ANALISIS NILAI TAMBAH DAN IMBALAN JASA FAKTOR PRODUKSI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara)

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH DARI USAHA PENGOLAHAN MARNING DAN EMPING JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

Teknologi Pengolahan Hasil Ubi Jalar dan Ubi Kayu

Steffi S. C. Saragih, Salmiah, Diana Chalil Program StudiAgribisnisFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

NILAI TAMBAH OLAHAN HASIL PERTANIAN PADA USAHA GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) MESRA JAYA KELURAHAN SAWAH LEBAR LAMA KOTA BENGKULU PENDAHULUAN

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG MOCAF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN MARGIN PEMASARAN PISANG MENJADI OLAHAN PISANG ANALYSIS OF ADDED VALUE AND MARKETING MARGIN OF PROCESSED BANANA PRODUCTS

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

Lampiran 1. Biaya bahan baku Dodol, kurma salak, keripik salak dan sirup salak. Lampiran 2. Biaya Bahan Penunjang Dodol Salak

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu. Pengusaha olahan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 AKSELERASI SISTEM INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL DAN ALSINTAN DALAM RANGKA MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI DAGING SAPI

ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang)

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN. Asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) berasal dari kawasan Asia yaitu

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

KELAYAKAN FINANSIAL DAN NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

NILA TAMBAH AGROINDUSTRI UBI KAYU MENJADI TEPUNG TAPIOKA

Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI DESA NEGARATENGAH KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA

ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ANALISIS NILAI TAMBAH PISANG NANGKA (Musa paradisiaca,l) (Studi Kasus di Perusahaan Kripik Pisang Krekes di Loji, Wilayah Bogor)

BAB II GAMABARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Usaha Keripik Cabe Bintang dan Keripik Cabe Mai

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

NILAI TAMBAH PADA AGROINDUSTRI TAHU

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian

PENGOLAHAN UBI KAYU. Kue Pohong Keju

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

ANALISIS TEKNOLOGI MESIN PENGOLAH DAN NILAI TAMBAH KERIPIK SALAK PONDOH PADA KELOMPOK SRIKANDI KELURAHAN SUMBERGONDO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

DEMO MASAK DIES NATALIS KE-35 UNIKA SOEGIJAPRANATA 2017

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

PENDAHULUAN. Nurmedika 1, Marhawati M 2, Max Nur Alam 2 ABSTRACT

LAPORAN AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL DALAM MENINGKATKAN KEANEKARAGAMAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PEDESAAN

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG DI UKM RIFA, KABUPATEN SUBANG

PERANAN AGROINDUSTRI DALAM MENINGKATKAN NILAI TAMBAH KOMODITI PISANG, NANGKA DAN GARUT

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK KENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA PRODUK OLAHAN KERUPUK WORTEL DAN SIRUP WORTEL

IbM PENGUSAHA KERIPIK SINGKONG RUMAH TANGGA

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KAJIAN TENTANG NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KERIPIK. SALAK (Salacca Zalacca)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

Ringkasan. Kata Kunci: Ubi Kayu, Tiwul Instan, Peningkatan Pendapatan

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

Teknologi Budidaya Ubi Kayu

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable).

ANALISIS PROSES PEMBUATAN PATI JAGUNG (MAIZENA) BERBASIS NERACA MASSA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)

UJI GLUKOSA DAN ORGANOLEPTIK KUE BOLU DARI PENAMBAHAN TEPUNG GAPLEK DAN BEKATUL SKRIPSI

SISTEM PEMASARAN DAN NILAI TAMBAH OLAHAN UBI JALAR (Ipomoea batatas, L.) DI DESA CIKARAWANG DAN DESA PETIR, KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KRIPIK PISANG DI KECAMATAN CILONGOK, KABUPATEN BANYUMAS

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI STROBERI

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN MANGROVE PADA KELOMPOK PEREMPUAN MUARA TANJUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

Transkripsi:

