BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

III KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

PEMBANGUNAN PERTANIAN & KEBIJAKAN PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Situasi Penawaran dan permintaan Beras di Indonesia. Kondisi penawaran dan permintaan beras di Indonesia dapat diidentifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Kebijakan publik adalah keputusan pemerintah yang berpengaruh terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

PENDAHULUAN. Latar Belakang

ANALISIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG PANGAN

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

3.5 Teknik Pengumpulan data Pembatasan Masalah Definisi Operasional Metode Analisis Data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

1) Menjaga harga terendah, terutama di daerah-daerah produksi selama musim panen;

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

KERANGKA PEMIKIRAN Dimensi Ekonomi Mikro Beras dan Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

ekonomi Kelas X INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR K-13 Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 A.

Transkripsi:

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Teoritis 3.1.1. Penawaran Penawaran individu adalah penawaran yang disediakan oleh individu produsen sedangkan penawaran agregat merupakan penjumlah dari penawaran individu. Penawaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah penawaran agregat Beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran menurut lipsey (1995) : harga komodi tersebut, harga barang lain, tujuan perusahan, harga input dan teknologi. Menurut soekarwati (1999) yang mempengaruhi pergeseran kurva penawaran adalah: a. Teknologi. Pada awalnya pengunaan teknologi meningkatkan biaya produksi, resiko dan ketidakpastian serta keahlian khusus, tepai apabila masalah tersebut terpecahkan, maka produksi semakin besar. b. Harga Input. Besar kecil harga input akan mempengaruhi besar kecil jumlah input yang dipakai. bila harga faktor produksi turun maka petani cederung akan membeli input dalam jumalah besar, sehingga maka produksi akan meningkat. c. Harga produksi lain. Yang dimaksud harga produksi barang lain adalah adanya perubahan harga produksi alternatif. Pengaruh perubahan harga produksi alternatif ini, akan menyebabkan terjadi jumlah produksi yang semakin meningkat atau sebaliknya 55

d. Jumlah produsen. Rangsangan harga untuk komoditi tertentu, maka petani cenderung untuk memproduksi komoditi tersebut. Contoh kenaikan harga cengkeh akan mempengaruhi petani lain yang mulanya bukan petani cengkeh akan menanam cengkeh. Dengan kata lain kenaikan harga cengkeh, akan meningkat jumlah produksi cengkeh. e. Harapan produsen terhadap penawaran harga produksi dimasa mendatang. Keputusan petani untuk menanam komoditi tertentu, dipengaruhi prediksi (proyeksi) harga dimasa mendatang, apakah harga suatu komoditi akan menaik atau menurun. Hal ini disebabkan kerena pengalaman petani selama beberapa tahun mengusahakan komoditi tersebut. Menurut Dahl dan hammond (1977). Fungsi penawaran untuk produk pertanian dipengaruhi oleh harga komoditi tersebut, harga input, harga komodi lain yang diproduksi dalam musim yang sama, teknologi yang dipakai, dan jumlah produsen. Penelitian ini respon produksi merupakan perkalian respon areal dan respon produkvitas. Perubahan perubahan tersebut tak terlepas dari perubahan kondisi lingkungan yang dinamis yang secara lansung maupun tidak langsung turut mempengaruhi petani dalam membuat keputusan dibidang usahatani. Kondisi kondisi tersebut sebabkan oleh perubahan harga komoditi itu sendiri (P), perubahan harga komoditas alternatif (P f ), perubahan harga input yang mempengaruhi pada biaya produksi (P i ), teknologi yang dipakai (T), perubahan iklim (Ch) dan kebijakan pemerintah (G) Variabel harga komoditas alternatif mempengaruhi areal tanaman atau panen berbeda-beda efek yang dihasilkan, tergantung sifat harga komoditas 56

