TATARAN LINGUISTIK (2) MORFOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

Nama : Novita Jewanti Sabila Nim : TATARAN LINGUISTIK ( 2 ): MORFOLOGI 5.1. MORFEM

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI DALAM SKRIPSI MAHASISWA PBSI IKIP PGRI MADIUN TAHUN AKADEMIK 2013/2014.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA. (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RESUME BUKU LINGUISTIK UMUM KARYA ABDUL CHAER. Disusun oleh : Sukrisno Santoso A

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Morfem Alomorf. Morfologi adalah studi gramatikal mengenai struktur internal kata. Struktur Internal Kata. Definisi Morfologi MORFOLOGI

BAB VI PENUTUP. dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Variabel

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. Beberapa studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak masalah yang harus dicarikan jalan keluarnya secara sistematis. Salah satu

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

BAB I PENDAHULUAN. menelanjangi aspek-aspek kebahasaan yang menjadi objek kajiannya. Pada akhirnya, fakta

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kriya. (Nurhayati, 2001: 69) menyatakan bahwa verba atau tembung kriya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

PROSES MORFOLOGIS BAHASA MELAYU PALEMBANG SKRIPSI

BAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu

SATUAN GRAMATIK. Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi.

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

MORFOLOGI LAPORAN. Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari Bapak Drs.Prana D. Iswara, M.P.d. selaku Dosen Mata Kuliah Kebahasaan.

sebagai kecenderungan baru dalam telaah bahasa secara alami. Dikatakan demikian karena analisis wacana pada hakikatnya merupakan kajian tentang fungsi

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. (2012: ) menjelaskan pengertian identitas leksikal berupa kategori kelas kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS. jadian. Dalam proses tersebut, ada empat komponen yang terlibat, yaitu (i) masukan

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

PROSES MORFOLOGIS KATA MAJU BESERTA TURUNANNYA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa

URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pembahasan pada bab dua sampai empat, didapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

VERBA YANG BERKAITAN DENGAN AKTIVITAS MULUT: KAJIAN MORFOSEMANTIK

INTERFERENSI GRAMATIKAL BAHASA KOREA KE DALAM BAHASA INDONESIA

Fonologi Dan Morfologi

ANALISIS KESALAHAN PROSES MORFOLOGIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KRADENAN TAHUN AJARAN

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi. Oleh karena itu, hal yang terpenting

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dipaparkan landasan-landasan teori yang telah ada dan menjadi pijakan dalam pelaksanaan penelitian ini.

PROSES MORFOLOGIS PEMAKAIAN KATA HANCUR DALAM MEDIA ONLINE

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

BAB 3 METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Bab ini merupakan penjabaran lebih lanjut tentang metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Disusun Oleh Nama : Agesti Purnaning Putri NIM : 140.240.8184 TATARAN LINGUISTIK (2) MORFOLOGI 1. MORFEM 1.1 Identifikasi Morfem Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan,kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain.kalau bentuk tersebut ternyata bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain,maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem.sehingga dapat disimpulkan morfem adalah satuan bentuk yang hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain,dengan tetap memiliki makna yang sama. 1.2 Morf dan Alomorf Untuk mengetahui apa itu morf dan alomorf perhatikan bentuk dibawah ini; -melihat -membawa -menyanyi -merasa -membantu -menyikat Bentuk mem- pada membawa dan membantu merupakan distribusi me- pada bentuk dasar yang fonem awalnya /b/ dan juga /p/,begitu juga dengan bentuk meny- pada menyanyi dan menyikat merupakan distribusi me- pada bentu dasar yang fonem awalnya /s/.sehingga bentuk-bentuk tersebut memiliki makna yang sama.dapat dikatakan alomorf adalah bentuk-bentuk realisasi berlainan dari morfem yang sama.selain itu juga bisa dikatakan adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama.morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya,sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui status morfemnya. 1.3 Klasifikasi Morfem 1.3.1 Morfem Bebas dan Morfem Terikat Morfem Bebas adalah Morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan,misalnya,bentuk pulang,makan,rumah, dan bagus adalah termasuk morfem bebas. Morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan.semua imbuhan dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. 1.3.2 Morfem Utuh dan Morfem Terbagi Untuk mengetahui maksud dari morfem utuh dan terbagi lihat contoh di bawah : Kepulauan (ke) + (pulau) + (an)

