PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS

dokumen-dokumen yang mirip
Sumber: dimodifikasi dari Wagner et al.

Dry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket.

BAB I PENDAHULUAN. karies parah, nekrosis pulpa, impaksi gigi, untuk tujuan perawatan ortodontik, 3

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

Abses dentogen subkutan

Odontektomi. Evaluasi data radiografi dan klinis dari kondisi pasien

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERAWATAN PERIODONTAL

PERAWATAN EMERJENSI PERIODONTAL

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terakhir dalam perawatan gigi dan mulut karena berbagai alasan, antara lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DINAS KESEHATAN KOTA PADANG PUSKESMAS LUBUK BEGALUNG STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) VULNUS LACERATUM. No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Efektif:

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

BAB 4 METODE PENELITIAN

BPSL BLOK BUKU PANDUAN SKILLS LAB PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu contoh luka terbuka adalah insisi dengan robekan linier pada kulit dan

BPSL BLOK 10K BUKU PANDUAN SKILLS LAB PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ENDODONTIC-EMERGENCIES

BAB 11 KURETASE GINGIVAL

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang

TEKNIK DAN TRIK PENCABUTAN GIGI DENGAN PENYULIT

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

OROANTRAL FISTULA SEBAGAI SALAH SATU KOMPLIKASI PENCABUTAN DAN PERAWATANNYA

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9).

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN POST STROKE. Oleh : Rozario N. Ramandey

Perawatan Endodontik pada anak. Written by Administrator Tuesday, 13 December :46

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang

: IK / PGi / 001 : 01 : 0-0 : 1 Maret 2008 : 2 Hal

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

Modul 7 EKSKOKLEASI KISTA RAHANG (ICOPIM 5-243)

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA PADA KORNEA DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA. Trauma Mata Pada Kornea

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rumit pada tubuh manusia. Sendi ini dapat melakukan 2 gerakan, yaitu gerakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

SKRIPSI. Sarjana Kedokteran Gigi AINUN RAMADHANY NATSIR J BAGIAN BEDAH MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DI SEKITAR GIGI MOLAR KETIGA BERDASARKAN STATUS HORMONAL WANITA USIA TAHUN PADA MAHASISWA KEPERAWATAN GIGI POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

Actinomyces israelii

BAB I PENDAHULUAN. dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. alat ortodontik cekat menyebabkan pemeliharaan oral hygiene menjadi lebih sulit

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

Diabetes merupakan faktor resiko periodontitis yang berkembang dua kali lebih sering pada penderita diabetes daripada penderita tanpa diabetes.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

GAMBARAN INDIKASI PENCABUTAN GIGI DALAM PERIODE GIGI BERCAMPUR PADA SISWA SMP NEGERI 1 LANGOWAN

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mulut diderita 90% dari penduduk Indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

SATUAN ACARA PENYULUHAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN. di R. 26s. STOKE UNIT RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

Nama : Fatimah Setiyo Ningrum NIM : 05/187381/KG/7916

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan, gigi impaksi dan untuk keperluan prosedur ortodontik. 1, 2

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat kumur saat ini sedang berkembang di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

Manifestasi Infeksi HIV-AIDS Di Mulut. goeno subagyo

Tahap-tahap penegakan diagnosis :

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merawat maloklusi. Komponen utama alat ortodonti cekat diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan perawatan, penyakit ini dapat berlanjut dan terjadi pembentukan poket

OSTEOSARCOMA PADA RAHANG

BAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

KURETASE GINGIVAL & KURETASE SUBGINGIVAL

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N.

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Transkripsi:

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto, 2012 1 Blok M e d i c a l E m e r g e n c y

