BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Lampiran 1 STRUKTUR ORGANISASI DPPKAD KABUPATEN GRESIK

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB V PENDANAAN DAERAH

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

, ,00 10, , ,00 08,06

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PENANAMAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Komplek Perkantoran Jl.

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

RANPERDA APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2018

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

RANPERDA PERUBAHAN APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2017

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BEBERAPA CATATAN ATAS APBD PROVINSI RIAU TAHUN 2012 FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN (FITRA RIAU) APBD 2012 Bagi-Bagi Untuk Siapa?

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

SOSIALISASI PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

c. Pembiayaan Anggaran dan realisasi pembiayaan daerah tahun anggaran dan proyeksi Tahun 2013 dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:

STRUKTUR APBD DAN KODE REKENING

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Realisasi dan Proyeksi)

Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Kerangka Pendanaan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III PENGELOLAAN KEUNGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

R K P D TAHUN 2014 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Rancangan Akhir RPJMD Tahun Hal.III. 12

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

Keuangan Kabupaten Karanganyar

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Bab-3 Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Drs. Bambang Wisnu Handoyo DPPKA DIY

5.1 ARAH PENGELOLAAN APBD

2012, No NO NAMA PENERIMA ALAMAT PENERIMA JUMLAH (Rp) Dst

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Struktur P-APBD TA. 2014

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

BAB III GAMBARAN PENGELOLAANKEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB IIIGAMBARAN GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

LAPORAN KEUANGAN POKOK

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

ANTARA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

Transkripsi:

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja keuangan daerah terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah dapat diukur dari kontribusi masing-masing unsur pendapatan terhadap total pendapatan daerah untuk menunjang pembiayaan pembangunan daerah. Dilihat dari proporsinya keuangan daerah Kabupaten Pekalongan masih bertumpu pada pendapatan daerah yang bersumber bukan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun dari dana perimbangan, baik Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), maupun Dana Alokasi Khusus (DAK). Hal tersebut mengindikasikan bahwa dominasi sumber pendanaan dari pemerintah masih besar. Sumber pendapatan daerah Kabupaten Pekalongan, meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. PAD Kabupaten Pekalongan dalam kurun waktu empat tahun (2007-2010) menunjukkan peningkatan dari sebanyak Rp 42.341.231.906,00 (2007) menjadi Rp 67.780.239.029,00 (2010). Kontribusi PAD ini relatif kecil (7,6-9,04) dibandingkan dana perimbangan yang dalam kurun waktu empat tahun meningkat dari sebesar Rp 486.164.793.901,00 pada tahun 2007 menjadi Rp 592.088.962.367,00 pada tahun 2010. Sementara itu lain-lain pendapatan yang sah mengalami peningkatan dari sebanyak Rp 28.378.401.502,00 pada tahun 2007 menjadi Rp 89.860.167.296,00 pada tahun 2010. Perkembangan realisasi pendapatan daerah Kabupaten Pekalongan tahun 2007-2010 selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Hal III - 1

