PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN OTOMOTIF DI BURSA EFEK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. mengharuskan perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan

Mochammad Hilal Wijaya Lailatul Amanah. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan mengubah cara bisnisnya. Perubahan proses bisnis dari bisnis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan ini akan lebih menerapkan manajemen pengetahuan (knowlegde

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pergeseran paradigma dari penekanan paradigma physical capital

BAB III METODE PENELITIAN. dalam suatu situasi (Sekaran, 2006). Penelitian ini menguji pengaruh intellectual

BAB I PENDAHULUAN. pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi,

BAB I PENDAHULUAN. berbisnisnya yang berdasarkan tenaga kerja (labor based business) menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada

Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Financial Performance, Growth, Dan Market Value

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan inovasi secara terus-menerus. Dalam rangka untuk dapat bertahan

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL PADA KINERJA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat telah mengalami empat fase ekonomi-sosial sepanjang sejarah

BAB I PENDAHULUAN. saing yang lebih tinggi, dan pertumbuhan inovasi yang luar biasa mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. strategi bisnis dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (laborbased business)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Metode penelitian merupakan tahap tahap penelitian yang dilakukan sebelum

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN DASAR DAN KIMIA DI INDONESIA Oleh : Munfaiqotun Nikmah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut teori ini, tanggung jawab yang paling mendasar dari direksi adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metode nonprobability sampling

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ekonomi baru dengan berkembangnya ilmu teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Knowledge-based economyditandai dengan kemajuan di bidang teknologi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dunia yang di tandai dengan kemajuan dalam bidang teknologi

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, kondisi lingkungan usaha cenderung turbulent dan penuh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sebuah organisasi diharapkan melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

Jl. Tamansari No.1 Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Wernerfelt pada tahun 1984 dalam artikel pionernya berjudul A Resourcesbased

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL

BAB I PENDAHULUAN. kepada persaingan yang semakin kompetitif, dan perubahan cara pandang pelaku

BAB I PENDAHULUAN. dari segi aktiva berwujudnya tetapi perusahaan mulai melihat dari sistem

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pun harus mengubah pola manajemen dari pola manajemen. Pengetahuan telah diakui sebagai komponen bisnis yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hasil analisis statistik secara umum dari data yang digunakan: Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini persaingan ketat yang terjadi dalam dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan. Dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based business) menuju

BAB III METODE PENELITIAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesiadan Singapore Exchange yang memiliki data

BAB I PENDAHULUAN. physical capital ke paradigma baru yang memfokuskan pada intellectual capital.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan tenaga kerja (labor-based business) menjadi bisnis berdasarkan

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Teori yang mendasari penelitian ini adalah Teori Pemangku Kepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. signifikan pada keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu organisasi, sehingga

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2 Nomor 3 Tahun 2013, Halaman 1 ISSN (Online):

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP CURRENT FINANCIAL PERFORMANCE DAN FUTURE FINANCIAL PERFORMANCE

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pula pada negara Indonesia. Perkembangan tersebut membuat intensitas

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 1-11

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru dalam struktur perekonomian dunia antara lain ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari resources-based business menjadi knowledge based business. Organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prosiding Akuntansi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya supaya dapat survive menghadapi persaingan yang ada. Perubahan cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Endang Saryanti (2010) meneliti hubungan intellectual capital dengan

BAB V PENUTUP. Banyak perusahaan yang kurang efektif dalam mencapai tujuan bisnisnya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk. memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan mencerminkan nilai aset

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN, PERTUMBUHAN DAN NILAI PASAR PADA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dalam era globalisasi saat ini diindikasikan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. riset. Lokasi penelitian ini dipilih karena dianggap sebagai tempat yang tepat bagi peneliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Stakeholder Theory (Teori Stakeholder) hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Individu, kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuangan perusahaan transportation services yang terdaftar di Bursa

BAB III METODE PENELITIAN. Efek Indonesia (BEI) periode Pemilihan sampel penelitian didasarkan

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP ROE PADA BANK NEGARA INDONESIA DAN BANK MUAMALAT)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penawaran umum saham perdana di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN

THE IMPACT OF INTELLECTUAL CAPITAL ON BANKS GO PUBLIC S MARKET VALUE AND FINANCIAL PERFORMANCE LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX)

DAFTAR PUSTAKA. Artikel Human Capital Mengembangkan Strategi Berbasis Knowledge. (accessed September 2015).

BAB III METODE PENELITIAN. untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2012). Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi global ditandai dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pendahuluan. Adhie., Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan...

BAB II. oleh perusahaan. Modal intelektual (IC) pada umumnya didefinisikan sebagai

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat. Kecenderungan kesuksesan perusahaan perbankan secara umum senantiasa

BAB III METODE PENELITIAN. laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mengubah cara berbinis mereka. Kemampuan bersaing tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya yang sebelumnya berdasarkan pada tenaga kerja (labor-based business)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi, inovasi teknologi dan persaingan yang ketat pada abad ini memaksa

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN NILAI PERUSAHAN PADA PERUSAHAN PERBANKAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode melalui website :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

Transkripsi:

