STUDI POPULASI DAN DISTRIBUSI KUKANG JAWA (Nycticebus javanicus, E. Geoffroy, 1812) DI TALUN DESA SINDULANG KECAMATAN CIMANGGUNG SUMEDANG JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang

I. PENDAHULUAN. udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kukang adalah salah satu spesies primata dari genus Nycticebus yang

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

Pola Perilaku Harian Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) di Talun Desa Cipaganti, Garut

DAFTAR PUSTAKA. Alikodra Pengelolaan Satwa Liar. Dirjen Dikti dan PAU IPB. Bogor.

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Taksonomi Kukang Sumatera (Nycticebus coucang Boddaert, 1785)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

PREFERENSI HABITAT DAN PERILAKU MAKAN KUKANG JAWA (Nycticebus javanicus, E. Geoffroy, 1812) DI TALUN DESA CIPAGANTI, GARUT, JAWA BARAT

METODE PENELTIAN. Penelitian tentang keberadaan populasi kokah (Presbytis siamensis) dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMANFAATAN RUANG DAN PERILAKU HARIAN KUKANG SUMATERA (Nycticebus Coucang Boddaert, 1785) DI TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR (THPS) SUMATERA UTARA

METODE PENELITIAN. Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan

Written by Admin TNUK Saturday, 31 December :26 - Last Updated Wednesday, 04 January :53

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan,

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. benua dan dua samudera mendorong terciptanya kekayaan alam yang luar biasa

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP 1. Dr. Yaya Rayadin 2. Adi Nugraha, SP.

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

UJI KONSUMSI PAKAN dan AKTIVITAS MAKAN PADA KUKANG (Nycticebus coucang) SECARA Ex situ

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang ukuran kelompok simpai telah dilakukan di hutan Desa Cugung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

TINJAUAN PUSTAKA. (1) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. KUKANG JAWA (Nycticebus javanicus E. Geoffroy, 1812)

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sriyanto dan Haryono (1997), satwa liar membutuhkan makan, air dan

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

PENDAHULUAN. Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nom

I. PENDAHULUAN. menguntungkan antara tumbuhan dan hewan herbivora umumnya terjadi di hutan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan satu dari sedikit tempat di dunia dimana penyu laut

BAB III METODE PENELITIAN

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Konservasi. Macan Tutul Jawa. Strategi dan Rencana Aksi. Tahun PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Kondisi koridor TNGHS sekarang diduga sudah kurang mendukung untuk kehidupan owa jawa. Indikasi sudah tidak mendukungnya koridor TNGHS untuk

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

Uji Palatabilitas Pakan pada Burung Rangkong di Penangkaran Taman Rusa. Feed Palatability Test on Hornbill in Taman Rusa

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

BAB I PENDAHULUAN. utama terus mengalami pergeseran dan lebih membuka diri bagi aktor non-state

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN. Banteng (Bos javanicus d Alton 1823) merupakan salah satu mamalia

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian populasi siamang dilakukan di Hutan Desa Cugung Kesatuan

BAB V HASIL. Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumatera. Klasifikasi orangutan sumatera menurut Singleton dan Griffiths

I. PENDAHULUAN. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu kekayaan

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

PENDAHULUAN. PT. Bintuni Utama Murni Wood Industries 1

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. TODO CONSULT 1. Hendra Masrun, M.P. 2. Djarot Effendi, S.Hut.

Gambar 2 Keanekaragaman jenis kukang dan sebarannya di dunia (foto: Fitch-Snyder, Streicher, Wirdateti, & Winarti)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

I. PENDAHULUAN. Satwa liar merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang mendukung

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

BAB III METODE PENELITIAN

PERILAKU HARIAN KUKANG JAWA (Nycticebus javanicus Geoffroy 1812) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) JAWA BARAT RISMA ANGELIZA

Analisis Populasi Kalawet (Hylobates agilis albibarbis) di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati dianggap sangat penting untuk kehidupan

STUDI KARAKTERISTIK KUBANGAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

Transkripsi:

STUDI POPULASI DAN DISTRIBUSI KUKANG JAWA (Nycticebus javanicus, E. Geoffroy, 1812) DI TALUN DESA SINDULANG KECAMATAN CIMANGGUNG SUMEDANG JAWA BARAT Ana Widiana, Samsul Sulaeman, Ida Kinasih Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung ABSTRAK Kukang jawa (Nycticebus javanicus) adalah primata yang termasuk famili Lorisidae. Saat ini kukang dikategorikan sebagai satwa langka dan terancam punah. Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan populasi dan distribusi kukang jawa yaitu adanya penebangan pohon atau penyeragaman tanaman. Talun merupakan salah satu tempat yang dijadikan kukang jawa sebagai habitat hidupnya. Lokasi yang memiliki kawasan talun yang cukup luas yaitu Desa Sindula Kecamatan Cimanggung Sumedang Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui populasi dan distribusi kukang jawa yang terdapat di Talun Desa Sindula Kecamatan Cimanggung Sumedang Pengumpulan data distribusi dilakukan dengan memetakan koordinat lokasi-lokasi ditemukannya kukang jawa. Densitas dan kepadatan populasi kukang jawa dihitung dari total individu dibagi dengan luas lokasi penelitian. Luas daerah yang dihitung adalah luas perkiraan area yang dijadikan lokasi penelitian yang diduga terdapat kukang jawa. Hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan terdapat 21 individu kukang jawa di Desa Sindulang yang tersebar di blok Jamuaer dan blok Leuwiliang, sedangkan pada blok Cigumentong, blok Ciseupan,dan blok Sindulang tidak ditemukan kukang jawa. Kepadatan populasi kukang jawa di Talun Desa Sindulang adalah 0.41 individu/ha. Kata kunci: Populasi, Distribusi, Kukang jawa (Nycticebus javanicus), Talun 241

PENDAHULUAN Kukang jawa (Nycticebus javanicus) adalah satwa primata yang termasuk golongan famili Lorisidae dan berkerabat dekat dengan lemur. Penyebaran kukang di Indonesia yaitu di kepulauan Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Kukang jawa yang dikenal juga sebagai lori, hewan yang bersifat aktif di malam hari (nocturnal). Secara morfologi memiliki tubuh berwarna coklat tua, bermata besar menonjol keluar, panjang kepala dan badannya sekitar 33 cm, terdapat garis coklat tua bagian kepala hingga punggung dan tangannya yang berfungsi untuk memegang dapat berkembang baik (Supriatna & Wahyono, 2000). Saat ini kukang jawa dikategorikan sebagai satwa langka dan terancam punah. Populasinya terus menurun dari tahun ke tahun, akibat rusaknya habitat dan terus berlangsung perburuan satwa tersebut di alam (IUCN 2006). Beberapa faktor penyebab penurunan populasi kukang jawa yaitu adanya penebangan pohon atau penyeragaman tanaman yang berpengaruh terhadap pakan dan tempat hidup. Selain itu, pemburuan liar yang tidak terkendali sangat mempengaruhi akan populasi kukang jawa pada suatu daerah. Talun merupakan salah satu tempat yang dijadikan kukang jawa sebagai habitat hidupnya. Salah satu lokasi yang memiliki kawasan talun yang cukup luas yaitu Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Sumedang yang luas area perkebunannya kurang lebih sebesar 150 ha. 242

Kukang jawa saat ini sudah dilindungi berdasarkan keputusan keberadaanya di alam terancam punah. (Wirdateti, 2003). Menteri Pertanian, 14 Febuari 1973. No 66/ Kpts /Um /2/ 1973, Menteri Kehutanan 10 Juni 1991, No 301/ Kpts/ II/ 1991 (Supriatna & Wahyono, 2000) serta PP No.7 pasal 21 tahun 1999. Kukang jawa telah dinaikkan statusnya dari appendix II menjadi appendix I dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species Of Wild Fauna and Flora) (Nekaris & Jaffe, 2007). Pemanenan kukang jawa secara langsung dari alam tanpa memperhatikan umur dan jenis kelamin banyak dilakukan untuk diperdagangkan sebagai hewan peliharaan (pet). Perburuan yang tidak terkontrol tersebut berakibat menurunkan populasi dan BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di habitat berupa talun yang terdapat di Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Sumedang dilaksanakan bulan pada Juni Juli 2012. Penelitian ini menggunakan alat seperti teropong binokuler (tasco 7x35), GPS (Global Positioning System), jam tangan, kamera, tabel kerja dan alat tulis, head lamp, lampu senter. Proses penelitian ini dimulai dengan penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan lokasi talun yang akan dijadikan sebagai blok penelitian. Sebagian lokasi penelitian pendahuluan diperoleh melalui kegiatan prasurvey pencarian lokasi 243