Tabel 3.1 Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2007-2010 NO Uraian 2007 2008 2009 2010 Pendapatan Asli 42.341.231.906 7,60 55.278.780.756 8,20 58.468.319.642 9,04 67.780.239.029 9,04 A Daerah 1 Pajak Daerah 8.604.584.129 9.522.186.889 10.193.309.783 10.686.457.193 2 Retribusi Daerah 24.430.217.145 36.266.653.562 40.969.783.810 48.127.352.464 Hasil Perusahaan Daerah 1.210.297.659 1.773.502.363 2.273.442.155 2.201.201.653 3 dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 4 Lain-lain PAD yang Sah 8.096.132.973 7.716.437.942 5.031.783.894 6.765.227.719 B Dana Perimbangan 486.164.793.901 87,30 563.069.985.047 83,55 567.654.080.284 78,97 592.088.962.367 78,97 Hasil Bagi Pajak / Bagi 28.577.793.901 39.145.894.047 31.740.638.284 38.204.384.367 1 Hasil Bukan Pajak 2 Dana Alokasi Umum 411.159.000.000 465.324.091.000 475.248.442.000 490.039.078.000 3 Dana Alokasi Khusus 46.428.000.000 58.600.000.000 60.665.000.000 63.845.500.000 Lain - Lain 28.378.401.502 5,10 55.548.807.346 8,24 47.621.430.964 11,99 89.860.167.296 11,99 C Pendapatan yang Sah 1 Pendapatan Hibah - 10.000.000.000 - - 2 Dana Darurat - - - - 3 4 5 Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak dari Propinsi Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah Lainnya 15.434.196.502 18.799.683.096 23.589.305.964 22.704.802.496-9.038.618.000 11.466.675.000 47.011.048.800 12.944.205.000 17.710.506.250 12.565.450.000 20.144.316.000 Jumlah Pendapatan 556.884.427.309 100,00 673.897.573.149 100,00 673.743.830.890 100,00 749.729.368.692 100,00 Sumber: DPPKAD Kabupaten Pekalongan (2007-2010) Hal III - 2

Pemerintah Kabupaten Pekalongan telah melakukan berbagai upaya optimalisasi pengelolaan pendapatan daerah khususnya yang berasal dari PAD melalui intensifikasi pendapatan daerah. Upaya yang dilakukan antara lain melalui peningkatan efisiensi pemungutan pajak dan retribusi daerah serta peningkatan kontrol terhadap petugas pemungutan dalam rangka mengurangi terjadinya kebocoran. Peningkatan PAD juga dilakukan melalui perbaikan kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk meningkatkan laba sehingga berkontribusi terhadap peningkatan PAD. Proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah hanya berkisar antara 7,60 hingga 9,04. Hal ini menunjukkan bahwa derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Pekalongan dalam kategori rendah, artinya tingkat ketergantungan keuangan daerah terhadap bantuan keuangan dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi masih tinggi. Kontribusi terbesar pendapatan daerah Kabupaten Pekalongan berasal dari dana perimbangan dari pemerintah pusat, berkisar antara 74,96 hingga 87,30 yang meliputi Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK), Perkembangan dana perimbangan menunjukkan kecenderungan menurun dalam kurun waktu tahun 2007-2010. Sementara itu Lain-lain pendapatan yang sah dalam kurun waktu yang sama menunjukkan peningkatan kontribusi dari sebesar 5,10 menjadi 16,27, terutama berasal dari Dana Penyesuaian, dan Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak dari Propinsi. Perkembangan proporsi unsur-unsur pendapatan daerah Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 3. 1 Perkembangan Proporsi Unsur Pendapatan Daerah Tahun 2007-2010 () Sumber : DPPKAD Kabupaten Pekalongan 2010 B. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu 1. Belanja Daerah Belanja daerah Kabupaten Pekalongan berdasarkan LKPJ-AMJ Bupati (2010) ditujukan untuk membiayai/membelanjai semua kegiatan pemerintah daerah. Kebijakan belanja selama tahun 2007 2010 berpedoman pada prinsip prinsip penganggaran, dengan pendekatan anggaran berbasis kinerja dan berimbang yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan kabupaten, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan, terutama terhadap target kinerja yang harus dipenuhi pada tahun terakhir pelaksanaan RPJMD. Hal III - 3

