BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SCRAMBLE, KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bahasa pengantar tetapi juga sebagai mata pelajaran.

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE SCRAMBLE. Hasil belajar terdiri dari dua kata, yaitu hasil dan belajar. Di dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya

BAB I PENDAHULUAN. Fiqih merupakah ilmu yang mendalami hukum Islam yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kebudayaan suatu daerah. Pasal 22 Undang-Undang Nomor

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

PENERAPAN MODEL PERMAINAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA SISWA KELAS IV SDN 38 HULONTHALANGI KOTA GORONTALO JURNAL.

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Dalam. Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

MERARIK; ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KESETARAAN PAKET C PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik KELAS. 1 Semester 1

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran seni musik. Hal ini terlihat dari kurangnya aktivitas siswa secara

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA. Tia Hadianti*, Amir, Lersianna H.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Abstrak Kata Kunci 1. Pendahuluan

BAB II KAJIAN TEORI. individu/sekelompok individu dalam suatu ruangan/kelas untuk. tadinya tidak mampu melakukan sesuatu menjadi mampu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Majunya dunia pendidikan sebaiknya diikuti oleh kemampuan seseorang

LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA)

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan; sikap, muatan/nilai dan kemampuan guna meningkatkan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF KELAS VI SD YPKP 1 SENTANI, KABUPATEN JAYAPURA PAPUA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Indonesia. Keterampilan ini lebih berguna dibandingkan dengan keterampilan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Iklan merupakan media yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE DALAM KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 MAKASSAR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terpadu (integrated learning) yang menggunakan tema untuk mengaitkan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE DENGAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN DOMINO DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONJUGASIKAN VERBA BAHASA JERMAN

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

BAB II STRATEGI COOPERATIVE LEARNING DAN PEMBELAJARAN MAHÃRAH QIRÃ AH. 1. Pengertian Strategi Cooperative Learning

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di sekolah dasar bertujuan memberikan bekal

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Hamdani (2011: 326) Penelitian Tindakan Kelas pada

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik

BAB II KAJIAN TEORI. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD / MI. 1. Ciri-Ciri Pembelajaran Matematika SD / MI. 7

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 2 Nomor 2, Juni 2017

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran siswa melakukan aktiviras belajar dan guru

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan

Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau. ABSTRAK. Kata Kunci : Scramble, alat peraga, bahan bekas, Hasil belajar biologi.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB II MENEMUKAN IDE POKOK SUATU WACANA DENGAN MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. situasi tertentu kemampuan bernalar diperlukan manusia untuk dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

I. PENDAHULUAN. timbulnya kalimat kedua, kalimat kedua menjadikan kalimat ketiga, dan seterusnya. Kalimatkalimat

PENERAPAN MODEL STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS SURAT UNTUK TEMAN SEBAYA PADA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Oleh: RETNO AMBARWATI A

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN. Standar Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah

BAB II KAJIAN TEORI. serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, namun masih banyak pembelajaran di sekolah-sekolah yang

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik KELAS. Semester 2

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat manusia adalah fenomena sosial (Chaer, 2007:32).

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sanggup) dalam melakukan sesuatu. Secara harfiah kemampuan berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas IV SDN Mantangisi Dalam Membaca Intensif Melalui Metode Pemberian Tugas

Transkripsi:

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SCRAMBLE, KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Pembelajaran Kooperatif Dalam sebuah pembelajaran, pemilihan model pembelajaran seharusnya relevan dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran hendaknya berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam proses pelaksanaan pembelajaran tersebut. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai rencana atau pola yang digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan memberi petunjuk pada pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun lainnya (Dahlan, 1984:21). Sejalan dengan pendapat itu Joyce (dalam Susilana, 2006:139) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah sebuah rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana jangka panjang), merancang bahan-bahan pengajaran dan membimbing di kelas atau yang lainnya. Pengertian pembelajaran kooperatif menurut Hammoud dan Ratzki (2009 : 6) Kooperatives Lernen ist eine strukturierte Form des Lernens, die Siti Amanah, 2011 Penerapan Pembelajaran Kooperatif... Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