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN OTOMOTIF DI BURSA EFEK INDONESIA Faricha Nurul Haniyah farichaditya@gmail.com Maswar Patuh Priyadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out the influence of intellectual capital which is proxy by Pulic model (VAIC TM) to the company s performance which is proxy by market to book ratio (MBR) to the automotive company. The population is automotive companies which are listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). In this research, the sample collection technique has been determined by using purposive sampling, and based on the determined criteria the samples are 8 automotive companies which are continuously publish their financial statement during the years of 2008 2012. This research is using multiple linear regressions analysis. The result of research shows that: (1) The value added capital employed (VACA) variable has significant influence to the market to book ratio (MBR) yet the negative regression coefficient shows the non-unidirectional relations between VACA and MBR. (2) The value added human capital (VAHU) variable has significant influence to the market to book ratio (MBR) and it shows unidirectional relationship between VAHU and MBR. (3) Independent variable structural capital value added (STVA) partially has significant influence to the market to book ratio (MBR) and shows unidirectional relationship between STVA and MBR. Keywords: Intellectual capital, Market to book ratio, Value added capital employed, Value added human capital, Structural capital value added. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intellectual capital yang di proksikan dengan model Pulic (VAIC TM) terhadap kinerja perusahaan yang di proksikan dengan market to book ratio (MBR) pada perusahaan otomotif. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam penelitian ini, ditetapkan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dan diperoleh sebanyak 8 sampel perusahaan otomotif yang secara berturut-turut tidak terlambat menerbitkan laporan keuangan selama tahun 2008-2012. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Variabel value added capital employed (VACA) berpengaruh signifikan terhadap market to book ratio (MBR) namun koefisien negatif menunjukkan hubungan yang tidak searah antara VACA dan MBR. (2) Variabel value added human capital (VAHU) berpengaruh signifikan terhadap market to book ratio (MBR) dan menunjukkan hubungan searah antara VAHU dan MBR. (3) Variabel bebas structural capital value addded (STVA) berpengaruh signifikan terhadap market to book ratio (MBR) dan menunjukkan hubungan searah antara STVA dan MBR. Kata kunci: Intellectual capital, Market to book ratio, Value added capital employed, Value added human capital, Structural capital value added. PENDAHULUAN Dewasa ini perekonomian dunia telah berkembang dengan begitu pesatnya ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi, persaingan yang ketat dan pertumbuhan inovasi yang luar biasa sehingga mengakibatkan banyak perusahaan mengubah cara

2 bisnisnya. Perubahan proses bisnis dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labour based business) menuju bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge based business), sehingga karakteristik utama perusahaan menjadi perusahaan berdasarkan pengetahuan (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Perusahaan-perusahaan yang menerapkan knowledge based business akan menciptakan suatu cara untuk mengelola pengetahuan sebagai sarana untuk memperoleh penghasilan perusahaan, dengan penerapan knowledge based business, maka penciptaan nilai perusahaan akan berubah. Karakteristik ekonomi yang berbasis pengetahuan ini akan lebih menerapkan manajemen pengetahuan (knowlegde management), dimana keberhasilan suatu perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Knowledge based management diperlukan dalam rangka mendorong perusahaan untuk mampu menciptakan dan mengelola knowledge based business-nya dalam mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan diharapkan dapat menformulasikan dan mengelola berbagai strategi agar dapat memanfaatkan potensi maksimal dari pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini meningkatkan kesadaran perusahaan terhadap kepemilikan sumber daya yang berbasis dua pengetahuan sebagai faktor utama untuk mempertahankan keunggulan kompetitif perusahan. Perusahaan mengubah strateginya menuju knowledge based business sebagai upaya perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya lainnya dengan tujuan mempertahankan keunggulan kompetitif. Kemampuan bersaing perusahaan tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva tidak berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya yang dimilikinya. Berubahnya pandangan ekonomi menjadi ekonomi yang berbasis pengetahuan telah meningkatkan perhatian pada pengelolaan intangible asset yang baik (Harrison dan Sullivan, 2000). Aset tidak berwujud (intangible asset) dinilai sebagai aset yang berharga, langka, tidak bisa disubstitusikan, dan sulit untuk ditiru, itulah sebabnya mereka diperlakukan sebagai aset strategis yang mampu menghasilkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan kinerja keuangan yang unggul (Barney, 1991). Oleh karena itu organisasi bisnis semakin menitik beratkan pentingnya aset pengetahuan sebagai salah satu bentuk dari aktiva tidak berwujud. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran knowledge assets (asset pengetahuan) adalah intellectual capital (IC) yang telah menjadi fokus perhatian diberbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi (Petty dan Guthrie, 2000). Kegunaan modal intelektual sebagai salah satu instrumen untuk menentukan nilai perusahaan telah menarik perhatian akademisi dan praktisi (Edvinsson dan Malone, 1997 dalam Ulum et al., 2008). Hal ini menimbulkan tantangan bagi para akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan. Misalnya, Pulic (1998) dalam Ulum et al. (2008) tidak mengukur secara langsung modal intelektual perusahaan, tetapi mengajukan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (value added intellectual coefficient - VAIC TM). Komponen utama dari VAIC TM dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA-value added capital employed), human capital (VAHUvalue added human capital), dan structural capital (STVA-structural capital value added). Menurut Pulic (1998) dalam Ulum et al. (2008) tujuan utama dari ekonomi yang berbasis pengetahuan adalah untuk menciptakan value added, sedangkan untuk dapat menciptakan value added dibutuhkan ukuran yang tepat tentang physical capital dan intellectual potential. Lebih lanjut Pulic (1998) menyatakan bahwa intellectual ability yang kemudian disebut dengan VAIC TM menunjukkan sejauh mana kedua sumber daya tersebut (physical capital dan intellectual potential) telah dimanfaatkan secara efisien oleh perusahaan. Peningkatan perhatian pada IC terjadi sebagai akibat dari perkembangan new economy (ekonomi baru) yang dikendalikan oleh teknologi informasi dan pengetahuan. Area yang menjadi perhatian sejumlah akademisi dan praktisi adalah manfaat dari IC sebagai alat