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN IMBALAN JASA FAKTOR PRODUKSI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN Reni Kustiari Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 ABSTRACT The objectives of this research are: (1) to calculate the value added of of cassava, maize, banana, and sweet potatoes processing, dan (2) to analyze margin s share of each input of production. Processing of manihot, maize, banana, and sweet potatoes will give value added and margin s shares which received by labor, processor, and other input as production factors. Value added received by processor of cassava, maize, banana, and sweet potatoes are 58.3 percent, 52.9 percent, 56.6 percent, dan 50.3 percent, respectively. Furthermore, profit margin that received by processor of cassava, maize, banana, and sweet potatoes are 45 percent, 45.9 percent, 56.3 percent, dan 79 percent, respectively. In cassava and maize crackers processing, the greater share is received by labor factor. Whereas in processing of banana and sweet potatoes crackers the greater share is received by processor. From the factor s share analysis, margin s share is relative unequally distributed among the processor and the two others processing factor. Key words : value added, margin s share, processing of agricultural products ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menghitung nilai tambah pada pengolahan ubi kayu, jagung, pisang, dan ubi jalar, serta (2) menganalisis imbalan jasa yang diperoleh masing-masing faktor produksi yang digunakan. Pengolahan ubi kayu, jagung, buah pisang, dan ubi jalar akan memberikan nilai tambah dan marjin bagi tenaga kerja, pengolah, dan input lain sebagai faktor produksi. Nilai tambah pengolah ubi kayu, jagung, buah pisang, dan ubi jalar masing-masing 58.3 persen, 52.9 persen, 56.6 persen, dan 50.3 persen. Lebih lanjut marjin keuntungan pada pembuatan keripik ubi kayu, emping jagung, keripik pisang, dan keripik ubi jalar masing-masing 45 persen, 45.9 persen, 56.3 persen, dan 79.0 persen. Pada pengolahan kripik ubi kayu dan emping jagung, marjin terbesar diterima oleh tenaga kerja, sedang pada pengolahan keripik pisang dan keripik ubi jalar diterima oleh pengusaha. Dari analisis kontribusi faktor, marjin kontribusi relatif tidak sama terdistribusi antara pengolah dan dua faktor pengolahan lainnya. Kata kunci : nilai tambah, imbalan jasa, pengolahan hasil pertanian 75

Reni Kustiari PENDAHULUAN Salah satu subsektor yang sangat penting dikembangkan untuk mendukung pembangunan pertanian adalah industri pengolahan hasil pertanian (pangan). Pengembangan industri makanan diharapkan akan mampu menyerap hasil pertanian yang diproduksi oleh petani, memberikan nilai tambah terhadap produk pertanian, membuka kesempatan kerja, dan sumber devisa sekaligus menyediakan produk pangan yang semakin beragam. Pangan secara umum bersifat mudah rusak ( perishable), karena kadar air yang terkandung di dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan pangan itu sendiri. Dengan demikian, pengolahan dan pengawetan pangan diharapkan akan dapat memberikan nilai tambah bagi produsen dan perlindungan terhadap bahan pangan yang akan dikonsumsi. Pohon produksi komoditas pertanian menunjukkan bahwa keragaman produk turunan industri masih relatif sedikit yang dihasilkan oleh industri makanan di lokasi penelitian. Produk produk turunan pisang yang telah banyak diolah oleh industri skala rumah tangga adalah kripik pisang. Produk turunan lebih lanjut berupa pati pisang belum banyak dilakukan. Selain pengolahannya memerlukan teknologi tinggi, nilai investasi untuk pengolahan ini memerlukan dana yang cukup besar. Permintaan produk olahan pertanian juga menunjukkan kecenderungan semakin meningkat, baik pada pasar domestik maupun internasional (Slamet, 2005) terutama olahan tapioka). Hal ini bukan saja disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dunia secara kwantitatif tetapi juga secara kwalitatif kesejahteraan penduduk tersebut semakin baik yang menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan akan pangan yang bergizi dan beragam. Sejalan dengan hal tersebut, maka pengembangan teknologi pengolahan pertanian terutama industri makanan sangat dibutuhkan. Upaya untuk mengembangkan teknologi tersebut dan diseminasinya telah dilakukan oleh Badan Litbang, terutama melalui BPTP dan Balai Besar Pasca Panen. Selama periode tahun 1995-2009 Badan Litbang telah menghasilkan sekitar 731 teknologi unggulan spesifik lokasi, 39 teknologi diantaranya adalah teknologi pengolahan hasil pertanian. Kegiatan pengolahan komoditas pertanian adalah kegiatan yang produktif karena dapat menambah kegunaan produk utama ataupun produk sampingan menjadi produk baru dan mempunyai nilai tambah. Karena suatu proses produksi pengolah adalah suatu kegiatan produktif, maka dengan sendirinya berbagai input produksi seperi tenaga kerja, bahan-bahan baku produksi, dan input lain sebagai bahan baku penunjang. Pengolahan akan meningkatkan daya guna dan faktor produksi akan memperoleh balas jasa atas penggunaannya. Dengan demikian pertanyaannya adalah (1) berapa besarnya nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan keripik ubi kayu, keripik pisang, emping jagung, dan kripik ubi jalar; (2) bagaimana dampak pengolahan terhadap imbalan jasa yang diperoleh masingmasing faktor produksi yang digunakan. Sejalan dengan hal tersebut tujuan penelitian adalah untuk: (1) mengetahui besarnya nilai tambah yang diperoleh dari 76

