peternaknya Mencari pemasaran yang baik Tanah dan air VIII

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

Lampiran 1. Asumsi, Koefisien teknis dan Koefisien harga

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

Faktor-faktor yang Mempengaruhi lingkungan Usaha Peternakan. Faktor Lingkungan Makro. Faktor Lingkungan Mikro

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN JAWA TENGAH TAHUN 2014

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

BAB I. PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk pertanian yang sangat penting,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

PENDAHULUAN. (KPBS) Pangalengan. Jumlah anggota koperasi per januari 2015 sebanyak 3.420

VII. ANALISIS FINANSIAL

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam

PENDAHULUAN. dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif.

I PENDAHULUAN. selesai, seekor induk sapi perah harus diafkir, dan diganti dengan induk baru yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

III. JENIS TERNAK/UNGGAS YANG DIUSAHAKAN SERTA HASILNYA SELAMA SETAHUN YANG LALU

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

menghasilkan keturunan (melahirkan) yang sehat dan dapat tumbuh secara normal. Ternak yang mempunyai kesanggupan menghasilkan keturunan atau dapat

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sumber utama protein, kalsium, fospor, dan vitamin.

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm

Pendapatan Rata-Rata Peternak Sapi Perah Per Ekor/Bulan

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

ANALISIS BAHAYA dan KONTROL TITIK KRITIS

Dampak Penurunan Harga Susu terhadap Agribisnis Sapi Perah Rakyat

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi potong Peranakan Ongole yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dede Upit, 2013

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

Komparasi Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Sawit Rakyat dengan Sistem Integrasi Sawit-Sapi dengan Usaha Perkebunan Sawit Tanpa Sistem Integrasi

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet

disusun oleh: Willyan Djaja

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

Budidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit ANALISIS USAHA Seperti telah dikemukakan pada bab pendahuluan, usaha peternakan sa

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

BIAYA& PENERIMAAN USAHA. Sapi Perah

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014

Transkripsi:

Faktor yang terpenting untuk mendapatkan sukses dalam usaha peternakan sapi perah adalah peternaknya sendiri. Dia harus tahu bagaimana dan bila menanam modal untuk usaha peternakannya serta dia harus dapat menentukan keuntungan-keuntungan apa yang didapat untuk tiap macam investasi. Guna mendapatkan sukses dalam usaha peternakan sapi perah, peternak harus dapat menggabungkan kemampuan tatalaksana yang baik dengan menentukan lokasi peternakan yang baik, besarnya peternakan, sapi-sapi yang berproduksi tinggi, pemakaian peralatan yang tepat, tanah yang subur untuk tanaman hijauan pakan dan pemasaran yang baik. Mencari pemasaran yang baik Untuk mendapatkan keuntungan yang baik yang berasal dari penjualan susu, maka peternak harus mencari tempat dimana pengangkutan/transport mudah atau mudah untuk dapat menyalurkan susu yang dihasilkan secara ekonomis dan cepat, karena susu mudah busuk. Peternakan harus dapat menyalurkan susu kepada penjual/retailer/dealer di kota. Atau peternak tersebut secara bersama-sama membentuk koperasi distribusi bagi penjualan susu tersebut. Di dalam hal iain, dia harus mencari pasaran yang secara teratur membayar harga tinggi dan mempunyai reputasi menjual hasil yang berkualitas tinggi. Di suatu daerah yang permintaan akan susu segar sedikit, maka kebanyakan susu tersebut harus diolah menjadi mentega, keju, susu kental manis, ice cream, dan lain-lain. Dalam keadaan ini, maka peternakan harus dikerjakan secara amat efisien dan secara agak ekstensif, atau peternakan sapi perah harus dikombinasikan dengan peternakan jenis lain (ayam/babi). Di dalam banyak hal dapat dikombinasikan dengan pertanian penghasil biji-bijian (palawija) atau peternakan umum lainnya. Dalam keadaan yang terakhir ini, terdapat suatu kecenderungan bahwa produksi per ekor sapi akan rendah dan tatalaksananya akan kurang efisien. Keberhasilan dari macam peternakan ini adalah pemakaian biji-bijian yang berasal dari tanaman sendiri, sehingga harga biji-bijian tersebut lebih murah dan pemakaian tenaga kerja keluarga yang terus menerus selama setahun. Tanah dan air Tipe tanah dimana peternakan hendak didirikan merupakan hal besar yang penting dan harus diselidiki keadaan tingkat kesuburan dari tanah tersebut. Pada dasarnya, tanah yang baik dapat ditingkatkan pada kesuburan yang tinggi, tetapi tanah yang kurus tidak dapat atau sulit ditingkatkan kesuburannya. Di samping itu, topologi iklim (curah hujan dan temperatur) perlu diperhatikan. Hal yang penting yang tak dapat diabaikan adalah persediaan air bersih dalam jumlah banyak, karena peternakan sapi perah selalu membutuhkan air untuk minum, kandang, dan kamar susu. Sebagai catatan, tanah tersebut harus sesuai untuk ditanami jagung, rumputrumputan dan legumes. VIII - 1