Belanja daerah diprioritaskan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yaitu meningkatkan pelayanan dasar, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak. Adapun Kebijakan Belanja Daerah adalah sebagai berikut : 1. Belanja Tidak Langsung disediakan untuk membiayai belanja kegiatan non investasi berupa belanja pegawai/personalia, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada pemerintah desa, serta belanja tidak terduga. 2. Belanja Langsung, disediakan untuk membiayai kegiatan non investasi berupa belanja begawai/personalia, belanja barang dan jasa, belanja perjalanan dinas dan belanja pemeliharaan serta belanja modal yang disediakan untuk membiayai kegiatan investasi yang mempunyai sifat menambah aset daerah. Kebijakan belanja daerah dalam penetapan APBD selama tahun 2007-2010 sebagai berikut : 1. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial dan penanggulangan kemiskinan. 2. Belanja daerah disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan capaian kinerja RKPD tahun lalu yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan secara terukur. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran. 3. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, pemerintah daerah memberikan perhatian terhadap upaya peningkatan investasi di daerah yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat secara luas, termasuk investasi bidang pendidikan. 4. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggung jawabnya. Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah harus mempunyai tolok ukur yang jelas, diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. 5. Penggunaan dana perimbangan diprioritaskan untuk kebutuhan sebagai berikut: a. Penerimaan dana bagi hasil pajak diprioritaskan untuk mendanai perbaikan lingkungan pemukiman di perkotaan dan di perdesaan, pembangunan irigasi, jaringan jalan dan jembatan; b. Penerimaan dana bagi hasil sumber daya alam diutamakan pengalokasiannya untuk mendanai pelestarian lingkungan areal pertambangan, perbaikan dan penyediaan fasilitas umum, sosial, pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk tercapainya Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan peraturan perundang- undangan; c. Dana alokasi umum ditujukan untuk mendanai kebutuhan belanja pegawai negeri sipil daerah dan urusan wajib dalam rangka peningkatan pelayanan dasar dan pelayanan umum; d. Dana Alokasi Khusus (DAK) digunakan untuk mendanai kebutuhan fisik, sarana dan prasarana dasar yang menjadi urusan daerah antara lain program dan kegiatan pendidikan, kesehatan dan lain-lain sesuai dengan petunjuk Hal III - 4

teknis yang ditetapkan oleh menteri teknis terkait, sesuai dengan peraturan perundang -undangan; e. Pemerintah daerah menyediakan dana pendamping/cost sharing pada program/kegiatan yang berasal dari pusat maupun Provinsi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 6. Belanja Pegawai a. Besarnya penyediaan gaji pokok/tunjangan Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil dan diproyeksikan tidak ada kenaikan gaji PNS; b. Penganggaran gaji dan tunjangan ketiga belas PNSD dan tunjangan jabatan struktural/fungsional dan tunjangan lainnya dibayarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ; c. Untuk mengantisipasi pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD), pemerintah daerah menganggarkan dalam APBD sesuai dengan jumlah CPNSD dan formasi pegawai; d. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan produktivitas PNSD, khususnya bagi PNSD yang tidak menerima tunjangan jabatan struktural, tunjangan jabatan fungsional atau yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan, diberikan Tunjangan Umum setiap bulan. Besarnya Tunjangan Umum dimaksud tetap berpedoman pada Peraturan Presiden Republik lndonesia Nomor 12 Tahun 2006 tentang Tunjangan Umum Bagi Pegawai Negeri Sipil ; e. Dalam merencanakan belanja pegawai diperhitungkan "accres" gaji yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga, dan penambahan jumlah pegawai akibat adanya mutasi ; 7. Belanja Hibah a. Belanja Hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian uang, barang dan/atau jasa, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak secara terus menerus. Uang dan barang yang diberikan dalam bentuk hibah harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah daerah. b. Hibah diberikan kepada perusahaan daerah dalam rangka menunjang peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan hibah kepada badan/lembaga/organisasi swasta dan/atau kelompok masyarakat/perorangan sepanjang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan daerah. c. Pemberian hibah dalam bentuk barang dilakukan apabila barang tersebut tidak dimanfaatkan oleh pemerintah daerah tetapi dibutuhkan oleh kelompok masyarakat/perorangan. 8. Bantuan Sosial a. Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemberian bantuan sosial tersebut tidak secara terus menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya. b. Untuk optimalisasi fungsi APBD sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan Pasal 16 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 pengalokasian bantuan sosial tahun demi tahun diupayakan semakin berkurang agar APBD berfungsi sebagai instrument pemerataan dan keadilan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengurangan jumlah bantuan sosial Hal III - 5