alternatif. Harga komoditas alternatif bersifat pesaing, jika harga komoditas pesaing harga naik lebihi harga komoditi tersebut maka luas lahan untuk komoditas tersebut makin kecil. Sebaliknya, bila harga komoditas komplemeter meningkat maka luas areal padi juga meningkat. Harga input mempengaruhi pengunaan input, jika harga input naik maka pengunaan pun akan berkurang sehingga luas areal yang produktif akan makin berkurang sehingga input dihasilkan semakin menurun. Kebijakan pemerintah mempunyai pengaruh yang langsung dan tidak langsung terhadap perluasan lahan. Kebijakan itu berupa kebijakan harga dan kebijakan pengembangan komoditas, kebijakan harga berpengaruh terhadap harga komoditi tersebut di pasar. Kebijakan pengembangan suatu komoditas pemerintah akan mencurahkan dana bagi pengembangan areal tanam atau areal panen. Kebijakan pemerintah yang populer di Indonesia adalah kebijakan harga gabah dasar dan subsidi pupuk yang sangat mempengaruhi perkembangan produksi padi. Selain faktor diatas ada menurut Irawan (2004) beberapa faktor yang luas lahan yaitu konversi lahan pertanian. Konversi lahan pertanian tidak menguntungkan bagi pertumbuhan sektor pertanian karena dapat menurunkan kapasitas produksi dan daya serap tenaga kerja pertanian khususnya dipulau Jawa. Konversi lahan menyebabkan efek negatif yaitu ; (1) menurunkan nilai tukar pertanian yang terkait dengan sifat permintaan produk pertanian tidak elastis terhadap pendapatan dan (2)menurunkan tingkat pemilikan lahan akibat fragmentasi lahan yangterkait sistem waris. 57

Berdasarkan faktor faktor yang mempengaruhi respon luas areal maka dapat dirumuskan persamaan sebagi berikut adalah : L t = ( P, Pi, Pf, T, G)...(3.1) Sementara itu, faktor faktor yang mempengaruhi produktivitas padi menurut Mulyana (1998) yaitu harga komoditi sendiri (P) luas areal (L t ) jumlah input yang gunakan (Ji), jumlah pinjaman kredit usahatani (K). Beberapa penelitian terdahulu mengungkapkan penting perana pertumbuhan produksi yaitu proporsi areal intensifikasi pertanian (B), varietas baru (V) dan luas irigasi (I) dengan demikian respon produktivitas adalah ; PR t = ( P i, L t, Ji, K i, B i, V i, I i )... (3.2) Karena itu, produksi padi/gabah dapat dirumuskan sebagi berikut (Ghatak, 1984) G t = Lt * PR t... (3.3) 3.1.2. Permintaan Permintaan dipengaruhi oleh, harga barang tersebut, harga barang lain bersangkutan, selera, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan (Lipsey). a. Harga (P) Harga suatu barang sangat mempengaruhi jumlah permintaan terhadap tersebut. Bila harga barang tersebut naik maka permintaan akan barang tersebut akan turun, sebalik bila harga barang turun maka permintaan barang akan naik. Hubungan harga dan permintaan adalah negatif, hal ini berlaku variabel lain dianggap tetap. b. Harga barang lain (Pi). Perubahan harga barang berpengaruh terhadap permintaan barang lain. Jika hubungan bersifat subtitusi (saling mengantikan) bila barang lain naik maka permintaan barang tersebut akan 58

naik. Hubungan bersifat kompplementer (pelengkap), jika harga barang lain naik maka permintaan barang tesebut akan turun (Nicholson 2000). c. Selera (S). Selera dan pilihan konsumen terhadap barang tidak hanya dipengaruhi oleh struktur umum konsumen, tetapi sangat dipengaruhi adat dan kebiasaan setempat, tingkat pendidikan dan status sosial. Serela dan pilihan konsumen menentukan perubahan permintaan, tetapi praktek selera dan pilihan konsumen merupakan variabel sulit diukur. d. Jumlah penduduk (POP). Semakin besar populasi penduduk makin besar pula jumlah barang diminta. e. Tingkat pendapatan (Y). Perubahan tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi. Secara teoritis, peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi. Untuk barang inferior kenaikan pendapatan akan mengurangi permintaan barang tersebut misal ubi. Pada produk pertanian kenaikan pendapatan tidak hanya meningkat kuantitas tetapi kualitas, misal beras kenaikan pendapatan mendorong permintaan rumah tangga terhadap beras kualitas kurang baik menjadi beras kualitas baik. Permintaan terhadap suatu barang (Q) dapat digambarkan dengan fungsi berikut: Qt = f(p, Pf, S, POP, Y)... (3.4) Dalam penelitian ini permintaan terhadap beras dapat dibedakan permintaan beras dalam negeri dan permintan impor beras. Permintaan beras dalam negeri merupakan konsumsi masyarakat indonesia, sedang permintaan impor beras merupakan permintaan beras yang diminta pemerintah dan BULOG. 59