A. PENANGANAN ABSES Abses merupakan suatu lesi yang sulit ditangani, karena kecenderungannya untuk meluas ke banyak jaringan dan sulitnya agen-agen terapeutik masuk ke dalam abses melalui pembuluh darah (Sabiston, 1994). Prinsip dasar perawatan kasus infeksi odontogen antara lain; (1) mempertahankan dan meningkatkan faktor pertahanan tubuh penderita, (2) pemberian antibiotik yang tepat dengan dosis yang memadai, (3) tindakan drainase secara bedah dari infeksi yang ada, (4) menghilangkan secepat mungkin sumber infeksi dan (5) evaluasi terhadap efek perawatan yang diberikan. Pada kasus-kasus infeksi fascial space, pada prinsipnya sama dengan perawatan infeksi odontogen lainnya, tetapi tindakan yang dilakukan harus lebih luas dan agresif (Soemartono, 2000; Mahmood&Mahmood, 2005). Gambar 1. Ilustrasi infeksi gigi yang menyebabkan abses Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada abses pada prinsipnya adalah insisi dan drainase. Insisi dan drainase adalah perawatan yang terbaik pada abses (Topazian et al, 1994). Penatalaksanaan abses apabila belum terjadi drainase spontan, maka dilakukan insisi dan drainase pada puncak fluktuasi dan drainase dipertahankan dengan pemasangan drain (drain karet atau kasa), pemberian antibiotik untuk mencegah penyebaran infeksi dan analgesik sebagai penghilang sakit. Pencabutan dilakukan setelah gejala akutnya mereda. Apabila sudah terjadi drainase spontan (sudah ada fistula) maka dapat langsung dilakukan pencabutan gigi penyebab. Pencabutan gigi yang terlibat (menjadi penyebab abses) biasanya dilakukan sesudah pembengkakan sembuh dan keadaan umum penderita membaik. Dalam keadaan abses yang akut tidak boleh dilakukan pencabutan gigi karena manipulasi 2 Blok M e d i c a l E m e r g e n c y

ekstraksi yang dilakukan dapat menyebarkan radang sehingga mungkin terjadi osteomyelitis (Karasutisna, 2001; Lopez-Piriz et al., 2007). Menurut Peterson (2003), tahapan prosedur insisi pada penatalaksanaan abses adalh sebagai berikut : 1. Aplikasi larutan antiseptik sebelum insisi. 2. Anestesi dilakukan pada daerah sekitar drainase abses yang akan dilakukan dengan anestesi infiltrasi. 3. Untuk mencegah penyebaran mikroba ke jaringan sekitarnya maka direncanakan insisi : Menghindari duktus (Wharton, Stensen) dan pembuluh darah besar. Drainase yang cukup, maka insisi dilakukan pada bagian superfisial pada titik terendah akumulasi untuk menghindari sakit dan pengeluaran pus sesuai gravitasi. Jika memungkinkan insisi dilakukan pada daerah yang baik secara estetik, jika memungkinkan dilakukan secara intraoral. Insisi dan drainase abses harus dilakukan pada saat yang tepat, saat fluktuasi positif. Gambar 2. (a) Insisi intraoral; (b) penempatan hemostat dalam ruang abses (Fragiskos, 2007) 4. Drainase abses diawali dengan hemostat dimasukkan ke dalam rongga abses dengan ujung tertutup, lakukan eksplorasi kemudian dikeluarkan dengan ujung terbuka. Bersamaan dengan eksplorasi, dilakukan pijatan lunak untuk mempermudah pengeluaran pus. 3 Blok M e d i c a l E m e r g e n c y

Gambar 3. (a) Penempatan drain karet di dalam rongga abses; (b) diksasi dengan jahitan pada salah satu sisi insisi (Fragiskos, 2007) 5. Penempatan drain karet di dalam rongga abses dan difiksasi dengan jahitan pada salah satu tepi insisi untuk menjaga insisi menutup dan kasa tidak terlepas. 6. Peresepan antibiotik (perawatan pendukung); peresepan antibiotik penisilin atau erythromycin serta obat analgesik (kombinasi narkotik/nonnarkotik). Dapat ditambah dengan kumur larutan saline (1 sendok teh garam + 1 gelas air) yang dikumurkan setiap setelah makan. 7. Pencabutan gigi penyebab secepatnya. Sumber Referensi: Fragiskos, FD. 2007. Oral Surgery. New York : Springer Berlin Heidelberg. Karasutisna, T. 2001. Infeksi Odontogenik. Edisi 1. Bandung. Bagian Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran. Lopez-Piriz, R. Aguilar, L. Gimenez, MJ. Management of Odontogenic Infection of Pulpal and Periodontal Origin. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 12: E154-9. Mahmood, MHS. & Mahmood, SSA. Odontogenic Neck Infections. The Journal of Teachers Association. 18(1): 55-59. Sabiston, DC. 1994. Buku Ajar Bedah. Volume 2. Jakarta : Penerbit EGC. Soemartono, 2000 Infeksi Odontogen dan Penyebabnya. Surabaya: Pelatihan Spesialis kedokteran Gigi Bidang bedah Mulut. Peterson, LJ. 2003. Contemporaray Oral and Maxillofacial Surgery. Fouth Edition. St. Louise: Mosby Ltd. Topazian, RG. Goldberg, MH. Hupp, JR. 1994. Oral and Maxillofacial Infection: Odontogenic Infections and Deep Fascial Space Infections of Dental Origin. 3rd edition. Chapter 6. Philadelphia: WB Sounders Co. 4 Blok M e d i c a l E m e r g e n c y

