BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena

STUDI PENGGUNAAN LARUTAN KOLOID PADA PASIEN RAWAT INAP DI ROI IRD RSUD DR. SOETOMO SURABAYA A. A. ISTRI PRAMITASARI MANTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Kejadian mengancam nyawa sering disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang sering dilakukan adalah sectio caesaria. Sectio caesaria

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

KEBUTUHAN DASAR CAIRAN & ELEKTROLIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

RESUSITASI CAIRAN. Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang

Ema Qurnianingsih, dr., M.Si

BAB I PENDAHULUAN. abdomen dan uterus untuk mengeluarkan janin. 1 Prevalensi terjadinya sectio. keadaan ibu dan janin yang sedang dikandungnya.

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

TERAPI CAIRAN MAINTENANCE. RSUD ABDUL AZIS 21 April Partner in Health and Hope

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI CAIRAN

ALBUMIN. Melihat komponen di atas dapat dilihat bahwa 75% dari tekanan osmotik koloid keseluruhannya adalah dari albumin.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan bedah pada pasien menunjukkan peningkatan seiring tumbuhnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

Fraktur servial Kemudi bengkok

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG MAWAR I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya malnutrisi pada pasien dan meningkatkan angka infeksi, atrofi otot,

BAB I PENDAHULUAN. cepat di dunia. Dalam lima puluh tahun terakhir, insidensi meningkat 30 kali dengan

BAB III ELABORASI TEMA

BALANCE CAIRAN. IWL (insensible water loss(iwl) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

Kebutuhan cairan dan elektrolit

I. PENDAHULUAN. Apendiks adalah organ tambahan yang berukuran kecil menyerupai jari, (apendektomi) dan terapi antibiotik (Brunicardi, et al, 2010).

Sumber air tubuh: 1. Makanan 2. Air minum 3. Air metabolit

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

Etiologi penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan

KOMPARTEMEN CAIRAN TUBUH. dr. Yandri Naldi Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Unswagati Cirebon

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SYOK/SHOCK SITI WASLIYAH

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

SKRINING DAN PENILAIAN NUTRISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup bulan (Reading et al., 1990). Definisi hipoalbuminemia pada neonatus berbeda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seventh Report of Joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation,

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

Obat Herbal Diabetes Kering

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1

PENDAHULUAN Latar Belakang

RESUSITASI CAIRAN & ELEKTROLIT. Yoani Aty

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ginjal dengan cepat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Bab 9 Masalah-masalah Bedah yang sering dijumpai Luka Bakar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KETOASIDOSIS DIABETIK

KETOASIDOSIS DIABETIK

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel. Ginjal berfungsi sebagai. kerusakan pada sistem endokrin akan menyebabkan terganggunya

Ilmu Pengetahuan Alam

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

FUNGSI RM DI RUMAH SAKIT MATERI MIK - 1 PRODI DIII RMIK F KES. UDINUS

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

CRITICAL ILLNESS. Dr. Syafri Guricci, M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik mental, fisik, maupun spiritual. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar komponen utama yang terdapat dalam tubuh manusia adalah air, di mana jumlahnya sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa. Cairan yang terdapat di dalam tubuh manusia tidak hanya berkumpul di satu tempat, melainkan didistribusikan ke dalam ruangan utama yaitu cairan intraseluler (CIS) dan cairan ekstraseluler (CES). Cairan ekstraseluler terbagi di dua bagian yaitu intravaskuler dan interstisial. Cairan dan elektrolit sangat dibutuhkan oleh sel-sel dalam tubuh agar dapat menjaga dan mempertahankan fungsinya sehingga dapat tercipta kondisi yang sehat pada tubuh manusia. (Guyton dan Hall, 2008; Irawan, 2007). Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan suatu hubungan yang erat dan bergantung satu dengan yang lainnya. Apabila terjadi gangguan keseimbangan pada salah satunya, maka akan memberikan pengaruh pada yang lainnya. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat terjadi pada keadaan diare, muntah-muntah, sindrom malabsorpsi, ekskresi keringat yang berlebih pada kulit, pengeluaran cairan yang tidak disadari (insensible water loss) secara berlebihan oleh paru-paru, pendarahan, berkurangnya kemampuan pada ginjal dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Dalam keadaan tersebut, pasien perlu diberikan terapi cairan agar volume cairan tubuh yang hilang dengan segera dapat digantikan. Terdapat tiga prinsip utama dalam pemberian terapi cairan yaitu koreksi kehilangan elektrolit, koreksi kehilangan cairan dan koreksi terhadap kebutuhan normal asupan cairan per harinya. Koreksi yang dilakukan cukup sampai batas normal atau kondisi yang dapat ditolerir oleh tubuh. Tujuannya adalah untuk menghindari terjadinya resiko iatrogenik 1