3 untuk menentukan nilai perusahaan (Tan et al., 2007). Bornemann dan Leitner (2002) dalam Kuryanto (2008) menyatakan penelitian IC menjadi sebuah tantangan yang patut dikembangkan. Beberapa penulis bahkan menyarankan untuk tidak membentuk sistem manajemen dan pelaporan yang kurang relevan karena dapat mengurangi kemampuan perusahaan dalam menyediakan informasi yang esensial untuk proses pengelolaan berdasarkan pengetahuan dan sumber tak berwujud bagi stakeholders. Peranan intellectual capital semakin strategis, bahkan akhir-akhir ini memiliki peran kunci dalam upaya melakukan lompatan peningkatan nilai di berbagai perusahaan. Hal ini disebabkan adanya kesadaran bahwa intellectual capital merupakan landasan bagi perusahaan untuk unggul dan bertumbuh. Kesadaran ini antara lain ditandai dengan semakin seringnya istilah knowledge based company muncul dalam wacana bisnis. Istilah tersebut ditujukan terhadap perusahaan yang lebih mengandalkan pengelolaan intellectual capital sebagai sumber daya dan longterm growth-nya. Knowledge based company adalah perusahaan yang diisi oleh komunitas yang memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan. Ciri lainnya adalah perusahaan ini lebih mengandalkan pengetahuan dalam mempertajam daya saingnya, hal ini digambarkan dengan semakin mengecilnya investasi yang dialokasikannya untuk physical goods dan memilih untuk lebih berinvestasi di bidang intellectual capital. Sebagai akibatnya, nilai dari knowledge based company utamanya ditentukan oleh intellectual capital yang dimiliki dan dikelolanya. Di Indonesia, fenomena IC mulai berkembang terutama setelah munculnya PSAK No.19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud, meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai IC, namun kurang lebih IC telah mendapat perhatian. Tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan tercermin dari harga sahamnya, semakin meningkatnya perbedaan antara harga saham dengan nilai buku aktiva yang dimiliki perusahaan menunjukkan adanya hidden value. Penghargaan lebih atas saham perusahaan dari para investor tersebut diyakini disebabkan oleh modal intelektual yang dimiliki perusahaan. Appuhami (2007) dalam Sunarsih dan Mendra (2012) menyatakan bahwa semakin besar nilai modal intelektual (VAIC TM) semakin efisien penggunaan modal perusahaan, sehingga menciptakan value added bagi perusahaan. Physical capital sebagai bagian dari modal intelektual menjadi sumber daya yang menentukan kinerja perusahaan. Selain itu, jika modal intelektual merupakan sumber daya yang terukur untuk peningkatan competitive advantages, maka modal intelektual akan memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan (Abdolmohammadi, 2005 dalam Ulum et al., 2008). Modal intelektual diyakini dapat berperan penting dalam peningkatan nilai perusahaan maupun kinerja keuangan. Perusahaan yang mampu memanfaatkan modal intelektualnya secara efisien, maka nilai pasarnya akan meningkat. Dengan meningkatnya nilai pasar perusahaan, maka akan meningkatkan market value perusahaan. Penelitian ini mengacu pada penelitian Ulum et al. (2008), yaitu dengan mengubah ukuran kinerja yang berbasis market valuation (MB) dan menggunakan perusahaan otomotif sebagai sampel penelitian, dan pengembangan hipotesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan otomotif. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ulum et al. (2008) adalah dalam obyek penelitian, jangka waktu pengambilan sampel sampel dari tahun 2008-2012, penggunaan ukuran kinerja berupa market valuation (MB) dan penggunaan uji statistiknya berupa analisis regresi linier berganda. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Teori Stakeholder Stakeholders pada teori ini memiliki peranan dan kekuasaan yang amat penting dan menjadi pertimbangan bagi pengelola di perusahaan dalam mengungkapkan informasi

4 laporan keuangan. Perusahaan memandang bahwa stakeholders terdiri dari pemegang saham, kreditur, pemerintah, karyawan, pelanggan, pemasok, dan publik. Investor menginginkan return yang tercermin dalam laba akuntansi merupakan suatu alat ukur yang tepat dan akurat sehingga perlu adanya keakuratan dalam penciptaan return (Meek dan Gray, 1988 dalam Ulum et al., 2008). Keakuratan value added dan return dalam pengukuran kinerja menambah kekuatan teori stakeholders. Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan-hubungan di lingkungan perusahaan mereka. Namun demikian, tujuan yang lebih luas dari teori stakeholder adalah untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari dampak aktifitas-aktifitas mereka, dan meminimalkan kerugiankerugian bagi stakeholder. Pada kenyataannya, inti keseluruhan teori stakeholder terletak pada apa yang akan terjadi ketika korporasi dan stakeholder menjalankan hubungan mereka. Teori Resource-Based Menurut pandangan Resource-Based Theory perusahaan akan unggul dalam persaingan usaha dan mendapatkan kinerja keuangan yang baik dengan cara memiliki, menguasai dan memanfaatkan aset-aset strategis yang penting (aset berwujud dan tidak berwujud). Belkaoui (2003) dalam Ulum et al. (2008) menyatakan strategi yang potensial untuk meningkatkan kinerja perusahaan adalah dengan menyatukan aset berwujud dan aset tidak berwujud. Resource-Based Theory adalah suatu pemikiran yang berkembang dalam teori manajemen strategik dan keunggulan kompetitif perusahaan yang meyakini bahwa perusahaan akan mencapai keunggulan apabila memiliki sumber daya yang unggul (Solikhah et al., 2010). Teori ini berasumsi bahwa perusahaan dapat berhasil bila perusahaan mampu mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif melalui implementasi yang bersifat strategik dalam proses penciptaan nilai yang tidak mudah ditiru oleh perusahaan lain dan tidak ada penggantinya (Barney, 1991). Menurut Jackson dan Schuler (1995) dalam Suhendah (2012) teori ini menjelaskan tiga jenis sumber daya yaitu sumber daya fisik berupa pabrik, teknologi, peralatan, lokasi geografis, sumber daya manusia berupa pengalaman, pengetahuan pegawai, dan sumber daya organisasional berupa struktur dan sistem perencanaan, pengawasan, pengendalian, serta hubungan sosial antar organisasi dengan lingkungan eksternal. Berdasarkan pendekatan Resource-Based Theory dapat disimpulkan bahwa sumber daya yang dimiliki perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Intellectual Capital Modal intelektual (intellectual capital) adalah sekelompok aset pengetahuan yang merupakan atribut organisasi dan berkontribusi signifikan untuk meningkatkan posisi persaingan dengan menambahkan nilai bagi pihak-pihak yang berkepentingan (Marr dan Schiuma, 2001 dalam Solikhah et al., 2010). Menurut Williams (2001) dalam Kuryanto dan Syafrudin (2008) modal intelektual didefinisikan sebagai informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai. Chen et al. (2005) menyatakan bahwa investor akan memberikan nilai yang lebih tinggi pada perusahaan yang memiliki sumber daya intelektual yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki sumber daya intelektual yang rendah. Nilai yang diberikan oleh investor kepada perusahaan tersebut akan tercermin dalam harga saham perusahaan. secara garis besar, intellectual capital dapat diartikan sebagai aset yang tidak berwujud yang merupakan sumber daya berisi pengetahuan,yang dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan baik dalam pembuatan keputusan untuk saat ini maupun manfaat di masa depan. Peneliti juga menyimpulkan bahwa intellectual capital merupakan aset utama suatu