Secara umum permintaan beras dipengaruhi oleh harga beras itu sendiri (HB), harga jagung (HJ), pendapatan (Y), populasi penduduk (POP) dan produksi beras (QBIND). Sehingga persamaan permintaan beras tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: QDT = f(hb, HJ, Y, POP,QBIND)... (3.5) 3.1.3. Produksi Tujuan produksi adalah mengubah input menjadi output atau mengkombinasikan input input mengubahnya menjadi ouput. Hubungan antara input dan input dalam proses produksi dapat dijelaskan dalam kuantitas dan kualitas sumberdaya yang diperlukan memproduksi barang tertentu dalam bentuk penjumlahan, pendataan grafik atau diagram, maupun persamaan aljabar (Nicholson. 2002). Fungsi produksi yang bentuk: Q = f(k,l,m,...)... (3.6) Q mewakili ouput barang barang diproduksi dalam satu periode, k mewakili mesin (modal) yang digunakan selama priode tersebut, L mewakili input jam tenaga kerja, dan M mewakili bahan mentah yang digunakan. bentuk dari notasi ini menunjukan adanya kemungkinan variabel variabel lain yang mempengaruhi proses produksi. Fungsi produksi, menjelaskan bagaimana produsen dalam buarran berbagai input untuk menghasilkan ouput. Produksi pertanian, untuk menghasilkan padi misalnya hasil fisik dihasilkan dari berkerjanya beberapa faktor produksi yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Fungsi produksi ini dapat menunjukan output pertanian seorang petani selama satu tahun tergantung pada pengunaan mesin, jumlah tenaga kerja 60

untuk pertaniannya, jumlah yang digarap, jumlah pengunaan pupuk dan bibit. Untuk dapat mengambarkan fungsi produksi secara jelas dan menganalisis peranan masing masing faktor produksi maka dari sejumlah faktor dianggap tetap, sedang faktor faktor dianggap variabel berubah ubah. 3.1.4. KEBIJAKAN HARGA Dalam upaya meningkatkan produktivitas padi, maka pemeritah membuat kebijakan harga yang bertujuan melindungi petani dan konsumen. Kebijakan harga berupa bentuk peraturan yang diatur oleh pemerintah, yaitu kebijakan harga dasar dan harga atap. Pada saat panen raya, penawaran beras cenderung melimpah sehingga harga menurun, hal ini terjadi penawaran gabah naik sedangkan permintaan tetap. Jika harga yang diterima petani tidak mampu menutupi biaya usahatani petani merugi, pemerintah menetap harga dasar (floor price) untuk membantu petani agar terus berproduksi dan mendapatkan harga yang layak. Mekanisme kebijakan harga dasar dapat dilihat pada gambar 2 terlihat 0Qf adalah jumlah yang diminta masyarakat dan jumlah penawaran yang ditawarkan pada harga pasar (PF). Harga yang diterima petani tidak mampu menutupi biaya usahatani atau dengan kata lain harga input lebih besar dari harga output sehingga petani merugi, untuk melindungi petani dari kerugian pemerintah menetap harga dasar sebesar PM. Pada gambar tersebut terlihat bahwa 0QF adalah besarnya produksi yang diminta masyarakat pada harga pasar. Bila harga dasar berlaku maka jumlah permintaan sebesar 0Q1 dan jumlah penawaran yang ditawarkan sebesar 0Q2, agar harga dasar berfungsi dengan baik pemerintah harus menampung dan membeli kelebihan produksi sebesar Q 1 Q2 61

Perlu diketahui bahwa bila terjadi sesuatu hal sehigga pasar tidak berfungsi dengan baik seperti diuraikan diatas, hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa penyimpangan, misal karena ada unsur spekualasi barang atau komoditi, resesi ekonomi yang sulit diduga serta faktor ekternalitas lainnya PM S PF D Q Q 1 Q F Q 2 Sumber : Robinson 1987 Gambar 2. Penetapan Harga Minimum Situasi paceklik merupakan kebalikan dari situasi panen raya. Pada saat paceklik produksi terbatas, dengan permintaan lebih besar dari penawaran. Sesuai dengan hukum ekonomi dan mekanisme pasar jumlah permintaan naik sementara jumlah yang ditawarkan tetap maka harga akan naik. Pada saat ini petani menerima harga yang lebih tinggi dari harga dasar yang ditetapkan pada saat panen raya, disisi lain konsumen menerima harga yang lebih tinggi dari tingkat dayabeli konsumen maka situasi sangat memberatkan masyarakat. Untuk mengatasi pemerintah menetapkan harga atap, penetapan harga atap harus memperhitungkan biaya tataniaga dan margin dari produsen sampai konsumen akhir. 62