Besarnya usaha peternakan Besarnya usaha peternakan sapi perah tergantung pada luas tanah yang tersedia dan daerah dimana peternakan tersebut didirikan. Di Indonesia, di daerah sekitar kota besar rata-rata sapi yang diperah 25 ekor, sedangkan di daerah-daerah yang terletak di daerah pegunungan rata-rata sapi yang diperah 75 ekor. Di negara yang telah maju peternakannya, dimana mesin-mesin banyak dipergunakan, seorang peternak dapat memelihara seorang diri sebanyak 40-50 ekor sapi yang diperah. Dengan pemeliharaan yang baik, penambahan jumlah sapi yang diperah dalam suatu peternakan, pada umumnya akan meningkatkan efisiensi perusahaan. Tenaga kerja Pada peternakan sapi perah yang modern harus mempunyai tenaga yang terampil dan berpengalaman, karena itu diperlukan fasilitas perumahan yang dapat menarik tenaga tersebut untuk bekerja yang baik. Guna mengukur efisiensi perusahaan peternakan pada beberapa tahun yang lalu dipakai orang ukuran produksi rata-rata per ekor sapi. Tetapi, pada akhir-akhir ini karena ongkos produksi untuk tenaga kerja berkisar 20-30 persen, maka orang memakai ukuran efisiensi tersebut dengan produksi per hektar tanah atau per orang per tahun. Efisiensi penggunaan tenaga kerja akan tinggi dengan meningkatnya jumlah sapi yang diperah. Di salah satu negara bagian di USA, pada suatu peternakan sapi perah yang besar, seorang tenaga kerja yang bekerja produktif untuk memelihara 10 ekor sapi perah, dibutuhkan waktu 21 menit per ekor per hari, sedangkan dibebani tugas memelihara 30 ekor sapi perah, hanya dibutuhkan waktu 13 menit per ekor per hari. Menurut Yapp dan Nevans (1955) dengan sistem pemeliharaan cut and carry dalam pemberian hijauan pakan, maka seorang tenaga kerja harus dapat melayani 10-12 ekor sapi dewasa. Sapi yang berproduksi tinggi Walaupun penelitian banyak dicurahkan kepada efisiensi pengunaan tanah dan tenaga manusia, tetapi produksi susu rata-rata yang tinggi untuk setiap ekor sapi perah masih merupakan faktor yang amat penting diperhatikan. Hendaknya sapisapi mempunyai produksi susu yang tingginya seragam, jangan sangat bervariasi, sebab pada perusahaan peternakan yang produksi susu yang merata dengan menggunakan pejantan-pejantan unggul yang baik, maka produksi susunya akan dapat ditingkatkan dan dipertahankan dari generasi ke generasi. Sebaliknya dengan produksi susu yang bervariasi pada suatu peternakan, maka sulit untuk diharapkan pada generasi yang akan datang. Pada umumnya, keuntungan yang didapat akan naik dengan naiknya produksi susu, walaupun dalam hal ini makanan yang dibutuhkan untuk sapi-sapi yang berproduksi tinggi akan bertambah. Penggunaan tanaman makanan ternak Penggunaan tanaman makanan ternak yang dihasilkan sendiri perlu dimaksimalkan. Karena itu untuk hal ini peternakan sapi perah perlu sekali tanah untuk ditanami tanaman makanan ternak. Produksi yang efisien tergantung pada VIII - 2