bertujuan agar dana APBD dapat dialokasikan mendanai program dan kegiatan pemerintahan daerah yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian. Dengan demikian dapat dihindari adanya diskriminasi pengalokasian dana APBD yang hanya dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu saja. 9. Belanja Bantuan Keuangan a. Belanja bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah desa atau pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan desa penerima bantuan. b. Bantuan keuangan yang bersifat umum peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah/pemerintah desa penerima bantuan, sedangkan bantuan keuangan yang bersifat khusus peruntukan dan pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah/pemerintah daerah. Untuk pemberi bantuan bersifat khusus dapat mensyaratkan penyediaan dana pendamping atau anggaran pendapatan dan belanja desa penerima bantuan. c. Dalam rangka menghindari duplikasi penganggaran, dalam APBD kabupaten, urusan pemerintahan daerah yang bukan merupakan kewenangan kabupaten tidak dapat dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD Kabupaten, namun dapat dianggarkan pada Belanja Bantuan Keuangan, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus. Bantuan keuangan tersebut disalurkan ke desa yang bersangkutan. 10. Belanja Tidak Terduga Belanja Tidak Terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa/tanggap darurat dalam rangka pencegahan dan penanggulangan terhadap gangguan stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan dan ketertiban di daerah dan tidak diharapkan berulang, seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahuntahun sebelumnya yang didukung dengan bukti-bukti yang sah. Penggunaan belanja daerah harus tetap mengedepankan efisiensi, efektivitas dan penghematan sesuai dengan prioritas, yang diharapkan dapat memberikan dukungan program-program strategis daerah. Pengelolaan belanja daerah diarahkan pada peningkatan pelayanan publik guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu dalam pengelolaan belanja daerah harus dapat mencerminkan upayaupaya dalam mengembangkan dan meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Kinerja belanja daerah Kabupaten Pekalongan dalam kurun waktu empat tahun menunjukkan peningkatan dari sebesar Rp 550.217.963.554,00 (2007) menjadi Rp 575.860.194.325,00 (2010). Namun demikian penggunaannya lebih banyak untuk belanja tidak langsung, terutama belanja pegawai yang terus meningkat dari sebanyak Rp 256.081.467.797,00 (2007) menjadi Rp 501.185.127.782,00 (2010). Belanja langsung untuk pelaksanaan program hanya sedikit meningkat dari sebanyak Rp 194.404.392.071,00 (2007) menjadi Rp 181.501.546.182,00 (2010). Perkembangan realisasi belanja daerah Kabupaten Pekalongan tahun 2007-2010 secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut : Hal III - 6

Tabel 3.2 Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2007-2010 NO Uraian 2007 2008 2009 2010 A Belanja Tidak Langsung 355.813.571.483 64,67 454.652.269.294 67,56 472.304.741.993 68,48 575.860.194.325 76,04 1 Belanja Pegawai 256.081.467.797 339.104.406.984 399.067.891.159 501.185.127.782 2 Belanja Bunga 214.729.636 192.030.103 168.311.919 145.103.286 3 Belanja Subsidi - - - - 4 Belanja Hibah - - - 5.083.832.550 5 Belanja Bantuan Sosial 65.825.950.250 80.597.538.957 40.722.795.204 36.502.907.707 6 Belanja Bagi Hasil Kepada 237.126.500 197.186.250 104.315.625 96.200.000 Prop/Kab/Kota dan Pemerintahan Desa 7 Belanja Bantuan Keuangan 31.340.436.000 31.371.963.000 30.840.009.546 32.100.904.000 Kpd Prop/Kab/Kota dan Pemerintahan Desa 8 Belanja Tak Terduga 2.113.861.300 3.189.144.000 1.401.418.540 746.119.000 B Belanja Langsung 194.404.392.071 35,33 218.293.048.991 32,44 217.378.793.712 31,52 181.501.546.182 23,96 1 2 3 Belanja Pegawai Belanja Barang Jasa Belanja Modal 31.259.469.259 32.183.786.771 29.711.206.739 21.863.022.333 73.883.406.575 89.508.400.357 85.234.200.473 86.347.413.479 89.261.516.237 96.600.861.863 102.433.386.500 73.291.110.370 Total Belanja 550.217.963.554 672.945.318.285 689.683.535.705 757.361.740.507 Surplus/Defisit 6.666.463.755 952.254.864 (15.939.704.815) (7.632.371.815) Sumber: DPPKAD Kabupaten Pekalongan (2007-2010) Hal III - 7