keberadaan kukang jawa. Selanjutnya dilakukan penelitian intensif dengan cara mengumpulkan data yang meliputi perkiraan populasi dan distribusi dari kukang jawa. Data populasi yang dicatat adalah jumlah individu, dan perkiraan usia dari kukang jawa. Kemudian dilakukan survei pendahuluan terlebih dahulu. Penelitian dilakukan mulai dari jam 19.00 sampai jam 24.00. Setiap blok penelitian disurvei satu kali pada waktu pengamatan untuk menghitung jumlah individu dan mengetahui penyebaran kukang jawa. Seluruh data populasi tersebut dicatat dalam lembar penjelajahan dilakukan pada setiap blok penelitian setelah dilakukan kerja penelitian. X I + 20 m I Y Gambar 1. Alur pengamatan di blok penelitian Hal pertama yang dilakukan populasi di lapangan yaitu menentukan dalam teknik pengumpulan data titik awal penjelajahan (titik X) dan 244

titik akhir penjelajahan (titik Y). Setelah itu, dilakukan penjelajahan yang dimulai dari titik X dan berakhir di titik Y. Penjelajahan dilakukan dengan cara berjalan perlahan dengan kecepatan konstan sekitar 1 km/jam. Jarak pandang rata-rata pada masingmasing blok penelitian sekitar 7 10 meter, sehingga setiap jalur jelajah berjarak 14 20 meter. Pengamatan malam hari dilakukan dengan menggunakan alat bantu penerangan menggunakan GPS yang selanjutnya diplotkan ke dalam peta kerja. Kemudian menganalisis data dengan cara menghitung perkiraan populasi kukang jawa dari jumlah individu kukang jawa yang dijumpai secara langsung. Analisis data distribusi dari populasi yang dihitung titik koordinatnya dengan menggunakan GPS kemudian di gambarkan dalam sebuah pemetaan dalam bentuk peta. seperti lampu senter. Selanjutnya dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN pengumpulan data distribusi dilakukan dengan cara menandai lokasi tempat ditemukannya kukang jawa, kemudian pada siang harinya dilakukan penentuannya titik koordinat dengan Populasi kukang jawa Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di seluruh talun Desa Sindulang, didapatkan 21 individu kukang jawa yang dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini: 245

14 12 jumlah individu 10 8 6 4 2 0 Cigumentong Leuwiliang Jamuaer Ciseupan Sindulang Gambar 2. Populasi kukang jawa di Desa Sindulang Dari gambar di atas diketahui bahwa kukang jawa hanya ditemukan di Blok Jamuaer dan Blok Leuwiliang. Sedangkan untuk blok yang lainnya yaitu Blok Cigumentong, Blok Ciseupan, dan Blok Sindulang tidak dijumpai keberadaan kukang jawa. Perkiraaan faktor yang menyebabkan kukang jawa ditemukan pada blok tersebut karena tersedianya sumber makanan. keadaan talun pada Blok Leuwiliang dan Blok Jamuair saat penelitian, vegetasi pohonnya sedang berbuah seperti pohon kaliandra, afrika, serta aren dan merupakan jenis vegetasi yang sering ditemukan pada kedua blok tersebut. Pada Blok Cigumentong tidak ditemukan keberadaan kukang jawa hal ini diperkirakan karena beberapa vegetasi pohon tidak sedang berbuah seperti Pohon afrika dan kaliandra 246

selain itu tidak terlalu banyak jenis pohon bambu yang biasa disukai oleh kukang jawa untuk dijadikan tempat tinggal (Rowe, 1996). Selain itu, jenis pohon yang terdapat di Blok Cigumentong kebanyakan ditumbuhi pohon manglid (Manglietia Glauca) dan pinus (Pinus merkusi). Pada Blok Ciseupan saat penelitian keadaan vegetasi pohon yang ada di talun tersebut sedang tidak berbuah dan kebanyak di talun tersebut ditumbuhi dengan beberapa pohon seperti puspa (Schima walichii), rasamala (Altingia excelsea). Penghitungan populasi kukang jawa dengan cara mendeteksi keberadaan kukang jawa dengan deteksi sorot mata oranye yang terang (gambar 3), ukuran lingkar mata yang bulat besar, dan jarak bola matanya (Schulze,2003). (a) (b) 247

