BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

DAFTAR ISI. Abstrak... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... xii

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB IV ANALISIS PENGARUH JALAN TERHADAP PENANAMAN MODAL

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara. dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan (Danawati, dkk 2016).

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai kesempatan Pemerintah Indonesia menyampaikan. komitmennya untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur.

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

BAB.I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Akan tetapi masih banyak ditemui penduduk yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

I. PENDAHULUAN. lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan. Meningkatnya persaingan antar negara tidak hanya berdampak pada perekonomian negara secara keseluruhan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada

BAB I PENDAHULUAN. dan distribusi pendapatan yang merata tanpa adanya disparitas. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh masyarakat luas (Lincolin Arsyad, 1999).

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. peranan daripada modal atau investasi. Modal merupakan faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dimensi tantangan lokal, nasional maupun global. Kemiskinan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap negara membutuhkan modal untuk membiayai proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam mengelola sumber daya daerah tersebut. menentukan kebijakan untuk masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan pertanggungjawaban yang terdiri atas Laporan Perhitungan

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendapatan perkapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan infrastruktur diyakini sebagai salah satu faktor kunci dalam pengembangan perekonomian suatu wilayah. Di antara infrastruktur kunci tersebut, bahwa jalan raya atau infrastruktur transportasi memiliki peran sangat penting tidak diragukan. Harus diakui bahwa masih terjadi perdebatan-perdebatan tentang bagaimana cara infrastruktur jalan mempengaruhi perekonomian suatu wilayah, seberapa kuat pengaruhnya, serta apakah pengaruhnya bersifat mendorong polarisasi atau desentralisasi. Namun demikian, hal penting yang secara umum dipahami adalah memerankan fungsi aksesibilitas untuk mendukung mobilitas elemen-elemen dan kegiatan perekonomian. Dalam studi ini, fungsi aksesibilitas jalan ini dibatasi atau diwakili jalan tol, khususnya Jalan tol Jakarta Cikampek yang mulai dioperasikan pada tahun 1988. Sementara itu, perekonomian wilayah, atau kegiatan ekonomi yang dikaitkan dengan keberadaan jalan dalam studi ini dibatasi pada kegiatan investasi atau penanaman modal, khususnya Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Mengkaji dampak keberadaan jalan tol terhadap kegiatan penanaman modal dipandang cukup penting sehubungan dengan upaya percepatan pembangunannya dengan targettarget kinerja perekonomian wilayah yang dilalui. Dengan mengidentifikasi pengaruhpengaruhnya, baik positif maupun negatif, maka kebijakan dan langkah antisipasinyapun dapat segera ditentukan. Kebutuhan mengkaji pengaruh-pengaruh tersebut lebih terasa lagi jika dipakai kawasan pantura Jawa Barat, atau wilayah yang dilalui jalan negara di pantai utara sebagai wilayah pengamatan. Di wilayah tersebut, terdapat jalan negara yang melintasi seluruh 6 wilayah kabupaten (Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang, Indramayu, dan Cirebon) dan 2 kota (Bekasi dan Cirebon), serta jalan tol yang baru menjangkau 4 kabupaten/kota diantaranya. Ketimpangan minat investasi di antara kabupaten / kota pantura yang cukup mencolok, atau rendahnya minat investasi di Subang dan Indramayu, memerlukan penjelasanpenjelasan yang dapat dipakai untuk menentukan kebijakan berikutnya. Pemilihan wilayah studi tersebut karerna keberadaan jalan tol Jakarta-Cikampek yang merupakan bagian dari TransJawa di wilayah tersebut, serta ketersediaan data 1