pengolahan ubi kayu, pisang, jagung, dan ubi jalar; (2) menganalisis dampak pengolahan terhadap imbalan jasa yang diperoleh masing-masing faktor produksi yang digunakan. KERANGKA ANALISIS Sumber data dalam penulisan ini adalah dari hasil penelitian DIPA PSEKP 2010 yang berjudul Akselerasi Sistem Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil dan Alsintan dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan. Penelitian telah melakukan survei pada empat jenis pengolahan skala rumah tangga yaitu pada usaha pengolahan keripik ubi kayu/slondok, keripik pisang, emping jagung, dan kripik ubi jalar. Data yang diperoleh diolah kembali serta disajikan dalam bentuk tabel. Data nilai produk didasarkan atas harga jual. Nilai produk (penerimaan) merupakan hasil perkalian antara harga per unit output dikali dengan total volume penjualan. Total biaya bahan baku diperoleh dari total bahan baku yang digunakan dikali dengan harga bahan baku dipergunakan. Upah tenaga kerja didapat dari upah yang berlaku per siklus pengolahan. Pengertian nilai tambah (Suprapto, 1999) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan, ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha pengolahan/prosesor (Hayami et al, 1987; Dwihandini, 2003; Mulyana, 1999; Septiyani, 2003, Slamet, 2005) Perubahan nilai bahan baku yang telah mengalami perlakuan pengolahan dapat diperkirakan. Dengan demikian, atas dasar nilai tambah yang diperoleh, marjin dapat dihitung dan selanjutnya imbalan bagi faktor produksi dapat diketahui (Hayami et al., 1987). Faktor produksi lainnya berupa inpun-input lain: penyusutan, bahan baku, bahan penunjang dan lain-lain dihitung atas dasar besar pemakaiannya. Komponen-komponen perhitungan nilai tambah disajikan dalam Tabel 1. PENGOLAHAN DAN NILAI TAMBAH Pengolahan Hasil Pada umum pengolahan ubi kayu digunakan untuk membuat tepung tapioka. tepung cassava, kue, dan mie. Pembuatan tapioka sebagian besar dilakukan oleh pabrik besar dengan teknologi modern. Tidak seperti halnya bahan 77

Reni Kustiari baku yang digunakan oleh industri lain, agroindustri amat bergantung pada bahan baku yang tidak tahan lama disimpan atau mudah rusak. Oleh karena itu, industri ini memerlukan kecepatan dan kehati-hatian dalam menangani dan menyimpan bahan bakunya. Jika hal tersebut diabaikan maka akan berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkan, seperti perubahan warna dan rasa. Karateristik lain dari bahan baku agroindustri adalah variabilitas dalam jumlah dan kualitas dari bahan baku yang dihasilkan. Walaupun telah ditemukan sejumlah teknologi untuk mengatasinya kualitas yang amat beragam, namun ketidakseragaman tetap tidak dapat dihindari. Tabel 1. Komponen Perhitungan Nilai Tambah Uraian Variabel Nilai I. Output, Input dan Harga 1. Output (kg) OP 2. Input (kg) IP 3. Tenaga Kerja (kg) LB 4. Faktor konversi FKO OP/IP 5. Koefesien tenaga kerja (Hok/kg) KTK LB/IP 6. Harga output HO 7. Upah tenaga kerja (rp/hok) UP II. Penerimaan dan Keuntungan 8. Harga bahan baku (Rp/Kg) HBB 9. Input lain (Rp/Kg) IPL 10. Nilai output ((Rp/Kg) NO FKO*HO 11. a. Nilai tambah (Rp/Kg) NT NO-IPL-HBB b. Rasio nilai tambah (%) RNT (NT/NO) x 100 12. a. Pendapatan tenaga kerja (Rp/Kg) RTK KTK x UP b. Pangsa tenaga kerja (%) PTK (RTK/NT) x 100 13. a. Keuntungan (Rp/Kg) PFT NT RTK b. Tingkat keuntungan (%) TPF (PFT/NT) x 100 III. Imbalan Jasa Pemilik Faktor Produksi 14. Marjin (Rp/Kg) MR NO HBB a. Pendapatan tenaga kerja MTK (RTK/MR) x 100 b. Sumbangan input lain MIL (IPL/MR) x 100 c. Keuntungan pengusaha MP (PFT/MR) x 100 Sumber : Hayami et al., 1987 Pemanfaatan tanaman ubi kayu adalah daun, batang, dan umbinya. Bagian batang ubi kayu dimanfaatkan untuk bibit pertanaman berikutnya. Daun dari ubi kayu selain ada yang dimanfaatkan untuk menjadi makanan manusia (daun yang muda) dan juga dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Sedangkan untuk bagian umbinya dapat diolah menjadi berbagai macam produk turunan dan kulit umbi dapat dimanfaatkan oleh industri pakan ternak. Manfaat dari umbi antara lain untuk keperluan pangan, obat-obatan, sampai dengan bahan baku industri kimia. Ubi kayu dapat disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama sesudah diparut, disewut atau serut, dan dikeringkan Selanjutnya dapat dijadikan bahan baku untuk tepung ubi kayu yang banyak dipergunakan sebagai bahan baku industri makanan. 78

