BAB II PEMBUKUAN Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap Tahun Pajak berakhir (Pasal 1 angka 26 UU No. 16 Tahun 2000) A. TUJUAN PEMBUKUAN Tujuan pembukuan sesuai dengan pasal 14 UU PPh adalah mendapatkan informasi yang benar dan lengkap tentang penghasilan Wajib Pajak untuk dapat mengenakan pajak secara adil, benar dan wajar sesuai kemampuan ekonomis wajip pajak. B. KEWAJIBAN PEMBUKUAN Kewajiban pembukuan kepada setiap orang yang menjalankan perusahaan ditegaskan dalam Pasal 28 ayat 1 Undang Undang Ketentuan Umum dan tata cara Perpajakan: Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan. C. DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN PEMBUKUAN Berdasarkan Pasal 28 UU No. 16 Tahun 2000 : Ayat (2): Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto 15
dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. Penghitungan penghasilan neto dengan menggunakan norma diperbolehkan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp 600.000.000,00, dengan syarat memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama 3 bulan sejak awal tahun pajak yang bersangkutan (KEP-536/PJ/2000). D. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEMBUKUAN Pelaksanaan pembukuan dalam akuntansi pajak berdasarkan pasal 28 UU KUP harus mengikuti persyaratan sebagai berikut: Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang Selain dapat dihitung besarnya PPh, pajak-pajak lainnya juga harus dihitung dari pembukuan tersebut Agar PPN dan PPnBM dapat dihitung dengan benar maka pembukuan harus mencatat juga jumlah harga perolehan atau nilai impor, jumlah harga jual atau nilai ekspor, jumlah harga jual dari barang yang dikenakan PPnBM, jumlah pembayaran atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean dan atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean 16
di dalam daerah pabean, jumlah pajak masukan yang dapat dikreditkan dan yang tidak dapat dikreditkan Dengan demikian pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan perundangundangan perpajakan menentukan lain. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak Untuk keperluan perubahan metode pembukuan Wajib Pajak harus mengajukannya sebelum dimulai tahun buku yang bersangkutan dengan menyebutkan alasan-alasan dilakukan perubahan dan akibat dari perubahan tersebut.. Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim, penyebutan tahun pajak menggunakan tahun yang didalamnya termasuk 6 bulan pertama atau lebih. - Pembukuan 1 Juli 2006 sampai dengan 30 Juni 2007 tahun pajaknya adalah 2006 - Pembukuan 1 Oktober 2006 sampai dengan 30 September 2007, tahun pajaknya adalah 2007 - SPT PPN&PPnBM berdasarkan tahun buku atau sama dengan SPT PPh Badan. - SPT PPh PS 21/26 tahunan berdasarkan tahun takwin, walaupun tahun bukunya tidak sama dengan tahun takwin. - PBB berdasarkan tahun takwin 17
Buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau di tempat tinggal bagi Wajib Pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan bagi Wajib Pajak badan Dokumen-dokumen yang dimaksud termasuk hasil pengolahan data elektronik Kurun waktu 10 (sepuluh) tahun penyimpanan adalah sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai batas daluwarsa penetapan pajak Pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terdiri dari data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang bersifat final. Pencatatan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas meliputi peredaran atau penerimaan bruto dan penghasilan lainnya, sedangkan bagi mereka yang semata-mata menerima penghasilan dari luar usaha dan pekerjaan bebas pencatatannya hanya mengenai penghasilan bruto, pengurang, dan penghasilan neto yang merupakan objek PPh Bentuk dan tatacara pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) iatur dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. Pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan perundang-undangan perpajakan menentukan lain. 18