5 perusahaan disamping aset fisik dan finansial. Maka dalam mengelolah aset fisik dan finansial dibutuhkan kemampuan yang handal dari intellectual capital itu sendiri, disamping dalam menghasilkan suatu produk yang bernilai diperlukan kemampuan dan daya pikir dari karyawan, sekaligus bagaimana mengelola organisasi dan menjalin hubungan dengan pihak eksternal. Dengan demikian modal intelektual merupakan pengetahuan yang memberikan informasi tentang nilai tak berwujud perusahaan yang jika digunakan secara optimal memungkinkan perusahaan untuk menjalankan strateginya dengan efektif dan efisien sehingga dapat mempengaruhi daya tahan dan keunggulan bersaing. Value Added Intellectual Coefficient (VAIC TM) Value Added Intellectual Coefficient (VAIC TM) adalah sebuah metode yang dikembangkan oleh Pulic (1998) dalam Ulum et al. (2008), untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tak berwujud (intangible asset) yang dimiliki oleh perusahaan. VAIC TM merupakan alat untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. Perhitungannya dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Keunggulan model Pulic adalah kemudahan dalam perolehan data yang digunakan dalam penelitian. Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka keuangan standar yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. VAIC TM yang dikembangkan oleh Pulic (1998) dalam Ulum et al. (2008) terdiri dari tiga komponen utama yang dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA Value Added Capital Employed), human capital (VAHU Value added HumanCapital) dan structural capital (STVA Structural Capital Value Added). Penjelasan mengenai masingmasing komponen VAIC TM adalah sebagai berikut: 1. Value Added Capital Employed atau Value Added Capital Coeffiecient (VACA) VACA adalah hubungan VA dengan modal fisik yang bekerja (capital employed - CE). Capital employed merupakan financial capital (modal keuangan), yakni total modal yang dimanfaatkan dalam asset tetap dan lancar dalam bentuk modal berwujud seperti cash, marketable securities, account receivable, inventories, land, buildings, machinery, equipment, furniture, fixtures, dan vehicles yang dimiliki oleh perusahaan (Huwitz, et al. 2002 dalam Yusuf, 2009). Capital employed (physical capital) merupakan bagian yang sangat penting. Hal ini disebabkan modal intelektual tidak dapat menciptakan nilainya sendiri. Dengan demikian, capital employed diperlukan supaya modal intelektual dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Oleh karena itu VACA merupakan sebuah indikator untuk VA yang dibuat oleh satu unit modal fisik (physical capital). 2. Value Added Human Capital (VAHU) VAHU adalah hubungan antara VA dengan HC. VAHU menunjukkan berapa banyak VA yang dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. VAHU mengindikasikan kemampuan HC untuk menciptakan nilai dalam sebuah perusahaan. Total gaji dan biaya upah merupakan indikator utama HC perusahaan (Tan et al., 2007). Seperti halnya VACA, VAHU juga dapat digunakan sebagai indikator pembanding kemampuan intelektual antara perusahaan-perusahaan. Namun dalam hal ini, VAHU digunakan sebagai indikator pembanding dalam hal pemanfaatan sumber daya manusia yang lebih baik. 3. Structural Capital Value Added (STVA) STVA menunjukkan kontribusi modal struktural (SC) dalam pembentukan nilai. Dalam model Pulic (VAIC TM), nilai SC diperoleh dengan cara VA dikurangi HC. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikator kemampuan SC dalam penciptaan nilai. SC bukanlah suatu ukuran yang