Usaha pengolahan skala rumah tangga berbahan baku lokal komoditas jagung telah dirintis di Kabupaten Lamongan sejak awal tahun 1990an. Pemanfaatan tanaman jagung mencakup daun dan umbi. Jagung dapat diolah menjadi kripik jagung, emping, dan nasi jagung. Sedangkan pengolahan produk turunan lebih lanjut dari jagung menjadi pati, tepung, gula fruktosa, dan lainnya belum banyak dilakukan. Dinas terkait baru memberi bantuan berupa teknologi pengolahan jagung pipilan menjadi makanan ringan, seperti emping jagung tortilla dan campuran emping melinjo. Keragaman produk turunan dari komoditas pisang (pohon industr i) belum sepenuhnya dihasilkan oleh masyarakat di Kabupaten Pringsewu. Produk produk yang telah banyak diolah oleh masyarakat adalah kripik pisang yang digoreng biasa dan yang divakum (25% dari total produksi), jika harga kripik pisang yang digoreng biasa harganya sekitar Rp 32.000 per kg maka harga kripik vakum Rp 50.000 per kg. Produk turunan lebih lanjut dari pati pisang lainnya belum banyak dilakukan di Kabupaten Pringsewu. Selain pengolahannya memerlukan teknologi tinggi, nilai investasi untuk pengolahan ini memerlukan dana yang cukup besar. Kegiatan pengolahan skala rumah tangga berbahan baku komoditas ubi jalar telah dirintis di Kabupaten Malang sejak tahun 1980an. Dengan adanya pembangunan industri ubi jalar (pabrik pengolahan chip/tepung ubi jalar) berdampak pada perkembangan ekonomi masyarakat setempat. Salah satu indikator yang terlihat adalah membaiknya harga jual ubi jalar di tingkat petani yang dapat mencapai Rp 1.650 Rp 2.100 per kg. Sementara itu, pabrik pengolahan chip dan tepung ubi jalar yang membeli ubi jalar segar (dari petani dan pedagang) pada tingkat harga Rp 1.800 Rp 2.300 per kg. Keadaan ini berdampak pada posisi tawar petani dalam menjual ubi jalar segar, karena mempunyai pilihan untuk menjual ke pedagang pengumpul atau ke industri, sehingga pedagang pengumpul desa tidak dapat lagi menekan harga. Dalam rangka terus mendorong perkembangan pengolahan hasil (agroindustri) pada tingkat kelompok tani dan rumah tangga, maka harus terus dicari dan dikembangkan teknologi pengolahan ubi jalar yang sederhana dengan biaya murah dan dapat dilakukan pada skala industri rumah tangga. Produk produk yang merupakan hasil olahan dari komoditas ubi jalar yang telah banyak diolah oleh rumah tangga di Kabupaten Malang antara lain: kripik ubi jalar, sawut, dan serut. Hasil parutan diperas dan disaring untuk mendapatkan pati ubi jalar. Dari produk pati dapat diolah menjadi dextrin yang produknya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku oleh industri lem dan industri kecil lainnya. Selain itu pati dapat diolah menjadi gula yang bisa diuraikan lagi menjadi alkohol yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri farmasi, asam cuka, dan aceton (produk yang menjadi bahan baku industri kimia). Dari hasil pengolahan pati akan tersisa ampas ubi jalar yang dapat dimanfaatkan menjadi pakan ternak. Pengolahan hasil pertanian yang dikaji adalah (1) ubi kayu sebagai bahan baku keripik ubi kayu, (2) pisang yang diolah menjadi keripik pisang, (3) jagung yang diolah menjadi emping jagung, dan (4) ubi jalar yang diolah menjadi kripik ubi jalar. Proses pengolahan slondok di Desa Sumur Arum, Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang, adalah sebagai berikut: ubi kayu dikupas, dicuci, lalu 79