morfem (ke) dan (an) adalah morfem terbagi,karena berperan sebagai awalan dan akhiran dari morfem dasar.sedangkan morfem (pulau) adalah morfem utuh,karena tetap menjadi satu kesatuan.namun pada contoh lain seperti gerigi,yang mempunyai morfem dasar (gigi) lalu diberi infiks (-er-) sehingga menjadi gerigi.dalam hal ini morfem (gigi) merupakan morfem terbagi karena dipisahkan oleh infiks (-er-) menjadi (g-/-igi) 1.3.3 Morfem Segmental dan Suprasegmental Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental,seperti morfem (lihat), (lah), (sikat), dan (ber).jadi,semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental.sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan,nada,durasi, dan sebagainya. 1.3.4 Morfem Beralomofr Zero Dalam linguistic deskriptif ada konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol (lambangnya berupa Ø),yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental),melainkan berupa kekosongan. Alomorf zero banyak terdapat pada bahasa inggris untuk bentuk jamak dan lampau.sebagai contoh bentuk jamak sheep adalah sheep,sehingga dapat ditulis Sheep sheep + Ø Atau bentuk lain seperti foot yang bentuk jamaknya feet,dapat dituliskan sebagai berikut; Feet Foot + Ø 1.3.5 Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tidak Bermakna Leksikal Yang dimaksud dengan morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem yang secara inheren telah memiliki makna pada dirinya sendiri tanpa perlu berproses dulu dengan morfem lain.misalnya morfem seperti kuda,pergi,lari. Sebaliknya, morfem tak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri.morfem ini baru mempunyai makna dalam gabungannya dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi.yang biasa dimaksud dengan morfem tak bermakna leksikal ini adalah morfem-morfem afiks,seperti (ber-),(me-), dan (ter-). 1.4 Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal(Stem), dan Akar (Root) Istilah Bentuk dasar atau dasar (base) adalah bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi.umpamanya pada kata berbicara yang terdiri dari morfem ber- dan bicara, maka bicara adalah menjadi bentuk dasar dari kata berbicara itu,atau disebut sebagai morfem dasar. Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi,contohnya kata menangisi bentuk pangkalnya adalah tangisi dan morfem me- adalah sebuah afiks inflektif. Akar (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi,artinya akar itu adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya ditanggalkan.misalnya kata inggris untouchables akarnya adalah touch.

2. KATA 2.1. Hakikat Kata Para linguis hingga dewasa ini kiranya tidak pernah mempunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang disebut kata itu.disamping itu,menurut para tata bahasawan tradisional kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian, atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. 2.2 Klasifikasi Kata Klasifikasi kata dalam sejarah linguistik selalu menjadi salah satu topik yang tidak pernah terlewatkan.sejak zaman aristoteles hingga kini,termasuk juga dalam kajian linguistik indonesia, persoalannya tidak pernah bisa tertuntaskan.hal ini terjadi, karena, pertama setiap bahasa mmiliki cirinya masing-masing,kedua karena kriteria yang digunakan untuk membuat klasifikasi kata itu bisa bermacam-macam. Para tata bahasawan tradisional menggunakan kriteria makna dan kriteria fungsi.kriteria makna digunakan untuk mengidentifikasikan kelas verba,nomina, dan ajektifa.sedangkan kriteria fungsi digunakan untuk mengidentifikasi preposisi,konjungsi,adverbia,pronomina, dan lain-lainnya. Begitulah, menurut tata bahasawan tradisional ini,yang disebut verba kata adalah kata yang menyatakan tindakan atau perbuatan; yang disebut nomina adalah kata yang menyatakan benda atau yang dibendakan; dan yang disebut konjungsi adalah kata yang bertugas atau berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, atau bagian kalimat yang satu dengan bagian yang lain. Namun rumusan verba nomina, dan konjungsi seperti di atas untuk bahasa Indonesia ternyata banyak menimbulkan masalah,sebab ciri morfologi bahasa Indonesia ternyata tidak dapat menolong untuk menentukan kelas-kelas kata itu.contohnya dalam bahasa Indonesia, kata yang berprefiks ter- belum tentu termasuk verba,sebab ada juga yang termasuk nomina seperti terdakwa dan tertuduh.malah adverbia dalam bahasa Indonesia tidak memiliki ciri-ciri morfologis. Selain para tata bahasawan tradisional di atas ada juga para tata bahasawan strukturalis dan linguis yang mencoba untuk membuat klasifikasi kata.namun tetap saja banyak menimbulkan persoalan dalam pengidentifikasiannya. 2.3 Pembentukan Kata 2.3.1 Inflektif Perubahan atau penyesuaian bentuk pada verba disebut konyugasi, sedangkan pada nomina dan ajektifa disebut deklinasi.inflektif dapat dikatakan morfem yang memiliki alomorf sehingga bermakna berbeda namun masih dalam satu kelas, dan memiliki identitas leksikal yang sama. 2.3.2 Derivatif Pembentukan kata secara derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya,selain maknanya berbeda,kelasnya juga tidak sama.contohnya morfem dasar makan,diberi afiks me- menjadi memakan dan diberi afiks an menjadi makanan, sama-sama berasal dari kelas verba (makan) berubah menjadi memakan kelas verba dan makanan kelas nomina.kedua kata tersebut jelas beda makna dan kelas.