P S P 0 P c D Q Q 1 Q 0 Q 2 Sumber : Robinson 1987 Gambar 3. kebijakan harga atap pada saat musim paceklik Pada gambar diatas terlihat penawaran yang tersedia sebesar 0Qo adalah jumah produksi yang dijual adan akan dibeli oleh konsumen bila tidak diberlakukan harga atap (PC). Pada saat berlakukan harga atap maka jumlah yang ditawar sebesar 0Q1 dan jumlah permintaaan sebesar 0Q2, supaya harga atap tersebut berfungsi baik maka pemerintah perlu menjual stok sebesar Q 1 Q 2, dengan demikian situasinya adalah sebagia berikut; komoditi pertanian yang berada dipasar adalah sebesar oq 2 (beli pada harga pasar) yang terdiri dari produksi yang dijual produsen sebesar 0Q 1 dan suplai pemerintah Q 1 Q 2. 3.1.4 Teori Perdagangan Internasional. Perdagangan internasional merupkan hubungan pertukaran komoditas antar negara. Teori Heckser-Ohlin terjadi perdagangan internasional dikarena adanya perbedaan kepemilikan faktor faktor produksi dalam tiap negara. Mengenai perdagangan internasional dirumuskan berdasar konsep keunggulan komparatif yang bersumber dari perbedaan dalam kepemilikan faktor produksi. Dalam terori ini bahwa negara dicirikan oleh bawaan faktor yang berbeda sedang fungsi produksi disemua negara sama. Dengan mengunakan asumsitersebut 63

diperoleh kesimpulan bahwa dengan fungsi produksi yang sama dan bawaan faktor yang berbeda antar negara. Sautu negara cenderung untuk mengekspor komoditas yang relatif intensif dalam mengunakan fungsi yang relatif banyak dimiliki, dan dalam waktu yang bersamaan negara tersebut qakan mengimpor komoditas yang produktifnya memerlukan sumberdaya yang relatif langka dan mahal. Berdasar teori, negara A akan mengekspor komoditi X kenegara B. Sebelum terjadi perdagangan antar negara harga komoditi X lebih rendah dibandingkan harga komoditi X di negara B. Struktur harga yang relatif lebih rendah di negara A disebabkan terjadi kelebihan penawaran (excess supply). A S P3 P2 E B E S E P1 D B D A D Negara A Pasar Internasional Negara B Sumber: Salvatore, 1997 Gambar 4. Kurva Proses Perdagangan Internasional Pada gambar 1 terlihat sebelum terjadinya perdagangan internasional, harga dimana negara A adalah P 1 sedangkan di negara B sebesar P 3. penawaran dipasar internasional akan terjadi jika harga internasional terlebih besar dari P 1, 64

sedangkan permintaan dipasar internasional akan terajadi harga internasional lebih rendahdari P 3. ketika harga internasional sama dengan harga P 2 maka di negara B akan terjadi kelebihan permintaan sebesar A B E, untuk memenuhi kelebihan tersebut negara B mengimpor ke negara seharga P 2 dengan jumlah ABE. Harga yang terjadi dipasar internasional merupakan harga keseimbangan antara penawaran dan permintaan kedua negara. Perubahan harga keseimbangan antara penawaran dan permintaan komoditi yang akan di impor dan diekspor oleh suatu negara. 3.1.5. Tarif. Tarif merupakan pajak atau cukai yang dikenakan untuk suatu komoditas yang diperdagangan lintas negara. Tarif sebagai instrumen kebijakan negara bertujuan untuk sumber peneriman dan upaya perlindungan terhadap industri domestik. Tarif dapat dibedakan berdasarkan cara perhitungan ada tiga macam tarif yaitu tarif ad volorem, tarif spesifik dan tarif gabungan. Tarif ad volorem merupakan tarif dinilai berdasar persentase dari nilai nilai barang impor, sedang tarif spesifik tarif yang dihitung sebagia beban tetap tiap unit barang diimpor, dan tarif campuran merupakan gabungan tarif spesfik dan ad volren. Harga P 0 merupakan kesimbangan autarki dimana produksi negara sebesar Q 0 tidak ada kegiatan impor maupun ekspor. Negara berada posisi free market karena impor masuk harga barang pun turun dari P 0 menjadi P 1, hal ini menyebabkan permintaan naik sebesar dari 0Q 0 menjadi 0Q 2 dan produksi dalam negeri turun dari 0Q 0 menjadi 0Q 1. Melindungi produsen domestik pemerintah menerapkan tarif masuk sebesar P 2, maka akan menimbulkan efek-efek sebagai berikut penetapan tarif menyebabkan harga naik dari P 1 Ke P 2, impor turun dari 65