9 gleichermaβen der Erarbeitung fachbezogener Lerninhalte wie der Einübung kooperativen Sozialverhaltens dient. Pendapat di atas berarti pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran terstruktur yang sama-sama berfungsi untuk mengembangkan isi pembelajaran secara khusus, seperti praktik perilaku sosial kooperatif Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok biasa, karena dalam model pembelajaran ini masing-masing siswa memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri dan kelompoknya. Pengelolaan pembelajaran kooperatif yang baik dapat memungkinkan para guru mengelola kelas dengan baik. Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Terstruktur di sini dimaksudkan bahwa terdapat beberapa unsur positif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran ini, antara lain ada lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individu, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. 1. Pengertian Metode Scramble Istilah scramble berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan. Seperti yang diungkapkan oleh Fadmawati (2009) [online] pembelajaran kooperatif metode scramble adalah pembelajaran secara berkelompok dengan mencocokkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang telah disediakan sesuai dengan soal, sedangkan Soeparno (1998 : 60) berpendapat bahwa metode scramble adalah

10 salah satu permainan bahasa, pada hakikatnya permainan bahasa merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan. Scramble merupakan metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada. Dijelaskan juga oleh (Daud, 2010) dalam http//daudp65.byethost4.com// bahwa istilah scramble berasal dari bahasa Inggris yang berarti perebutan, pertarungan, perjuangan. Scramble dipakai untuk jenis permainan anak-anak yang merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemikiran kosakata. Sesuai dengan sifat jawabannya scramble terdiri atas bermacammacam bentuk yakni : a. Scramble kata, yakni sebuah permainan menyusun kata-kata dan huruf-huruf yang telah dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata tertentu yang bermakna misalnya : alpjera = pelajar ktarsurt = struktur b. Scramble kalimat : yakni sebuah permainan menyusun kalimat dari kata-kata acak. Bentuk kalimat hendaknya logis, bermakna, tepat, dan benar. Contoh nya : komme Ich aus Bandung = Ich komme aus Bandung

11 c. Scramble wacana : yakni sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimat-kalimat acak. Hasil susunan wacana hendaknya logis, bermakna. Melalui pembelajaran kooperatif metode scramble, siswa dapat dilatih berkreasi menyusun kata, kalimat, atau wacana yang acak susunannya dengan susunan yang bermakna dan mungkin lebih baik dari susunan aslinya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode scramble merupakan metode yang berbentuk permainan acak kata, kalimat, atau paragraf. Pembelajaran kooperatif metode scramble adalah sebuah metode yang menggunakan penekanan latihan soal berupa permainan yang dikerjakan secara berkelompok. Dalam metode pembelajaran ini perlu adanya kerja sama antar anggota kelompok untuk saling membantu teman sekelompok dapat berpikir kritis sehingga dapat lebih mudah dalam mencari penyelesaian soal. Metode permainan ini diharapkan dapat memacu minat siswa dalam pelajaran membaca pemahaman bahasa Jerman. 2. Prosedur (langkah-langkah) Pembelajaran dengan Metode Scramble Pembelajaran kooperatif metode scramble, memiliki kesamaan dengan model pembelajaran kooperatif lainnya, yaitu siswa dikelompokkan secara acak berdasarkan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, atau jika memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbedabeda pernyataan ini diungkapkan oleh Lestari (2009) dalam (www.ai_lestari.blogspot.com)

12 Seperti yang di paparkan oleh Anitah (2010) dalam (http://www.pustaka.ut.ac.id/) model pembelajaran kooperatif tipe scramble dapat dilakukan seorang guru dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Guru menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan kalimat-kalimat yang terdapat dalam wacana tersebut ke dalam kartu-kartu kalimat b. Guru membuat kartu soal beserta kartu jawaban yang di acak nomornya sesuai materi bahan ajar teks yang telah dibagikan sebelumnya dan membagikan kartu soal tersebut c. Siswa dalam kelompok masing-masing mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok, sebelumnya jawaban telah di acak sedemikian rupa. d. Siswa diharuskan dapat menyusun kata jawaban yang telah tersedia dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai mengerjakan soal, hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran metode scramble ini adalah model pembelajaran kelompok yang membutuhkan kreativitas serta kerja sama siswa dalam kelompok. Metode ini memberikan sedikit sentuhan permainan acak kata, dengan harapan dapat menarik perhatian siswa. 3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Scramble a. Kelebihan metode scramble antara lain :