E. PRINSIP TAAT ASAS (KONSISTENSI) DAN STETSEL AKRUAL (ACCRUAL BASIS) ATAU STETSEL KAS (CASH BASIS) 1. Prinsip taat asas Prinsip taat asas adalah prinsip yang sama digunakan dalam metode pembukuan dengan tahun-tahun sebelumnya, untuk mencegah pergeseran laba atau rugi. Prinsip taat asas dalam metode pembukuan misalnya dalam penerapan : a. Stetsel pengakuan penghasilan b. Tahun buku c. Metode penilaian persediaan d. Metode penyusutan dan amortisasi 2. Stetsel akrual Berdasarkan Stelsel akrual maka: - Penghasilan atau pendapatan diakui kapan (tahun buku) menjadi hak, tidak tergantung pada penerimaan uang. Walaupun uang belum diterima kalau sudah menjadi hak (timbul piutang) sudah diakui sebagai penghasilan, sebaliknya kalau uang sudah diterima tapi belum menjadi hak belum diakui sebagai penghasilan, misalnya uang muka - Beban diakui kapan (tahun buku) menjadi beban atau kewajiban, tidak tergantung pada pengeluaran uang. Walaupun belum ada pengeluaran uang, kalau sudah menjadi kewajiban untuk membayar, sudah diakui sebagai beban. Sebaliknya kalau uang yang sudah dikeluarkan tapi belum ada kewajiban/beban, belum diakui sebagai beban. - Ada penyusutan dan amortisasi untuk membebankan harga perolehan aktiva tetap Termasuk dalam pengertian stetsel akrual adalah pengakuan penghasilan berdasarkan metode persentase tingkat penyelesaian pekerjaan yang umumnya dipakai di bidang konstruksi dan metode lainnya yang dipakai di bidang usaha tertentu seperti Build Operate and Transfer (Bangun Guna Serah), Real Estat, dan lain-lain. 19
3. Stetsel Kas Stetsel Kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai. - Menurut stetsel ini, penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan, bila benar-benar telah diterima tunai dalam suatu periode tertentu atau cek dari pihak luar sudah masuk rekening bank, serta biaya baru dianggap biaya, bila benar-benar telah dibayar tunai dalam suatu periode tertentu atau cek yang dikeluarkan sudah diuangkan di bank, termasuk pembelian aktiva tetap. - Tidak ada penyusutan atau amortisasi, harga perolehan aktiva yang dibeli secara tunai langsung dibebankan pada tahun terjadinya pembelian. - Stetsel kas tidak digunakan dalam akuntansi, kecuali hal-hal khusus, misalnya penerimaan bunga pada debitur macet oleh bank Oleh karena stetsel ini dapat mengakibatkan penghitungan yang mengaburkan terhadap penghasilan, dalam rangka penghitungan PPh harus memperhatikan hal-hal antara lain : 1. Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh penjualan baik yang tunai maupun yang bukan 2. Dalam menghitung HPP harus diperhitungkan seluruh pembelian dan persediaan 3. Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi 4. Pemakaian stetsel kas harus dilakukan secara taat asas (konsisten) Dengan demikian penggunaan stetsel kas untuk tujuan perpajakan dapat juga dinamakan stetsel campuran. 20
PERBEDAAN PENCATATAN STETSEL KAS DAN AKRUAL Sdr Ferry Haryadi usaha bengkel, data tahun 2006 No Tahun Buku 2006 Kas (Rp) Akrual (Rp) 1. PENERIMAAN UANG a. Menerima uang atas jasa operasi yang sudah selesai (sudah menjadi hak) b. Jasa reparasi sudah selesai Desember 2006, sudah dibuat tagihan (sudah menjadi hak) sebesar Rp 12.000.000,- tapi belum dibayar oleh langganan c. Diterima uang mengecat mobil sebesar Rp 450.000,- tapi pekerjaan belum diselesaikan (belum menjadi hak) 70.000.000-450.000 70.000.000 12.000.000-2. PENGELUARAN UANG Penghasilan 70.450.000 82.000.000 a. Sewa tempat selama 3 tahun mulai 1 Januari 2006 sampai dengan 31 Desember 2008, sebesar Rp 21.000.000,-. Beban 2006 = Rp 7.000.000 21.000.000 7.000.000 21
b. Pembelian bahan secara tunai Rp 10.000.000. Persediaan 31-12-2006 Rp 2.000.000. Digunakan 2006 Rp 8.000.000,- c. Upah yang sudah dibayar 2006 Rp 25.000.000. Upah yang belum dibayar Rp 2.000.000. Beban Upah 2006 Rp 27.000.000 d. Listrik/telepon yang sudah dibayar Rp 2.500.000 bulan Desember. Belum dibayar Rp 250.000. Beban 2006 Rp 2.750.000 e. Beli alat-alat bengkel Rp 6.000.000. Taksiran umur 4 tahun, tanpa nilai residu. Penyusutan dengan metode garis lurus. Penyusutan pertahun Rp 1.500.000 10.000.000 25.000.000 2.500.000 6.000.000 8.000.000 27.000.000 2.750.000 1.500.000 Beban 64.500.000 46.250.000 Surplus/Laba (Rugi/Defisit) 5.950.000 35.750.000 22