Q 1 Q 2 ke Q 3 Q 4, konsumsi domestik turun dari Q 2 ke Q 4 dan produsen dalam negeri meningkatkan produksi dari Q 1 ke Q 3. Tarif menghasilkan efek positif berupa pendapatan negara sebesar fgkj dan resdistribusi income atau subsidi dari konsumen kepada produsen sebesar ruang P 1 P 2 fh, dan efek negatif tarif kerugian bersih masyarakat (dead weigth loss) sebesar (hfg + jki) dimana hfg (producer loss) yang gambarkan beban baku akibat produksi domestik berlebihan serta jki (consumer loss) yang merupakan beban baku akibat konsumsi beras yang rendah. D 0 S 0 E P 0 f k P 2 h g j i P 1 Q i Q 3 Q 0 Q 4 Q 2 Sumber : Salvatore, 1997 Gambar 5. Kurva Analisis Dampak Tarif 3.2. kerangka pemikiran konseptual Pertumbuhan penduduk yang pesat pada Negara berkembang mendorong terjadi konversi dari lahan pertanian ke non pertanian. Hal ini akan mendorong peningkatan permintaan beras. Konversi lahan menyebabkan makin sempit lahan, 66

hal ini menyebabkan pendapatan sektor pertanian makin berkurang dan produksi beras tidak mampu mencukupi konsumsi beras nasional. Khusus dipulau jawa sebagai pulau yang paling tinggi pertumbuhan penduduk, sebagaimana diketahui pulau jawa merupakan sentral penghasil beras terbesar berpengaruh besar terhadap ketersedian bahan pangan khusus beras. Penyusutan lahan persawahan di Jawa disebabkan oleh desakan pertambahan penduduk, perkembangan sektor industri, konversi lahan produktif menjadi real estate, daerah wisata dan peruntukan lainnya yang saling tumpang tindih (Irawadi,1998). Hal ini dapat dilihat misalnya dari laju konversi lahan pertanian (sawah) yang cepat. Perkiraan dalam dekade terakhir rata-rata konversi lahan sawah di Jawa berkisar 13.400 sampai 87.600 hektar per tahun. Pada masa mendatang trend konversi sawah di Jawa diperkirakan masih akan terjadi sehingga beban wilayah ini sebagai penghasil beras nasional akan semakin berat. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan kebijakan sebagai berikut: periode jangka panjang untuk mengeser sentral produksi dari pulau jawa kepulau lain. Dalam rangka efisiensi upaya peningkatan produksi padi diperlukan kebijakan yang berbeda antara daerah sentral dan penyangga. Sesuai dengan peluang yang ada, upaya peningkatan produksi padi lebih diprioritaskan kedaerah penyangga yaitu luar jawa, sedangkan daerah sentra produksi padi atau jawa lebih diarahkan untuk mempertahankan tingkat produksi yang sudah dicapai. Pemerintah menerapakan kebijakan harga dasar untuk melindungi petani dan merangsang petani untuk mendapatkan harga yang wajar. Kenyataan dilapangan harga dasar gabah (HDG) yang ditetap pemerintah terlalu tinggi sehingga tidak efektif. Harga yang diterima petani lebih rendah dari HDG 67

bahkan cenderung menurun dan fluktuatif, kondisi ini diperparah kenaikan harga input pertanian seperti pupuk dan obatan kimia yang akan menurunkan penerimaan. Kenaikan input pertanian khusus pupuk disebabkan kelangkaan pupuk ditingkat pengecer. Pada tahun 1998 liberalisasi beras akan mempengaruhi ketahanan pangan nasional dalam penelitian ini dinilai apakah dampak tarif dan pencabutan monopoli Bulog akan mempengaruhi permintaan dan penawaran beras. Sebelum leberalisai perdagangan, Bulog mampu menunjang stabilitas harga gabah/beras dengan manajemen stok nasional. Selain itu Bulog menjadi lembaga pemegang monopoli impor beras dan penjamin ketersediaan beras. Ketika liberalisasi perdagangan beras dilakukan monopoli Bulog dicabut, impor diserahkan pada mekanisme pasar serta pencabutan subsidi pupuk dan pembebasan tata niaga pupuk. 68

Kendala produksi (konversi lahan, biaya produksi, anomali iklim ) Pertumbuhan penduduk. Liberalisasi perdagangan Produksi gabah turun Produksi beras turun turunturun Impor beras Kebijakan harga tidak efektif Penawaran beras domestik permintaan beras domestik tak mencukupi Model simultan permintaan dan pernawaran Analisis faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran Hasil anailisis Alternatif kebijakan Gambar 6. Kerangka Operasional Penelitian 69