SISTEM PRODUKSI DAN DISTRIBUSI

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH MENDUKUNG PROGRAM KEMANDIRIAN BENIH KEDELAI DI DAERAH SENTRA PRODUKSI

PENDAHULUAN. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 1

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

PERAN UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER DALAM PENGUATAN SISTEM PERBENIHAN DI KALIMANTAN TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gambaran Umum Penangkaran Benih Kedelai. pembesaran tumbuhan dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya.

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN TAHUN

PROSPEK BALAI PENGEMBANGAN BENIH PALAWIJA UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA KEDELAI DAN JAGUNG

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

Sistem Perbenihan Jagung

PENGADAAN DAN PENYALURAN BENIH KEDELAI DENGAN SISTEM JABALSIM DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KERAGAAN KINERJA DAN KAPASITAS BALAI BENIH INDUK (BBI) DALAM PENYEDIAAN BENIH PADI DI PROVINSI BANTEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada :

SERTIFIKASI BENIH DI SUSUN O L E H NAMA : ELRADHIE NOUR AMBIYA NPM : A

KAPASITAS PENYEDIAAN BENIH KEDELAI OLEH KELEMBAGAAN PRODUKSI BENIH DI PROVINSI BANTEN

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SISTEM PRODUKSI JAGUNG DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. Muhammad Aqil dan Bunyamin Z. ABSTRAK

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani.

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

PEMULIAAN TANAMAN. Tatap Muka Minggu ke- 13 ( metode e-learning ) Semester Genap 2015 Oleh : Tyastuti Purwani, Ir. MP

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

MEKANISME PENYALURAN BENIH PADI BERSUBSIDI DI KABUPATEN PURBALINGGA ABSTRAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015

Tahapan di Pertanaman. Tahapan Pasca Panen. Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam. Pengawasan Pengolahan Benih.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH

DISTRIBUSI BENIH PADI PADA BERBAGAI VARIETAS OLEH PEDAGANG BENIH DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH. Gohan Octora Manurung

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 347/Kpts/OT.210/6/2003 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BALAI BENIH TAMAN PANGAN DAN ATAU HORTIKULTURA

HASIL PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN SL-PTT KEDELAI DI PROVINSI ACEH

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERBENIHAN TANAMAN PANGAN DI PROVINSI TAHUN ANGGARAN 2009

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016

Sertifikasi Benih. Paper Halaqoh Disusun pada tanggal 04 Nopember 2015 Pengasuh Prof. Dr. Kyai H. Ahmad Mudlor, SH

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Tanaman Kedelai

PERAN BPTP DALAM MENDUKUNG JABALSIM PERBENIHAN KEDELAI DI SETANGGOR, LOMBOK TENGAH, NTB

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERBENIHAN TANAMAN PANGAN TA 2010 (KABUPATEN/KOTA)

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

USULAN KEBIJAKAN POLA PEMBERIAN DAN PENDISTRIBUSIAN BENIH BERSUBSIDI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. padi begitu besar, sebab padi merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian

PELUANG PENGEMBANGAN PENANGKAR KEDELAI DI BANTEN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ROGUING DAN SORTASI PADA PROSES PRODUKSI BENIH RINGKASAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAJIAN ALTERNATIF MODEL BANTUAN BENIH DAN PUPUK UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN

PENYEDIAAN BENIH KEDELAI MELALUI SISTEM JABALSIM DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

PELUANG AGRIBISNIS BENIH JAGUNG KOMPOSIT DI JAWA TENGAH

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013

Kebijakan PSO/Subidi Benih Untuk Padi, Kedelai dan Jagung

LAPORAN TAHUNAN 2015 DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMBENTUKAN PENANGKARAN BENIH UNTUK PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH VARIETAS JAGUNG NASIONAL

SISTEM PRODUKSI BENIH KEDELAI DAN PERMASALAHANNYA DI PROVINSI JAMBI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI NOMOR : 45 TAHUN : 2000 SERI : D NO.39 GUBERNUR BALI KEPUTUSAN GUBERNUR BALI NOMOR 154 TAHUN 2000