cara pemberian makanan yang ekonomis. Untuk hal itu makanan hijauan (pasture, hay, silage) harus berasal dari tanaman sendiri, sedangkan makanan penguat (konsentrat) dapat dibeli dari luar. Grassland farming dalam hal ini mempunyai arti yang penting, yakni penggunaan pasture/hay/silage secara maksimal dalamn pemberian makanan pada sapi-sapi perahnya, sedangkan penggunaan makanan penguat/konsentrat secara minimal. Program ini pada umumnya akan menekan ongkos makanan, mempertahankan produksi susu yang optimal, dan mempertahankan kesuburan tanah. Rencana ini sangat menguntungkan di daerah atau tempat dimana iklim dan topografi tidak memungkinkan biji-bijian dapat ditanam di daerah tersebut. Bila biji-bijian dapat ditanam secara ekonomis di peternakan, maka pertama-tama hijauan yang dibutuhkan harus dipenuhi/ditanam dulu, sesudah itu baru sebagian dari biji-bijian yang dibutuhkan ditanam. Pada umumnya lebih baik membeli sebagian dari makanan penguat daripada membeli hijauan pakan, karena zat-zat makanan yang berasal dari hijauan yang dibeli pada umumnya mahal harganya, sulit dan mahal ongkos angkutannya, lagi pula kualitasnya cenderung rendah. Sebaliknya, zat-zat makanan yang berasal dari hijauan pakan yang ditanam sendiri akan jauh lebih murah daripada yang berasal dari tempat lain. Investasi Investasi pada peternakan sapi perah adalah mahal, bila dibandingkan dengan peternakan jenis lainnya, dan termasuk peternakan jangka panjang dalam pengembalian modal. Persentase total investasi pada suatu usaha peternakan sapi perah yang modern : Tanah, gedung dan perkandangan 55.00 % Ternak sapi termasuk bibit sapi 20.00 % Mesin-mesin dan peralatan 15.00 % Makanan ternak (feed, crops, dan supplies) dan lain-lain 10.00 % Persentase untuk produksi pada suatu usaha peternakan sapi perah yang modern : Makanan ternak 60.00 % Tenaga kerja 20.00-30.00 % Obat-obatan dan lain-lain 10.00 % Jumlah modal peternakan sapi perah tergantung besarnya usaha peternakan dan daerah dimana peternakan tersebut hendak didirikan. VIII - 3

Anggaran belanja Maksud utama dari suatu anggaran belanja adalah untuk mengetahui lebih dahulu dan mengawasi pengeluaran serta mengalokasikan sumber-sumber biaya sedemikian rupa sehingga mendapatkan keuntungan yang maksimal. Dalam suatu anggaran belanja, terdapat uraian tentang inventaris (awal tahun dan akhir tahun), penjualan aktiva modal, operating income (penerimaan, hasil penjualan susu, sapi afkir, penggemukan sapi, dan hasil peternakan lain), operating expenses (biaya operasional, biaya makanan ternak, tenaga kerja, reproduksi, kesehatanan, dan lain-lain), capital investment (penanaman modal), dan bunga dari hutang-hutang. Sehingga pada akhirnya kita dapat menghitung berapa keuntungan/kerugian yang diperoleh dalam satu periode tertentu. VIII - 4

