnya didapat dari Bapeda, Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah dan beberapa perbankan umum di Kabupaten Pekalongan 3.6. Teknik Pengolahan Data Data sekunder yang diperoleh dari data realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah yang tersedia diolah dan dianalisis dengan menggunakan alat dan metode statistik yang sesuai. Dalam penelitian ini pengolaan data dilakukan dengan menggunakan bantuan dari software Statistika yaitu SPSS( Statistical Product and Service Solution) Versi 17 dan Microsoft Excel, Agar proses pengolahan data lebih cepat dan akurat.

76 Dekomposisi dan Proyeksi Pendapatan Asli Daerah Perbulan (PAD) Dekomposisi dan Proyeksi Dana Perimbangan perbulan (DP) Total Proyeksi pendapatan daerah (PD=PAD+DP+LPD) Dekomposisi Proyeksi lain-lain Pendapatan Daerah yang sah (LPD) Total Penerimaan Daerah (TPD=PD+PnP) Dekomposisi dan Proyeksi Penerimaan Pembiayaan Daerah (PnP) Dekomposisi dan Proyeksi Belanja Tak Langsung (BTL) Dekomposisi dan Proyeksi Belanja Langsung (BL) Total Proyeksi Belanja Daerah (BD=BTL+BL) Total Pengeluaran Daerah TP L D=BD+P L P) Dekomposisi dan Proyeksi Pengeluaran Pembiayaan Daerah (P L P) Anggaran Kas Daerah : 1. Anggaran Penerimaan Kas perbulan (APK) 2. Anggaran Pengeluaran Kas Perbulan (AP L K) Perhitungan sisa kas daerah perbulan (SK= APK-APLK) Simulasi Penempatan idle Cash (SK) Proyeksi Penambahan PAD melalui investasi Sisa Kas (SK) Gambar 3.6. Bagan Alir Mekanisme Penyusunan Anggaran Kas