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDARD OPERASIONAL PROSEDURE (SOP) PENJUALAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI

I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

KATA SAMBUTAN GUBERNUR PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

LAPORAN TAHUNAN 2013 DIREKTORAT PERBENIHAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2013

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

Breeding. Pre BS (Original Seed) BS. Benih Inti (Nucleus Seed) Produksi Benih Awal. Produksi Benih Komersial. 2 Pemeliharaan Varietas

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2016

(1), Kepala Dinas mempunyai fungsi sebagai berikut: a. penyusunan rencana strategis dinas, berdasarkan rencana strategis pemerintah daerah; b. perumus

PERBENIHAN DAN PELEPASAN VARIETAS TANAMAN PAKAN TERNAK

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Peranan UPBS BPTP Bali dalam Produksi dan Distribusi Benih Sumber Padi Mendukung Kedaulatan Pangan di Provinsi Bali

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2005 SERI D PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG

Kinerja Lembaga Perbenihan dalam Mendukung Penyediaan Benih Padi Berkualitas di Provinsi Bangka Belitung

Transkripsi:

SISTEM PRODUKSI DAN DISTRIBUSI Klasifikasi Benih Berdasarkan fungsi dan cara produksi, benih terdiri alas benih inti (nuc/eous seed), benih sumber, dan benih sebar. Benih inti adalah benih awal yang penyediaannya berdasarkan proses pemuliaan dan/ atau perakitan suatu varietas tanaman oleh pemulia pad a lembaga penyelenggara pemuliaan (Balai Penelitian Komoditas). Benih inti merupakan benih yang digunakan untuk perbanyakan atau menghasilkan benih penjenis (breeder seed/bs). Benih sumber terdiri alas tiga kelas, yaitu benih penjenis (breeder seed/bs), benih dasar (foundation seed/fs/bd), dan benih pokok (stock seed/ss/bp). Benih penjenis merupakan perbanyakan dari benih inti, yang selanjutnya akan digunakan untuk perbanyakan benih kelas-kelas selanjutnya, yaitu benih dasar dan benih pokok. Benih sebar (extension seed/es/br) disebut benih komersial karena merupakan benih turunan dari benih pokok, yang ditanam oleh petani untuk tujuan konsumsi. Uraian dari masing-masing kelas benih adalah sebagai berikut: Benih Penjenis (Breeder SeedlBS) Benih penjenis adalah benih sumber yang diproduksi dan dikendalikan langsung oleh pemulia (breeder) yang menemukan atau diberi kewenangan untuk mengembangkan varietas tersebut. Sa at ini benih penjenis dikelola oleh UPBS di Balai Penelitian Komoditas, untuk kedelai di Balitkabi. Dalam sertifikasi, benih penjenis dicirikan oleh label berwarna putih (rencana menjadi warna kuning) yang ditandatangani oleh pemulia dan Kepala Institusi penyelenggara pemuliaan tersebut. Benih penjenis digunakan sebagai benih sumber untuk produksi atau perbanyakan benih dasar (FS/BD). 8 Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai

r Benih Dasar (Foundation Seed/FS/BD) -- Benih dasar adalah benih sumber yang diproduksi oleh produsen benih (BBI, BPTP, perusahaan benih BUMN/swasta yang profesional) dan pengendalian mutunya melalui sertifikasi benih (BP5B atau 5istem Manajemen Mutu). Benih dasar merupakan benih sumber untuk perbanyakan/produksi benih pokok (55/BP). Untuk penyediaan benih kedelai unggul bersubsidi bagi petani, Balitkabi akan membantu memproduksi benih dasar mengingat masih lemahnya sistem perbenihan kedelai. Benih Pokok (Stock SeedISS/BP) Benih pokok adalah benih sumber yang diproduksi oleh produsenl penangkar benih di daerah dan pengendalian mutunya melalui sertifikasi benih (BP5B atau 5istem Manajemen Mutu). Sistem Produksi Benih Sumber Alur Penyediaan Benih Sumber Alur produksi Hasil Pelaku (produsen) benih sumber (kelas benih) N5 ~ B5 BS Balitkabi B5~BD BD (F5) Balitkabi, BPTP, BBI, BUMN, 5wasta (Perusahaan Perorangan) BD~ BP BP (55) Balitkabi, BPTP, BBI, BBU, BUMN, 5wasta BP~ BR BR (E5) Produsen benih (BUMN/5wasta) BR~ PETANI ~ Petani (pengguna benih) Pedoman Umum Produksi Benih Su~ Kedelai 9.G