Pendapatan dari suatu usaha peternakan akan berubah dengan adanya reorganisasi dari usaha peternakan tersebut, maksud reorganisasi ini adalah untuk meningkatkan pendapatan peternak. Faktor-faktor produksi yang dapat diatur untuk mengadakan reorganisasi usaha peternakan sapi perah adalah jumlah sapi yang diperah, luas tanah yang ditanami hijauan pakan, kandang, peralatan, dan tenaga kerja. Untuk dapat menjelaskan tentang reorganisasi usaha peternakan sapi perah, kita ambil contoh suatu peternakan sapi perah di New England USA. Kondisi awal yang dipakai sebagai dasar reorganisasi adalah sebagai berikut: Peternakan ini mempunyai tanah seluas 200 acres (80 ha), dari tanah seluas tersebut 20 acres untuk pasture dan hay. Jumlah sapi yang dimiliki 20 ekor sapi yang diperah dan 16 ekor sapi muda. Kandangnya dapat menampung 40 ekor sapi dewasa. Investasi tersebut tidak termasuk rumah peternak sebesar $ 13.000 Selama setahun pendapatan kotor sebesar $ 13.000, pendapatan bersih secara cash (net cash income) $ 6.000, dan labor income $ 5.000 Tujuh kemungkinan yang dapat diatur untuk mereorganisasi peternakan tersebut, kemudian hasilnya dibandingkan dengan peternakan dasar (basic farm) di atas. Plan A Jumlah sapi yang diperah ditambah dari 20 ekor menjadi 24 ekor, sehingga dibutuhkan penambahan investasi untuk membeli 4 ekor sapi tersebut sebesar $ 1.200. Farm income naik $ 2.500, sedangkan pengeluaran tambahan untuk membeli hay dan hijauan pakan lainnya sebesar $ 1.000. Labor income naik $ 1.500 Kandang peralatan dan tenaga kerja tidak ditambah dan dipergunakan sepenuhnya, walaupun jumlah ternak bertambah 20%. Plan B Jumlah sapi yang diperah naik menjadi 30 ekor dan 20 ekor sapi betina muda, sehingga jumlah keseluruhan menjadi 40 ST. Keadaan ini tidak membutuhkan tambahan tenaga kerja dan peralatan, tetapi membutuhkan tambahan investasi untuk membeli 6 ekor sapi perah seharga $ 1.800. Juga diperlukan dana sebesar $ 3.000 untuk tambahan ruang kandang untuk6 ekor betina dewasa dan 4 ekor sapi dara. Labor income naik sebesar $ 1.000, sedangkan tenaga kerja sendiri dari peternak digunakan sepenuhnya. VIII - 5