perekonomian yang memadai untuk wilayah tersebut. Kedelapan wilayah administrasi tersebut dikonsolidasi kedalam 6 wilayah unit analisis dengan menyatukan kota dengan kabupaten yang bersesuaian. Dengan demikian, keenam wilayah unit analisis tersebut adalah Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang, Indramayu, dan Cirebon. Harapan akan terjadinya pertumbuhan ekonomi dengan adanya pembangunan jalan tol tersebut bisa dipahami. Beberapa kajian dan literatur menyimpulkan adanya keterkaitan antara ketersediaan infrastruktur jalan raya dengan arus investasi (termasuk Foreign Direct Investment) (Kumar 2001, Lloyd, Dicken 1972, Aschauer 1989, World Bank 1994). Selanjutnya, kehadiran investasi di suatu wilayah dipercaya akan menciptakan lapangan pekerjaan dan kegiatan ekonomi terkait, meningkatkan output perekonomian wilayah tersebut, dan berarti adanya pertumbuhan ekonomi. Keyakinan pemerintah pusat akan korelasi antara pembangunan jalan tol dengan perkembangan perekonomian wilayah tersebut secara eksplisit dinyatakan oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), yang menyatakan bahwa pembangunan jalan tol akan : 1) berpengaruh pada perkembangan wilayah dan peningkatan ekonomi, 2) meningkatkan mobilitas dan aksesibilitas orang dan barang, 3) keuntungan biaya operasi kendaraan bagi pengguna, dibandingkan jika melewati jalan non-tol, dan 4) pengembalian investasi yang terjamin bagi investor infrastruktur / jalan tol tersebut. Terkait dengan rantai kegiatan ekonomi investasi publik (infrastruktur) investasi privat (sektor riil) pertumbuhan ekonomi, maka apabila pola keterkaitan ketiganya dapat diidentifikasi, maka penentuan kebijakan publik dapat direncanakan secara lebih akurat. Hal ini penting, mengingat hubungan antara public capital stock dengan private capital stock yang bisa menarik/crowd-in maupun mendesak/crowd-out (Achauer, 1989). Dengan demikian penentuan strategi dan kebijakan pembangunan jalan tol akan lebih efektif apabila pelajaran dari pengalaman membangun jalan tol selama hampir 3 dekade (1978 2008) dapat diidentifikasi. 1.2 Persoalan Studi Pembangunan jalan tol, pada satu dekade terakhir ini seolah-olah telah menjadi primadona dalam kegiatan kegiatan ekonomi di Indonesia, dikaitkan dengan upaya menarik minat investasi terutama di sektor riil. Kebijakan percepatan pembangunan jalan tol yang diambil pemerintah pusat menjadi semacam konfirmasi atas pandangan tersebut. Kebijakan percepatan, apalagi menyangkut infrastruktur publik seperti jalan tol, 2

tentu berbiaya sangat besar. Pertanyaannya adalah, apakah pembangunan jalan tol tersebut mempunyai pengaruh positif terhadap perekonomian wilayah-wilayah yang dilintasinya? Serta bagaimana mengaitkannya? Secara lebih rinci banyak diyakini bahwa instrumen perekonomian yang cukup peka terhadap keberadaan jalan adalah investasi, atau penanaman modal. Hal ini terbukti dari upaya berbagai pemerintahan di dunia yang berupaya menarik investor sebanyakbanyaknya untuk tujuan pembangunan ekonominya. Jadi secara berurutan dianggap perlu dilakukannya kajian mengenai korelasi antara pembangunan (keberadaan jalan) dengan minat investasi di pihak swasta. Apabila ditemukan korelasi positif diantaranya, lebih jauh lagi dapat dikaji pengaruh investasi tersebut pada perekonomian wilayah, lebih khusus pertumbuhannya. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, beberapa pertanyaan penelitian yang bisa diajukan antara lain : (i) (ii) (iii) Apakah keberadaan jalan tol Jakarta-Cikampek sejak 1988 mempunyai pengaruh positif pada minat investasi didaerah-daerah pantura Jawa Barat, dalam hal ini di wilayah analisis yang terdiri dari Kabupaten Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang, Indramayu, Cirebon, dan Kota Bekasi dan Cirebon. Bagaimanakah bentuk dan sifat pengaruh jalan tersebut terhadap kinerja perekomonian wilayah, khususnya penanaman modal / investasi di wilayah disekitarnya? Apakah langkah yang bisa diambil untuk mendorong (pengaruh positifnya) dan mengeliminasi (pengaruh negatifnya jika ada) tersebut? 1.3 Tujuan Studi Studi ini bertujuan mengkaji pengaruh keberadaan jalan tol Jakarta-Cikampek pada perekonomian wilayah Jawa Barat di Pantai Utara, khususnya menyangkut tarikan investasinya serta dampaknya terhadap perkembangan perekonomian wilayah. Adapun sasaran dilakukannya studi ini antara lain adalah : (i) teridentifikasinya korelasi antara keberadaan jalan tol Jakarta-Cikampek dengan minat investasi (PMA dan PMDN) di 6 wilayah unit analisis (Kabupaten Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang, Indramayu, Cirebon, dan Kota Bekasi serta Cirebon). 3