Program 1. Balitkabi menyediakan benih penjenis (BS), untuk sementara waktu Balitkabi juga memproduksi benih dasar (FS) dan benih pokok (SS), khususnya untuk vue yang akan didistribusikan ke BPTP, di seluruh propinsi sentra produksi kedelai. 2. Balitkabi juga berkewajiban menyediakan benih penjenis bagi produsen benih (institusi perbenihan lainnya) dengan perjanjian tersendiri untuk mendukung program benih berbantuan pemerintah dan memenuhi kepentingan program/kegiatan lainnya. Selain benih penjenis, Balitkabi berkewajiban pula memproduksi benih dasar (FS/BD) secara simultan dengan benih penjenis. 3. BPTP yang memproduksi benih sumber kedelai di setiap provinsi berkewajiban melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten, BPSB, BBI, dan institusi perbenihan lain yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan produksi benih sumber kedelai. Koordinasi juga dilakukan dengan para produsen benih sebar, sehingga penyaluran benih sumber diharapkan dapat berjalan lancar. 4. Dalam pelaksanaan produksi benih sumber disepakati BBI tetap memproduksi benih sumber (FS), sesuai "tupoksi" dengan fokus varietas kedelai yang sudah berkembang di masyarakat (populer), sedangkan BPTP memproduksi benih sumber varietas yang sudah dilepas oleh Badan Litbang Pertanian tetapi belum berkembang di masyarakat. Selain itu, BPTP juga dapat memproduksi benih sumber untuk varietas populer sepanjang BBI tidak dapat memenuhinya. Untuk itu, koordinasi dan sinkronisasi antara BPTP dengan BBI serta institusi perbenihan lainnya sangat penting. Distribusi Distribusi benih adalah rangkaian kegiatan penyaluran benih sehingga dapat dijangkau/diterima oleh petani. Berdasarkan volume benih yang 10 Pedoman Umum Produksi Benih Su~ Kedelai

"It I' disebarluaskan maka distribusi benih terdiri atas distribusi benih varietas publik dan varietas komersial. Varietas publik adalah varietas yang dirakit oleh pemulia, baik yang bernaung di bawah lembaga pemerintah maupun nonpemerintah, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakaupetani. Varietas publik dapat dimiliki oleh I masyarakat umum dan memproduksinya dengan bebas, misalnya i varietas Wilis, Bromo, Argomulyo, Burangrang, Anjasmoro, Tanggamus, 8inabung, dan Panderman. Varietas komersial adalah I varietas yang dihasilkan oleh lembaga pemerintah atau swasta yang kepemilikannya merupakan monopoli produsen benih, masyarakat yang membutuhkan dapat membelinya dari agen-agen atau di kioskids yang sudah ditentukan (di pasar). Oi Indonesia belum ada varietas kedelai yang dimiliki atau dimonopoli oleh produsen benih Bila dilihat dari alur distribusinya, penyaluran benih dapat dibagi atas: Alur Distribusi Benih Varietas Publik. Penyaluran benih penjenis (B8) kepada balai benih tingkat propinsi atau institusi perbenihan lainnya dilakukan oleh Oirektorat Perbenihan atau langsung dari institusi penyelenggara pemuliaan (Balitkabi).. Penyaluran benih dasar (F8/BO) kepada balai benih, perusahaan benih swasta atau penangkar benih profesional di tingkat kabupaten dilakukan oleh Oinas Pertanian Propinsi atau Balai Benih Propinsi.. Penyaluran benih pokok (88/BP) kepada perusahaan benih swasta atau penangkar benih dilakukan oleh balai benih di tingkat kabupaten atau perusahaan benih swasta/penangkar benih profesional. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 11