Struktur belanja daerah Kabupaten Pekalongan didominasi Belanja Tidak Langsung, dengan proporsi yang cenderung meningkat dari sebanyak 64,67 pada tahun 2007 menjadi 76,04 pada tahun 2010. Sebaliknya proporsi belanja langsung terhadap total belanja daerah mengalami penurunan, dari sebesar 35,33 pada tahun 2007 menjadi 23,96 pada tahun 2010. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar belanja digunakan untuk belanja rutin bukan belanja pembangunan. Hal ini mengindikasikan bahwa postur anggaran pemerintah Kabupaten Pekalongan semakin tidak ideal. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu diupayakan pengelolaan keuangan lebih baik pada masa-masa mendatang sehingga pelaksanaan program dan kegiatan yang mengarah pada pencapaian visi-misi memperoleh alokasi pendanaan yang lebih besar. Proporsi belanja tidak langsung menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dalam kurun waktu tahun, dari sebanyak 64,67 pada tahun 2007 menjadi 76,04 pada tahun 2010. Peningkatan yang cukup besar ini terutama disebabkan belanja pegawai yang pertumbuhannya sangat tinggi, yaitu mencapai 32,42 pada tahun 2008, sebesar 17,68 pada tahun 2009, dan sebesar 25,59 pada tahun 2010. Selain itu, belanja tidak langsung juga digunakan untuk bantuan keuangan kepada pemerintahan desa, dan sebagian lainnya untuk belanja bunga dan belanja bagi hasil kepada pemerintahan desa. Ketiga jenis belanja tersebut relatif tetap, tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Perbandingan proporsi belanja langsung dan belanja tidak langsung Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada tabel berikut: Grafik 3. 2 Proporsi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung Kabupaten Pekalongan Tahun 2007-2010 () Sumber : DPPKAD Kabupaten Pekalongan 2010 Jika dilihat lebih detail belanja langsung Kabupaten Pekalongan didominasi belanja modal dan belanja barang dan jasa. Proporsi belanja barang dan jasa menunjukkan peningkatan proporsi dari sebesar Rp 38,01 (2007) menjadi 47,57 (2010), sebaliknya belanja modal proporsinya cenderung menurun dari sebesar 45,92 (2007) menjadi 40,38 (2010). Kondisi demikian menunjukkan bahwa alokasi belanja pembangunan menunjukkan perubahan orientasi dari kegiatan yang lebih bersifat penyediaan infrastruktur wilayah menjadi penyelenggaraan kegiatan yang bersifat pengadaan barang dan jasa. Hal III - 8