No. Skill Lab 4a: Borang Penilaian Penangangan Abses Kegiatan 1 Komunikasi dengan pasien (memberi salam) Memberikan penjelasan mengenai tujuan dan tindakan 2 apa yang akan dilakukan 3 Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan 4 Melakukan tindakan insisi 5 Menempatkan kasa (pengganti drain) 6 Suturing 7 Menuliskan resep Penilaian* 0 1 2 8 Memberikan instruksi pasca perawatan abses *Keterangan: 0=tidak dilakukan sama sekali, 1=dilakukan, tapi tidak sempurna, 2=dilakukan dengan sempurna 5 Blok M e d i c a l E m e r g e n c y

B. PENANGANAN PERIKORONITIS Perikoronitis merupakan suatu keradangan pada jaringan lunak perikoronal (operkulum) yang menutupi mahkota gigi di sekeliling gigi yang akan erupsi, paling sering terjadi pada molar 3 bawah (Mansjoer, 2000). Infeksi yang terjadi disebabkan oleh adanya mikroorganisme dan debris yang terperangkap diantara mahkota gigi dan jaringan lunak diatasnya. Perikoronitis dapat menetap menjadi bentuk subakut/kronis jangka panjang yang berkaitan dengan osteitis dan kerusakan tulang (Pedersen, 1996). Gambar 4. Ilustrasi perikoronitis, adanya keradangan pada jaringan lunak perikoronal (operkulum) yang menutupi mahkota gigi Tanda dan Gejala Gusi berwarna merah Bengkak Sakit pada daerah yang sedang tumbuh Kadang disertai trismus dari ringan sampai berat, bau mulut, pembengkakan wajah, demam, dan sukar menelan Penatalaksanaan 1. Irigasi daerah yang mengalami peradangan dengan larutan hydrogen peroxide 2% hingga bersih dari sisa makanan. 2. Resepkan obat antibiotik dan analgesik, bila ada trismus dapat diberi antirelaksan (misal: diazepam). 6 Blok M e d i c a l E m e r g e n c y

3. Berikan instruksi untuk menjaga kebersihan rongga mulut. sarankan untuk berkumur dengan antiseptik atau air biasa setelah makan dan menaikan daya tahan tubuh (imunitas). 4. Setelah peradangan membaik (5 hari pasca medikasi), lakukan operculectomy. Prosedur Operculectomy 1. Komunikasi dengan pasien terkait tindakan apa yang akan dilakukan. 2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. 3. Usap area pembedahan dengan kapas dan iod (antiseptik). 4. Lakukan anastesi pada sekitar area operasi. 5. Lakukan pemotongan gingiva yang menutup permukaan mahkota gigi. Gambar 5. Prosedur tehnik bedah operculectomy 6. Tutup dengan kasa dan instruksikan pasien untuk menggigit. 7. Resepkan analgesik untuk mengurangi rasa sakit. Sumber Referensi: Mansjoer Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Volume 1, Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Pedersen, GW. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih bahasa Purwanto & Basoeseno. Jakarta: EGC. 7 Blok M e d i c a l E m e r g e n c y

Skill Lab 4b: Borang Penilaian Penanganan Perikoronitis No. Kegiatan 1 Komunikasi dengan pasien (memberi salam) Memberikan penjelasan mengenai tujuan dan tindakan apa yang 2 akan dilakukan 3 Menuliskan resep 4 Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan 5 Menentukan dan mempersiapkan rongga mulut sebelum tindakan 6 Melakukan tindakan operculectomy 7 Memberikan instruksi pasca perawatan operculectomy Penilaian* 0 1 2 *Keterangan: 0=tidak dilakukan sama sekali, 1=dilakukan, tapi tidak sempurna, 2=dilakukan dengan sempurna 8 Blok M e d i c a l E m e r g e n c y