(ii) diketahuinya sifat / bentuk pengaruh keberadaan jalan tersebut terhadap perekonomian di wilayah studi, khusunya besaran investasi (PMA/PMDN). (iii) teridentifikasinya langkah yang bisa diambil atas pengaruh atau dampak tersebut. 1.4 Ruang Lingkup Studi Dengan maksud mendapatkan arah penelitian yang fokus, maka lingkup penelitian ini dibatasi dari aspek geografis dan substansi seperti berikut ini. 1.4.1 Ruang lingkup geografis. Ruang lingkup geografis penelitian ini meliputi 8 (delapan) wilayah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat yang berada di jalur pantai utara (pantura), yakni Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon. 1.4.2 Ruang lingkup materi. Secara substansial, sesungguhnya ada beberapa jenis infrastruktur transportasi lainnya (selain jalan tol) yang secara bersama-sama mempengaruhi perkembangan perekonomian wilayah. Akan tetapi dikaitkan dengan kemungkinan kontribusinya, terlebih terkait ketersediaan data seri-waktunya, akan lebih mudah apabila dibatasi pada infrastruktur jalan tol saja. Keberadaan jalan tol Jakarta-Cikampek yang mulai dioperasikan sejak tahun 1988 juga menjadi pertimbangan dalam pembatasan ruang lingkup studi ini. Hal ini dikaitkan dengan adanya rentang waktu data yang memadai untuk melihat fenomena sebelumnya (1980-1988) dan sesudah pengoperasian tol tersebut (1988-2005) dikaitkan dengan kondisi perekonomian wilayah tersebut dalam rentang waktu dimaksud. Dari aspek ekonomi, pembatasan ruang lingkup dilakukan pada jenis investasi yang diteliti. Jenis investasi yang dijadikan obyek studi adalah investasi berfasilitas (PMA dan PMDN) sesuai dengan Undang Undang nomor 1 tahun 1968 dan Undang-Undang nomor 6 tahun 1968, karena diduga kedua jenis investasi ini yang lebih sensitif terhadap keberadaan jalan tol dibandingkan dengan jenis investasi lainnya (investasi swasta tanpa fasilitas, investasi rumah tangga, dan investasi pemerintah melalui APBN). Kinerja perkembangan perekonomian wilayah yang dianalisis juga dibatasi dengan pendekatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dianggap sebagai salah satu 4

indikator kinerja perekonomian suatu daerah yang relevan dengan studi ini, datanya relative tersedia, serta tidak sulit diakses. 1.5 Kerangka Pemikiran Kerangka pikir yang dipakai pada penelitian ini ditunjukkan dengan diagram 1.2. Studi ini dilatarbelakangi perlunya meneliti bagaimanakah sifat / bentuk pengaruh keberadaan jalan terhadap kinerja investasi di wilayah studi. Untuk mencapainya secara efektif, maka setelah permasalahan studi dirumuskan, dengan dibantu beberapa pertanyaan penelitian, kemudian ditentukan metodologinya. Beberapa pembatasan perlu dilakukan untuk membuat penelitian lebih fokus, antara lain pembatasan wilayah geografis, serta cakupan materi studi. Setelah itu, ditentukan metodologi yang hasilnya diyakini bisa menjawab pertanyaan penelitian yang ada. Untuk mengoperasionalkan metodologi tersebut, dilakukan pengumpulan data yang mendukung, antara lain menyangkut jalan tol, menyangkut penanaman modal (PMA, PMDN), perekonomian wilayah (PDRB). Adapun data yang diperlukan dalam studi ini bersifat data sekunder, antara lain : data persetujuan penanaman modal asing (PMA) 1968-2005, persetujuan penanaman modal dalam negeri (PMDN) 1968-2005, realisasi penanaman modal asing (PMA) 1990-2005, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) 1990-2005, dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat, data sosial kependudukan, ekonomi dari 25 kota / kabupaten di Jawa Barat, 1980-2005, Biro Pusat Statistik Regional Jawa Barat, data jalan tol : terbangun, operasi, dan rencana, 1978-2005, dari Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) dan PT. Jasa Marga. Di samping itu beberapa data pelengkap diperoleh dari sumber-sumber lain yang bisa dipertanggungjawabkan validitasnya. Selanjutnya, analisis dan pengolahan data yang dilakukan harus mengarah pada jawaban pertanyaan penelitian dengan menggunakan metoda-metoda statistik dan metoda ilmiah lainnya. Untuk mempermudah analisis antara lain dibantu dengan statistic tools seperti SPSS. Dengan model analisis tersebut diharapkan akan diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang dapat menjawab persoalan studi dan pertanyaan penelitian. Atas kesimpulan-kesimpulan tersebut selanjutnya dapat dilakukan sintesa, seperti menetukan langkah-langkah yang 5