Perkembangan proporsi masing-masing unsur belanja langsung Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada tabel berikut: Grafik 3.3 Grafik Perbandingan Masing-masing Unsur Belanja Langsung Kabupaten Pekalongan Tahun 2007-2010 () Sumber : DPPKAD Kabupaten Pekalongan 2010 2. Pembiayaan Daerah Pembiayaan merupakan seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan Pembiayaan mencakup : (1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu; (2) Transfer dari Dana Cadangan; (3) Penerimaan Pinjaman dan Obligasi; dan (4) Hasil Penjualan Aset Daerah yang Dipisahkan. Penerimaan pembiayaan mencakup: (1) Transfer ke Dana Cadangan; (2) Investasi/Penyertaan Modal Daerah; (3) Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo; dan (4) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan. Kebijakan penganggaran Pemerintah Kabupaten Pekalongan dari Tahun Anggaran 2007 sampai dengan 2010 adalah anggaran defisit. Kebijakan tersebut terutama untuk mendukung kebutuhan belanja dalam pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan. Kebijakan defisit ini memperhitungkan realisasi SILPA pada tahun anggaran sebelumnya sebagai sumber pembiayaan utama untuk menutup defisit yang ada. Kebijakan pengeluaran pembiayaan Kabupaten Pekalongan dalam kurun waktu tahun 2007-2010 terutama diarahkan untuk : a. Membayar angsuran kewajiban jangka panjang pemerintah, yaitu pinjaman kepada Pemerintah Pusat untuk SLA (sub loan agreement) atas nama Pemerintah Kabupaten Pekalongan dan PDAM Pekalongan; b. Penambahan penyertaan modal (investasi) Pemerintah Daerah yang ditujukan untuk penguatan Badan Usaha Milik Daerah; c. Pemberian pinjaman kepada : 1) Lembaga Keuangan Mikro Baitulmal wal Tamwil (LKM-BMT) dan Koperasi Syariah; 2) Pemberian pinjaman Dana Talangan kepada petani Tebu KPTR Sido Mulyo untuk pembelian pupuk Hal III - 9

3) Pemberian pinjaman daerah Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) kepada Rice Mill Unit/Penggilingan Beras (RMU/PB). Kinerja pembiayaan daerah Kabupaten Pekalongan dalam penerimaan pembiayaan menunjukkan bahwa Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya masih menjadi sumber penerimaan pembiayaan daerah yang utama, berkisar antara Rp 37.966.796.000,00 hingga Rp 66.229.426.209,00. Sumber penerimaan pembiayaan lainnya berasal dari penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan dana talangan. Sementara itu pengeluaran pembiayaan daerah Kabupaten Pekalongan lebih banyak untuk pemberian pinjaman daerah, pembayaran pokok utang daerah, dan penyertaan modal pemerintah daerah. Perkembangan realisasi pembiayaan daerah Kabupaten Pekalongan tahun 2007-2010 secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut : Hal III - 10

Tabel 3.3 Realisasi Pembiayaan Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2007-2010 (Rupiah) NO Uraian 2007 2008 2009 2010 A. Penerimaan Pembiayaan Daerah 61.197.417.631 65.496.988.536 66.229.426.209 52.293.904.970 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun 55.297.417.631 61.271.988.536 63.729.426.209 47.293.904.970 Anggaran Sebelumnya 2 Pencairan Dana Cadangan - - - - 3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang 4.000.000.000 2.000.000.000 - - Dipisahkan 4 Penerimaan Pinjaman Daerah 1.900.000.000 2.100.000.000 2.500.000.000 5.000.000.000 5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman - 125.000.000 - - 6 Penerimaan Piutang Daerah - - - - 7 Dana Talangan - - - - B. Pengeluaran Pembiayaan Daerah 6.380.494.423 2.694.817.190 2.995.816.424 5.194.816.423 1 Pembentukan Dana Cadangan - - - - Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah 3.785.678.000 400.000.000 301.000.000-2 Daerah 3 Pembayaran Pokok Hutang 194.816.423 194.817.190 194.816.424 194.816.423 4 Pemberian Pinjaman Daerah 2.400.000.000 2.100.000.000 2.500.000.000 5.000.000.000 5 Dana Talangan - - - - 6 7 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Berkenaan Dana Talangan Hasil Produksi Pertanian, Sarana Produksi Tani dan Nelayan - - - - - - - - Pembiayaan Netto 54.816.923.208 62.802.171.346 63.233.609.785 47.099.088.547 Hal III - 11