13 1). Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya, setiap anggota kelompok harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama, setiap anggota kelompok harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, setiap anggota kelompok akan dikenai evaluasi, setiap anggota kelompok berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan setiap anggota kelompok akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif, sehingga dalam teknik ini, setiap siswa tidak ada yang diam karena setiap individu di kelompok diberi tanggung jawab akan keberhasilan kelompoknya. 2) Metode pembelajaran ini akan memungkinkan siswa untuk belajar sambil bermain. Mereka dapat berekreasi sekaligus belajar dan berpikir, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuatnya stres atau tertekan. 3) Selain untuk menimbulkan kegembiraan dan melatih keterampilan tertentu, metode scramble juga dapat memupuk rasa solidaritas dalam kelompok. 4) Materi yang diberikan melalui salah satu metode permainan ini biasanya mengesankan dan sulit untuk dilupakan. 5) Sifat kompetitif dalam metode ini dapat mendorong siswa berlomba-lomba untuk maju. b. Kekurangan metode scramble antara lain:

14 1) Pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakannya, oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. 2) Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. 3) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran ini akan sulit di implementasikann oleh guru 4) Metode permainan seperti ini biasanya menimbulkan suara gaduh. Hal tersebut jelas akan mengganggu kelas yang berdekatan. B. Kemampuan Membaca Pemahaman Membaca merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang memiliki peranan penting dalam mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan dan dengan membaca ini kita dapat memberi dan menerima informasi. Leveau (1985:61) menjelaskan Lesen ist Ein Funktion des Zusammenwirkens von u.a. Aufmerksamkeit, dem Erkennen von Merkmalen der Textstruktur und deren Beziehungen, der Speicherung im Gedächtnis, der Antizipation von Äuβerungsteilen. Pernyataan di atas mengandung arti bahwa membaca merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai fungsi, antara lain pengamatan, pengenalan tanda dan struktur bahasa, daya ingat dan faktor eksternal lainnya. Dapat pula diartikan bahwa membaca adalah kerja sama sebuah fungsi dari adanya perhatian

15 dan sebagainya, pengenalan dari ciri-ciri struktur teks dan yang berhubungan dengan, ingatan yang tersimpan dan adanya antisipasi terhadap ucapan. Selain itu pembaca tidak hanya mendapatkan simbol-simbol tertulis saja melainkan juga menghubungkan bacaan yang dibaca dengan konsep, pengalaman sebelumnya juga wawasan yang dimilikinya. Adapun pengertian membaca lainnya diungkapkan oleh Ehlers (dalam Farisya, 2009:18) yaitu: Lesen ist der selektiver- und zielgerichteter Vorgang, bei dem der Leser fortlaufend einzelne Informationen in (thematische) Zusammenhänge integriert und Lesen ist ein Prozess der Abstraktionbildung. Dengan kata lain Membaca merupakan proses selektif dan penuh dengan tujuan tertentu, bagi pembaca teratur merupakan hubungan informasi (tematik) yang mengintegrasikan dan membaca adalah sebuah proses pembentukan abstraksi. Dari pengertian Ehlers di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan sebuah proses yang dipilih oleh pembaca dengan maksud tertentu, misalnya pembaca ingin mengetahui maksud dari teks tersebut untuk membantu pembaca dalam menjawab pertanyaan. Berasal dari informasi-informasi yang berhubungan dengan teks bacaan yang ada, pembaca dapat menyimpulkan informasi yang didapat. Kemudian pembaca dapat memahami isi teks tersebut. Setiap pembaca memiliki cara yang berbeda-beda untuk mencapai pemahaman tersebut, karena kemampuan yang

16 dimiliki masing-masing pembaca itu berbeda-beda. Pada dasarnya meski cara membaca setiap pembaca berbeda, pembaca akan mencapai pemahaman yang sama. Hal ini di dukung oleh pernyataan Ehlers (dalam Farisya, 2009:19) yaitu: Lesen ist also ein fortwährender Deutungs- und Entscheidungsprozess. Die einzelne Aktivitäten, die der Leser dabei vollzieht, erfordern nicht nur ein Wissen über die zuvor gennanten Bereiche, sondern auch die Fähigkeit,dieses Wissen in bezug auf konkrete Texte und ihre jeweiligen Aufganbenstellungen anwenden zu können. Ungkapan di atas berarti Membaca adalah proses berkelanjutan sebuah penafsiran dan keputusan. Aktivitas tunggal yang membawa pembaca dalam penerapan tidak hanya membutuhkan pengetahuan yang diketahui sebelumnya, tetapi juga kemampuan untuk menerapkan pengetahuan ini dalam kaitannya dengan teks-teks tertentu dan tugas masing-masing. Pengertian yang dikemukakan di atas dapat mendukung peneliti dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif metode scramble ini. Dalam membaca pemahaman, pembaca memerlukan proses untuk memahami apa yang dibacanya. Proses yang terjadi pada setiap pembaca adalah sebuah proses seorang dapat menerima ide-ide dan menuangkannya dalam bentuk tulisan, kemudian memahami ide tersebut. Membaca menurut Kolker dalam Sutarjo (2009) dalam (http://tarjo2009.blogspot.com/2009/03/hakekat-membaca-proses-membaca-