bisa diambil untuk menekan atau mengurangi dampak negatif dari keberadaan / pembangunan jalan terhadap kinerja perekonomian wilayah yang diteliti. Selanjutnya, kesimpulan dan saran tersebut dituangkan pada baguian akhir dari studi ini. Bagan dari kerangka pemikiran tersebut ditunjukkan pada bagan berikut ini. LATAR BELAKANG - Adanya anggapan bahwa pembangunan jalan toll akan serta merta mendorong pertumbuhan perekonomian di wilayah yang dilintasinya,. - Ada perbedaan menyolok kinerja perekonomian kabupaten / kota di pantura Jawa Barat, khususnya dikaitkan dengan minat investasi. PERUMUSAN MASALAH - Tidak meratanya minat investasi di antara Kabupaten / Kota wilayah pantura Jawa Barat. - Adanya kecenderungan semakin besarnya ketimpangan pusat pertumbuhan dengan / daerah periphery-nya PERTANYAAN PENELI ttian (i ) Apakah keberadaan jalan toll Jakarta - Cikampek sejak 1988 berdampak positif pada minat investasi didaerah - -daerah di 6 unit analisisi di wilayah Jabar tersebut. Jabar (ii ) Bagaimanakah bentuk / sifat pengaruh jalan tersebut terhadap perekonomian wilayah, khususnya thd investasi. (iii) Apakah langkah yang bisa diambil untuk mengatasi bentuk dan sifat pengaruh jalan tersebut terhadap perekonomian /? willayah? PENGUMPULAN DATA DATA SPASIAL : - Peta Jawa Barat, dengan batas administratif Kabupaten DATA EKONOMI : - PDRB Kabupaten pantura Jawa Barat, 1980-2005 - Laju Pertumbuhan PDRB, dengan batas administratif Kabupaten DATA INVESTASI : - Persetujuan PMA & PMDN per Kab / Kota di Jabar - Realisasi PMA & PMDN per Kab / Kota di Jabar 1980-2005 DATA PENDUKUNG LAINNYA ANALISIS STATISTIK & GRAFIS : - Perhitungan Indeks Aksesibilitas wilayah, dibobot dengan PDRB - Hubungan PMA & PMDN dengan Indeks Aksesibilitas KESIMPULAN & REKOMENDASI : Bagan 1.3 Kerangka Pikir Studi 6

1.6 Metodologi Studi Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam studi ini, analisis dilakukan dengan pendekatan analisa grafis dan time-series untuk melihat pengaruh jalan terhadap minat investasi di wilayah pantura. Karakter jalan dalam hal ini didekati dengan indeks aksesibilitas yang diberi bobot pendapatan domestik bruto (GDP weighted). Selanjutnya, analisis regresi digunakan untuk untuk melihat sejauh mana keterkaitan antara investasi di wilayah studi dengan indeks aksesibiltas.. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam studi ini adalah : 1) mengidentifikasi distribusi investasi di 8 wilayah pantura Jabar, dan mengelompokkannya lagi kedalam 6 wilayah, dengan menggabungkan Kabupaten dan Kota Bekasi, serta Kabupaten dan Kota Cirebon, masing-masing sebagai satu unit wilayah investasi saja. 2) Menghitung Indeks Aksesibilitas masing-masing wilayah dari data-data yang ada : jarak, waktu tempuh, serta GDP. 3) Menganalisis keterkaitan kinerja investasi PMA & PMDN dengan Indeks Aksesibilitas tersebut. 4) Melakukan sintesa berdasarkan kesimpulan yang didapat dari analisa yang telah dilakukan.. Seluruh bagian analisis tersebut dilakukan dengan rentang waktu (data) mulai tahun 1980 sampai 2005. Pada beberapa kasus, data-data di luar rentang tersebut juga dipakai untuk penguatan- penguatan kesimpulan. 1.7 Sistematika Pembahasan Pembahasan Studi Pengaruh Keberadaan Jalan Tol pada Perkembangan Ekonomi Kawasan Pantai Utara Jawa Barat akan dilakukan dengan sistematika berikut ini. BAB I Pendahuluan, menjelaskan antara lain latar belakang studi, rumusan persoalan studi, tujuan studi, ruang lingkup studi, metodologi studi, dan sistematika pembahasan. BAB II Kajian Literatur Tentang Investasi dan Pengembangan Wilayah, berisi teori-teori, dan penjelasan-penjelasan literatur menyangkut topik investasi, perekonomian regional, pengembangan wilayah, serta keterkaitan di antaranya. Termasuk di dalam bagian ini adalah kajian literatur metodologi studi yang dipakai, serta studi sejenis yang pernah dipublikasikan. 7

BAB III Gambaran Umum Wilayah Studi, menjelaskan beberapa karakteristik penting wilayah studi, yaitu 8 kabupaten / kota di pantura Jawa Barat, serta kinerja investasi (PMA & PMDN) dan perekonomiannya (PDRB). BAB IV Dampak Keberadaan Jalan Tol terhadap Perekonomian Wilayah Pantura Jabar, berisi analisis tehadap saling keterkaitan dan pengaruh antara keberadaan jalan tol Jakarta-Cikampek, jarak antar wilayah, dan kinerja investasinya dikaitkan dengan indeks aksesibilitas. BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi, berisi hasil-hasil kajian dan analisis yang dilakukan 8