C. Kerangka Pendanaan Dalam penyusunan kerangka pendanaan, terdapat beberapa jenis belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan yang bersifat periodik, wajib dan mengikat, serta prioritas utama. Belanja periodik yang temasuk kategori wajib dan mengikat serta prioritas utama di Kabupaten Pekalongan meliputi: belanja pegawai, belanja bunga, dan belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa (pada pos belanja tidak langsung), dan belanja pegawai pada pos belanja langsung. Sementara itu pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama meliputi pembentukan dana cadangan untuk persiapan pemilu/pemilukada dan pembayaran pokok hutang. Kapasitas riil kemampuan keuangan daerah Kabupaten Pekalongan untuk mendanai pembangunan daerah pada lima tahun mendatang diprediksikan mengalami peningkatan, namun relatif kecil. Pendapatan daerah diproyeksi secara moderat dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 12,14 untuk PAD, sekitar 7,66 untuk dana perimbangan, dan sebesar 6 untuk lain-lain pendapatan yang sah. Sementara itu penerimaaan pembiayaan yang berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA) diharapkan menurun dengan rata-rata penurunan seiring dengan meningkatnya ketepatan dalam penganggaran program dan kegiatan pembangunan. Dengan memperhatikan kinerja selama lima tahun yang lalu, pengeluaran belanja tidak langsung yang bersifat wajib dan mengikat di Kabupaten Pekalongan yang paling besar adalah pada belanja pegawai, diproyeksikan rata-rata tumbuh sebesar 7. Peningkatan belanja pegawai dipengaruhi oleh peningkatan gaji berkala, gaji ke-13 dan penambahan cadangan sekitar 2,5 dengan catatan tidak terjadi keputusan dari pemerintah pusat mengenai kenaikan gaji pegawai. Belanja tidak langsung lainnya yang cukup besar adalah belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa, ditetapkan tidak mengalami perubahan. Belanja bagi hasil kepada pemerintah desa diharapkan mengalami penurunan seiring dengan peningkatan alokasi belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa. Sementara itu belanja bunga diperkirakan tidak mengalami perubahan. Pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat khususnya pembentukan dana cadangan diproyeksikan tetap selama kurun waktu lima tahun. Alokasi belanja langsung terhadap belanja daerah Kabupaten Pekalongan diproyeksikan sedikit mengalami peningkatan namun dilihat dari persentasenya terhadap belanja daerah mengalami penurunan. Hal ini disebabkan peningkatan belanja tidak langsung dan pengeluaran yang bersifat wajib dan mengikat, terutama untuk belanja pegawai. Kerangka pendanaan tahun 2011-2016 dapat dilihat pada tabel berikut: Hal III - 12