Alur Distribusi Benih Varietas Komersial Alur distribusi benih varietas komersial sebagai berikut: oleh BUMN atau swasta adalah. Produsen ~ Pedagang besar ~ Pengecer ~ Petani. Produsen ~ Distributor ~ Penyalur ~ Pengecer ~ Petani JABALSIM (Jalinan Arus Benih Antar-Lapang dan Antar-Musim) JABALSIM adalah proses mengalirnya benih antardaerah secara dinamis berdasarkan asas keterkaitan dan ketergantungan, sehingga I menjadi suatu sistem pemenuhan kebutuhan benih di suatu daerah. JABALSIM dapat terjadi karena: (1) sifat benih yang mudah rusak, penurunan daya tumbuh yang menyebabkan pada kondisi tertentu benih tidak dapat ditanam pad a musim berikutnya; (2) adanya perbedaan agroklimat atau musim tanam antarwilayah; dan (3) adanya persamaan ekologi lahan antarwilayah. PENGENDALIAN MUTU MELALUI SERTIFIKASI Sertifikasi benih adalah serangkaian pemeriksaan terhadap cajon benih yang dimulai sejak di pertanaman sampai pengujian mutu di laboratorium dengan tujuan untuk menjamin kemumian genetik, mutu fisik, dan mutu fisiologis benih sehingga dapat memenuhi standar mutu yang ditetapkan dan layak untuk disebarluaskan. Dalam Undang- Undang No.12 tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman I dinyatakan bahwa benih dari varietas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah dinamakan benih bina. Benih bina yang akan diedarkan harus melalui proses sertifikasi. Sertifikasi benih dapat dilakukan oleh pemerintah maupun oleh LSSM (Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu) Perbenihan. LSSM Perbenihan adalah suatu lembaga yang diberi wewenang untuk memberikan sertifikasi sistem mutu pada industri/perusahaan benih yang akan menerapkan sistem manajemen mutu terhadap proses produksinya. 12 Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai

Tabel 2. Standar mutu benih kedelai berdasarkan kelas benih. Kadar air Benih Kotoran Benih Oaya Kelas benih maks murni benih var. lain tumbuh (%) min (%) maks (%) maks (%) min (%) Benih dasar (BO) 11,0 98,0 2,0 0,1 80,0 1\ Benih pokok (BP) 11,0 98,0 2,0 0,2 80,0 J Benih sebar (BR) 11,0 97,0 3,0 0,5 80,0 1 ' Lembaga sertifikasi benih pemerintah adalah BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih). BPSB di setiap provinsi bertugas melakukan penilaian terhadap varietas, sertifikasi benih, dan pengawasan mutu terhadap benih yang telah beredar di pasaran. Sertifikasi varietas dilakukan pada setiap tingkatan kelas benih, dari BD - BP - BR dengan menggunakan standar mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah menurut jenis tanaman dan kelasnya masing-masing. Selain melalui BPSB, produsen benih juga dapat menerapkan sistem manajemen mutu melalui LSSM. Sistem mutu pada produksi benih meliputi seluruh rangkaian kegiatan dalam proses produksi benih yang dimulai dari cara pengelolaan benih sumber, proses budi daya dalam memproduksi benih, pengelolaan panen dan pascapanen, pengujian laboratorium, pengemasan sampai dengan pemasangan label serta cara menangani permasalahan yang terkait dengan benih yang diproduksi. Standar mutu benih kedelai berdasarkan kelas benih disajikan pada Tabel 2., It OPTIMALISASI KELEMBAGAAN PERBENIHAN Untuk dapat menghasilkan benih sumber dengan prinsip tepat jumlah, varietas, waktu dan mutu perlu disiapkan institusi perbenihan yang memadai dan dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Hal tersebut dapat dicapai dengan melengkapi sarana dan prasarana Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 1 3