Gambar 3. (a) Sorot mata kukang jawa, (b) Sorot mata musang Kukang jawa memiliki sebuah lapisan di bagian belakang retina yang sensitif terhadap cahaya. Lapisan ini adalah tapetum lucidum yang akan nampak bersinar ketika terkena cahaya pada saat malam hari. (Schulze, 2003). Kukang jawa di alam berbagi habitat dengan hewan nocturnal lainnya antara lain musang memiliki sorot mata oranye yang terang, ukuran lingkar mata yang bulat besar, dan jarak bola matanya (Schulze, 2003). Populasi kukang jawa keseluruhan yang ditemukan di Desa Sindulang yiatu 21 ekor dan selama penelitian tidak pernah ditemukan induk yang membawa infant (bayi). Pada blok Paradoxurus hermaphrodites. Leuwiliang ditemukan Kukang Jawa Sehingga untuk dapat membedakan sorok mata kukang jawa dan musang agar mudah mendeteksi keberadaan sebanyak 8 ekor yang dijumpai pada beberapa vegetasi pohon dan beberapa ketinggian. kukang jawa adalah kukang jawa Tabel 1. Perjumpaan Kukang Jawa di Blok Leuwiliang No Jumlah kukang jawa Vegetasi Ketinggian (mdpl) Keterangan 1 1 Afrika (Maesopsis eminii) 1225 Individu dewasa 248

2 2 Aren (Arenga pinnata) 1205 Individu dewasa 3 1 Afrika (Maesopsis eminii) 1190 Individu dewasa 4 1 Aren (Arenga pinnata) 1991 Individu dewasa 5 1 Bambu (Bambusa sp.) 1212 Individu dewasa 6 2 Aren (Arenga pinnata), Alpukat (Persea americana) 1218 Individu dewasa Blok Jamuaer merupakan lokasi penelitian dimana perjumpaan dengan blok yang lainnya yaitu 13 individu kukang jawa dewasa. kukang jawa paling banyak diantara Tabel 2. Perjumpaan Kukang Jawa di Blok Jamuaer No Jumlah kukang jawa Vegetasi Ketinggian (mdpl) Keterangan 1 2 Aren (Arenga pinnata) 1257 Individu dewasa 2 1 Afrika (Maesopsis eminii) 1263 Individu dewasa 3 1 Saliara (Lantana camara) 1223 Individu dewasa 4 1 Aren (Arenga pinnata) 1202 Individu dewasa 5 1 Afrika (Maesopsis eminii) 1177 Individu dewasa 6 1 Pisang (Musa) 1162 Individu dewasa 249

7 1 Aren (Arenga pinnata) 1202 Individu dewasa 8 1 Afrika (Maesopsis eminii) 1192 Individu dewasa 9 1 Aren (Arenga pinnata) 1195 Individu dewasa 10 1 Kaliandra (Caliandra calothyrsus) 1223 Individu dewasa 11 1 Saliara (Lantana camara) 1225 Individu dewasa 12 1 Bambu (bambusa sp.) 1195 Individu dewasa Kukang jawa lebih sering ditemukan di Blok Jamuaer dari pada Blok Leuwiliang ini disebabkan luas area habitat talun di Blok Jamuaer lebih banyak vegetasi pakannya dibandingkan dengan Blok Leuwiliang. Selain itu, kemungkinan lain pada Blok Jamuaer lebih banyak vegetasi bambu yang biasanya digunakan sebagai tempat tidur kukang jawa sedangkan di Blok Jamuaer vegetasi bambu tidak terlalu luas seperti di Blok Leuwiliang. Kukang jawa ditemukan seluruhnya pada malam hari dan pada saat penelitian, kukang jawa sedang melakukan aktivitas mencari makan. Kisaran pertemuan dengan Kukang jawa ditemukan dari jam 20.10-22.20. kondisi ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Wiens (2002) bahwa kukang jawa memulai aktivitasnya setelah matahari terbenam. 250