Reni Kustiari ditiriskan, diparut, dimasukan ke dalam karung goni untuk dipres, dikeluarkan airnya. sesudah itu dihancurkan/digempur, diayak. dikukus, diangin-anginkan sekitar 3 hari, dibuang bagian yang keras lalu dipotong kecil-kecil. Dilanjutkan dengan penggilingan/ proses cetak, dipotong sesuai ukuran/panjang yang diinginkan, penjemuran di bawah sinar matahari, pembumbuan dan digoreng. Adapun proses pengolahan emping jagung di Desa Yungyang, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan. adalah sebagai berikut: pengolahan diawali dengan pemipilan jagung, kemudian dijemur, direbus dengan kapur, direndam selama 24 jam, direbus sebentar (tidak sampai mendidih), dikukus, digiling pada saat jagung masih panas hingga menjadi emping, emping basah dibumbui dan dijemur, lalu digoreng. Sedangkan tahapan pembuatan kripik pisang dan kripik ubi jalar adalah pengupasan, perendaman, penyerutan, pencucian/ perendaman, pemberian rasa, penirisan, dan penggorengan. Produk hasil pengolahan (output), bahan baku, input lain (ba han penunjang) dan harga produk (output) disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 tersebut, produksi keripik ubi kayu dalam setahunnya adalah 1.764,2 kg. Untuk menghasilkan produk tersebut diperlukan 12.166,7 kg ubi kayu, dengan demikian konversinya 0,15, berarti dari 100 kg ubi kayu akan dihasilkan 15 kg keripik ubi kayu (slondok). Jumlah hari kerja dalam proses pembuatan keripik ubi kayu adalah 122 hari dalam setahun, dengan 3 orang tenaga kerja, maka tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 366 HOK. Angka koefisien tenaga kerja yang diperoleh adalah 0,06, artinya untuk memproduksi 100 kg ubi kayu menjadi keripik ubi kayu diperlukan 6 hari orang kerja atau dalam satu hari kerja mampu dihasilkan keripik ubi kayu sebanyak 2,5 kg (=15kg/6 HOK). Produksi keripik pisang yang diperoleh dalam setahun adalah 2.190 kg dengan bahan bakunya buah pisang sebanyak 14.600 kg (konversinya 0,15). Sedangkan untuk memproduksikan emping jagung dan kripik ubi jalar masingmasing sebesar 486,7 kg dan 6.387,5 kg dibutuhkan bahan baku sebesar 2.433,3 kg dan 35.770 kg, konversinya masing-masing adalah 0,2 dan 0,18. Tabel 2. Output, Input, Upah Tenaga Kerja, dan Harga Produk Uraian Slondok Emping Jagung Kripik Pisang Kripik Ubi Jalar 1. Output (kg) 1.764,2 486,7 2.190,0 6.387,5 2. Input (kg) 12.166,7 2.433,3 14.600,0 35.770,0 3. Tenaga Kerja (kg) 730,0 486,7 1.460,0 2.190,0 4. Faktor konversi 0,15 0,20 0,15 0,18 5. Koefesien tenaga kerja (Hok/kg) 0,06 0,20 0,10 0,06 6. Harga produk (Rp/kg) 12.900,0 35.000,0 27.000,0 32.500,0 7. Upah tenaga kerja (Rp/Hok) 10.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 Nilai Tambah Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan slondok, keripik pisang, emping jagung, dan kripik ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai produk kripik 80