3. PROSES MORFEMIS 3.1. Afiksasi Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar.afiks dibedakan menjadi dua jenis, yaitu afiks inflektif dan afiks derivatif.yang dimaksud dengan afiks inflektif adalah afiks yang digunakan dalam pembentukan kata-kata inflektif atau paradigma infleksional.sedangkan afiks derivatif adalah afiks yang digunakan untuk membentuk kata baru, yaitu kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya. Afiks menurut posisi melekatnya pada bentuk dasar biasanya dibedakan menjadi prefiks, infiks, sufiks, konfiks, interfiks, dan transfiks.berikut pengertiannya ; Prefiks : afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar. Contoh, me- pada menangis; di- pada dimakan. Infiks : afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar. Contoh, -er- pada gerigi ; -el- pada seruling. Sufiks : afiks yang diimbuhkan pada akhir bentuk dasar. Contoh, -kan pada maafkan ; -an pada makanan. Konfiks: afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian pertama berposisi pada awa bentuk dasar, dan bagian yang kedua berposisi pada akhir bentuk dasar. Contoh, ke-/-an pada kehujanan ; me-/-an pada memalukan. Interfiks: sejenis infiks atau elemen penyambung yang muncul dalam proses penggabungan dua buah unsur. Contoh,dalam bahasa indo German liebe+brief = liebe.s.brief Transfiks: afiks yang berwujud vokal-vokal yang diimbuhkan pada keseluruhan dasar. 3.2. Reduplikasi Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi. Reduplikasi penuh contohnya meja-meja dari dasar meja, reduplikasi sebagian lelaki dari dasar laki, dan reduplikasi dengan perubahan bunyi bolak-balik dari dasar balik. 3.3. Komposisi Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru.misalnya, lalu lintas, daya juang, dan rumah sakit. 3.4. Konversi, Modifikasi Internal, dan Suplesi Konversi adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental. Modifikasi Internal adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur ke dalam morfem yang berkerangka tetap.ada sejenis modifikasi internal lain yang disebut suplesi, suplesi adalah sejenis modifikasi internal yang proses perubahannya sangat ekstrem karena ciri-ciri bentuk dasar tidak atau

hampir tidak nampak lagi.misalnya dalam bahasa inggris go bentuk lampaunya went,atau verba be menjadi was dan were. 3.5. Pemendekan Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya.hasil proses pemendekan ini kita sebut kependekan.miswalnya bentuk lab utuhnya laboratorium, hlm utuhnya halaman, L utuhnya liter, SD utuhnya Sekolah Dasar. Hasil proses pemendekan ini biasanya dibedakan atas penggalan, sngkatan, dan akronim. Penggalan adalah kependekan berupa pengekalan satu atau dua suku pertama dari bentuk yang dipendekkan itu,misalnya lab dari laboratorium.yang dimaksud dengan singkatan adalah hasil proses pemendekan,contohnya SD( Sekolah Dasar), kg (kilogram). Akronim adalah hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata,misalnya ABRI(Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), Wagub (Wakil Gubernur). 3.6. Produktivitas Proses Morfemis Proses inflektif bersifat tertutup karena tidak membentuk kata baru.lain halnya dengan derivasi,proses derivasi bersifat terbuka karena dapat membuat kata-kata baru.oleh karena itu boleh dikatakan proses derivasi adalah produktif sedangkan proses infleksi tidak produktif. 4. MORFOFONEMIK Morfofonemik adalah peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.perubahab fonem dalam proses morfofonemik ini dapat berwujud; Pemunculan Fonem,dapat dilihat prosesnya dalam pengimbuhan prefiks me- dengan bentuk dasar baca yang menjadi membaca,dimana terlihat muncul konsonan sengau /m/. Pelepasan Fonem, dapat dilihat prosesnya dalam pengimbuhan akhiran wan pada bentuk dasar sejarah yang menjadi sejarawan,di mana fonem /h/ pada kata sejarah itu menjadi hilang. Peluluhan Fonem, dapat dilihat prosesnya pada pengimbuhan prefiks mepada bentuk dasar sikat menjadi menyikat,dimana fonem /s/ pada sikat diluluhkan dan disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/ dari prefiks tersebut. Perubahan Fonem, dapat dilihat prosesnya pada pengimbuhan prefiks ber- pada kata ajar menjadi belajar, dimana fonem /r/ dari prefiks itu berubah menjadi fonem /l/. Pergeseran Fonem adalah pindahnya sebuah fonem dari silabel yang satu ke silabel yang lain, biasanya ke silabel berikutnya.peristiwa itu dapat dilihat dalam proses pengimbuhan sufiks /an/ pada kata jawab di mana fonem /b/ yang semula berada pada silabel /wab/ pindah ke silabel /ban/.