6 independen seperti HC, melainkan SC dependen terhadap value creation. Artinya, semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. Hubungan antara VA dan SC dikalkulasikan dalam cara yang berbeda karena HC dan SC berbanding terbalik ketika pembentukan nilai diperhatikan. Tidak seperti VACA dan VAHU, VA merupakan penyebut dari STVA. Kinerja Perusahaan Kinerja keuangan perusahan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Tujuan perusahaan akan sulit tercapai bila perusahaan tersebut tidak bekerja secara efisien, sehingga perusahaan tidak mampu baik langsung maupun tidak langsung bersaing dengan perusahaan sejenis. Menurut Sawir (2005), kinerja perusahaan merupakan suatu tampilan atau keadaan secara utuh atas kondisi perusahaan selama periode/kurun waktu tertentu. Perusahaan yang dapat memanfaatkan sumberdaya strategisnya dengan baik diyakini mampu untuk menciptakan suatu nilai tambah dan keunggulan kompetitif yang nantinya akan bermuara pada peningkatan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan diukur dengan market to book value (MBR) yang merupakan penilaian pasar terhadap sebuah perusahaan. MBR mempunyai kemampuan untuk menjelaskan nilai lebih yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi kinerja intellectual capital perusahaan, maka semakin baik tingkat pengungkapannya, karena pengungkapan mengenai intellectual capital dapat meningkatkan kepercayaan para stakeholder terhadap perusahaan. Pengembangan Hipotesis Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan merupakan suatu tampilan atau keadaan secara utuh atas kondisi perusahaan selama periode/kurun waktu tertentu. Perusahaan yang dapat memanfaatkan sumber daya strategisnya dengan baik diyakini mampu untuk menciptakan suatu nilai tambah dan keunggulan kompetitif yang nantinya akan bermuara pada peningkatan kinerja perusahaan. Intellectual capital berpengaruh pada kinerja perusahaan yang sama. Pengaruh kontemporer mengindikasikan relevansi informasi ke investor (Tan et al., 2007). Praktik akuntansi konservatisme menekankan bahwa investasi perusahaan dalam intellectual capital (IC) yang disajikan dalam laporan keuangan, dihasilkan dari peningkatan selisih antara nilai pasar dan nilai buku. Sehingga IC perusahaan yang lebih besar akan diperoleh, jika pasarnya semakin efisien. IC merupakan sumber daya yang berperan dalam peningkatan keunggulan bersaing akan dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan (Harrison dan Sullivan, 2000; Chen et al., 2005). Dalam penelitian ini, kinerja perusahaan diukur dengan market to book value (MBR) yang merupakan penilaian pasar terhadap sebuah perusahaan. Market to book value (MBR) digunakan karena apabila selisih yang terjadi antara nilai pasar perusahaan dengan nilai bukunya cukup signifikan hal ini menandakan adanya aset tersembunyi yang tidak tercantum dalam laporan keuangan yaitu intellectual capital. MBR mempunyai kemampuan untuk menjelaskan nilai lebih yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi kinerja intellectual capital perusahaan, maka semakin baik tingkat pengungkapannya, karena pengungkapan mengenai intellectual capital dapat meningkatkan kepercayaan para stakeholder terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya nilai pasar perusahaan, maka rasio market to book value juga akan meningkat. Salah satu cara untuk meningkatkan rasio market to book value adalah dengan

7 meningkatkan nilai pasar perusahaan. Nilai pasar perusahaan dapat meningkat apabila kekayaan intelektual yang dimiliki perusahaan dikelola dengan baik. Chen et al. (2005) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara IC dengan nilai pasar perusahaan. Jika intellectual capital meningkat, dalam artian dikelola dengan baik, maka hal ini dapat meningkatkan persepsi pasar terhadap nilai perusahaan. Menurut resource based theory, intellectual capital merupakan sumber daya unik yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan menjadi semakin baik dan menciptakan value bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif tentunya akan dapat bersaing dengan lawan bisinisnya dan keberlanjutan perusahaan akan terjamin. Jika keberlanjutan perusahaan terjamin, maka persepsi pasar terhadap nilai perusahaan akan meningkat. Hal tersebut dapat membuat perusahaan memiliki nilai tambah dibandingkan dengan perusahaan lain. Metode penelitian ini menggunakan model Pulic yaitu VAIC TM. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa VAIC TM memiliki tiga komponen pengukuran, yaitu value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), dan structural capital value added (STVA). Ketiga komponen tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dan sangat menentukan nilai tambah dari intellectual capital. Dalam proses penciptaan nilai, perusahaan membutuhkan pemanfaatan yang optimal dari seluruh potensi sumber daya yang dimilikinya. Sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut meliputi karyawan (human capital), aset fisik yang dimiliki perusahaan (capital employed), dan structural capital. Dari ketiga komponen sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut apabila dimanfaatkan dengan baik dan dapat bersinergi secara efektif maka nilai tambah (value added) akan dapat dihasilkan guna menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan. Dengan memiliki keunggulan kompetitif dapat diindikasikan bahwa perusahaan akan mampu bersaing dan bertahan di lingkungan perekonomian yang semakin kompetitif. H 1 : Intellectual capital (VACA)berpengaruh terhadap kinerja perusahaan H 2 : Intellectual capital (VAHU)berpengaruh terhadap kinerja perusahaan H 3 : Intellectual capital (STVA)berpengaruh terhadap kinerja perusahaan METODA PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan masih tercatat sebagai emiten mulai tahun 2008 sampai tahun 2012. (2) Perusahaan otomotif yang mempublikasikan laporan keuangan selama 4 tahun pengamatan dari tahun 2008-2012, (3) Perusahaan otomotif yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan di Bursa Efek Indonesia paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. (4) Perusahaan otomotif yang membagikan devien tunai selama periode penelitian yaitu tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Sebagaimana kriteria pengambilan sampel diperoleh 8 perusahaan yang memenuhi kriteria pemilihan sampel. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen 1. VACA - Value Added Capital Employed VACA merupakan perbandingan antara value added (VA) dengan total ekuitas perusahaan (CE) yang dimanfaatkan dalam aset tetap dan lancar suatu perusahaan (Pulic, 1998 dalam Ulum et al., 2008), rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit

8 dari CE terhadap value added organisasi. VACA dapat dihitung dengan rumus seperti di bawah ini: VAi VACA= -------- CEi Keterangan: VA = Value Added perusahaan i CE = Book value of net asset (nilai buku aset bersih) perusahaan i Value Added (VA) dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut: VAi = Ii + DPi + Di + Ti + Ri + Wsi Dimana: Vai = Value added untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan Ii = Interest expense, merupakan penjumlahan dari seluruh beban bunga perusahaan i pada tahun yang bersangkutan DPi = Depreciation expense, merupakan beban penyusutan untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan. Di = Dividend atas saham biasa untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan. Ti = Corporate taxes, merupakan beban pajak penghasilan untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan. Ri = Profit retained, merupakan saldo laba perusahaan i pada tahun yang bersangkutan. Wsi = Wages and Sallary, merupakan beban gaji dan upah perusahaan i pada tahun yang bersangkutan Pemanfaatan ekuitas perusahaan (CE) merupakan bagian dari pemanfaatan intellectual capital perusahaan karena VACA merupakan indikator kemampuan intelektual perusahaan dalam mengelola dan memanfaatkan modal fisik secara lebih baik. 2. VAHU - Value Added Human Capital VAHU menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan HC untuk menciptakan nilai dalam perusahaan. VAHU dapat dihitung dengan rumus seperti di bawah ini: VAi VAHU = --------- HCi Dimana : Human Capital (HC) = Total salary and wages cost (biaya gaji dan upah) perusahaan i. VAHU merupakan indikator kualitas sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan. 3. STVA - Structural Capital Value Added STVA mengukur jumlah modal struktural (SC) yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari value added (VA) dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan modal struktural (SC) dalam penciptaan nilai. STVA dapat dihitung dengan rumus seperti di bawah ini: Dimana : Structural Capital (SC) SC STVA = --------- VA = VA HC