Kukang Jawa di lokasi penelitian kemungkinan memiliki daerah jelajah hingga keluar area desa. Selain itu, jumlah perjumpaan dan populasi yang tinggi di tipe habitat yang tidak stabil kemungkinan hanya bersifat sementara (Nekaris et al., 2008). pembagian jumlah individu kukang jawa yang ditemukan dengan luas daerah yang diteliti. Masing-masing perjumpaan dengan 21 individu kukang jawa di Talun Desa Sindulang yaitu pada Blok Jamuaer dan Blok Leuwiliang. Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa densitas kukang Densitas Kukang Jawa Densitas atau kepadatan jawa di talun desa sindulang yaitu 0.41 individu/ha. merupakan angka yang didapatkan dari Tabel 3. Densitas Kukang Jawa di talun Desa Sindulang No Talun Jumlah individu Luas (ha) Densitas (individu/ha) 1 Cigumentong 0 3 0 2 Jamuaer 13 16 0.8 3 Ciseupan 0 7 0 4 Sindulang 0 3 0 5 Leuwiliang 8 14 0.71 251

Total 21 43 0.41 Kepadatan individu kukang jawa yang tinggi secara umum terdapat pada talun yang memiliki struktur vegetasi yang baik, yakni ditunjukan dari ketersediaan vegetasi untuk tidur dan Leuwiliang dan Blok Jamuaer memiliki struktur vegetasi dan ketersediaan vegetasi untuk tidur dan vegetasi pakan tergolong lebih baik dari pada di antara talun pada blok vegetasi pakan. Berdasarkan hasil lainnya. pengamatan, vegetasi talun di Blok Distribusi Kukang Jawa Distribusi kukang jawa yang terdapat di talun Desa Sindulang tersebar di 2 blok penelitian yaitu blok Leuwiliang dan blok Jamuaer karena pada blok Ciseupan, Blok Cigumentong, dan Blok Sindulang tidak ditemukan keberadaan kukang jawa. 252

Gambar 4. Distribusi kukang jawa di Desa Sindulang Kukang jawa yang terdapat di talun Desa Sindulang tersebar pada talun yang memiliki vegetasi mendukung. Pada saat Sindulang Kecamatan Cimanggung Sumedang terdapat di Blok Leuwiliang dan Blok Jamuaer. penelitian terlihat pergerakan kukang jawa relatif lambat dan berpengaruh terhadap luas daerah jelajahan dari masing-masing individu kukang jawa itu sendiri. Karena DAFTAR PUSTAKA Nekaris A, Shekelle M. 2008. Nycticebus javanicus. Di dalam: IUCN. 2010. pergerakan kukang jawa yang lambat IUCN Red List of Threatened diperkirakan membuat Kukang Jawa tidak Species. Version 2010.4. Available ditemukan tersebar luas di Desa Sindulang. from http://www.iucnredlist.org. diakses [02 Agustus 2012]. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan Estimasi Populasi Kukang Jawa yang ditemukan di Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Sumedang berjumlah 21 ekor dengan densitas atau kepadatan 0.41 individu/ha, penyebaran Kukang Jawa di talun Desa Nekaris KAI, Bearder SK. 2007. The Lorisiform primates of Asia dan Mainland Africa: diversity shrouded in darkness. Di dalam: Campbell C, Fuentes A, MacKinnon K, Panger M, Bearder SK, editor. Primates in Perspective. Oxford: Oxford University Press. 253

Rowe N. 1996. The Pictorial Guide to The Living Primates. New York: Pogonian Press. Schulze H. 2003. Distribution of Slow Loris Forms. Available from http://www.lorisconservation.org/dat abase/distribution_maps/05_slow_lo rise.html#bengalensis. diakses [01 Agustus 2012]. Supriatna J, & Wahyono EH. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Bandung: (7-25). Wiens, F. 2002. Behavior and ecology of wild Slow Loris (N.Coucang): Social Organization, Infant Care System and Diet. [Disertasi]. Faculty of Biology, Chemistry and Geosciences of Bayreuth University. Wirdateti, R Wartika, Dahrudin H. 2001. Uji palabitas pakan pada kukang (Nycticebus coucang) di penangkaran. Zoo Indonesia. 254

255