Plan C Pada Plan B, hanya 25% kebutuhan hijauan pakan berasal dari tanaman sendiri, dan 170 ton hay atau hijauan pakan lainnya harus dibeli. Sehingga dalam hal ini pengeluaran biaya meningkat dengan pembelian hay yang mahal. Untuk membaharui dan menggarap tanah 20 acres lagi guna mencukupi kebutuhan hijauan sampai 50% dibutuhkan investasi sebesar $ 7.500 untuk membeli peralatan baru guna mengolah tanah dan menghasilkan hay tersebut di atas. Rencana ini menghemat pembelian hijauan pakan, tetapi depresiasi dan bunganya naik $ 1.000. Pendapatan dari susu sama dengan Plan B, bahkan labor income turun $ 1.000. Hasil ini menunjukkan bahwa Plan C tidak menguntungkan, sehubungan dengan peralatan baru yang tidak digunakan sepenuhnya. Plan D Plan D menyempurnakan Plan C, yakni memanfaatkan peralatan baru secara penuh agar peternak mencukupi kebutuhan hijauan pakan yang diperlukan. Untuk itu, dibuka lagi tanah seluas 40 acres untuk produksi pasture dan hay, yang membutuhkan tambahan investasi sebesar $ 6.000. Peternak tidak tergantung lagi dari pembelian hijauan pakan yang mahal dari luar. Labor income naik $ 1.500 dibandingkan Plan C. Plan E Plan ini mempunyai 3 tujuan, yakni : (1) mendapatkan efisiensi dalam perkandangan dan cara pemerahan yang modern, (2) meningkatkan besarnya usaha dengan memperbanyak jumlah sapi yang diperah, dan (3) menghilangkan kelemahan dari cara beternak one-man farm menjadi two-man operation. Diperlukan tambahan investasi untuk membangun kandang baru dan membeli peralatan tambahan, serta membeli 15 ekor sapi perah dewasa sebesar $ 37.500. Farm income naik kurang lebih 50%, tetapi pengeluaran dan depresiasi serta bunga juga meningkat, sehingga menghasilkan penurunan labor income sebesar $ 2.000 daripada Plan D. Kerugian ini disebabkan karena under employment dengan menggunakan tambahan seorang tenaga kerja, sebab hanya 15 ekor sapi yang ditambahkan. Plan F Karena 2 orang tenaga kerja dapat memelihara 60 ekor sapi yang diperah dalam kandang dan mesin pemerah yang baru, maka pada Plan F menambahkan lagi 30 ekor sapi yang diperah sebagai pengganti 15 ekor sapi pada Plan E. Labor income menjadi $ 9.000, karena waktu dari dua tenaga kerja dapat digunakan secara efisien de-ngan kerja yang produktif. VIII - 6

Plan G Dengan Plan F hanya 50% dari kebutuhan hijauan pakan yang dihasilkan sendiri, sehingga banyak pengeluaran untuk membelinya. Plan G dimaksudkan untuk memenuhi sendiri kebutuhan tersebut dengan menanam sendiri. Dibeli 80 acres tanah, dibuat silo, dan dibeli peralatan untuk membuat silage, yang kesemuanya itu membutuhkan tambahan investasi sebesar $ 19.000. Walaupun labor income tetap sama dengan Plan F, tetapi terdapat 3 keuntungan: (1) kandang baru, (2) tambahan tanah, dan (3) peralatan yang baik menghasilkan operasional yang seimbang dan lebih baik. Semua hijauan dapat dihasilkan sendiri, sehingga bila kekurangan tak tergantung dari keadaan luar, dan tenaga kerja dalam hal ini dapat berlibur jika diperlukan. Kemungkinan-kemungkinan reorganisasi tersebut di atas menunjukkan, bahwa : (1) Langkah pertama untuk menaikkan labor income adalah menggunakan secara penuh seluruh sumberdaya yang tersedia dalam suatu peternakan, (2) Substitusi peralatan terhadap tenaga kerja hanya menguntungkan jika peralatan tersebut digunakan secara produktif, dan (3) Bila tanah terbatas atau mahal, untuk mendapatkan labor income yang tertinggi adalah meningkatkan jumlah sapi yang diperah dengan membeli hijauan pakan dari luar. VIII - 7