9 Variabel Dependen Kinerja Perusahaan Dalam suatu perusahaan apabila mampu meningkatkan nilai pasar perusahaan maka hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengelola kekayaan intelektual dengan baik. Dengan begitu akan mempengaruhi peningkatan kinerja Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah market to book ratio yang merupakan harga pasar dibandingkan dengan nilai buku aset bersih perusahaan otomotif yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Model yang digunakan untuk menghitung MBR adalah sebagai berikut: Dimana : MBRi MVi Bvi MVi MBRi = --------- BVi = Market to Book Ratio pada perusahaan i pada tahun tertentu. = Market Value yang ditunjukkan oleh rata-rata harga saham dalam satu tahun pada perusahaan i pada tahun yang bersangkutan (harga saham yang dipergunakan adalah pada saat penutupan tiap harinya). = Book Value (nilai buku aktiva bersih) perusahaan i pada tahun tertentu. Pengujian Hipotesis Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Untuk itu akan digunakan teknik analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah analisis untuk mengukur besarnya pengaruh beberapa variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen) dan memprediksi variabel terkait dengan menggunakan variabel bebas. Tes statistik regresi linier berganda dengan menggunakan model sebagai berikut: Y = α 0 + β 1 VACA + β 2 VAHU + β 3 STVA + e Keterangan: Y : Nilai perusahaan, α 0 : Konstanta, VACA : Value Added Capital Employed atau Value Added Capital Coefficient VAHU : Value Added Human Capital STVA : Structural Capital Value Added β 1 β 2 β 3 β 4 : Koefisien Regresi, e : Standard Error HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak dimana model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Salah satu cara untuk melihat distribusi normal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2009). Dari hasil output SPSS grafik normal probability plot menunjukkan bahwa pola data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel dalam penelitian ini memenuhi uji normalitas. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat korelasi antar variabel independen. Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinearitas

10 dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen dijelaskan variabel independen lainnya. Dari hasil output SPSS nilai tolerance diperoleh bahwa semua variabel bebas nilai tolerance di atas 0,10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10, artinya seluruh variabel bebas pada penelitian ini tidak ada gejala multikolinearitas dengan aturan jika VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2006). 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat korelasi antara kesalahan penganggu pada periode sebelumnya (t- 1). Untuk mendeteksi ada dan tidaknya gejala autokorelasi maka dapat dilihat dari tabel Durbin- Watson. Dari hasil output diatas SPSS uji autokorelasi menunjukkan nilai DW sebesar 1,831 terletak antara -2 sampai +2 maka tidak ada autokorelasi (Ghozali, 2006). 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot adalah jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas dan titik- titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Dari hasil output SPSS diketahui bahwa titik- titik tidak membentuk pola yang jelas. Titik- titik di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi. Uji Hipotesis 1. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien Determinasi (R 2 ) bertujuan untuk mengukur apakah seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu (0 R 2 1). Nilai yang mendekati 1 berarti variabel- variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Dengan kata lain, jika (R 2 ) semakin mendekati 100%, maka semakin baik variabel independen dalam menjelaskan variansi perubahan variabel dependen. Dari hasil output SPSS kolom Adjusted R Square, diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0, 325 yang berarti 32,5 % menunjukkan bahwa variabel intellectual capital yang terdiri dari value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), dan structural capital value added (STVA) secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel market to book ratio sebesar 37,7%, sedangkan sisanya sebesar 67,5% dipengaruhi oleh faktor di luar model penelitian. 2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α = 5%) (Ghozali, 2011). Uji t berada pada tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai t < 0,05 maka H 1 diterima dan menolak H 0, sedangkan jika nilai > 0,05, maka H 0 diterima dan menolak H 1.. Berikut hasil pengujian:

11 Model Unstandardized Coefficients Tabel 1 Uji t Coefficients a Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta (Constant) -.007.005-1.431.161 1 VACA -.004.001 -.476-3.536.001 VAHU.000.000.447 2.489.018 STVA.018.007.480 2.689.011 a. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan Sumber: Ouput SPSS 20 Berdasarkan hasil uji t pada tabel 1, terlihat bahwa variabel value added capital employed, value added human capital dan structural capital value added menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap terhadap variabel dependen, yaitu kinerja perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan untuk value added capital employed sebesar 0,001, value added human capital sebesar 0,018 dan structural capital value added sebesar 0,011.( nilai signifikansi < 5%). Sedangkan variabel tingkat suku bunga menunjukkan hubungan yang tidak signifikan terhadap nilai perusahaan yaitu sebesar 0,839 (nilai signifikansi > 5%). Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan atas hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan sebagai berikut: Value Added Capital Employed Terhadap Kinerja Perusahaan Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel value added capital employed berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerja perusahaan yang dilihat dari tingkat signifikansi 0,001 (sig < 5%) dan H 1 diterima tetapi dilihat dari nilai koefisien regresi variabel value added capital employed menunjukkan sebesar 0,004. Tanda koefisien negatif menunjukkan variabel value added capital employed dan kinerja perusahaan tidak searah. Hal ini mengindikasikan bahwa aset fisik yang terdapat pada perusahaan sampel bukan merupakan aset utama yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena perusahaan otomotif cenderung menggunakan human capital dan structural capital untuk meningkatkan kinerja perusahaannya. Perusahaan otomotif mempunyai karakteristik dari organisasi berbasis pengetahuan yang dapat menciptakan inovasi untuk produk baru dengan mengelola sumber pengetahuan dan kecanggihan teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa jika nilai VACA yang tinggi memungkinkan terjadi penurunan nilai MBR karena nilai VACA yang tinggi tidak diikuti dengan naiknya MBR. Hal ini dapat dijelaskan apabila penjualan perusahaan naik maka akan mengakibatkan laba perusahaan naik. Dengan naiknya penjualan maka nilai VACA akan semakin tinggi karena value added yang didapat semakin tinggi dan nilai CE turun. Dengan demikian, efisiensi dari aset fisik juga semakin baik. Modal fisik dan finansial atau value added capital employed (VACA) ditentukan oleh aset tetap dan aset lancar. Naiknya nilai buku aktiva bersih (BV) akan berdampak turunnya MBR. Hal ini berarti bahwa informasi mengenai efisiensi penggunaan aset fisik perusahaan tidak dapat ditangkap pasar sehingga mengakibatkan rasio MBR turun. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Chen et al. (2005) yang menyatakan bahwa VACA berpengaruh signifikan positif terhadap market-to-book value ratio. Value Added Human Capital Terhadap Kinerja Perusahaan Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel value added human capital berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerja perusahaan yang dilihat dari tingkat signifikansi 0,018 (sig < 5%) dengan nilai koefisien sebesar 0,000. Tanda koefisien positif menunjukkan variabel

12 value added human capital dan kinerja perusahaan searah sehingga dapat disimpulkan bahwa value added human capital berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan dan H 2 diterima. Hal ini disebabkan karena perusahaan otomotif telah mengoptimalkan penggunaan human capital atau karyawan. Karena karyawan merupakan aset yang tak ternilai dan sangat penting yang merupakan sumber dari inovasi, strategi, visi dari perusahaan, proses reengineering, dan segala sesuatu yang menciptakan persepsi yang positif bagi perusahaan. Selain itu perusahaan otomotif juga telah mengeluarkan banyak investasi untuk program pelatihan dan pengembangan intelektual karyawan agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan human capital yang dihasilkan mampu memaksimalkan pengetahuan, keahlian, jaringan sehingga mampu menciptakan nilai. Hal ini juga dapat menguntungkan shareholdder karena manajemen mampu mengelola organisasi untuk kepentingan mereka. Berdasarkan hal tersebut, telah dibuktikan bahwa semakin dibutuhkan kemampuan pengetahuan dari karyawan dalam meningkatkan kinerja perusahaan, karena dengan banyaknya para karyawan profesional dan para ahli yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas dalam perusahaan berdampak terhadap kelangsungan hidup suatu perusahaan. Dengan pengetahuan yang dimilikinya karyawan dapat memunculkan suatu ide-ide baru dalam melakukan suatu inovasi-inovasi baru, sehingga akan mendorong terciptanya produk-produk yang semakin bervariasi. Dengan produk-produk yang bervariasi dan beraneka ragam akan menarik minat para konsumen dan perusahaan dapat bertahan dalam persaingan global dan mendapatkan keunggulan kompetitif yang memungkinkan perusahaan menjadi inovator dalam dunia bisnis. Hal ini akan meningkatkan laba perusahaan yang berujung pada peningkatan suatu kinerja perusahaan. Hasil ini sesuai dengan teori human capital yang menyatakan bahwa human capital yang produktif dengan tingkat keahlian, pengetahuan dan pengalaman serta tingkat kesehatan yang tinggi dapat menguntungkan perusahaan dan menjadi unsur potensial dalam peningkatan produktivitas. Selain itu penelitian ini berdasarkan pada konsep Resource Based Theory (RBT) yaitu agar dapat bersaing perusahaan harus memiliki sumber daya yang unggul yang dapat menciptakan value added bagi perusahaan, dalam hal ini adalah human capital. Selain itu perusahaan harus dapat mengelola sumber daya tersebut sehingga tercapai keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif merupakan modal dalam menghadapi persaingan bisnis. Sehingga perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif mampu bertahan dalam lingkungan bisnis. Hal tersebut berdampak pada persepsi pasar terhadap nilai perusahaan yang akan meningkat. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang berada di perusahaan untuk menambah nilai pada perusahaan. Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Chen et al. (2005) menyatakan bahwa VACA berpengaruh signifikan positif terhadap market-to-book value ratio. Structural Capital Value Added Terhadap Kinerja Perusahaan Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel structural capital value added berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerja perusahaan yang dilihat dari tingkat signifikansi 0,011 (sig < 5%) dengan nilai koefisien sebesar 0,018. Tanda koefisien positif menunjukkan variabel structural capital value added dan kinerja perusahaan searah sehingga dapat disimpulkan bahwa structural capital value added berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan dan H 3 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa modal organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Karena structural capital merupakan nilai-nilai dari infrastruktur organisasi dan jenis pengetahuan yang tersimpan dalam bentuk manualmanual, pedoman, konsep produk, maupun sistem informasi yang ada di dalam perusahaan. Structural capital yang baik adalah struktur organisasi yang dapat