17 jenis_8558.html.) Membaca adalah suatu proses komunikasi antara pembaca dan penulis dengan bahasa tulis. Hakikat membaca ini menurutnya ada tiga hal, yakni afektif, kognitif, dan bahasa. Perilaku afektif mengacu pada perasaan, perilaku kognitif mengacu pada pikiran, dan perilaku bahasa mengacu pada bahasa anak. Adapun Farris dalam Sutarjo (2009) mendefinisikan membaca sebagai pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal pembaca. Dengan demikian, pemahaman diperoleh bila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang terdapat di dalam bacaan. Dengan adanya beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk membangun makna dari sebuah pesan yang disampaikan melalui tulisan. Dalam proses tersebut, pembaca mengintegrasikan antara informasi atau pesan dalam tulisan dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki. Jika seseorang membaca berarti ia melakukan kegiatan pemahaman yang bertujuan untuk membentuk hubungan antara pengetahuan awal, motivasi, dan ketertarikan menjadi sebuah kesatuan untuk proses pemahaman. 2. Langkah-Langkah Membaca Pemahaman Secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam membaca sebagaimana dinyatakan oleh Tarigan dalam Retnowati (2005:51), yaitu: a. Keterampilan yang bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Aspek ini mencakup:

18 1) Pengenalan bentuk huruf 2) Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dll) 3) Pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi 4) Kecepatan membaca taraf lambat b. Keterampilan yang bersifat pemahaman yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup: 1) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal) 2) Memahami signifikansi atau makna 3) Evaluasi atau penilaian 4) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan. Pada penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman, oleh karena itu siswa diharapkan dapat memahami isi teks yang diberikan. Untuk mengetahui bahwa siswa telah atau tidak memahami isi teks yang diberikan, maka peneliti menyediakan beberapa pertanyaan yang jawabannya dapat ditemukan di dalam teks tersebut. Proses membaca setiap orang beragam. Dengan membiasakan diri untuk sering membaca dapat membantu dalam memahami apa yang dibacanya tersebut. Seorang pembaca dapat mengerti informasi yang penting mengenai teks tersebut, misalnya pikiran utama dan tema dari teks tersebut dan pembaca yang baik dapat menyelesaikan membaca dengan cepat serta fasih. Bila pembaca pertama kali membaca sebuah teks, sangatlah biasa mengalami kesulitan untuk mengetahui

19 informasi penting sebuah teks. Tetapi seorang pembaca yang baik dapat mengerti dengan mudah dan tepat untuk mengumpulkan informasi penting tersebut. Dalam membaca setiap orang memiliki cara sendiri untuk memahami sebuah teks, karena dalam membaca seseorang harus dapat menggabungkan satu arti kata pada teks dengan tata kalimat teks tersebut. Dengan demikian dapat mengacu pada tema dari teks tersebut yang dapat membantu pembaca memahami isi dari teks. Seluruh bagian tersebut dapat menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan membentuk informasi yang dibutuhkan pembaca, sehingga pembaca dapat memahami isi atau situasi di dalam teks tersebut dengan baik. Untuk memahami sebuah teks seseorang harus memiliki langkah-langkah, yaitu pertama teks dibaca secara sekilas untuk memperkirakan isi atau maksud. Kedua pembaca menyimpulkan informasi-informasi yang telah didapat tersebut baik informasi nyata maupun dari segi kebahasaan serta berusaha mengetahui pernyataan-pernyataan yang penting dalam teks. Maka pembaca dapat mengerti definisi sebagai hasil sebuah teks. Pembaca sering menemukan kesulitan dalam memahami teks. Namun kesulitan tersebut dialami pembaca dalam memulai memahami teks pada bagian awal teks saja, tetapi juga memahami keseluruhan isi teks. Oleh karena itu, pembaca dituntut untuk membaca secara keseluruhan agar dapat memahami isi teks tersebut pun secara keseluruhan. 3. Bahan Ajar Untuk Membaca Pemahaman Bahan ajar yang digunakan dalam membaca pemahaman antara lain adalah teks atau bacaan ringan tentang kehidupan sehari-hari. Peneliti dapat mencari teks