ubi kayu adalah Rp 1.870,5 per kg bahan baku (diperoleh dari hasil kali antara faktor konversi dengan harga produknya, lihat Tabel 3). Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan satu kilogram bahan baku ubi kayu adalah Rp 1.090,5. nilai tambah ini diperoleh dari pengurangan nilai produk dengan harga bahan baku dan nilai input lain. Rasio nilai tambah yang diperoleh adalah 58,4 persen. Sumbangan tenaga kerja yang diperoleh dari hasil kali antara koefesien tenaga kerja dengan upah tenaga kerja yaitu Rp 600,- per kg. Persentasi imbalan tenaga kerja terhadap nilai tambahnya adalah 55,1 persen. Imbalan terhadap modal dan keuntungan diperoleh dari nilai tambah dikurangi besar imbalan tenaga kerja. Keuntungan dari pengolahan keripik ubi kayu adalah Rp 490,5 per kg dengan tingkat keuntungannya 45,7 persen. Keuntungan ini menunjukan keuntungn yang diperoleh dari setiap kilogram pengolahan bahan baku ubi kayu. Apabila diperbandingkan antara keripik ubi kayu, keripik pisang, emping jagung, dan kripik ubi jalar, maka rasio nilai tambah keripik ubi jalar (79%) ini lebih besar dari kripik pisang (56,3%), emping jagung (45,9%) dan kripik ubi kayu (45%). Hal ini menunjukan bahwa pengolahan keripik ubi kayu dan emping jagung keuntungannya dibawah 50 persen. Tabel 3. Nilai Tambah, Pendapatan, dan Keuntungan Pengolahan Slondok, Keripik Pisang, Emping Jagung, dan Kripik Ubi Jalar Uraian Slondok Emping Kripik Kripik Ubi Jagung Pisang Jalar 1. Harga bahan baku (Rp/Kg) 650,0 2.100,0 1.000,0 2.100,0 2. Sumbangan Input lain (Rp/Kg) 130,0 1.200,0 759,4 783,2 3. Nilai produk ((Rp/Kg) 1.870,5 7.000,0 4.050,0 5.803,6 4. a. Nilai tambah (Rp/Kg) 1.090,5 3.700,0 2.290,6 2.920,4 b. Rasio nilai tambah (%) 58,3 52,9 56,6 50,3 5. a. Imbalan tenaga kerja (Rp/Kg) 600,0 2.000,0 1.000,0 612,2 b. Bagian tenaga kerja (%) 55,0 54,1 43,7 21,0 6. a. Keuntungan (Rp/Kg) 490,5 1.700,0 1.290,6 2.308,2 b. Tingkat keuntungan (%) 45,0 45,9 56,3 79,0 Bagian tenaga kerja yang diperoleh keripik ubi kayu, emping jagung, keripik pisang, dan kripik ubi jalar masing-masing 55,0 persen, 52,9 persen, 56,6 persen, dan 50,3 persen. Tingkat keuntungan yang diperoleh terbesar adalah dari pengolahan ubi jalar sebesar 79,0 persen. Sedangkan tingkat keuntungan dari pengolahan keripik ubi kayu, emping jagung, dan keripik pisang masing-masing adalah 45,0 persen, 45,0 persen, dan 56,3 persen. Dengan demikian, pengolahan hasil pertanian segar seperti ubi kayu, dan jagung mempunyai tingkat keuntungan yang lebih kecil, dibawah 50 persen, daripada tingkat keuntungan dari pengolahan hasil ubi jalar dan pisang. Imbalan Jasa Faktor Produksi Imbalan jasa untuk faktor produksi dari pengolahan ubi kayu, buah pisang, jagung, dan ubi jalar menjadi produk olahannya dapat dilihat pada Tabel 4. Dari 81