13 menghubungkan antara orang-orang dengan data dan mempermudah dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan, sehingga dapaat menciptakan suatu efektiitas dan efisiensi dalam perusahaan. Hasil pengujian hipotesis ini sesuai dengan resource-based theory yang menjelaskan bahwa sumber daya perusahaan terdiri dari tiga jenis sumber daya yaitu sumber daya fisik, sumber daya manusia, dan organisasional/struktur yang memberi nilai tambah untuk memperoleh profitabilitas. Structural capital merupakan sarana dan prasarana yang mendukung karyawan untuk menciptakan kinerja yang optimum, meliputi kemampuan organisasi menjangkau pasar, hardware, software, database, struktur organisasi, patent, trademark, dan segala kemampuan organisasi untuk mendukung produktivitas karyawan (Bontis, 2000). Konsep adanya modal struktural memungkinkan terciptanya intellectual capital dan menjadi penghubung/pemroses sumber daya manusia menjadi intellectual capital. Adanya pengaruh secara parsial yang signifikan dan hubungan yang searah antara structural capital value added (STVA) terhadap Market to Book Ratio (MBR) tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan Chen et al. (2005) yang menyatakan bahwa STVA bukan merupakan ukuran yang tepat karena hanya merefleksikan value added dari structural capital. STVA mengabaikan 2 hal lain yaitu innovative capital dan relational capital. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, mengenai pengaruh intellectual capital terhadap market to book ratio pada 8 perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 sampai dengan 2012, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel value added capital employed (VACA) berpengaruh signifikan terhadap market to book ratio (MBR). Namun koefisien regresi bertanda negatif menunjukkan hubungan yang tidak searah antara VACA dan MBR. Hal ini mengindikasikan bahwa aset fisik yang terdapat pada perusahaan sampel bukan merupakan aset utama yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel value added human capital (VAHU) berpengaruh signifikan terhadap market to book ratio (MBR). Dan tanda koefisien positif menunjukkan hubungan searah antara VAHU dan MBR. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan otomotif memiliki value added human capital (VAHU) yang tinggi sehingga mampu meningkatkan nilai market to book ratio (MBR). 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel structural capital value addded (STVA) berpengaruh signifikan terhadap market to book ratio (MBR). Dan tanda koefisien positif menunjukkan hubungan searah antara STVA dan MBR. Hal ini menunjukkan structural capital (modal organisasi) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Keterbatasan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa keterbatasan peneliti untuk penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut: 1. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya mempertimbangkan untuk menggunakan metode pengukuran intellectual capital (IC) lain selain metode VAIC TM karena VAIC TM hanya mampu dinilai dengan data-data yang ada dalam laporan keuangan sehingga beberapa penelitian yang menggunakan metode tersebut masih terdapat hasil yang tidak konsisten. Sehingga peneliti selanjutnya bisa menggunakan metode lain yang mungkin

14 lebih sesuai untuk menjelaskan IC seperti Scandia Navigator, Tobin s Q dan Calculated Intangible Value. 2. Bagi peneliti selanjutnya yang hendak mengkaji intellectual capital (IC) secara lebih mendalam dapat menambah objek penelitian pada jenis industri high-ic dan industri low-ic dan perusahaan jasa agar hasilnya lebih akurat dan diyakini modal intelektual untuk masing-masing industri tersebut berbeda. Karena dalam penelitian ini hanya menggunakan sampel dari perusahaan otomotif sebanyak 8 perusahaan sesuai dengan kriteria selama periode 2008 sampai dengan 2012. Sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal dan menyebabkan tidak konsistennya hasil penelitian. sehingga hasilnya lebih akurat karena diyakini modal intelektual untuk masing-masing industri tersebut berbeda. 3. Penelitian ini hanya mengukur pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan dengan menggunakan market valuation sebagai variabel dependent, namun peneliti selanjutnya bisa menggunakan proksi lain selain market valuation. Misalnya Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) sebagai indikator untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Barney, J. B.1991. Firm Resources and Sustained Competitive Advantage. Journal of Management. Vol. 17. pp.99-120. Bontis, N., W.C.C. Keow, dan S. Richardson. 2000. Intellectual Capital and Business Performance in Malaysian Industries. Journal of Intellectual Capital Vol. 1 No. 1.pp. 85-100. Chen, M-C., S-J Cheng, dan Y Hwang. 2005. An Empirical Investigation of The Relationship Between Intellectual Capital and Firm s Market Value and Financial Perfor-mance. Journal of Intellectual Capital Vol. 6 No. 2. pp.159-176. Ghozali, I. 2006. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Harrison, S. dan P.H. Sullivan. 2000. Profitting form Intellectual Capital: Learning from Leading Companies. Journal of Intellectual Capital. Vol.1 No.1.pp.33-46. Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 19 (Revisi 2000). Salemba Empat. Jakarta. Kuryanto, B. dan M.Syafrudin. 2008. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan.Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak: 23-24 Juli. Sawarjuwono, T. dan A.P. Kadir. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 5 No. 1. pp. 31-57. Sawir, A. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta. Solikhah, B., A.Rohman, dan W. Meiranto. 2010. Implikasi Intellectual Capital terhadap Financial Performance, Growth dan Market Value; Studi Empiris dengan Pendekatan Simplisitic Specification. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto: 13-15 Oktober. Suhendah, R. 2012. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas, Produktivitas dan Penilaian Pasar Pada Perusahaan Yang Go Public Di Indonesia Pada Tahun 2005-2007. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin: 20-23 September. Sullivan Jr., P.H. dan P.H. Sullivan Sr. 2000. Valuing intangible companies, an intellectual capital approach. Journal of Intellectual Capital. Vol. 1 No. 4. pp. 328-340.

15 Sunarsih, N.M. dan N.P.Y. Mendra. 2012. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin: 20-23 September. Tan, H.P., D. Plowman, dan P.Hancock. 2007. Intellectual Capital and Financial Returns of Companies. Journal of Intellectual Capital Vol.8 No.1.pp.76-95. Ulum, I., I. Gozhali, dan A. Chariri. 2008. Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan; Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak: 23-24 Juli. Yusuf dan S. Peni. 2009. Modal Intelektual dan Market Performance Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur dan Sipil). Vol. 3. ISSN:1858-2559.