20 atau bacaan itu melalui buku-buku bahasa Jerman yang digunakan di sekolahsekolah menengah atas. Teks yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan siswa pada saat itu, karena dikhawatirkan apabila diberikan teks yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa ada beberapa siswa yang belum terlalu memahami isi teks bahasa Jerman. 4. Penilaian Membaca Ada beberapa hal yang harus dinilai dalam kemampuan membaca. Ditinjau dari kemampuan yang menjadi sasaran tes membaca, Harsiati (2003) pada (http://pustaka.ut.ac.id/) membatasi cakupan kemampuan yang akan diukur dalam tes membaca, yaitu 1. Kemampuan literal (kemampuan memahami isi teks berdasarkan aspek kebahasaan yang tersurat) 2. Kemampuan inferensia (kemampuan memahami isi teks yang tersirat/menyimpulkan isi yang tidak langsung ada dalam teks) 3. Kemampuan reorganisasi (penyarian/penataan kembali ide pokok dan ide penjelas dalam paragraf maupun ide-ide pokok paragraf yang mendukung tema bacaan) 4. Kemampuan evaluatif (untuk menilai keakuratan, kemanfaatan, kejelasan isi teks) 5. Kemampuan apresiasi (kemampuan menghargai teks)

21 C. Kerangka Berpikir Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memberikan landasan bagaimana siswa dapat sukses belajar bersama orang lain. Siswa tidak diajarkan untuk memandang teman-teman lainnya sebagai kompetitor untuk dikalahkan, melainkan sebagai mitra belajar yang saling mendukung. Ukuran bersaing adalah dengan diri sendiri bagaimana siswa dapat menghasilkan yang terbaik karena dorongan motivasi dari dalam diri, bahkan siswa didorong untuk dapat memberikan kontribusi kepada rekannya untuk agar termotivasi dalam belajar. Pada penelitian ini, pembelajaran kooperatif diaplikasikan sebagai upaya memadukan berbagai tingkatan kemampuan dalam satu kelompok. Hal ini dilakukan selain agar bisa terjadi saling bantu antar anggota kelompok, juga bertujuan untuk mengasah kemampuan masing-masing anggota kelompok, baik kemampuan secara individu maupun secara berkelompok, kerja sama tim sangat diperlukan untuk menyelesaikan tugas agar lebih baik. Dengan berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif ini, diharapkan siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran yang lebih baik sehingga kualitas kemampuannya dalam bidang akademik maupun berinteraksi dengan orang lain dapat meningkat Berdasarkan pemaparan di atas diketahui bahwa pengetahuan bahasa asing setelah bahasa ibu sangatlah penting, khususnya dalam hal membaca. Dengan membaca, pembaca seolah-olah dapat melihat apa yang terjadi di dalam bacaan tersebut tanpa terlibat langsung ke dalamnya sehingga dapat diketahui seluruh perubahan tersebut dan sebisa mungkin untuk mengikutinya. Dalam berbahasa

22 asing, khususnya bahasa Jerman, dapat terjalin komunikasi yang baik antar dua bangsa yang berbeda atau lebih. D. Penelitian Yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan pembelajaran kooperatif metode Scramble antara lain : 1. Septyana, Dwi (2009) dalam penelitiannya tentang peningkatan pemahaman konsep matematika melalui model pembelajaran scramble pokok bahasan segi empat, menyimpulkan bahwa setelah diterapkannya model pembelajaran ini, dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. 2. Sulistyowaty, Endah (2010) dalam penelitiannya tentang peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika model pembelajaran scramble pada pokok bahasan bilangan bulat, menyimpulkan bahwa setelah diterapkannya model pembelajaran ini, motivasi siswa dalam belajar matematika meningkat, terutama dalam pokok bahasan bilangan bulat. 3. Azizah (2010) dalam penelitiannya tentang implementasi cooperative learning metode scramble sebagai usaha untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika, menyimpulkan bahwa setelah diterapkannya model pembelajaran ini, motivasi belajar siswa meningkat terutama dalam pembelajaran matematika.