Tabel 3.4 Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 2016 (Rupiah) No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Asumsi I PENDAPATAN DAERAH 907.729.620.022 1.066.022.107.700 1.061.327.677.000 1.147.640.663.000 1.240.992.332.000 1.341.958.475.000 1 Pendapatan Asli Daerah 78.217.580.331 86.764.833.300 93.784.834.000 110.694.394.000 120.450.360.000 131.133.145.000 9,00 2 Dana Perimbangan 650.232.753.000 788.721.271.900 758.431.483.000 811.106.000.000 876.634.482.000 947.405.240.000 8,00 Lain-lain Pendapatan Yang 3 Sah 179.279.286.691 190.536.002.500 209.111.360.000 225.840.269.000 243.907.490.000 263.420.090.000 8,00 II BELANJA DAERAH 967.121.112.747 1.080.766.368.864 1.088.989.633.331 1.172.269.916.914 1.262.891.059.388 1.362.553.094.160 A Belanja Tidak Langsung 682.718.862.656 706.867.613.796 736.108.434.331 776.910.805.914 825.630.143.388 871.680.217.160 Proporsi BTL thd Belanja Daerah 70,59 65,40 67,60 66,27 65.,38 63,97 1 BTL Yang Wajib & Mengikat 646.873.869.931 691.923.326.796 720.292.119.331 764.017.753.914 810.075.701.388 855.996.663.160 a Belanja Pegawai 606.260.772.931 660.075.829.796 690.868.252.331 737.501.859.914 786.176.982.388 835.631.131.160 6,50 b Belanja Bunga 237.937.000 237.937.000 237.937.000 237.937.000 237.937.000 237.937.000 Tetap Belanja Bagi Hasil kepada c Pemdes 126.400.000 10.200.000 106.200.000 106.200.000 106.200.000 106.200.000 Tetap 2 d Belanja Bantuan Keuangan 40.248.760.000 31.599.360.000 29.079.730.000 26.171.757.000 23.554.582.000 20.021.395.000-15,00 BTL Yang Tidak Wajib & Mengikat 35.844.992.725 14.944.287.000 15.816.315.000 12.893.052.000 15.554.442.000 15.683.554.000 a Belanja Hibah 18.996.532.725 7.001.000.000 4.601.300.000 3.681.040.000 7.944.832.000 9.355.866.000-20,00 b Belanja Bantuan Sosial 15.648.460.000 4.943.287.000 10.015.015.000 8.012.012.000 6.409.610.000 5.127.688.000-20,00 c Belanja Tidak Terduga 1.200.000.000 3.000.000.000 1.200.000.000 1.200.000.000 1.200.000.000 1.200.000.000 Tetap d Belanja Subsidi 0 0 0 0 0 0 Tetap Hal III - 13

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Asumsi B Belanja Langsung 293,402,250,091 280,694,712,000 353,331,199,000 395,659,111,000 448,575,916,000 491,002,877,000 Proporsi BL thd Belanja Daerah 30.34 25.97 32.45 33.75 35.52 36.04 1 Rencana Alokasi BL Program Prioritas I Pencapaian Visi Misi Bupati dan Penyelesaian Isu Strategis utama) 15,190,000,000 57,561,000,000 93,570,000,000 75,785,000,000 71,456,000,000 65,557,000,000 2 Rencana Alokasi BL Program 278,212,250,091 223,133,712,000 259,761,199,000 319,874,111,000 377,119,916,000 425,445,877,000 Prioritas I (Program seluruh SKPD) Surplus/defisit (59.391.492.725) (14.744.261.164) (27.661.956.332) (24.629.253.913) (21.898.727.388) (20.594.619.161) III PEMBIAYAAN A Penerimaan Pembiayaan 59.944.351.725 17.454.120.164 28.514.703.000 25.663.233.000 23.096.910.000 21.942.065.000 Sisa Lebih Perhitungan 1 Anggaran 39.466.716.732 17.454.120.164 28.514.703.000 25.663.233.000 23.096.910.000 21.942.065.000-12,50 Tahun Anggaran Sebelumnya 2 Penerimaan Pinjaman Daerah 20.477.634.993 Penerimaan Kembali Pinj. 3 Daerah 0 4 Pencairan Dana Cadangan 0 B Pengeluaran Pembiayaan 552.859.000 336.859.000 196.859.000 196.859.000 196.859.000 196.859.000 Hal III - 14

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Asumsi Pengeluaran Pembiayaan 1 Yang a Wajib dan Mengikat 552.859.000 336.859.000 196.859.000 196.859.000 196.859.000 196.859.000 Pembentukan Dana Cadangan 0 0 0 0 0 0 2 b Pembayaran Pokok Hutang 552.859.000 336.859.000 196.859.000 196.859.000 196.859.000 196.859.000 Pengeluaran Pembiayaan Yang Tidak Wajib dan Mengikat 0 0 0 0 0 0 a Penyertaan Modal Pemda 0 0 0 0 0 0 b Penerimaan Pinjaman Daerah 0 0 0 0 0 0 Pembiayaan Netto 59.391.492.725 33.209.851.000 28.317.844.000 25.466.374.000 22.900.051.000 21.745.206.000 SILPA 0 454.039.970 655.887.669 837.120.086 1.001.323.611 1.150.586.839 Hal III - 15