Produksi Hijauan Base Alt. A Alt. B Alt. C Alt. D Alt. E Alt. F Alt. G luas tanah (acres) 20 20 20 40 80 80 80 160 tanaman sendiri (tons) 50 50 50 110 220 220 220 440 dibeli (tons) 100 130 170 110 0 110 220 0 tanaman sendiri 35 30 25 50 100 65 50 100 Produksi Susu jumlah sapi laktasi (ekor) produksi/tahun (1000 lbs) 20 24 30 30 30 45 60 60 195 235 290 290 290 440 485 585 Investasi tanah ($) 4.000 4.000 4.000 5.000 12.000 12.000 12.000 20.000 kandang ($) 1.000 1.000 4.000 4.000 4.000 27.000 35.000 38.000 sapi ($) 6.000 7.200 9.000 9.000 9.000 13.500 18.000 18.000 peralatan ($) 2.000 2.000 2.000 8.500 8.500 15.000 16.000 24.000 Jumlah 13.000 14.200 19.000 26.500 33.500 67.500 81.000 100.000 Investasi yg ditambahkan pada base farm ($) 1.200 6.000 13.500 20.500 54.500 68.000 87.000 Pendapatan peternak (farm income) susu ($) 11.500 14.000 17.5000 17.500 17.500 26.000 35.000 35.000 lainnya ($) 1.500 1.500 2.000 2.000 2.000 3.500 4.500 4.500 Pendapatan ($) 13.000 15.500 19.500 19.500 19.500 29.500 39.500 39.500 Pengeluaran ($) 7.000 8.000 10.500 10.500 8.500 18.000 24.000 22.000 Net cash income ($) 6.000 7.500 9.000 9.000 11.000 11.500 15.500 17.500 Depresiasi dan bunga 1.000 1.000 1.500 2.500 3.000 5.500 6.500 8.500 Labor income ($) 5.000 6.500 7.500 6.500 9.000 6.000 9.000 9.000 VIII - 8

TEKNIS Populasi Ternak Struktur populasi... ekor - ST Rasio populasi produktif dan tidak produktif... % Rasio populasi sapi laktasi dan sapi kering... % Rasio populasi sapi laktasi terhadap populasi... % Produksi Produksi susu rata-rata per satuan waktu... kg/hari Produksi susu per ekor sapi laktasi... kg/hari - kg/laktasi Kandungan lemak dan protein susu... % Rasio sapi laktasi berdasarkan tingkat laktasi... % Rasio sapi laktasi berdasarkan bulan laktasi... % Bobot badan rata-rata per ekor sapi dewasa... kg Makanan Pemberian pakan per ekor per hari... kg/ekor - kg/st Imbangan pemberian pakan terhadap (pertambahan) bobot badan Gross Efficiency of Milk Production... % energi Reproduksi Umur dan bobot badan saat kawin dan beranak pertama... bulan - kg Service period dan days open... - Service per conception dan conception rate... - Calving interval... - Calving index atau calving rate... - TENAGA KERJA Jumlah TK dan jumlah hari kerja per TK... HKP/hari Rasio populasi ternak (ST) dan sapi laktasi per TK... ST/TK Jam kerja per ST per hari... HKP/hari Produksi susu per jam kerja... kg/hkp VIII - 9

EKONOMI Biaya Produksi Biaya makanan per hari... Rp - % Biaya makanan per sapi laktasi per hari... Rp - % Biaya makanan per ST per hari... Rp - % Biaya TK per hari... Rp - % Biaya lain-lain per hari... Rp - % Biaya produksi... Rp/hari Biaya produksi per kg susu... Rp/kg Penerimaan Nilai jual susu... Rp/hari Nilai tambah ternak... Rp/hari Nilai jual ternak... Rp/hari Nilai jual pupuk... Rp/hari Nilai susu yang diberikan kepada pedet... Rp/hari Rasio penerimaan dan biaya produksi... Rp/hari Rasio penerimaan susu dan biaya makanan... % Penerimaan per ST per hari... Rp Pendapatan Pendapatan peternakan per satuan waktu... Rp/hari - Rp/bulan Pendapatan per jam kerja... Rp/HKP Pendapatan per kg susu... Rp/kg/hari Pendapatan per ST... Rp/hari Tatalaksana Umum Sistem perkandangan Sistem kesehatan Sistem kebersihan Sistem pemasaran Sistem pemberian pakan Sistem pengaturan sapi pengganti TANAH Kandang Bangunan Kebun rumput Jaringan sarana (jalan - pagar - air minum - listrik - telepon - lain 2 ) VIII - 10