yang tidak diinginkan akibat dari pemberian terapi yang berlebihan (Hillman, 2004; Sjamsuhidajat dan Jong, 2011). ROI (Ruang Observasi Intensif) adalah rawat inap intensif yang disediakan khusus untuk menangani pasien emergensi yang memerlukan perawatan dan penanganan secara khusus agar pasien lebih mudah untuk diobservasi secara optimal. ROI merupakan bagian dari IRD (Instalasi Rawat Darurat) RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Di ROI-IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya banyak dijumpai pasien yang mengalami kekurangan cairan dikarenakan hilangnya cairan gastrointestinal melalui muntah dan hilangnya cairan dari ruang ketiga menuju ruang interstitium akibat dari luka dan infeksi berat serta perdarahan yang terjadi pada pasien yang mengalami trauma atau cedera yang berakibat keluarnya cairan darah dari ruang intravaskuler. Perdarahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya keadaan syok hipovolemik apabila terjadi cedera pada daerah tubuh lainnya yang dapat mengakibatkan kehilangan volume darah secara berlebihan. Oleh karena itu, pengobatan untuk pasien kekurangan cairan adalah pada penggantian volume intravaskular berupa cairan elektrolit isotonik (Schwartz, 2000; Sjamsuhidajat dan Jong, 2011). Pemilihan pemberian terapi cairan yang sesuai untuk perbaikan dan perawatan stabilitas hemodinamik pada tubuh sangat sulit dan kontroversial. Karena pemilihannya tergantung pada tipe dan komposisi elektrolit dari cairan yang hilang seperti keseluruhan darah, plasma dan air. Selain itu, pemilihan penggantian cairan tubuh dikaitkan dengan pemantauan dari tenaga kesehatan serta biaya. Terapi cairan yang digunakan adalah cairan kristaloid dan cairan koloid (Tierney, et. al.,2002). Cairan koloid merupakan cairan yang mengandung zat dengan berat molekul yang besar seperti protein atau polimer glukosa sehingga cairan koloid memiliki waktu paruh yang lebih lama, sedangkan cairan kristaloid 2

merupakan cairan yang digunakan sebagai terapi pemeliharaan pada elektrolit dan cairan tubuh serta memiliki kandungan berat molekul yang kecil. Apabila dibandingkan dengan cairan kristaloid, pemberian cairan koloid dapat mengembalikan volume intravaskular secara lebih efektif dan efisien karena cairan koloid diberikan dalam volume yang jumlahnya sama besar dengan jumlah volume plasma atau darah yang hilang serta dapat menjaga tekanan onkotik plasma sehingga cairan koloid dapat bertahan lebih lama di dalam ruang intravaskular. Kristaloid dapat diberikan dengan jumlah 1-3 kali lebih banyak dari volume cairan intravaskular yang hilang serta memiliki waktu paruh yang lebih singkat (Roberts, 2001; Lee, 2006; Tierney, et.al.,2002; Annane, 2013). Cairan koloid dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu cairan koloid protein (Albumin 5%, Albumin 20% dan Albumin 25%) dan cairan koloid non-protein (Hydroxyethyl starch, Gelatin urea linked, Gelatin succinylated dan Dekstran). Cairan koloid protein Albumin 20% dan Albumin 25% tidak dapat diberikan kepada pasien sebagai terapi cairan pengganti, melainkan diberikan sebagai terapi albumin pada pasien yang mengalami hipoalbumin. Pemberian terapi cairan koloid pada pasien yang menjalani rawat inap di ROI-IRD diharapkan mampu segera mengembalikan ataupun dapat mempertahankan volume cairan intravaskuler yang dapat mempertahankan curah jantung sehingga menghasilkan sirkulasi yang baik. Dengan terjadinya sirkulasi yang baik, maka fungsi dari sel dan organ dalam tubuh akan bekerja secara maksimal. Akan tetapi, pemberian koloid harus diberikan dengan efisien dan aman serta volume yang tepat (Roberts, 2001; Lee, 2006; Tierney, et.al.,2002; Annane, 2013). Berdasarkan wacana tersebut, maka dilakukan penelitian studi deskriptif lebih lanjut mengenai profil penggunaan cairan koloid non- 3

protein sebagai cairan pengganti pada pasien yang dirawat di ROI-IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Melalui penelitian ini, maka akan diperoleh data-data mengenai profil penggunaan cairan koloid. Dengan perolehan data tersebut diharapkan dapat memberikan informasi pada klinisi ataupun farmasis untuk menjalankan terapi yang lebih optimal. Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya yaitu pada pasien yang menjalani rawat inap di ROI-IRD RSUD Dr. Soetomo karena RSUD Dr. Soetomo merupakan rumah sakit pelayanan, pendidikan, penelitian dan pusat rujukan tertinggi untuk Wilayah Indonesia Timur (Top Referral Hospital). Maka, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pengembangan pelayanan di bidang kesehatan khususnya pada bidang farmasi, sehingga dapat tercapai pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah profil penggunaan dari cairan koloid non-protein yang diberikan sebagai cairan pengganti pada pasien yang dirawat di ROI-IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui profil penggunaan dari cairan koloid non-protein yang diberikan sebagai cairan pengganti pada pasien yang dirawat di ROI- IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 4

1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian tersebut, adalah sebagai berikut : 1. Dapat memberikan informasi kepada peneliti dan para mahasiswa lainnya mengenai pola penggunaan cairan koloid yang digunakan sebagai terapi cairan pengganti pada pasien yang dirawat di ROI-IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi pada praktisi kesehatan guna meningkatkan mutu pelayanan pada pasien ROI-IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 5