maupun pembangunan dan penyempurnaan infrastrukturnya agar sesuai dengan standar yang ada. Untuk itu BPTP diharapkan segera membentuk UPBS sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Badan Litbang Pertanian No. OT.210.69.2003 tahun 2003 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Benih Sumber Tanaman. BPTP juga harus memperkuat kapasitas UPBS dengan melengkapi sarana/ prasarana yang diperlukan. Oi samping BPTP, pemberdayaan yang lebih intensif sesuai dengan tupoksi juga diberlakukan kepada BBI, BBU, dan penangkar benih agar dapat meningkatkan produksi benih sumber bermutu dan penyebaran vue. MONITORING DAN EVALUASI Monitoring dan evaluasi adalah kegiatan yang saling terkait dan merupakan aspek penting dalam manajemen pengelolaan produksi benih sumber, terutama untuk mengontrol sasaran dari program yang direncanakan. Monitoring yang merupakan kegiatan internal dan bagian integral dari fungsi manajemen adalah suatu proses pengamatan/kunjungan yang bersifat periodikal dan terus-menerus pada berbagai tingkat manajemen. Karena itu kinerja program diharapkan lebih efisien dan efektif. Melalui monitoring dapat segera diambil langkah-langkah penanggulangan masalah yang terjadi. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai secara sistematis dan objektif tentang relevansi, efisiensi, efektivitas, dan dampak dari kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan. Oengan demikian, kegiatan ini merupakan suatu proses untuk memperbaiki dan menyempurnakan aktivitas yang sedang berjalan. Evaluasi juga dimaksudkan untuk membantu manajemen dalam merumuskan program dan pengambilan keputusan. Monitoring dan evaluasi dilakukan secara periodik oleh Tim Program Perbenihan Benih Sumber Pusat yang anggotanya terdiri 14 Pedoman Umum Produksi 8enih SunDer Kedelai

dari Puslitbang Tanaman Pangan, Balitkabi, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BB-P2TP), dan Tim Daerah dari BPTP di provinsi masing-masing. Monitoring oleh Tim Pusat minimal satu kali setiap bulan, sedangkan oleh Tim BPTP minimal dua kali setiap bulan. Biaya monitoring dan evaluasi dari Tim Pusat dialokasikan di Puslitbang Tanaman Pangan, Balitkabi, dan BB-P2TP, sedangkan untuk Tim Daerah dialokasikan di BPTP masing-masing provinsi. Kegiatan monitoring dan evaluasi lapangan dilaporkan secara periodik ke Pusat, sesuai dengan mekanisme yang berlaku. PELAPORAN Pelaporan di tingkat daerah (provinsi) menjadi tanggung jawab pelaksana program benih sumber di BPTP. Hasil kegiatan bulanan dilaporkan secara periodik dari tingkat lapang sampai ke pusat, dalam hat ini Tim Program Perbenihan Benih Sumber, menurut mekanisme yang ber1aku. PENUTUP Pedoman umum ini disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan pengadaan benih sumber kedelai untuk rnendukung penyediaan benih unggul bermutu bersubsidi bagi petani. Anggaran untuk pengadaan benih sumber dialokasikan pada DIPA masing-masing UPT yang melaksanakan kegiatan produksi benih sumber. Agar distribusi benih berbantuan ini dapat berjalan lancar, maka produksi dan distribusi benih sumber kedelai harus bersifat terbuka, tidak mengurangi peranan masing-masing pelaku atau pihak yang berkepentingan. Pedoman teknis Produksi Benih Sumber Kedelai yang harus menjadi acuan bagi institusi di lingkup Badan Litbang Pertanian disajikan dalam lampiran pedoman ini. PeckJman Umum Ploduksi Benih Sumber Kedelai 15

Dengan disusunnya pedoman umum ini diharapkan semua pihak terkait dapat memahami sistem produksi dan alur benih sumber. Program ini dilaksanakan untuk meningkatkan produksi benih sumber kedelai melalui pengembangan VUB dalam rangka mendukung peningkatan produksi nasional. 16 Pedoman Umum Ptoduksi Benih Sumber Kedelai