Reni Kustiari hasil perhitungan seperti pada Tabel 4 diperoleh bahwa marjin yang diperoleh terbesar adalah pada pengolahan emping jagung yaitu Rp 4.900,-. Imbalan jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi adalah sebagai berikut: (a) bagian pendapatan tenaga kerja dari pengolahan keripik slondok dan keripik pisang lebih tinggi dari pendapatan tenaga kerja yang diperoleh dalam pengolahan emping jagung dan kripik ubi jalar. Bagian pendapatan tenaga kerja berkisar antara 16,53 persen 49,16 persen, hanya sekitar seperlima dari marjin yang diperoleh. (b) Bagian pendapatan (marjin) bagi input lain yang terbesar adalah 24,9 persen untuk pengolahan keripik pisang, diikuti berturut-turut oleh emping jagung, kripik ubi jalar, dan kripik ubi kayu masing-masing sebesar 24,49 persen, 21,15 persen, dan 10,65 persen. Tabel 4. Marjin dan Imbalan Jasa pada Faktor Produksi Pengolahan Slondok, Keripik Pisang, Emping Jagung, dan Kripik Ubi Jalar Uraian Slondok Emping Jagung Kripik Pisang Kripik Ubi Jalar 1. Marjin (Rp/Kg) 1.220,5 4.900,0 3.050,0 3.703,6 a. Pendapatan tenaga kerja 49,16 40,82 32,79 16,53 b. Sumbangan input lain 10,65 24,49 24,90 21,15 c. Keuntungan pengusaha 40,19 34,69 42,32 62,32 Input-input lain yang dipergunakan pada pengolahan keripik ubi kayu adalah minyak goreng, minyak tanah, dan bumbu. Semua ini hanya mencapai 9 persen dari total biaya pengolahan (Tabel 5). Dalam pengolahan emping jagung, selain jagung pipilan sebagai bahan baku utamanya, input lain yang dipergunakan ialah minyak goreng, bawang putih, bumbu lain, plastik bungkus, dan kayu bakar. Keseluruhan input ini mencakup sekitar 22.7 persen dari biaya totalnya (Tabel 6). Tabel 5. Bahan Baku dan Biaya Pengolahan Keripik Ubi Kayu per Tahun di Magelang, 2010 No Deskripsi Volume Harga (Rp) Nilai (Rp) (%) 1. Ubi kayu (kg) 12.166,7 650 7.908.333 47,1 2. Minyak tanah (lt) 365,0 1.500 547.500 3,3 3. Bumbu lain 365,0 1.000 365.000 2,2 4. Tenaga kerja (HOK) 730,0 10.000 7.300.000 43,5 5. Penyusutan alat 121,7 2500 304.167 1,8 6. Minyak goreng 121,7 3000 365.000 2,2 Total biaya 16.790.000 100,0 Pendapatan 1.764,2 12.900 22.757.750 Keuntungan bersih 55.500 R/C 1,5 B/C 0,5 BEP (Rp) 2.467 82

Tabel 6. Bahan Baku dan Biaya Pengolahan Emping Jagung per Tahun di Lamongan, 2010 No Deskripsi Volume Harga (Rp) Nilai (Rp) (%) 1 Jagung (kg) 2.433,3 2.100 5.110.000 39,6 2 Bawang putih (kg) 24,3 5.000 121.667 0,9 3 Bumbu lain 12,2 5.000 60.833 0,5 4 Minyak goreng (kg) 121,7 8.000 973.333 7,5 5 Plastik bungkus 60,8 6.000 365.000 2,8 6 Kayu bakar 85,2 10.000 851.667 6,6 7 Tenaga kerja 486,7 10.000 4.866.667 37,7 8 Penyusutan alat 121,7 4.500 547.500 4,2 Total biaya 10.463.333 100,0 Penerimaan 486,7 35.000 17.033.333 Keuntungan Bersih 6.570.000 R/C 1,3 B/C 0,3 BEP (Rp) 7.308 Untuk pengolahan kripik pisang, selain buah pisang sebagai bahan bakunya, input-input lain yang digunakan adalah plastik kemasan, kayu bakar, ketumbar, garam, bawang putih, minyak goreng, dan penyusutan alat sekitar 27,6 persen dari total biaya (Tabel 7). Sedang untuk pengolahan kripik ubi jalar, menggunakan input-input lain seperti plastik kemasan, kayu bakar, bumbu, minyak goreng, dan penyusutan alat yang mencapai hingga sebesar 22,4 persen dari total biaya (Tabel 8). Tabel 7. Bahan Baku dan Biaya Pengolahan Kripik Pisang per Tahun di Pringsewu, 2010 No Deskripsi Volume Harga (Rp) Nilai (Rp) (%) 1 Pisang nangka 14.600,0 1.000 14.600.000 36.2 2 Minyak goreng 821,3 7.000 5.748.750 14.3 3 Bawang putih 182,5 2.000 365.000 0.9 4 Garam 182,5 500 91.250 0.2 5 Ketumbar 182,5 750 136.875 0.3 6 Kayu bakar 127,8 15.000 1.916.250 4.8 7 Kemasan 182,5 5.500 1.003.750 2.5 8 Transportasi 182,5 5.000 912.500 2.3 9 Penyusutan alat 91,3 10.000 912.500 2.3 10 Tenaga kerja 1.460,0 10.000 14.600.000 36.2 Total biaya 40.286.875 100,0 Nilai Penjualan 2.190.0 27.000 59.130.000 Keuntungan Bersih 18.843.125 R/C 1,6 B/C 0,6 BEP (Rp) 8.698 83

Reni Kustiari Tabel 8. Bahan Baku dan Biaya Pengolahan Kripik Ubi Jalar per Tahun di Malang, 2010 No Deskripsi Volume Harga (Rp) Nilai (Rp) (%) 1 Ubi jalar (kg) 35.770,0 2.100 75.117.000 60.1 2 Minyak goreng (kg) 91,3 120.000 10.950.000 8.8 3 Bumbu 912,5 2.600 2.372.500 1.9 4 Kayu bakar 91,3 80.000 7.300.000 5.8 5 Plastik bungkus 136,9 50.000 6.843.750 5.5 6 Tenaga kerja (HOK) 2.190,0 10.000 21.900.000 17.5 7 Penyusutan alat 182,5 3.000 547.500 0.4 Total biaya 125.030.750 100,0 Nilai Produksi 6.387.5 32.500 207.593.750 Keuntungan Bersih 82.563.000 R/C 1,2 B/C 0,2 BEP (Rp) 1.2831 Dengan demikian, bagian perolehan untuk pengusaha terbesar adalah pada pengolahan kripik ubi jalar yaitu 62,32 persen; dikuti oleh keripik pisang, keripik ubi kayu dan emping jagung, masing-masing 42,3 persen, 40,19 persen, dan 34,69 persen. Dengan demikian usaha pengolahan keripik ubi jalar adalah yang paling menguntungkan dibandingkan dengan pengolahan keripik ubi kayu, emping jagung, maupun keripik pisang. Hal ini dapat terjadi antara lain karena permintaan untuk keripik ubi jalar yang relatif tinggi. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Berdasarkan angka konversi bahan baku dan tenaga kerja yang diperlukan, produksi yang diperoleh per hari orang kerja untuk keripik ubi kayu adalah 2,42 kg/hok, sekitar 1,5 kg/hok untuk keripik pisang, 1 kg/hok untuk emping jagung dan 2,9 kg/hok untuk pengolahan kripik ubi jalar. Nilai tambah terbesar adalah pada pengolahan kripik pisang sebesar 56,96 persen dari nilai produknya, diikuiti oleh keripik ubi kayu (58,3%), emping jagung (52,9%), dan keripik ubi jalar (50,3%). Bagian yang diterima komponen-komponen faktor produksi dari marjin yang diperoleh dalam pengolahan keripik pisang relatif lebih merata daripada pengolahan keripik ubi kayu, emping jagung, dan kripik ubi jalar. Bagian terbesar yang diterima faktor produksi dalam pengolahan keripik ubi kayu dan emping jagung diterima oleh tenaga kerja. Sedangkan untuk pengolahan keripik pisang, kripik ubi jalar, bagian faktor terbesar diterima sebagai keuntungan pengusaha pengolah. Nampaknya pada pengolahan keripik ubi jalar, untuk setiap kilogram bahan baku menyerap tenaga yang relatif besar dari pada ketiga jenis pengolahan 84

lainnya. Namun pengolahan keripik ubi jalar menunjukan bahwa komponenkomponen faktor produksi menerima bagian marjin yang relatif tidak merata. Tingkat keuntungan pengolah hasil pertanian skala rumah tangga masih relatif kecil, hal ini terutama karena harga bahan baku masih relatif tinggi dan cukup fluktuatif. Selain itu, harga input lain terutama minyak goreng juga masih cukup tinggi. Pengembangan pengolahan hasil pertanian di lokasi penelitian masih terkendala oleh pemasaran dan terbatasnya alat mesin yang digunakan. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam pemasaran hasil dan pengadaan alat/mesin yang sesuai dengan kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat setempat sangat dibutuhkan. DAFTAR PUSTAKA Dwihandini, D. 2003. Nilai Tambah Pengolahan Keripik Pisang (Studi Kasus). Skripsi. FP- UMB., Jakarta, Tidak dipubilkasikan. Hayami, Y., M. Thosinori, dan M. Siregar. 1987. Agricultural Markerting and Processing in Upland Java: A Prospectif from A Sunda Village, Bogor. Mulyana.1999. Analisis Nilai Tambah Pengolahan dan Pemasaran Keripik Ubi Kayu. (Studi Kasus). Skripsi. FP-UMB. Jakarta. Septiyani. 2003. Nilai Tambah Pengolahan Kasus). Skripsi. FP-UMB. Jakarta. dan Pemasaran Produk Olahannya. (Studi Slamet, U.U. 2005. Nilai Tambah dan Balas Jasa Faktor Produksi Pengolahan Hasil-Hasil Pertanian. Buletin Penelitian No. 08: 1-8. Suprapto, A. 1999. Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan dalam Memasuki Pasar Global. Makalah disampaikan dalam Lokakarya Nasional dan Musyawarah Nasional V POPMASEPI di Medan. 16 Maret 1999. Medan. 85